Minggu, 17 April 2011

P E N G A M P U N A N


Pada pagi hari tanggal 21 Augustus 2008, Cooper Mardesich yang baru berusia 4 tahun menemani ibunya untuk mengantar kakaknya ke halte bis, hal ini dilakukannya setiap pagi. Setelah bis itu berangkat pergi, Cooper menyeberang jalan dengan sepedanya. Anak tetangganya yang baru berusia 15 tahun mengemudi mobil ibunya dalam perjalanan ke sekolah, karena silau dari cahaya matahari dan kaca mobil yang agak kotor, dia tidak melihat Cooper yang sedang menyeberang jalan dan menabraknya. Walaupun helikopter segera didatangkan dan Cooper dibawa ke rumah sakit terdekat, namun para doktor tidak dapat menyelamatkannya.

Di kamar khusus untuk keluarga yang sedang berduka, ayah Cooper, Ted harus memberitahu kedua kakak Cooper bahwa adik mereka sudah pergi buat selama-lamanya. Cooper yang pada pagi hari masih bermain sepeda dan bercanda dengan kakak-kakaknya sudah tidak ada lagi.

Selang beberapa hari setelah kepergian Cooper, Ted berserta istrinya Sharon bertemu dengan anak yang menabrak Cooper dan keluarganya. Mereka memeluk anak itu, (namanya tidak boleh disingkap karena masih di bawah umur) dan memberitahunya bahwa mereka mengasihinya dan dia adalah bagian dari keluarga mereka. Ted dan Sharon menegaskan pada anak itu bahwa dia telah diampuni.

Ted dengan penuh kesungguhan memberitahu anak itu bahwa dia tidak mau kehidupannya yang baru bermula itu rusak karena kecelakaannya itu.

Saat anak itu disidangkan di pengadilan anak, Ted juga menyempatkan diri untuk hadir. Ted meminta waktu untuk berbicara dan memberitahu hakim bahwa dia mendukung penyelesaian yang disarankan oleh pengacara untuk tidak memenjarakan anak itu sekalipun dia telah membunuh seorang anak kecil dan melakukan kesalahan mengemudi tanpa izin dan asuransi.

Apa yang Ted katakan di sidang itu? Ted memberitahu pengadilan bahwa dia tidak mau anak itu dipisahkan dari keluarganya, dari orang tua dan adik-adiknya. Apakah ada kebaikan yang diperoleh dengan menempatkan seorang pelajar yang baik, yang dikasihi oleh keluarga dan teman-temannya ke dalam penjara seolah-olah dia seorang kriminal? Hal itu tidak akan mengembalikan Cooper. Ted mau mengurangi rasa sakit dan penderitaan akibat dari kecelakaan itu dan menginginkan agar setiap pihak yang terlibat dapat dengan cepat dipulihkan.

Saat Ted selesai dengan ucapannya, kedua pengacara dan hakim turut meneteskan air mata. Mereka memuji Ted dan Sharon atas kasih dan belas asih yang mereka tunjukan, suatu hal yang jarang mereka lihat di pengadilan anak.

Anak itu akhirnya dibebaskan tanpa perlu menjalani hukuman.

Di pengadilan yang lain, di mana Regina Tausinga, ibu kepada anak yang menabrak Cooper diadili atas tuduhan menyebabkan kematian tanpa disengajakan karena mengizinkan anaknya yang di bawah umur untuk mengemudi mobilnya tanpa surat izin mengemudi. Sekali lagi hakim yang memimpin sidang agak kebingungan. Hakim memanggil Ted dan Sharon dan bertanya apakah mereka benar-benar tidak menuntut apa-apa hukuman atau restitusi dari Regina. Ted menjawab bahwa hal itu benar-benar tidak perlu.

Hakim terlihat agak kaget dan berkata, "Oke, kiranya Tuhan memberkati kamu." Dapatkah Anda membayangkan seorang hakim di pengadilan berkata demikian?

Hakim itu melanjutkan dengan berkata, "Hal ini sangat-sangat tidak lazim. Sangat tidak lazim untuk pihak keluarga korban tidak menuntut apa-apa atas kehilangan tragis mereka."

Regina akhirnya diberi kesempatan untuk berbicara. Sambil menangis, Regina memberitahu bahwa dia menyimpan dua foto Cooper di rumahnya. Foto itu untuk memperingatkan dia dan anaknya agar membuat keputusan yang lebih baik di dalam hidup mereka, dan juga sebagai tanda penghormatan bagi Cooper. "Ted dan Sharon telah memberikan kami suatu anugerah yang tidak dapat kami balas. Mereka mengampuni anak saya, dan saya mau berusaha untuk menjadi layak untuk menerima anugerah tersebut."

"Kami akan selama-lama merasa bersalah atas peristiwa yang sudah terjadi."

Adik Ted, Jodi berkata, "Dengan mengampuni, tentunya tidak membebaskan Ted dan Sharon dari rasa sakit. Hati mereka tetap sakit dan sedih setiap kali mereka mengenang Cooper. Namun dengan mengampuni, mereka sedang menjalani kehidupan dalam keadaan yang lebih ringan dan bahagia. Tak terbayangkan penderitaan yang akan mereka rasakan sekiranya mereka memilih untuk bermusuhan dengan Regina dan anaknya yang merupakan tetangga mereka. Peristiwa itu sesungguhnya telah mengeratkan tali persahabatan dan persaudaraan antara kedua keluarga kami."

Hakim mengakhiri sidang dengan berkomentar bahwa apa yang terjadi merupakan suatu penghargaan yang luar bisa bagi Cooper. "Ini adalah suatu kisah yang sangat mengagumkan tentang pengampunan."



Ditulis Oleh : Anny L, Marc Giauque and Courtney Orton
Sumber : http://www.ksl.com/?nid=148&sid=4067523

Tidak ada komentar: