Selasa, 29 Januari 2013

Army Of Angels

A servant of God on furlough told the following true story while visiting his home chapel in Michigan:

”While serving at a small field hospital in Africa, every two weeks I traveled by bicycle through the jungle to a nearby city for supplies.  This was a journey of two days and required camping overnight at the halfway point.  On one of these journeys, I arrived in the city where I planned to collect money from a bank, purchase medicine, and supplies, and then begin my two-day journey back to the field hospital.

Upon arrival in the city, I observed two men fighting, one of whom had been seriously injured.  I treated him for his injuries and at the same time talked to him about the Lord.  I then traveled two days, camping overnight, and arrived home without incident…

Two weeks later I repeated my journey.  Upon arriving in the city, I was approached by the young man I had treated.  He told me that he had known I carried money and medicines.  He said, ”Some friends and I followed you into the jungle, knowing you would camp overnight.  We planned to kill you and take your money and the drugs.  But just as we were about to move into your camp, we saw that 26 armed guards surrounded you. ” At this, I laughed and said that I was certainly all alone in that jungle campsite.

The young man pressed the point, however, and said, ”No, sir, I was not the only person to see the guards, my friends also saw them and we all counted them.  It was because of those guards that we were afraid and left you alone.”

At this point in the sermon, one of the men in the congregation jumped to his feet and interrupted the servant of God and asked if he could tell him the exact day this happened.  The missionary told the congregation the date, and the man who interrupted told him this story.

”On the night of your incident in Africa, it was morning here and I was preparing to go play golf.  I was about to putt when I felt the urge to pray for you.   In fact, the urging of the Lord was so strong; I called some men in this chapel to meet with me here in the sanctuary to pray for you.  (Would all of those men who met with me on that day stand up?)”

The men who had met together to pray that day stood up.  The servant of God wasn’t concerned  with who they were;  he was too busy counting how many men he saw.  There were 26 men.

This story is an incredible example of how the Spirit of the Lord moves in mysterious ways.  If you ever hear such prodding, go along with it. As the above true story clearly illustrates,  ”with God all things are  possible.”  More importantly, God hears and answers the prayers of the faithful!  God works in mysterious ways?


Sumber : http://www.nusahati.com/2012/08/army-of-angels/

Rahasia Seorang CEO

Jay Thiessens adalah pemilik perusahaan mesin dan peralatan. Perusahaan yang semula kecil berkembang menjadi perusahaan dengan pemasukan lima juta dollar per tahun. Di balik  kesuksesannya itu, selama beberapa dekade, Jay menyembunyikan rahasia yang menyakitkan. Selama itu, setiap hari saat jam kerja, Jay pura-pura menyibukkan diri agar tampak ia tak punya waktu untuk meninjau kontrak atau membaca surat-surat. Pada malam hari, istrinya, Bonnie, akan membantunya memilah-milah dokumen di meja dapur, di ruang tamu, atau kadang-kadang sambil duduk di tempat tidur. Tugas-tugas lain didelegasikan ke sekelompok Manajer inti di perusahaannya, B & J Machine Tool Company. Mereka tidak tahu bahwa bos mereka tidak bisa membaca.

 ”Saya bekerja untuknya selama tujuh tahun dan aku tak tahu bahwa dia tak bisa membaca,” kata Jack Sala yang kini bekerja sebagai Manajer Teknik untuk Truckee Precision, kompetitor B & J. ”Waktu bekerja dengan Jay, aku adalah General Manager-nya. Jay selalu menyerahkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan urusan hukum kepada saya sambil berkata,’kau lebih jago dalam urusan hukum ketimbang saya.’ Aku tak pernah menyangka bahwa sebenarnya cuma saya sendiri yang membaca dokumen-dokumen itu.”
Hanya beberapa orang yang tahu tentang ketidakmampuan Jay ini serta keinginannya yang paling mengebu-gebu: untuk dapat membacakan dongeng sebelum tidur bagi cucu-cucunya. Namun tak selamanya ia bisa menyimpan rahasia buta huruf-nya. “Lama-kelamaan jadi terlalu berat untuk terus menyembunyikannya,” kata Jay, yang mulai belajar membaca pada usia 56.

Ketidakmampuan Jay dalam membaca sebenarnya bermula ketika ia duduk di kelas satu atau dua di McGill, sebuah kota pertambangan kecil di pusat Nevada. “Seorang guru menyebut saya bodoh karena saya kesulitan dalam membaca,” katanya. Selama masa sekolah, ia menjadi murid pendiam yang duduk di bangku deretan belakang di kelas.

“Sepertinya para guru kesal mengurusi saya jadi saya diluluskan saja,” katanya. Dia lulus dari White Pine Ely High School di tahun 1963, dengan nilai-nilai C, D dan F. Namun ia pernah mendapatkan nilai A untuk mata pelajaran permesinan.

Sehari setelah lulus, Jay pindah ke Reno, di mana 10 tahun kemudian ia mendirikan sebuah toko kecil dengan sisa uangnya yang terakhir sebesar dua ratus dollar. Hari ini, B & J dikenal sebagai perusahaan spesialis dalam pengelasan dan pengerjaan lembaran logam. Dengan 50 karyawan, dan pemasukan lima juta dollar per tahun, perusahaan ini kemudian melakukan ekspansi ke gedung baru yang jauh lebih luas.

Walaupun dia sukses, cap sebagai orang bodoh menghantuinya sampai dewasa. Untuk menutupi kelemahannya ini ia menjadi seorang pendengar yang baik. Dia jarang lupa dengan detail-detail, memiliki pemahaman yang kuat dalam matematika dan angka-angka, suatu kualifikasi penting untuk industri ini.

Sebagian besar dari pekerjaan yang dilakukan adalah teknis. Industri Ini lebih berkaitan dengan matematika, bentuk-bentuk geometris, daripada kata-kata. Pada suatu hari Jay diajak bergabung dalam organisasi lokal bernama The Executive Commitee, sebuah wadah bagi CEO-CEO untuk saling berbagi tanpa rasa persaingan guna membahas tantangan-tantangan dalam menjalankan bisnis mereka.

Awalnya Jay enggan bergabung. “Dia khawatir kemampuannya di bawah anggota yang lain,” kata Randy Yost, Ketua organisasi sekaligus dan mantan CEO sebuah bank di California. “Sekitar 6 bulan setelah pertemuan, ia bilang kepada saya bahwa ia kesulitan membaca,” kata Randy Yost. Beberapa waktu kemudian, Jay membuat pengakuan kepada seluruh anggota organisasi itu. “Dia agak berkaca-kaca. Suaranya gemetar,” kenang Doug Damon, seorang anggota kelompok dan CEO sebuah produsen minuman. “Jelas ini merupakan hal yang sulit dilakukan.” Ia terkejut atas pengakuan Jay.

“Saya tahu dia adalah lulusan sekolah tinggi, jadi saya kira saya secara otomatis dia bisa membaca. Dia sangat sukses dalam bisnisnya… Siapa yang menyangka ada sisi lain?” Jay takut mendapat ejekan dari rekan-rekan sesama CEO yang berpendidikan perguruan tinggi. Namun, sebaliknya, ia justru mendapat banyak dukungan. ”Selama ini saya menghormatinya atas prestasinya, kini rasa hormat saya kepadanya semakin bertambah,” kata salah seorang rekannya.

Setelah itu, Jay memanggil guru untuk mengajar dia membaca selama satu jam sehari, lima hari seminggu. Saat itulah ia memberi tahu para Manajer pabriknya kemudian kepada seluruh karyawannya tentang rahasia yang ditutupinya selama ini. “Sejak saya memutuskan untuk memberitahu semua orang tentang hal itu, saya merasa lega sekali,” kata Jay.

Sumber : http://www.nusahati.com/2012/08/rahasia-seorang-ceo/

Iman Dan Perbuatan (Part -1)


Yakobus 2: 13-20
Ayat 13 yang membahas tentang “penghakiman dan belas kasihan” sudah mulai kita bahas minggu lalu: orang yang punya kekayaan, pengetahuan,….. Segalanya tapi tak punya compassion, tak mungkin menjadi orang yang agung. Apalagi, hak orang memberi belas kasihan, melakukan kewajibannya atas sesamanya, telah diambil alih oleh pemerintah secara legal: menarik pajak dari masyarakat guna melakukan sesuatu buat orang-orang miskin. Maka di akhir zaman ini sulit kita menemukan orang yang mau menyatakan belas kasihannya pada sesama. Padahal sesungguhnya, belas kasihan adalah unsur penting di dalam masyarakat yang beradab. Jangan menilai keberadaan secara akademis saja, karena banyak orang pintar yang hati nuraninya gelap. Saat kita melihat anak yang penuh cinta kasih, bisa saling mengerti, kita sangat terharu. Karena mereka begitu innocent, menyatakan sifat asli yang Tuhan cipta (Ams. 20:11). Memang, setiap kali kita bergaul dengan mereka, mendengar kata-kata meraka yang keras tapi diucapkan dengan hati yang begitu polos, kita sadar, unsur asli manusia sudah lenyap dari dunia yang mengaku berkebudayaan tinggi. Saat di kantor, orang mengenakan dasi, terlihat begitu sopan tapi hatinya tidak seperti itu. Pedagang mencari kesempatan menelan milik pedagang lain, bila perlu dihabisinya, lalu mengenakan topeng guna menutup-nutupi kejahatannya. Kata Yakobus: belas kasihan menyatakan menang atas penghakiman.

Inilah salah satu ayat yang begitu pendek tapi mengandung makna yang begitu dalam. Bedanya Kristus dengan umat manusia: no priviliege, even for the son of God, when He is in this world. Sementara manusia, selalu minta hak istimewa bagi dirinya, bukan bagi orang lain. Kalau orang bersalah, saya akan menyebarkannya ke seluruh dunia, lebih giat daripada mengabarkan Injil, tapi saat dirinya berbuat salah, dia mengenakan topeng, agar tak dikenali orang, sambil berharap saat diadili nanti, hakim mau mengerti, mengampuninya. Tapi kata Yakobus: orang yang menghakimi sesamanya tanpa ampun, akan Allah hakimi tanpa ampun. Di dalam doa yang Yesus ajarkan terdapat kalimat: Ampunilah kesalahan kami seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah pada kami. Sepertinya terbalik, bukankah seharusnya berbunyi: I will love others according to Your love to me? Permisi tanya: mengapa saya bisa mengampuni? Karena Kau sudah terlebih dulu mengampuni saya. TeladanMu itulah yang mendorong saya mengampuni orang. Ternyata ajaran Alkitab begitu agung, begitu dalam, jangan jadikan sekedar pengertian, melainkan jalankanlah. Kasih Tuhan mendorongku membersihkan motivasiku, memampukanku love one another so deeply. Setelah kita mempraktikkan hal memberi belas kasihan pada orang, barulah Kristus mengajar kita berdoa: forgive me as I forgive others. Orang yang menjalankan kebenaran diberi kekuatan menjalankan perkara yang lebih besar. Itulah yang dimaksud from strength to strength, from grace to grace, from faith to faith, from glory to glory. Kesimpulannya: apa yang dimaksud dengan belas kasihan menang atas penghakiman? Anugerah taken over the place of the law: Taurat Musa penuh penghakiman, tapi keselamatan di dalam Kristus penuh pengampunan. Karena Anak Manusia dikirim ke dunia, bukan untuk menghakimi melainkan mengampuninya.

Kelak waktu kita berdiri di hadapan penghakiman Tuhan, Taurat akan menyatakan kita pernah melakukan pelanggaran ini, pelanggaran itu…. Tapi Yesus berdiri dan berkata: semua pelanggaran sudah mereka akui dan sudah Kuampuni – belas kasihan dan pengampunan menggantikan penghakiman. Itu sebabnya, try to live like this: no enemy in your heart. Always have a mentality of a forgiver, practice what Jesus have done in your heart. Permisi tanya, apakah di hatimu masih ada musuh: orang yang tidak kau sukai? Kalau masih, meski kau sudah menjadi Kristen 50 tahun, kau bukan anak Tuhan yang baik. Try hard to have a mentality of a forgiver, full of mercy, compassion to others. Because mercy is victorious over judgement. Itulah tandanya kau sudah melakukan Taurat. Sesudah mengerti hal ini barulah kita bisa memahami apa yang tertulis di ayat 14. Orang Reformed perlu mendengar dengan seksama, jangan hanya gembar-gembor dirinya punya iman yang benar, kebenaran yang bagus, tapi kelakuannya tak lebih baik dari orang lain. Tuhan sendiri menegur kita: apa kau kira karena kau mengerti teologi Reformed, maka kau boleh hidup semaumu? Kau punya pengertian iman yang bagus, but only Reformed Faith is not enough, you should show your trust, karena iman adalah taat pada Tuhan, bersandar padaNya.

Sudah dua kali usulan untuk mengadakan konferensi Reformed Internasional di Indonesia ditolak. Apa sebabnya? Politik di Indonesia sedang tidak stabil, orang-orang tak mau datang ke Indonesia. Saya menghina orang-orang Reformed yang seperti itu. Orang pernah bertanya pada saya: “Kau tidak takut ke Indonesia?” “Tidak! Tiap tahun saya datang kesana 36 kali” “Begitu banyakkah?” “Rumah saya disana, bahkan saat wabah SARS, saat gereja dibakar, saya tetap kesana” “Mengapa?” Faith. Faith bukanlah agreement to confession only. Dosen-dosen tamu yang meski mendengar bencana tsunami tetap mau datang mengajar seperti Dr. Simon Kistemaker, saya hormati. Karena iman itu selain mengerti kebenaran, juga taat pada pimpinan Tuhan. Ay. 14a, apa gunanya kau berkata “aku beriman” tapi tidak berkelakuan? Karena iman tanpa kelakuan, mati adanya. Kalimat ini perlu ditulis, karena kalimat tersebut tidak dapat kita temukan di tempat lain di Alkitab. Itu sebabnya, Paulus dijuluki rasul iman, Petrus dijuluki rasul pengharapan, Yohanes dijuluki rasul kasih, bolehkah saya menjuluki Yakobus apostle of good conduct? Surat Yakobus diletakkan di belakang surat Ibrani yang mengutamakan iman, dia membahas aplikasi iman: kelakuan.

Di Manado, ada banyak pendeta yang mengkotbahkan teologi Reformed, tapi menyimpan opo-opo di rumahnya. Begitu juga orang Kristen di Batak, menurut penelitian, hanya ada 2% born again Christian, 98% culture Christian. Sifat demonik yang terdapat di dalam adat; kebudayaan yang tak sesuai dengan Alkitab sering tidak manusia sadari, itulah yang membuatnya tidak bisa mengerti Firman Tuhan secara utuh. Waktu mereka mau menjalankan Firman, juga terganjal oleh adat. Ayat 14 b, merupakan kalimat berbahaya. Karena sejak Yesus sampai Paulus, prinsip diselamatkan karena iman sudah dibakukan. Kata Yesus: imanmu menyelamatkan, Kata Paulus: kamu yang tidak bisa menggenapi Taurat lewat kelakuan, dengan beiman pada Kristus akan diselamatkan(Roma 3). Diselamatkan lewat apa, kelakuan? Tidak! Melainkan lewat iman (Ef 2:8). Jadi, agama lain berharap perbuatan baik manusia bisa menyelamatkannya, Alkitab dengan pasti mengatakan, imanlah yang menyelamatkan. Lalu mengapa Yakobus berkata, dapatkah iman menyelamatkan? Apakah dia bertentangan dengan Paulus? Hari ini kita sepertinya berkonflik besar ini: justified by faith atau justified by deed?

Di sejarah kekristenan juga terdapat dua pemikiran teologis yang penekanannya berbeda, orang Reformed menekankan, sola fide, tapi menurut orang Katholik, iman perlu ditambah dengan perbuatan baik, itu sebabnya mereka berziarah ke Lourdes dan kota-kota di Eropa, agar treasury of the saints bisa mensuplai jasa mereka yang masih kurang. Kekacauan seperti ini timbul karena orang membandingkan kedua hal itu: justified by faith atau justified by good work. Perhatikan: Paulus dan Yakobus menggunakan istilah yang sama: iman dan kelakuan dengan konotasi yang berbeda. Baruch Sinoza yang hidup 300 tahun yang lampau di Amsterdam mengatakan: all debates started from the same terminology used in different understanding or definition—inilah kunci kita untuk mengerti perbedaan ini. Apakah istilah “dibenarkan” yang ada di dalam konsep Paulus sama dengan yang ada di konsep Yakobus? Perhatikan:
  1. Yang Paulus maksudkan dengan “kelakuan” tak bisa menyelamatkan adalah: tak seorangpun yang perbuatan baiknya bisa diperhitungkan sebagai jasa yang bisa dia tukar dengan keselamatan Yesus Kristus. Karena di hadapan Allah, perbuatan baik kita bagaikan pakaian yang compang-camping(Yes.64); nothing can pleased God. Bible leaves no room for human merit in achieving the salvation. Orang yang mengira dirinya sanggup menggenapkan semua tuntutan Taurat, akhirnya gagal, dia datang dan percaya Yesus, karena hanya Dia yang bisa menyelamatkan; kita diselamatkan oleh iman. Terjemahan bahasa Indonesia kabur, terjemahan bahasa Inggris: Justified by Faith juga tidak tepat, seharusnya justified through faith in Jesus Christ. Jika kita diselamatkan lewat iman, apakah masih perlu kelakuan? Perampok yang berada di salib bersama Yesus, diselamatkan hanya dengan satu doa: oh Yesus, ingatlah aku waktu Kau memperoleh Kerajaan-Mu. Jawab Yesus: Dengan sesungguh-sungguhnya Aku berkata padamu, Aku akan bersamamu in paradise even today. Perhatikan: iman Paulus dan Yakobus maksudkan itu ternyata berbeda; iman yang Paulus maksud adalah bersandar pada Kristus untuk beroleh keselamatan, sementara yang Yakobus maksudkan adalah kepercayaan secara intelek dan lisan saja, iman yang berbentuk confession, iman orang Farisi yang ada di atas teori. Bagai seorang yang mempelajari buku petunjuk renang, namun tak pernah turun ke air, kalau dia dilempar ke laut, tentu akan mati. Karena dia know the theory, agree all the confessions, but that is not faith. Faith is trust plus understanding and obey. The evangelical only know: trust and obey, but missing understanding. Kadang, orang Reformed hanya mementingkan unsur understanding, melalaikan unsur trust and obey. Sementara ada juga yang hanya mengutamakan obey, melupakan trust and understanding
  2. Kelakuan yang Paulus maksudkan berbeda dengan yang Yakobus maksudkan: kelakuan yang Paulus maksudkan adalah tidak mau menerima Yesus Kristus, hanya membangga-banggakan diri, kelakuan seperti itu tak mungkin menyelamatkan. Sementara kelakuan yang Yakobus maksudkan adalah result; fruit of a true faith, bagi Yakobus, iman yang tidak membuahkan kelakuan, tidak mencerminkan hidup baru seseorang adalah iman yang mati. Orang tidak bisa percaya kalau kau sudah hidup baru kecuali mereka menyaksikan hidup barumu. Jadi, yang Yakobus maksudkan dengan kelakuan adalah buah keselamatan, sementara yang Paulus maksudkan adalah syarat untuk menerima keselamatan. 
  3. to be justified by God, that is Paul concept of justification, but to be justified by people that is the concept of James of justification. Kata Paulus; kamu dibenarkan oleh Allah lewat iman, tapi kata Yakobus, orang yang tidak percaya membenarkan kau telah mengalami hidup baru lewat kelakuanmu. Bila kita sudah memahami ketiga perbedaan ini, barulah kita bisa memahami ayat ini dengan baik. Baca 2:14, bisakah iman yang hanya berbentuk pengakuan, menyelamatkanmu? Tidak! Baca ay. 15-17, hidup baru pasti memperlihatkan buahnya, maka jangan kau memamerkan pada orang akan pengakuan imanmu yang hebat, teorimu yang muluk-muluk, tapi tidak selaras dengan hidupmu. Orang yang mempelajari buku petunjuk renang, tapi tak pernah turun ke air, begitu dilempar di laut akan langsung mati. Karena pengertiannya belum menjadi bagian dari hidupnya. Sementara anak-anak yang dibesarkan di desa, tak perlu membaca buku petunjuk renang, setiap hari mandi di sungai, hanya saja, mereka tak akan menjadi juara renang. Mengapa? Karena mereka berenang asal-asalan, tak mengerti teori renang yang benar. Jadi ada yang punya teori, tapi tak pernah mempraktekkannya, ada juga yang langsung praktek tanpa tahu teorinya.
Ada orang bertanya pada saya: pak Tong, bagaimana menjadi orang Kristen yang baik? Saya balik bertanya, kalau saya memberimu sebuah jam, mesinnya buatan Jerman, merknya terkenal, tapi tak ada jarumnya, tentu kau tidak mau menerimanya, bukan? Karena jam itu hanya bersuara, tapi tidak bisa menunjukkan waktu. Bagaimana kalau saya memberimu satu jam yang ada jarumnya, desainnya bagus tapi tak bermesin, tentu kau juga tak mau menerimanya bukan? Karena kau menginginkan jam yang sempurna, maka jam yang tak berjarum saya lengkapi dengan jarum, yang tak bermesin saya pasangi mesin, barulah keduanya berfungsi dengan baik. Begitulah orang Kristen yang baik: di dalam dirinya ada iman, di luarnya ada kelakuan, Amin? Jadi, not cognitive evangelical, not traditional evangelical but evangelical in action, doing evangelization. Beriman dan berkelakuan, internal and external, trusting His Redemption dan practice everything I learn form the word of God in my daily live. Bila seorang berkata “puji Tuhan, Tuhan memberkatimu” “Saya tak punya makanan” “Pergilah makan” “Saya tak punya pakaian” “Kenakanlah jas” “Dari mana saya mendapatkan jas?” “Pikirlah sendiri” itulah yang membawa Louis XVI dan Marie Antoinette, Ratu yang hidupnya mewah, yang membangun sebuah Opera House di Versailles yang berkapasitas 360 tempat duduk yang berhiaskan emas itu berakhir dengan dipenggal kepalanya, karena tak pernah mau tahu kesusahan rakyat, membuat orang Perancis sangat menbencinya. Suatu kali, dia ingin menaikkan pajak, orang menasihatinya “Ratu, jangan naikkan pajak lagi, rakyat bisa mati” “Tak peduli, saya butuh lebih banyak uang” “Mereka tak punya roti lagi” “untuk apa kau katakan itu padaku? Kalau mereka tak punya roti, suruh saja mereka makan cake atau yang lain” Karena dia hidup di istana, ada berbagai macam pilihan makanan. Dia kira, rakyat juga sama dengannya, punya banyak pilihan makanan. Setelah mendengar kalimat itu, mereka tahu, Ratu yang satu ini betul-betul kejam, sama sekali tidak punya compassion, hanya tahu kenikmatan diri sendiri saja. Kalian yang berada di tengah kelimpahan, yang setiap hari bisa hidup enak, belajarlah mengerti orang lain. Setiap tahun, saya mengunjungi tempat yang miskin sekali, hidup bersama mereka, untuk tahu apakah saya masih bisa hidup susah. Sampai hari ini, kemanapun saya pergi, saya makan makanan yang termurah, setiap kali naik pesawat kelas ekonomi. Uang saya kumpulkan untuk kebutuhan musik, desain, museum …… sampai mandat budaya yang Tuhan percayakan, saya kerjakan satu persatu, barulah saya mati. Kasihanilah orang, karena belas kasihan menyatakan kemenangan atas penghakiman. Belajarlah taat pada Firman, karena pengertian iman tanpa kelakuan mati adanya. Nyatakan hidup barumu itu sejati lewat kelakuanmu. Kiranya Tuhan memberi kita kekuatan menjadi orang yang bersandar padaNya, yang mengasihi sesama, Amin?
(ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah–EL)
Khotbah Oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong

Sumber : http://www.nusahati.com/2012/09/iman-dan-perbuatan-part-1/

Kisah Maricel Apatan

Add caption
Ini adalah kisah nyata seorang wanita muda yang merasakan penderitaan yang paling mengerikan. Ketika kita membaca ceritanya, kita akan menyadari bahwa pengalaman hidup yang kita alami sama sekali tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang telah dialami gadis muda ini.
….
Pada tanggal 25 September 2000, Maricel Apatan berumur 11 tahun yang tinggal di Zamboanga, pergi bersama pamannya untuk mengambil air.
Ditengah perjalanan mereka bertemu empat orang laki-laki. Mereka membawa parang. Mereka memerintahkan pamannya untuk tiarap di tanah, lalu mereka membacok lehernya dan membunuhnya.

Maricel terkejut dan sangat ketakutan, karena dia mengenal mereka sebagai tetangganya. Dia mencoba melarikan diri, tapi orang-orang itu mengejarnya. Dia berteriak, “Kuya, ‘wag po, ‘wag n’yo akong tagain! Maawa po kayo sa akin!” (“Jangan bunuh aku! Ampuni aku!”) Tapi mereka tidak perduli. Dengan pisau panjangnya, seorang pria menyabet lehernya juga. Maricel jatuh ke tanah dan pingsan. Ketika ia sadar, ia melihat banyak darah. Dia juga melihat kaki orang-orang itu di sekelilingnya, tapi ia berpura-pura mati.

Ketika mereka telah pergi, Maricel berlari pulang. Tapi sepanjang jalan, dia melihat bahwa kedua tangannya putus. Karena orang itu membacok tangannya juga. Dia menangis tetapi dia terus berlari. Terkadang dia pingsan dan jatuh ke tanah. Tapi dia sadar kembali dan lari lagi. Ketika dia sudah dekat rumah, Maricel berteriak memanggil ibunya.

Ketika melihat keadaan putrinya itu, ibunya panik dan menjerit ketakutan. Dia lalu membungkus tubuh anaknya yang berdarah itu dengan selimut dan membawanya ke rumah sakit. Permasalahan lainnya adalah: Dari rumah mereka ke jalan raya, berjarak 12-kilometer. Mereka butuh waktu 4 jam untuk mencapai jalan raya. Ketika mereka tiba di rumah sakit, para dokter berpikir Maricel akan mati. Selama 5 jam, mereka mengoperasinya. Diperlukan 25 jahitan untuk menjahit luka pisau panjang di leher dan punggungnya.

Maricel hampir tidak selamat. Dan dia kehilangan kedua tangannya. Ironisnya, hari berikutnya adalah ulang tahun Maricel yang ke 12. Namun tragedi belum berakhir. Ketika mereka pulang, mereka lihat rumah mereka sudah hancur, dijarah dan dibakar oleh orang jahat itu. Mereka jadi miskin, keluarga Maricel juga tidak memiliki uang P50,000 untuk membayar tagihan rumah sakitnya. Tetapi Allah mengutus malaikat di sepanjang jalan untuk membantu mereka.

Uskup Agung Antonio Ledesma, saudara jauh mereka, membayar tagihan rumah sakit dan membantu mereka membawa para penjahat ke pengadilan. Mereka dijatuhi hukuman penjara. Sebuah organisasi membantunya menyelesaikan studi,  Sekarang Maricel tinggal bersama para biarawati di Regina Rosarii dengan Sr Eppie Brasil, OP. Ini adalah keajaiban yang luar biasa. Bukannya jadi depresi, Maricel terus semangat untuk maju.

Alih-alih menyalahkan Tuhan mengapa dia kehilangan tangan, Maricel sekarang menggunakan pergelangan tangannya dengan cara-cara luar biasa yang membuat kita menjadi sangat takjub. Maricel dipuji sebagai anak yang paling rajin, terbaik di bidang komputer, dan paling sopan di Sekolah untuk Anak-anak lumpuh. Pada tahun 2008, ia lulus dari kursus “Hotel dan Restoran Manajemen”. Dia bahkan menerima medali Emas untuk Seni dan Kerajinan.

Pada tahun 2011, ia menyelesaikan pendidikannya menjadi juru masak. Ya, Juru Masak tanpa tangan. Tidak ada yang bisa menghentikan wanita muda ini mencapai impiannya.


Sumber : http://www.nusahati.com/2012/08/kisah-maricel-apatan/

Sepuluh Hukum – Hukum Kedelapan (Bagian 2)



Hukum kedelapan harus kita mengerti secara luas, tidak sekadar mengambil barang atau uang milik orang lain. Dasar dari mencuri adalah tamak, dasar dari tamak adalah egois, dan dasar dari egois adalah hidup yang berpusat pada diri, menganggap diri sendiri yang paling penting. Akibatnya, ia tidak mau menjalankan kehendak Allah, memerhatikan orang lain, atau merasa puas dengan apa yang ia sudah miliki. Mencuri adalah pelanggaran hak asasi orang lain. Hak kepemilikan dilindungi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) karena secara mendasar setiap orang berhak untuk memiliki sesuatu. Hak kepemilikan pribadi dilindungi oleh PBB dan dasar hukum PBB adalah Kitab Suci sekalipun tidak disebutkan secara eksplisit.

Di seluruh dunia di sepanjang sejarah, prasasti-prasasti hukum seperti Hammurabi Stone, Rosetta Stone, dan lainnya tidak sesempurna Sepuluh Hukum, karena Sepuluh Hukum adalah pemberian Tuhan. Sepuluh Hukum bukan sekadar membahas kelakuan manusia, melainkan adalah dasar dari seluruh kelakuan manusia, yaitu sikap kita terhadap Allah Pencipta. Itu sebabnya Sepuluh Hukum tidak mungkin musnah dari kebudayaan manusia.

Mencuri disebut melanggar hukum karena melanggar hak kepemilikan orang lain yang dilindungi hukum. Inilah bedanya firman Tuhan dan komunisme. Komunisme memperbolehkan tindakan merampas hak milik orang lain demi mencapai kesamarataan dalam masyarakat. Ini adalah pikiran manusia belaka. Memperoleh kekayaan dengan cara yang tidak benar atau merampas milik orang lain juga dapat disebut mencuri. Menurut John Calvin, pemerintah mungkin saja menjadi perampok yang berlindung di balik hukum, karena mereka bisa menggunakan hukum untuk membenarkan tindakannya yang tidak benar. Di sini kita harus mengingat bahwa kuasa Tuhan lebih tinggi daripada kuasa pemerintah. Takhta Tuhan adalah takhta di atas segala takhta, pemerintah di atas semua pemerintah. Jika pemerintah melegalisasi secara hukum tindakan yang merampok dan merampas milik orang lain maka di hadapan Tuhan dia tetap pencuri. Oleh karena itu, setiap pejabat tidak boleh menggunakan kekuasaannya dan setiap orang kaya tidak boleh menggunakan uangnya untuk melanggar hak asasi orang lain. Jika suatu negara merampas sumber daya alam negara lain demi keuntungan dirinya, dia juga adalah perampok dan pencuri. Untuk itu, kita perlu menilik beberapa contoh mencuri yang tertulis di Alkitab:

1. Akhan
Orang Israel bersandar pada Tuhan maka mereka berhasil mengalahkan Yerikho yang begitu kuat. Tetapi kemudian mereka kalah ketika memerangi kota Ai yang jauh lebih kecil dan lebih lemah. Orang Israel menangis di hadapan Tuhan karena Tuhan tidak menyertai mereka. Tuhan mengatakan bahwa ada pencuri di antara mereka. Setelah dikalahkan, mereka sadar bahwa mereka bukan siapa-siapa. Mereka tidak berhak untuk bangga dan sombong karena berhadapan dengan kota kecil saja tidak bisa menang. Yang kuat bukan mereka, tetapi Tuhan. Itu membuat mereka belajar untuk bersandar kepada Tuhan. Roy Haisen membagi kehidupan Musa ke dalam tiga periode, yaitu: 1) Empat puluh tahun di istana Mesir di mana Musa merasa menjadi sesuatu (something), 2) Empat puluh tahun di padang Midian di mana Musa merasa bukan siapa-siapa (nothing), 3) Empat puluh tahun memimpin umat Israel di mana Musa merasa Tuhan itulah segala-galanya (God is everything).
Siapa yang merasa diri hebat maka Tuhan akan menghajar dia sampai dia sadar bahwa dia bukan siapa-siapa, setelah itu barulah Tuhan bisa memakai orang itu. Tuhan tidak akan memakai orang yang merasa dirinya hebat. Banyak orang sembarangan menggunakan talenta dan karunia yang Tuhan berikan untuk berbuat dosa. Dia tidak berpikir bahwa Tuhan akan menuntut tanggung jawabnya. Saya mencoba untuk menjadi teladan dengan tetap bekerja keras, tetapi makan di restoran murah supaya bisa menjadi contoh bagi generasi muda. Siapa yang diberi banyak akan dituntut banyak. Saya jarang berbicara tentang uang, tetapi pikirkan: 1) Bagaimana perpuluhanmu? Penggelapan perpuluhan adalah pencurian; 2) Sudahkah engkau membayar nazarmu? Tepatilah janjimu di hadapan Tuhan. Orang Israel kalah karena ada yang mencuri di antara mereka. Maka pencuri itu perlu dicari dan Alkitab mencatat bahwa imam yang memimpin mereka dalam mencari pencuri itu. Akhan tidak mau mengakuinya karena dia seorang atheis. Dia tidak percaya bahwa Tuhan tahu. Pada umumnya, orang atheis cenderung berani untuk berbuat dosa, tetapi orang yang benar-benar takut akan Tuhan tidak berani. Akhan berpikir bahwa tidak ada seorang pun yang akan bisa tahu kalau dia mencuri. Dia meremehkan orang Israel dan Tuhannya. Orang yang meremehkan semua orang dan memandang mereka bodoh adalah orang yang paling bodoh. Dan jika saat itu dia masih merasa bahwa dialah yang paling pandai, maka dia dua kali lebih bodoh lagi. Akhirnya dosa Akhan terbongkar, dan barulah saat itu dia mau mengakui dosanya.
Orang yang mengaku dosa karena ketahuan bukanlah mengaku dosa, melainkan mengaku karena terpaksa, akibat fakta yang tidak bisa dipungkiri. Orang yang mengaku dosa adalah orang yang dengan inisiatif dan kerelaannya sendiri mengakui dosanya. Ia menyatakan kesadaran akan keburukan dosanya. Harun adalah imam besar pertama yang Tuhan pilih dan lantik sebagai pendamping Musa. Tuhan pun menetapkan bahwa hanya keturunannya yang boleh menjadi imam bagi bangsa Israel. Harun memiliki dua anak yang dibakar hangus oleh Tuhan di hadapan segenap bangsa Israel tepat pada hari pelantikan mereka sebagai imam. Harun malu dan menangis. Tuhan berfirman kepada Musa, “Beri tahu Harun agar tidak menangisi kesusahan yang menimpa, tetapi tangisilah dosanya.” Inilah perbedaan kualitas yang nyata di dalam sejarah. Di dalam dunia, orang menangis karena hukumannya, tetapi sebenarnya yang harus ditangisi adalah dosanya.
Bangsa Israel gagal karena ada pencuri di dalam. Saat ini banyak pemerintah yang melegalisasi perampokan dengan bertamengkan hukum. Pemerintah mengambil yang bukan haknya, dan mengambil hak milik rakyatnya dengan dilegalisasi oleh hukum yang mereka buat. Ini adalah kejahatan. Pemerintah dunia harus belajar untuk mengerti dan menerapkan prinsip-prinsip Alkitab di dalam negara yang dipimpinnya, karena dunia yang Tuhan ciptakan ini sebenarnya sangat kaya. Jika kita mengelola bumi dengan baik maka berdasarkan riset PBB tahun 1964, seluruh kekayaannya bisa menghidupi 144 milyar manusia. Saat ini begitu banyak orang yang susah dan kelaparan karena dunia dikelola oleh koruptor yang mencuri dan merampas milik orang lain. Tuhan tidak membiarkan ada pencuri di dalam bangsa Israel. Akhirnya Yosua menemukan pencuri itu, yaitu Akhan.
Bangsa Israel membawa Akhan ke suatu lembah dan merajam dia dengan batu sampai mati. Setelah itu, Israel tidak lagi mengalami kekalahan. Saya terkesan dengan lukisan Gustave Doré yang menggambarkan jenazah Akhan terkulai di lembah dan burung gagak datang memakan jasadnya. Sungguh mengerikan.

2. Raja Saul
Saul adalah pimpinan tertinggi ekonomi, militer, dan masyarakat orang Israel. Ia menjadi raja berkat format demokrasi. Di Kitab Suci hanya satu kali ini pemimpin dihasilkan melalui demokrasi. Sayang, akhirnya terbukti bahwa dia tidak diperkenan oleh Tuhan. Israel memilih Saul menurut standar mereka, tetapi Allah memilih Daud menurut standar Allah. Di sini kita melihat bahwa Allah tidak menyetujui demokrasi, melainkan theokrasi. Demokrasi bukanlah cara yang mutlak. Allah berfirman, “Akulah Allahmu.” Ini sangat berbeda dengan teriakan orang Amerika Serikat, “Kami rakyat Amerika…” Inilah perbedaan antara Allah dan manusia. Gereja di dunia menyetujui demokrasi karena lebih baik daripada tirani, tetapi gereja sendiri harus menjalankan theokrasi.
Gereja harus theokrasi karena posisi kita terletak di antara Allah dan masyarakat. Kita adalah imam-imam yang menjadi perantara antara sorga dan dunia. Tugas Gereja di dalam mandat budaya adalah melakukan setiap tugas bagian kita seturut dengan kebenaran Allah di dalam prinsip Theologi Reformed. Saul mendengar perintah Tuhan melalui Samuel untuk berperang melawan Amalek dan sesudah itu mereka harus memusnahkan semuanya, orangnya, binatangnya, termasuk seluruh harta bendanya. Tetapi Saul tidak mau taat, dia tidak membunuh lembu dan domba-domba yang gemuk dan sehat. Dia sayang untuk menghabisi semua binatang itu, lalu dengan alasan untuk persembahan bagi Tuhan, maka ia melarang tentaranya untuk membunuh semua binatang itu. Rakyat taat kepada Saul, tetapi tidak taat kepada Tuhan. Tuhan memandang perbuatan Saul sebagai pencurian. Saul bukan saja tidak taat menjalankan perintah Tuhan, tetapi memberikan perintah kepada rakyatnya yang bertentangan dengan perintah Tuhan. Tuhan menghukum Saul dengan membuang Saul dan mempersiapkan raja yang baru, yaitu Daud.
Jangan berpikir bahwa dengan memberikan persembahan, apalagi hasil curian, akan menyenangkan hati Tuhan. Sebaliknya hal itu justru menjadikan kita sedang melawan Tuhan. Banyak pemimpin gereja menjilat orang kaya karena orang kaya bisa memberikan banyak persembahan. Orang kaya merasa bahwa uangnya begitu berkuasa sehingga beranggapan bahwa lebih penting memberikan banyak persembahan ketimbang taat kepada Tuhan. Tuhan lebih suka ketaatan ketimbang persembahan. Saul tidak bisa melawan keputusan Tuhan, akan tetapi dia minta agar Tuhan meninggikan posisi dia di atas kereta kerajaan supaya rakyatnya tidak mempermalukan dia. Inilah raja dunia yang hanya memikirkan kulit mukanya saja untuk menutupi ketidaktaatannya kepada Tuhan. Tuhan tidak bisa dipermainkan, jangan mencuri yang bukan hak milik Anda.

3. Yudas
Yudas adalah salah seorang dari mereka yang dipilih Tuhan untuk menjadi murid-Nya, bahkan dia diberi kesempatan untuk menjadi bendahara. Tuhan Yesus tidak memberikan tugas bendahara kepada Yohanes atau Petrus yang terbukti begitu setia atau kepada Matius yang telah rela meninggalkan miliknya sebagai seorang pemungut cukai. Ada dua hal yang bisa menjadi alasan mengapa membiarkan Yudas menjadi bendahara: 1) Memberikan kesempatan kepada orang yang tidak mau bertobat agar pada hari terakhir nanti dia tidak dapat mencela Tuhan dan mengatakan bahwa dia tidak diberi kesempatan. Memberikan kesempatan adalah sama dengan menghakimi orang itu karena dalil ini merupakan dalil yang kekal. 2) Agar para hamba Tuhan yang dikhianati murid-muridnya tidak perlu bersedih karena Tuhan Yesus pun pernah mengalaminya.
Sebenarnya, tindakan Yudas mengambil uang kas tidak terlalu merugikan karena hanya membuat simpanan mereka sedikit berkurang. Tetapi kerugian terbesar adalah kehilangan karakter, kehilangan etika, dan kepercayaan Tuhan dan sesama terhadap engkau. Yudas adalah seorang ekonom yang sangat inovatif dan kreatif. Belum pernah terdengar ada doktor ekonomi yang pada saat kesulitan ekonomi berpikir untuk menjual profesornya. Inilah pikiran original Yudas. Dia adalah ekonom yang tahu bagaimana mencari kekayaan, yaitu yang pertama-tama menjual gurunya.
Alkitab mencatat bahwa Yesus memanggil Yudas tidak dengan gegabah. Yesus berdoa semalaman sebelum Dia menetapkan kedua belas murid-Nya. Sejak awal Dia sudah tahu siapa yang setia dan siapa yang pencuri, yang menjadi kaki tangan Iblis dan yang adalah anak binasa. Apakah dengan itu Tuhan memilih anak binasa atau anak binasa juga termasuk ke dalam kaum pilihan? Karl Barth mengatakan bahwa, “Yudas adalah terpilih dan tertolak sekaligus.” Pengertian Barth yang ambigu ini bukanlah pikiran Theologi Reformed yang benar. Pemilihan ditetapkan oleh Bapa. Yudas telah dibuang di dalam kekekalan, tetapi secara fenomena dan temporal, dia dipilih menjadi murid Yesus. Yesus tahu kalau Yudas adalah pencuri dan Dia sudah beberapa kali memperingatkan masalah ini secara umum. Yang paling keras adalah yang secara pribadi, yang Yudas dengar, yaitu, “Jika engkau mau melakukannya, lakukan sekarang” dan “Apakah dengan ciuman engkau menjual Anak Manusia?” Kita tidak pernah mendengar kata-kata Yudas selain “Mengapa memboroskan sedemikian banyak uang untuk membeli minyak narwastu, lalu menuangkannya di kaki Yesus? Bukankah uang sebanyak itu bisa dipakai untuk menolong orang miskin?”
Orang yang banyak memberikan persembahan biasanya tidak banyak bicara, sementara yang banyak bicara adalah yang tidak memberi. Kita harus berhati-hati dengan orang yang tidak mau memberi, tetapi selalu mau tahu berapa banyak uang di kas gereja, karena dia adalah orang jahat. Orang yang selalu beralasan mau memberi jika keuangan gereja kurang adalah orang yang mencuri. Karena selama kas gereja cukup, dia tidak pernah memberi. Orang-orang seperti itu bermental penolong padahal Allah yang hidup tidak pernah perlu ditolong.
Dalam memilih dan menempatkan Yudas, Yesus sepertinya bodoh karena tidak bisa menempatkan orang di tempat yang tepat. Tetapi kita melihat bahwa rencana Tuhan jauh lebih tinggi dari pikiran manusia. Yudas diberi kesempatan, ini adalah anugerah. Di sini kita harus peka dan berhati-hati dengan setiap anugerah kesempatan yang Tuhan berikan. Ketika Yudas diberi kesempatan, Tuhan tidak serta-merta menghukum Yudas. Dia membiarkan dan tidak menegur dia. Tuhan memberikan kesempatan yang cukup agar Yudas bertobat, sampai kalimat terakhir, “Lakukanlah apa yang engkau hendak lakukan.”
Yudas memakai alasan memberikan uang kepada orang miskin ketika dia tidak menyetujui tindakan Maria menuangkan minyak narwastu ke kaki Yesus. Yesus menjawab dengan sangat tepat bahwa orang miskin akan selalu ada sehingga itu tidak berhak menjadi alasan, apalagi mengurangi persembahan. Kesempatan memberikan persembahan dan turut dalam pekerjaan Tuhan adalah anugerah. Orang miskin akan selalu ada di mana pun engkau berada dan kapan pun engkau berada. Di sini kalau tidak berhati-hati maka kita akan beranggapan bahwa perkataan Yudas begitu baik karena peka akan diakonia, akhirnya tidak mampu melihat anugerah dan kesempatan yang jauh lebih bernilai. Jawaban Yesus telah membongkar motivasi Yudas dan mempermalukan dia.
Sebuah lukisan yang idenya luar biasa di dalam buku Christ and Fine Art, digambarkan angin bertiup kencang dari balik gunung dan membuat semua pohon bergoyang. Di sana ada Yudas dengan mata memandang ke depan bersama dua orang Farisi yang berjanggut putih, sedang menegosiasikan uang yang harus diberikan untuk menangkap Yesus. Sorotan mata Yudas yang tajam memantulkan hatinya yang jahat. Dia berpikir bahwa Yesus yang dapat membuat begitu banyak mujizat pasti tidak mungkin dibunuh. Tetapi ketika Yesus tidak melarikan diri malah mati di kayu salib, dia sadar bahwa semua orang akan mengutuk dia sebagai orang jahat. Inilah orang yang betul-betul jahat karena setelah berbuat jahat masih tidak mau mengaku jahat. Setelah mencuri dia langsung cuci tangan sampai Tuhan membongkar perbuatan jahatnya dan akhirnya dia gantung diri. Saya harap kita sungguh-sungguh takut akan Tuhan.

4. Ananias dan Safira
Ananias dan Safira, suami istri itu menjual tanahnya, tetapi hanya memberikan sebagian kepada para rasul sambil mengatakan bahwa mereka memberikan seluruhnya. Seluruh jemaat memandang mereka begitu cinta Tuhan karena mau menjual miliknya untuk dipersembahkan. Tetapi Tuhan memandang mereka sebagai pencuri. Petrus menegur dia, dan Tuhan menghukum Ananias sehingga dia mati saat itu juga. Tidak lama kemudian istrinya datang dan bersikap sama seperti suaminya, maka Tuhan juga menghukum dia. Petrus menegaskan bahwa mereka bukan menipu manusia, melainkan menipu Roh Kudus (Kis. 5:1-11). Inilah satu-satunya peristiwa di Perjanjian Baru di mana Allah menghukum dengan begitu spontan seseorang yang tidak takut akan Dia.
Dari keempat kasus di atas, hanya Yudas yang Alkitab sebut sebagai pencuri. Namun, sekalipun yang lain tidak disebut pencuri, tindakan mereka mendatangkan murka Allah dan hukuman-Nya spontan kepada orang yang tidak takut akan Tuhan.
Maukah kita diberkati Tuhan? Mari kita menemukan Akhan, Saul, Yudas, Ananias, dan Safira yang ada di dalam diri kita. Kalau tidak, kita yang akan dibuang oleh Tuhan. Amin.
Oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong

Sumber : http://www.nusahati.com/2012/09/sepuluh-hukum-%E2%80%93-hukum-kedelapan-bagian-2/