Kamis, 28 Februari 2013

He Needed Me


A nurse escorted a tired, anxious young man to the bed side of an elderly man. “Your son is here,” she whispered to the patient. She had to repeat the words several times before the patient’s eyes opened. He was heavily sedated because of the pain of his heart attack and he dimly saw the young man standing outside the oxygen tent.
He reached out his hand and the young man tightly wrapped his fingers around it, squeezing a message of encouragement. The nurse brought a chair next to the bedside. All through the night the young man sat holding the old mans hand, and offering gentle words of hope. The dying man said nothing as he held tightly to his son.
As dawn approached, the patient died. The young man placed on the bed the lifeless hand he had been holding, and then he went to notify the nurse.
While the nurse did what was necessary, the young man waited. When she had finished her task, the nurse began to say words of sympathy to the young man.
But he interrupted her. “Who was that man?” He asked.
The startled nurse replied, “I thought he was your father.”
“No, he was not my father,” he answered. “I never saw him before in my life.”
“Then why didn’t you say something when I took you to him?” asked the nurse.
He replied, “I also knew he needed his son, and his son just wasn’t here. When I realized he was too sick to tell whether or not I was his son, I knew how much he needed me…”

Ayah Dan Sang Bayi


Hati siapa yang tidak tersentuh melihat seorang pria menarik becak di siang hari yang panas sambil menggendong bayi? Hal ini benar-benar terjadi di India. Pria ini mengasuh bayinya karena sang istri meninggal setelah melahirkan dan tidak ada yang bersedia merawat sang bayi.
Dilansir Dailymail, nama pria ini adalah Bablu Jatav, 38 tahun. Dia dikaruniai seorang bayi perempuan yang diberi nama Damini setelah menikah selama 15 tahun dengan istrinya, Shanti. Pak Bablu mengatakan bahwa dia sangat senang diberkati seorang putri, tetapi dia menyimpan kesedihan mendalam karena sang istri meninggal sesaat setelah melahirkan.
“Shanti meninggal tidak lama setelah melahirkan di rumah sakit pada tanggal 20 September,” ujar pak Bablu. “Sejak saat itu, belum ada seorang pun yang mau merawat putri saya, sehingga saya yang merawatnya, bahkan pada saat saya menarik becak,” lanjutnya.
Pekerjaan pak Bablu sehari-hari adalah penarik becak di kota Bharatpur. Dia tidak memiliki saudara yang bisa merawat bayinya, sehingga jalan satu-satunya adalah merawat sang putri sambil bekerja. Pak Bablu menggendong bayinya dengan kain yang dililitkan di leher. Hal ini terpaksa dia lakukan, bahkan di tengah hari yang sangat panas.
“Saya harus membayar 500 rupee (Rp 55 ribu) per bulan untuk membayar sewa rumah  dan 30 rupee sehari untuk menyewa becak,” katanya. Bablu mengatakan dia takut untuk menikah lagi karena prioritas utamanya sekarang adalah untuk merawat dan membesarkan putrinya.
Kondisi ini memang memprihatinkan, terutama bagi Damini yang masih sangat kecil. Panasnya matahari dan kondisi jalanan membuatnya harus dilarikan di rumah sakit Jaipur beberapa waktu yang lalu. Sang bayi mengalami septikemia, anemia dan dehidrasi akut. Untungnya, kondisi sang bayi membaik setelah dirawat.
Berita ini dengan cepat menyebar di India, sehingga banyak tawaran bantuan yang diterima oleh pak Bablu. Besar kemungkinan bahwa pemerintah India setempat sedang memproses cara untuk membantu merawat sang bayi. Semoga bantuan segera datang, sehingga bayi perempuan ini mendapat perawatan yang lebih baik.

Apakah Kau Mengasihi Tuhan Dan Sesama?


Nats: Yoh 11 : 10 – 44
Adalah  mujizat terbesar yang Yesus Kristus lakukan, yang  ada  kaitan dengan hidup  manusia. Waktu  Yesus Kristus  di dunia, Dia pernah  membangkitkan:
  1. Anak  perempuan Yairus;  penjaga rumah  ibadah ,  yang berumur 12 tahun dengan  mengatakan:  “Talitakum”.  Menyatakan kata-kataNya mengandung kuasa, bahkan  membangkitkan orang mati.
  2. Anak dari janda di kota Nain, yang  jasadnya  sedang  diusung ke  kuburan.  Yesus yang  adalah  hidup,  menghentikan langkah  mereka dan  membangkitkannya. Menghentikan adalah  satu  interupsi  yang membuat  seorang  merasa dihambat; diganggu.  Ada  orang  yang  mengeluh: Tuhan,  aku sibuk  sekali,  tapi  mengapa  orang  Kristen  yang  satu ini  terus menerus menginjiliku,  mengajakku ke gereja!!!  Padahal  yang  dia temui  adalah  God’s  interruption, that  is a blesseing for  him,  God  stops  his  step  from going to hell.
  3. Lazarus.  Kali ini memang  sangat berbeda, karena yang  Yesus hadapi  adalah seorang yang sudah dikubur  empat hari.  Membuktikan  semua  hal  yang Tuhan lakukan  bukanlah  kebetulan atau terpaksa,  melainkan  seturut rencanaNya.
Itu sebab, saat Lazarus sakit,  Dia  tidak  segera  mengunjunginya. Masalahnya,  saat kita mengalami penderitaan yang  besar,  justru sering bertanya-tanya:  Tuhan, mengapa  Kau  mengulur-ngulur waktu;  tak segera  menyatakan  pertolonganMu,  bahkan terkesan  tak  peduli?  Sampai  akhirnya  kita  merasa  kecewa  terhadap  Tuhan.  Semua  itu  terjadi, karena  kita  tak  memahami sifat Ilahi  dan strategiNya  dalam melatih kita bersabar, menanti  dan  berharap dalam  iman.  Maka pendeta-pendeta yang  suka  menggumbar  janji: “Tuhan pasti memberkatimu, Dia  tak  akan memberimu  kesusahan” adalah  penipu.  Karena mereka  menipumu;  tak  mengajarkan prinsip  Alkitab  yang  benar  padamu:  ada kalanya Tuhan  memang  tak menyembuhkan  penyakitmu,  dan  kau  harus  tetap taat.  Ada  kalanya,  Dia  mengizinkanmu  merugi  sampai  ratusan juta rupiah,  atau  memakai musuh orang  Kristen memukulmu dengan  pukulan yang berat,  membuat hidupmu  susah…,  guna Dia  ingin melatih  kesabaranmu.  Kalau  orang Kristen  juga  hanya mencari untung, lancar, menang, kaya…..  bagaimana  kita  dapat  membuktikan  iman  yang sejati  pada dunia?  Kalau kita  hanya  mau  menerima; tak mau berkorban,  bagaimana  kita  dapat membuktikan  diri  taat  pada  firmanNya? Ada kalanya  memang  Tuhan membuat  kita miskin, sakit, patah hati…, membiarkan  kita resah, tak tahu harus  berbuat apa.  Itulah  keluhan yang  Soren A. Kierkegaard, filsuf Denmark abad  ke-19  cetuskan dalam kesulitan yang  amat berat:  what shoud I do now?  what decision sould I  make?  why  my situation  is so cruel?  Waktu saya  membacanya, saya merasa sangat  iba  padanya.  Tapi sebenarnya, orang yang tak pernah  mengalami kesusahan, krisis  besar  dalam hidupnya,  tak  akan  dapat  simpati dan  bermurah-hati pada orang lain. Kalau kau jatuh cinta begitu  rupa  pada seseorang, sampai rasanya  kalau  tak menikah  kalau tidak dengannya,  lebih baik tak menikah. Tapi ternyata  cintamu ditolak  oleh  orang  itu, tentu  serasa  kiamat,  bukan?  Bahkan  imanmupun goncang,  karena  Tuhan tak  memberikan orang  yang kau cinta  padamu.  Tapi sesungguhnya,  semua  pengalaman  pahit  sangat berguna bagimu.  Karena  your life starts from all kinds of  tribulation, difficulty and suffering.  Tanpa itu,  kau  akan  terus  menyia-nyiakan hidupmu: memakai  uang,  kesehatan, kesempatan dan  parasmu yang  rupawan   untuk berfoya-foya,  main  cinta  dengan pelacur… sampai kesulitan,  kepicikan  mengurungmu, baru kau menjerit  dari  kedalaman  hatimu,  tapi  tak tahu harus berseru  pada siapa. Karena kau belum  sungguh-sungguh mengenal Tuhan,  maka kau hanya dapat berseru pada sesuatu yang  selama ini  kau sanjung tinggi: jika  kau  mengabulkan  permintaanku,  aku mau mengikutmu  –  konsep allah yang  sia-sia. Sampai  saat kau  bertemu dengan  Allah yang sejati, Penguasa hidupmu,  sadar bahwa Dialah yang  mengizinkanmu mengalami semua hal yang pahit  bahkan  tak  menolongmu.
Kau  akan mendengar Dia  bertanya:  masihkah kau  percaya  dan  taat padaKu?  Dan  karena  kau tak dapat  menyangkali  keberadaanNya, bahkan harus  mengakui: God is working on you.  He permits all  the  sufferings  surround you  maka  jawabmu::  “yes, My God, I  will  totally surrender to  You”,  barulah kau mulai  sungguh-sungguh  beriman padaNya. Jadi, iman bukan  sekedar  berseru: aku  percaya  dan boleh  masuk sorga! Iman yang sejati,  yang bernilai diawali dengan pergumulan, sampai  kau  betul-betul  mengakui  akan  kedaulatanNya  atas  hidupmu dan  meski saat kau ditimpa  kesulitan-kesulitan,  Dia  tak  segera  mengulurkan  tangan   menolongmu,  kau  tetap  mau menjalankan  rencanaNya, taat pada pimpinanNya. Sama seperti  pengalaman yang  dialami keluarga Lazarus,  sudah  menyuruh  orang  mengabari  Yesus: “orang yang Kau kasihi sakit”,  tapi kataNya: “penyakit itu tak akan membuatnya  mati”  dan  menunda dua hari.  Sampai  setelah  Lazarus mati,  baru Dia  berangkat.  Maka waktu Dia  tiba  di Betania, Lazarus  sudah dikubur empat  hari.  Tak heran kalau  kakak-kakak Lazarus mengomel:  “mengapa  Kau tidak  datang lebih  cepat?” Dia tak menjawab, karena  Dia tahu:  My  time is not your time ,  Aku  akan  mencurahkan  berkat  seturut dengan  waktuKu bukan waktumu.  Berbeda sekali dengan ajaran  para pemimpin Karismatik:  berserulah,  Tuhan  pasti  menyembuhkanmu  –  bukan ajaran Alkitab.  Karena  Tuhan  yang  menetapkan waktu untuk  semua  perkara, tak  seorangpun  dapat mempercepat atau  memperlambat  waktuNya.  Sama  dengan  seekor  ulat  sutera, dia  akan  jadi kupu-kupu.  Tapi  perlu  melewati proses,  dimana dia  akan  berubah bentuk:  kakinya,  kepalanya,  ekornya…. hilang,  jadi  mirip dengan sebutir  kacang,  yang  disebut  kepompong.  Kepompong  itu  bukan mati melainkan tidur  sampai  satu  jangka waktu  tertentu.  Orang  harus  menunggu  dengan  sabar,  tak  bisa  membantunya  dengan menggunting  kepompong itu. Karena   hal itu justru akan membuat si kepompong mati. Tunggu sampai hari si kepompong  kembali punya kepala, mata, hidung, gigi  bahkan  sayap,  seturut  dengan dalil  yang Allah tetapkan.  Dia  akan  merobek  kulit  kepompong  dengan  giginya  dan keluar dalam  keadaan  yang  berbeda:  bukan  ulat  yang merangkak  tapi  kupu-kupu  yang  terbang .  Jadi,  jangan percaya akan  janji palsu  dan  mempercepat  masa  ujian  dari  Tuhan.
Kalau  anakmu kurang  ajar,  mungkin Tuhan  akan menguji  dia  lima, sepuluh tahun.  Biarkan  dia belajar  sampai  Tuhan membentuknya jadi orang Kristen  yang baik.  Dua ribu lima ratus tahun  silam, di  zaman  Waring  Period  di Tiongkok  terdapat  satu buku  yang  berjudul: zhan guo ci.  Dimana  terdapat  satu  cerita:  seorang  petani  menanam padi  dengan susah payah, ingin  sekali padinya  tumbuh dengan cepat.  Tapi hari  lepas hari,  dia  melihat  seperti padinya  masih  sama  seperti  hari-hari  sebelumnya.  Dia tak sabar, lalu  menarik  tiap-tiap  padi setengah  inchi  dan  senang.  Tapi keesokan  paginya, dia  menemukan, semua  padinya mati.  Mengapa? Karena tak tumbuh secara natural, tapi dipaksakan. Maka kalau waktu Tuhan belum tiba,  jangan  percepat,  agar tak  merusak  bahkan  mungkin menghancurkan  rencanaNya.  Begitu  juga dengan  kupu-kupu di dalam kepompong, tak  perlu  dibantu.  Agar jangan dia keluar  tapi  hanya  dapat  berjalan,  tak  pernah bisa  terbang  untuk selamanya.  Biar kita  menemukan bijaksana  yang Tuhan  simpan di  alam semesta,  lalu  renungkan dan  patuhi  dengan benar.  Karena  orang  Kristen yang  tak mematuhi  dalil pertumbuhan rohani  yang lazim: melewati  ujian, kesusahan,  penderitaan….   hidupnya  sama dengan apa yang  Socrates  katakan:  an unexamine life is not worth  living.  Dan  faktanya,  orang-orang  yang  agung,  yang sukses  sering kali  adalah  mereka  yang  pernah melewati kesusahan, melintasi lembah air mata,  dan  menang atas  cobaan  dan  ujian  yang berat — dalil yang Allah tetapkan.  Itu sebab,  keluarga  Marta, Maria dan Lazarus  adalah  Tuhan  Yesus  kasihi juga  tak terkecuali,  Dia mengizinkan kesulitan besar menimpa hidup  mereka dan sepertinya Dia  tak  peduli.  Mengapa Dia tak  memperlakukan Lazarus sama  seperti anak  Yairus, saat dia  sakit,  Yesus langsung datang.  Begitu  juga  saat  remaja  di kota Nain itu  diusung ke kuburan,  Yesus  mencegah  iring-iringan itu  sebelum  tiba di pekuburan? Karena  My time is not yet up.  You should  wait  patiently , agar  setelah  menerima  ujian,  iman  mereka  jadi  semakin  mantap.  Sayang,  Marta  dan  Maria;  kedua saudara itu kompak dalam hal  mengomel:  “Tuhan, jika  saja  Kau di sini,  tentu saudaraku tak akan  mati”.  Mendengar itu, apakah  Yesus meminta-maaf  akan  keterlambatanNya?  Tidak! Dia  tak  menjawab.  Karena  Dia  adalah Tuhan.  kita lah yang  harus  patuh  padaNya;  Pemimpin kita, yang  pimpinanNya  tak  pernah bersalah. Jadi,  kalau seorang pemimpin memimpin dengan jujur,  tidak  egois, mau  bekerja  keras,  jadi  teladan dalam hal  menyangkal  diri;  berkorban,  dan  mengarahkan  kita  pada  kehendakNya,  mari  kita taati  pimpinannya.  Tapi  kalau  pemimpin memimpin  dengan  tidak  jujur; main taktik,  egois,  self-centered,  kita  tak  perlu  menaati pimpinannya.  Saat  Yesus Kristus  mengajak  murid-murid  pergi ke  tempat  Lazarus,  ada  murid  yang  kurang  percaya  padaNya,  tapi  Yesus  tetap  memandang dia  sebagai  muridNya.  Jadi,  Tuhan  Yesus menerima  murid  yang  punya  keyakinan penuh,  juga  murid  yang  selalu  ragu, seperti:  Thomas.  Waktu Yesus  mengajak  mereka  ke Betania,  karena  kawanKu  telah   tertidur, mereka tak  mengerti, kalau  Lazarus  tidur,  tentu  dia  akan bangun,  jadi  untuk apa kita ke sana?  Maka  Tuhan Yesus  berkata  dengan  terus terang:  “dia  sudah mati”  dan  kata  Tomas  pada  teman-temannya:  “mari  kita  pergi  untuk  mati  bersamaNya”  —menyindir. Perkataan  yang kurang ajar itu Tomas  lontarkan  berdasarkan  rasio  manusia  yang created, limited, poluted,  tak  dapat memahami  rencana  Allah  yang  lebih  tinggi  darinya.  Apalagi Tomas  memang  adalah  orang  yang  selalu  ragu,  selalu  salah menafsirkan semua  hal  yang  dia  dengar  dan masih  mengira dirinya  pintar.  Maka pikirnya:  mana mungkin aku  percaya  akan supranatural,  itu  tidak praktis dan  tidak  mendarat. Yesus  juga  tak  menanggapinya,  tetap meneruskan  rencanaNya.  Mendengar  Yesus datang,  Marta  menyambut  Dia,  tapi  Maria. tinggal  di  rumah.  Saat itu, ada  banyak  orang Yahudi  yang  datang  menghibur.  Menandakan  bahwa  hidup  sosial  mereka  baik,  sehingga  saat mereka  berkabung,  banyak  orang  di kota itu datang  menyatakan  simpati  mereka. Karena  mereka  mengenal  orang-orang  di  keluarga  itu ramah,  suka  menjamu tamu,  menolong  orang. Bagaimana  dengan  orang yang  hidup  sosialnya tidak   baik?  Menurut  pengamatan saya, ada  orang yang  saat menikah  dihadiri  ratusan  orang,  ada  juga yang  hanya  dihadiri  dua puluh  orang.  Mengapa?  Karena mereka  tak  pernah  bersosialisasi dengan  orang lain:  datang  ke  gereja  hanya  mau  mendengar  khotbah, selesai  khotbah langsung   kabur.  Kalau kau tak  pernah  mau  berjabat-tangan; berkenalan dengan  orang, hanya  merasa  bangga  sebab  telah  jadi  anggota  gereja besar,  dan sangkamu, saat anakmu  menikah  nanti, pasti ada ratusan bahkan  ribuan orang  yang hadir.  Itu mimpi!  Ingat:  kalau  hidup  sosialmu  tidak baik.  Meski kau  tinggal  di  kota  besar,  tak ada orang  yang  mau  tahu akan  kau.  Saat  seorang  meninggal  dunia,  dari  banyaknya  orang  yang  datang  melayat,  kita  tahu  bagaimana  hidup sosialnya.  Karena  jumlah  orang yang hadir di  pernikahanmu atau keluargamu,  belum  tentu dapat  kita  pakai  untuk  menilai hidup  sosialnya  beres atau tidak.  Jadi, barometer yang  lebih  tepat untuk  kita  pakai menilai hidup sosial seorang  adalah  saat duka  bukan saat  suka. Sebab orang-orang yang datang  berkabung atas kematianmu,  tentu  bukan datang  untuk stor muka,  bukan?  Jadi sesungguhnya, ada  banyak  dalil  umum  di  dunia yang  sudah  kita  lupakan. Seperti:  bila seorang minoritas  rela  berjuang  mati-matian buat  mayoritas, saat itu juga, dia sudah  tidak  berstatus  minoritas  lagi.  Maria  dan  Marta  pasti  punya  nama  dan pelayanan yang  baik  di Betania.  Sehingga meski mayoritas  orang Yahudi  tak percaya  Yesus Kristus,  tapi  mereka  tak  berani menghina akan  Maria  dan  Marta,  karena  mereka Kristen.  Maka sebagai  orang Kristen,  selain  kita  harus  menjalin  hubungan  yang  baik  dengan Tuhan, juga dengan umat beragama lain. Terlebih  di  masyarakat  Pluralisme.  Kita  tak  perlu mengkompromikan  iman,  tapi  harus  dapat toleransi, menghargai  orang yang  berbeda  iman dengan kita,  menghargai  kebebasan  mereka. Tentu  kita  tidak  lupa  memberitakan  injil  pada mereka atas dasar saling menghormati, membawa mereka kembali  pada kebenaran. Dan sebaliknya,  dia juga  mungkin  memperkenalkan  agamanya,  mengharapkan kita  juga  menganut agama mereka:  Budha, Hindu, Islam…..  itu sah, sah saja.  Dan tetap  harus  menghargai  sesama  yang Tuhan  cipta dan  yang  Dia  beri  kebebasan.  Tentu yang  dimaksud dengan  “bebas”,  bukan menganat agama  sesuka hati  kita.  Kita harus  tetap  memelihara  iman,  juga  menghargai  kebebasan  orang lain, menjaga  keharmonisan  di  tengah masyarakat  yang Pluralis.  Jadi,  Marta  dan  Maria  memang  sangat  mencintai Tuhan Yesus.  Terlebih Maria,  setiap  kali  Dia  datang, Maria  selalu mendengarkan  firman Nya.  Maka  meski  di zamannya,  ada  banyak orang  yang datang  pada Yesus  untuk  mendapatkan  kesembuhan  dan berkatNya.  Tapi  Maria  tahu,  Yesus  bukan  Santa  Clause,  Dia adalah  Mesias.  Maka  saat  Yesus  di  dunia, tak  seorangpun (termasuk imam)  yang mengurapi Dia.  Tapi  Maria,  mengurapi  Yesus dengan minyak Narwastu.  Membuktikan bahwa iman-nya  terhadap Kristus;  doktrin  Kristologi-nya  benar.  Juga menyatakan  bahwa  mereka berdua  betul-betul cinta  Yesus,  rela  berkorban,  memberi  persembahan  dari  sedalam-dalam  hati mereka.  Dua ribu tahun silam, harga satu botol  minyak Narwastu sama  dengan  upah  seorang pekerja selama  satu tahun; tiga ratus enam puluh  lima  hari  —  sangat mahal,  bukan?  Tapi  dia rela  menabung  hasil  kerjanya  selama  satu  tahun, tanpa  memakainya  barang  sepeser;  seluruhnya dia pakai untuk  membeli minyak  Narwastu  dan dia pecahkan di hadapanNya.  Banyak  orang  suka  menyimpan botol  minyak  wangi,  agar  orang melihat  dirinya pernah  beli  atau pakai  minyak wangi  yang  sangat  mahal.  Sebenarnya,  Maria  punya alasan  yang  cukup  untuk  membanggakan diri:  karena dia; seorang gadis yang  masih  muda, mampu  membeli minyak  Narwastu yang  begitu mahal.  Apalagi untuk mengurapi Yesus.  Tapi  dia  menyerahkan semuanya  pada  Tuhan  tanpa  disisakan sedikit untuk diri sendiri.  Saya percaya,  uang yang  Marta  habiskan  untuk  belanja, menjamu Tuhan Yesus  pasti  tak  sedikit jumlahnya.  Dan  Maria,  bukan  hanya  mendengar khotbah,  dia  juga  memberi  persembahan  yang sangat  mahal. Alkitab  memang tak  menyinggung  soal persembahan  Lazarus,  hanya menyinggung  kematiannya.  Dan setelah dia  mati,  ada  banyak  orang  yang  datang  menghibur.  Saya  pernah menyaksikan  salah  seorang  jemaat saya  di  Surabaya yang sangat  kaya,  tak sampai lima  puluh orang yang  hadir di pemakamannya.  Juga  pernah  menyaksikan  seorang  majelis yang  betul-betul  cinta  Tuhan,  ada  +  tujuh ratus orang  (dua  kali lipat  dari  jumlah orang yang  hadir  di  kebaktian Minggu)  menghadiri pemakamannya. Dan  lebih dari  empat puluh lima menit,  orang-orang  bersaksi:  bagaimana Tuhan  memakai  dia  jadi  saluran  berkat  buat  saya  dengan  air mata yang  berlinang-linang.  Membuat  pemakanan kali itu  lebih  indah  dari  banyak  kebaktian di  hari Minggu, karena Tuhan dimuliakan. Saat  Yesus  tiba  di Betania,  Marta menyambut Dia sambil  mengomel:  “Tuhan,  kalau  saja ada  Kau,  Lazarus  pasti tak  mati”.  Tapi Yesus  malah  bertanya:  “dimanakah  dia?” “sudah  dikubur  empat  hari,  sudah  berbau busuk”.  Memang,  setelah  seorang  mati,  dua, tiga jam  kemudian,  sel-sel  di tubuhnya  mulai  rusak.  Hari  kedua. bakteri  berubah jadi seperti  kupu-kupu  kecil, keluar  dari  jasadnya.    Setelah  tiga  hari, jasad  mulai digerayangi oleh  ulat-ulat  —  menakutkan sekali.  Mulai keluar cairan, daging  mulai  hancur.  Beberapa  bulan  kemudian, sisa  seonggok  tulang  dan  seonggok  tanah.  Karena  tubuh  kita  terbuat dari  tanah  itu  akan  kembali  jadi  tanah  –  tak ada  yang  dapat  kita  sombongkan.  Maka  meski  kita punya tanah ribuan hektar  tanah,  terakhir kita  hanya menempati  tanah  1  x 2 meter.  Jadi, kalau kau  diberi  kekayaan,  dan  tak memakainya  untuk memuliakan Tuhan,   menolong  sesama,  sebenarnya  semakin  kau kaya  justru  semakin  malu.  Setelah  Lazarus  mati,  baru  Yesus  menyatakan  niatnya ke Betania  dengan  alasan:  Lazarus  tidur.  Yesus  sengaja  menggunakan  istilah  “tidur”,  karena  di  mataNya,  orang yang mati  di  dalam Dia  hanyalah  tidur:  jasmaninya saja yang  mati,  rohaninya  tidak  mati.  Maka saat  Marta  mengatakan:  “Lazarus  sudah  mati empat  hari,  sudah  berbau busuk”.  Yesus justru  mendeklarasikan:  “I am the life, I am the  resurrection”  —  deklarasi  yang  terbesar.  Mendengar itu,  sahut  Marta:  Lazarus  akan bangkit?  Tuhan,  aku  tahu,  Alkitab  memang mengajarkan pada saat kiamat nanti, semua  orang;  tentu  Lazarus  juga  akan  bangkit”  “no,  I  did not  mean it. I  say  that he will risen now; dia  akan  dibangkitkan,  sekarang”.  Marta  tetap tidak  mengerti  akan  apa yang Yesus  katakan,  karena dia  memang  sama sekali tak bisa  membayangkan, orang yang sudah dikubur empat  hari  bisa bangkit.  Maka  katanya: “jasadnya sudah membusuk”.  Menandakan bahwa  dia  tahu  secara pasti,  orang  yang  sudah  mati empat  hari mengalami corruption  pada tubuhnya  yang mortal.  Padahal  yang  Yesus  maksudkan dengan  I  am the life  adalah  immortal life.  Sama  yang tertulis di  I  Kor.  15,  waktu  Yesus  datang  kedua  kalinya,  orang  mati  akan  bangkit,  saat itu,  tubuh  yang  fana  jadi  tubuh  yang  tidak  fana,  tubuh  yang lemah  jadi  tubuh  yang  kuat,  tubuh  duniawi  jadi  tubuh  rohani,  tubuh  yang  hina  jadi  tubuh  yang  mulia  —  lima sifat  dari  the ressurected body: glorious, strong, immortal, spirit and everlasting.  Dan saat  Yesus  mengatakan:   “I am the  ressurection”,  Marta  menyahut:  “dia  sudah  mati  empat  hari,  sudah  berbau busuk”  “if you have  faith, you will see the glory of God”  — dasar dari teologi  Reformed.  Persis terbalik  dengan  konsep orang pada  umumnya,  yang  selalu  mengatakan: nyatakan  dulu  akan  kuasa  Tuhan,  baru aku    mau  percaya Dia.  Tapi kata  Tuhan: “you think,  that  after you see the glory of God, you will have faith in  Me? I do not want that kind of faith.  Because  faith that  produced  after  seeing  the glory of God is not  a  true faith .  Tuhan tak mau  kita  melihat mujizat  dulu baru  percaya,  karena  iman  yang  sejati  justru mendahului  penglihatan, bukti…  Seperti yang Yesus katakan di sini:  jika  kau  beriman,  maka  kau  akan  melihat  kemuliaan Allah.  Jadi,  iman  bukan  melihat  atau mengalami  dulu  baru  percaya,  melainkan  percaya  sebelum melihat.  Apa  yang  ku  percaya?  Janji Tuhan.  Karena  the word of  God is transcending our experience, is  more  supreme than  our  senses,  firman Tuhan  lebih   tinggi  dari  penglihatan ataupun  pengalaman  manusia. Dan  justru  karena kita tak  dapat  melihat,  maka kita  beriman. Mengapa  kita  beriman  pada  sesuatu  yang  tidak kita lihat,  buktikan  dan  alami?  Karena  Tuhan  tak mungkin  menipu  kita, amin?  Apa yang Dia Janjikan itu benar,  maka kita percaya. Waktu  kau  mau  menikah,  tentu  tak  akan  mengatakan  pada  pacarmu:  aku mau  buktikan  dulu,  bahwa  kau  seumur hidup  tak  berpenyakit kusta  baru  aku  mau  menikah  denganmu,  bukan?  Kau berani  menikah  dengan  seorang  yang  belum  kau  buktikan berapa  baiknya,  berapa  setianya,  berapa konsisten  cintanya  padamu.  Karena  faith is  prior  to  our  experiance, faith is transcend  all  the  evidances.  Maka  statemen  Tuhan  Yesus  pada Marta:  “jika  kau  beriman, kau  akan  melihat kemuliaan  Allah”  ini  adalah  prisaposisi  dari  motodologi  iman  orang Kristen  Reformed. Memang,  ada  banyak  orang  yang  mengaku  diri Kristen,  tapi  tak  mengerti  Alkitab.  Dan  yang lebih celaka lagi adalah:  banyak  pendeta  yang berkhotbah  tapi  tak  mengerti  Alkitab,   tak mau  mempelajari  prinsip  Alkitab  yang  akurat  dan  yang konsistens.  Kata  Yesus,  if you have faith, you will see the  glory of God.  Mari  kita  hidup  di  dalam  iman yang  sejati,  sebelum  kita  menerima  apa yang  Tuhan  janjikan,  sebelum  kita  mengalami pimpinanNya,  biar kita beriman  dulu:  Dia adalah Tuhan  yang  sejati,  yang  tak  pernah  salah,  yang jujur.  Sama dengan  Abraham,  saat mendengar  Tuhan memanggilnya untuk“come out from your  family,  your nation…,  I will  bring you there”.  “Where is it?”  “I do not tell you” “God,  I believe  in  You.  Because  I know,  whom I believe,  and  I  believe  that  everything  you say  is  true, honest,  sincere.  Although what you say  is beyond  my  experiance,  my sensation, my vision,  but  I  will follow   You”  —  itulah  iman.  Di sini  Yesus mengoreksi  metode iman  Marta dan Maria, bukan  minta Tuhan menyatakan  kemuliaan  dulu  baru mau beriman.  Melainkan beriman  dulu, baru dapat  melihat  kemuliaanNya.  Ujian, pelatihan,  yang  Tuhan  berikan  pada  mereka memang  berat  sekali.  Karena  mereka adalah  keluarga  yang  Tuhan  cintai,  tapi  Tuhan  justru mendisiplin mereka dengan  disiplin  yang  lebih  ketat.  Itu  sebab, saya;  Pendetamu  tak  akan  memanjakan,  melainkan melatih semua orang di GRII dengan ketat,  agar  setiap  kita  jadi  laskar Kristus  yang tangguh; yang  tahan uji. Maukah saudara?
(ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah – EL
Ringkasan Khotbah : Pdt. Dr. Stephen Tong

A Blind Boy


A blind boy sat on the steps of a building with a hat by his feet. He held up a sign which said: ‘I am blind, please help.’ There were only a few coins in the hat.
A man was walking by. He took a few coins from his pocket and dropped them into the hat.  He then took the sign, turned it around, and wrote some words. He put the sign back so  that everyone who walked by would see the new words. Soon the hat began to fill up. A lot more people were giving money to the blind boy. That afternoon the man who had changed the sign came to see how things were. The boy recognized his footsteps and asked, ‘Were you the one who changed my sign this morning? What did you write?’
The man said, ‘I only wrote the truth. I said what you said but in a different way.’ What he had written was: ‘Today is a beautiful day and I cannot see it.’
Do you think the first sign and the second sign were saying the same thing?
Of course both signs told people the boy was blind. But the first sign simply said the boy was blind. The second sign told people they were solucky t hat they were not blind. Should we be surprised that the second sign was more effective?
Be thankful for what you have. Be creative. Be innovative. Think differently and positively.

Cermin Kehidupan


Seorang karyawan perusahaan rel kereta api bernama Nick adalalah karyawan yang sangat rajin dan bertanggung jawab. Sayangnya ia mempunyai kekurangan yaitu tidak mempunyai harapan apapun terhadap hidupnya.
Pada suatu hari semua karyawan pulang lebih awal dari biasanya untuk merayakan ulang tahun bos mereka. Namun, tidak demikian dengan Nick. Ia tidak bisa menghadiri pesta karena terkunci di dalam mobil pengangkut es. Nick berteriak minta tolong dan memukul pintu dengan keras berharap ada orang yang mendengarkannya. Teriakan Nick menjadi percuma karena tidak ada seorang pun disana.
Tangan Nick merah membengkak dan suaranya pun menjadi serak karena terus berteriak minta tolong. Menyadari tidak ada seorang pun yang memperdulikan teriakannya, akhirnya ia terduduk dalam mobil sambil menghela napas panjang. Semakin ia berpikir, semakin besar rasa takut menghantuinya.
Di dalam mobil Nick tidak mampu menghilangkan pikiran buruknya. Ia membayangkan dirinya akan mati kedinginan jika tidak segera keluar dari mobil pengangkut es yang menurut dugaannya bersuhu dibawah nol derajat. Dengan tangan gemetar ia mencari secarik kertas dan sebuah pulpen untuk menuliskan wasiatnya.
Keesokan harinya semua karyawan pun datang kembali ketempat kerja. Ketika salah seorang dari mereka membuka pintu mobil pengangkut es, ia sangat terkejut menemukan Nick yang terbaring di sana. Kejadian yang mengejutkan ini menarik perhatian semua karyawan. Tak menunggu lama, mereka segera membawa Nick ke rumah sakit. Namun malang nasib nyawanya tak bisa diselamatkan.
Pada awalnya semua orang mengira bahwa Nick meninggal karena kedinginan jika dilihat dari kondisi tubuhnya. Namun setelah dilakukan investigasi, hasilnya sungguh mengejutkan karena ternyata pendingin di dalam mobil itu tidak aktif. Ruang tempat Nick terbaring kaku ternyata bersuhu 28 derajat dan memiliki pasokan oksigen yang cukup untuk bernapas.
Diketahui kemudian, penyebab kematian Nick bukanlah kekurangan oksigen dan suhu yang rendah, melainkan karena ia menghakimi dirinya dengan sebuah hukuman mati. Ia tidak mempunyai harapan selamat karena pikiranya sudah dipenuhi dugaan-dugaan negatif yang pada akhirnya membunuh dirinya sendiri.
Kepercayaan dalam diri adalah sebuah perasaan hati. Seseorang yang memiliki keyakinan terhadap sesuatu, tidak akan langsung berputus asa begitu saja. Jika menghadapi kesulitan dalam hidup ia tidak langsung bersedih dan menyerah. Ia terus berpikir untuk bertindak sebagai usaha penyelamatan dirinya.
Sesungguhnya yang mempengaruhi semangat kita bukanlah faktor-faktor dari luar, melainkan-faktor-faktor dari dalam diri kita sendiri karena Pencipta menciptakan kita sesuai dengan peta dan teladanNya. Betapapun besarnya dukungan dari luar, semuanya menjadi percuma jika kita tidak memulai dari dalam diri kita.

Sepuluh Hukum – Hukum Kedelapan (Bagian 3)


Sekalipun filsuf dari zaman ke zaman sering tidak mengerti atau salah mengerti akan firman Tuhan, tetapi firman Tuhan tidak pernah salah. Ketika kita membandingkan Sokrates, Konfusius, Mensius, aliran Heraklisian, Plato, Aristoteles, dan yang lainnya, kita akan menemukan bahwa manusia sudah tercemari dosa Adam, sehingga hanya Kitab Suci sajalah yang murni, yang Allah berikan dari takhta-Nya yang paling objektif, paling netral dan kekal. Prinsip-prinsipnya tidak pernah perlu berubah. Oleh karena itu, kita melihat bahwa di setiap zaman, semua pemikiran dan filsafat yang tidak setuju, yang tidak mengerti Alkitab, harus terus berubah; sementara Alkitab sendiri tidak pernah perlu berubah. Inilah Sola Scriptura. Kita bersyukur kepada Tuhan karena hukum kedelapan ini Tuhan pakai untuk menghakimi semua pemerintah yang melawan Alkitab dan yang berusaha menghakimi atau mengoreksi firman Tuhan. Seperti filsafat komunisme yang berusaha untuk melempar Kitab Suci ke belakang, akhirnya ia sendiri yang dilempar ke belakang oleh Kitab Suci, karena bukan manusia yang menghakimi Allah, tetapi Allah yang kekal yang menghakimi manusia yang sementara.
Sepuluh Hukum jauh lebih tinggi daripada semua hukum dunia yang dipakai untuk mengatur tindak tanduk seseorang agar tidak menyeleweng. Itu terjadi karena hukum dibuat oleh manusia yang sendirinya sudah menyeleweng. Sepuluh Hukum bukanlah produk otak manusia, melainkan pemberian Allah Pencipta, maka Sepuluh Hukum dibutuhkan oleh dunia sampai kiamat, bukan hanya sekadar menjadi standar tingkah laku manusia, tetapi juga untuk menyatakan sifat moral Allah kepada manusia. Jika kita bandingkan dengan Roma 7, Hukum Taurat membawa kita untuk mengenal tiga sifat Allah yang paling dasar, yaitu: suci, adil, dan bajik. Hal ini membuat kita seharusnya membenci dosa, ketidakadilan, dan ketidakbenaran, serta menyadarkan kita bahwa diri kita sudah meleset jauh dari target yang Allah tetapkan ketika Dia mencipta kita. Tepat seperti pengertian yang digambarkan oleh istilah bahasa Yunani tentang “dosa” di dalam Perjanjian Baru, yaitu: hamartia (artinya: tidak mengenai sasaran); atau adikia (artinya: tidak adil atau tidak benar di hadapan Tuhan). Kita yang dicipta seturut peta teladan Allah disebut berdosa ketika kita tidak memantulkan kemuliaan-Nya, kesucian-Nya, dan kebajikan-Nya.
Kita telah membahas empat kasus pencuri, yaitu: Akhan, Saul, Yudas, dan Ananias-Safira. Dari keempatnya hanya Yudas yang secara tegas disebut pencuri. Ananias dan Safira disebut penipu. Terlihat di sini bagaimana Allah murka dan menjatuhkan hukuman yang keras kepada mereka. Tidak seorang pun yang dapat luput dari murka Allah. Tuhan tidak pernah memaksa kita untuk memberikan persembahan, kecuali perpuluhan. Tetapi Tuhan juga tidak suka kita menipu dan mengambil sebagian dari apa yang kita nyatakan sebagai persembahan. Di dalam Pengkhotbah 3 ditegaskan bahwa Allah di sorga dan manusia di bumi, maka kita tidak boleh banyak bicara, berdiamlah dan menghadap hadirat-Nya dengan langkah yang ringan. Kalimat yang kelihatannya sederhana ini dipikirkan begitu mendalam oleh seorang filsuf Denmark yang terkenal, Søren Aabye Kierkegaard, yang mengembangkan konsep “Perbedaan kualitatif antara Allah dan manusia, antara waktu dan kekekalan, antara sorga dan bumi”. Ini adalah perbedaan kualitatif yang sangat penting untuk dimengerti dan disadari oleh manusia, karena manusia bukan Tuhan. Biarlah Allah itu Allah dan manusia itu manusia (Let God be God, and man be man). Hal ini mengharuskan manusia senantiasa gentar dan takut kepada-Nya. Jika engkau berjanji kepada Tuhan, tepatilah janji itu, jangan ingkar, karena Tuhan melihat sampai ke dalam hati sanubari kita yang paling dalam. Ananias dan Safira bersekongkol untuk menipu orang, seolah-olah mereka sudah memberikan semuanya, tetapi ternyata tidak seperti yang mereka katakan. Mereka mengambil sebagian dari yang mereka janjikan. Kita harus melihat penipuan seperti ini bukan kepada manusia, tetapi kepada Allah.
Di setiap awal era yang baru, Allah selalu menyatakan kuasa-Nya, keadilan-Nya secara dahsyat, tegas, dan menakutkan. Allah menyatakan kepada manusia bahwa Dialah penguasa hidup dan mati kita, yang tidak boleh dipermainkan atau disepelekan oleh manusia. Tuhanlah yang memberi kita uang, harta, talenta, waktu, hidup, dan kesempatan. Semua itu pemberian yang tidak boleh dipermainkan atau diperlakukan sewenang-wenang, karena semua berkat itu baik, indah, dan berasal dari Tuhan. Semua yang dari Tuhan sebenarnya adalah milik Tuhan (Yak. 1), yang Dia percayakan kepada kita untuk menguji kita. Setiap kali kita membuka paspor kita, di situ ada tertulis: Paspor ini milik negara. Jadi sekalipun paspor itu ada di tangan saya, dan ada nama saya di situ, paspor itu tetap bukan milik saya. Itu dipercayakan kepada saya untuk memudahkan saya bepergian ke luar negeri. Tetapi jika saya melanggar hukum, maka pemerintah berhak dan bisa mencabut paspor itu dari tangan saya, dan menuntut saya di pengadilan.
Seorang ketua majelis dari sebuah gereja yang kurang simpati dengan Theologi Reformed bertanya kepada saya, “Apa bedanya Reformed dan non-Reformed?” Saya katakan kepada dia, “Satu, Reformed mengutamakan kedaulatan Allah…” Dia langsung memotong dan berkata, “Wah, kalau begitu saya juga Reformed karena saya mengakui kedaulatan Allah.” Apakah ‘mengakui’ sama dengan ‘mengutamakan’? Apakah hanya dengan mengakui Theologi Reformed seseorang sudah menjadi Reformed? Abraham Kuyper, seorang theolog, ahli pendidikan, dan politikus yang pernah menjabat sebagai perdana menteri Belanda, mengatakan, “Di dalam hidupku, tidak ada satu inci pun tempat di mana Tuhan tidak bertakhta.” Saat kita menggunakan uang, harta kita, kita harus mengutamakan kedaulatan Allah di dalam keputusan kita. Orang yang sadar bahwa semua yang dia miliki harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan, pasti akan sangat berhati-hati dan berhemat. Inilah sikap orang Reformed yang sejati. Orang yang mengaku Reformed tetapi hidupnya tidak pernah diubah oleh firman Tuhan, sedang mencoreng nama Reformed.
Jadi ketika kita mengartikan istilah ‘mencuri’ hanya mengambil barang orang, itu adalah pengertian yang sangat dangkal, hanya pengertian yang di permukaan saja. Sebenarnya, mencuri juga meliputi pengertian keserakahan dan keberanian seseorang mengganggu hak milik orang lain. Dalam hal hak milik ini, tidak hanya dipandang dari aspek horizontal, tetapi juga vertikal. Hak milik ini bukan hanya hak milik manusia, tetapi juga hak milik Tuhan. Semua yang ada di dunia ini berasal dari Tuhan, bergantung kepada Tuhan, dan kembali kepada Tuhan. Kita harus mempertanggungjawabkan semua itu dengan benar.
Apa saja harta yang Tuhan percayakan kepada kita yang harus kita pertanggungjawabkan kepada Tuhan? Sebenarnya banyak sekali. Maka kita akan memperhatikan beberapa di antaranya yang sangat penting, karena kalau tidak diperhatikan dan disadari dengan baik, kita telah mencurinya.
1. Mencuri Waktu
Harta kita yang paling penting di hadapan Allah adalah wadah yang di dalamnya kita hidup, yaitu ruang dan waktu. Ini adalah wadah seluruh ciptaan yang Tuhan cipta. Kebanyakan orang menghitung harta berdasarkan banyaknya uang yang dimilikinya. Sebenarnya, uang bukan harta kita yang terpenting. Harta yang terpenting adalah ruang dan waktu. Itulah yang memungkinkan kita berada di dunia ini.
Properti penting manusia adalah ruang. Laozi, seorang filsuf Tiongkok yang terkenal, menulis di dalam bukunya Dao De Jing: “Tidak keluar rumah, tetapi tahu segalanya.” Ini menggambarkan orang yang geraknya begitu terbatas, tetapi memiliki pengetahuan yang tidak terbatas. Betapa luar biasa orang sedemikian. Itu orang yang sangat ekonomis, karena dia berhasil mendapatkan yang terbesar dari yang terkecil. Kita bisa melihat bahwa negara Indonesia yang tanahnya begitu luas dan subur, terdapat begitu banyak orang miskin, sementara negara Belanda, negara Denmark, negara Swiss yang begitu kecil, dengan hasil bumi yang minim bisa lebih makmur. Itu karena mereka mengerti dalil ekonomi yang paling dasar di atas. Ruang gerak Tuhan Yesus juga hanya di daerah Yudea dan Galilea, tetapi pengaruh-Nya sampai ke seluruh dunia. Begitu pula, salah satu filsuf terbesar dalam sejarah, Immanuel Kant, lahir di kota kecil Königsberg. Dia besar, belajar, kuliah sampai lulus di Universitas Königsberg, menjadi profesor di universitas itu, terus sampai meninggal di Königsberg. Ruang geraknya sangat terbatas, tetapi pengaruhnya sedemikian besar, hingga setiap orang yang tidak mempelajari pemikiran filsafatnya dianggap tidak mengerti filsafat. Dengan ruang gerak kecil menghasilkan pengaruh terluas, yaitu seluruh dunia.
Salah satu properti terpenting lainnya yang Allah karuniakan kepada kita adalah waktu. Saya tidak tahu berapa panjang usia yang Tuhan berikan kepada saya, namun saya tahu bahwa nilai hidup seseorang tidak ditentukan oleh panjangnya waktu hidupnya. Ada orang-orang yang panjang sekali usia hidupnya, tetapi hidupnya penuh dengan kekosongan, kemalasan, dan kebodohan. Ada orang lain yang usianya pendek, tetapi hidupnya penuh bijaksana, rajin, dan memberi pencerahan kepada banyak orang lain. Kita mungkin telah berdosa di dalam hal mencuri ruang dan waktu yang Tuhan berikan.
Kita mencuri waktu jika kita memakai waktu untuk hal-hal yang kita suka, yang dapat binasa, dan bukan untuk hal-hal yang mulia, yang hormat, yang kekal, dan yang menjadi berkat bagi sesama. Istilah “mencuri waktu” banyak orang sudah mengerti, karena kita sering menggunakannya. Seseorang berani mencuri waktu dan mempermainkan waktu karena dia tidak mengerti Theologi Reformed yang menuntut setiap orang untuk bertanggung jawab kepada Tuhan atas apa yang dipercayakan kepadanya. Jika Kuyper mengatakan tidak ada satu inci dalam hidupku yang tidak dimiliki Allah, apakah kita juga boleh mengatakan bahwa tidak satu detik pun hidup kita yang tidak di dalam penguasaan Tuhan? Betapa sulitnya melakukan hal ini. Itulah orang Kristen. Menjadi orang Kristen memang sulit, tetapi menjadi orang Kristen yang Reformed, jauh lebih sulit daripada sekadar menjadi orang Kristen Injili, apalagi orang Kristen Karismatik. Orang Kristen Reformed sadar bahwa dirinya harus mempertanggungjawabkan seluruh hidupnya, seluruh ruang, seluruh waktu, kesehatan, kesempatan, dan semua karunia yang ia miliki kepada Tuhan.
Saya pernah mengatakan, “Kesempatan tersimpan di dalam waktu.” Namun, sering kali kesempatan yang sangat penting kita lewatkan begitu saja, kecuali kesempatan yang mendatangkan keuntungan bagi kita. Padahal kesempatan mendapat keuntungan adalah kesempatan yang sangat tidak berarti dibandingkan dengan kesempatan bersumbangsih, menolong orang, melakukan kebajikan, dan memuliakan Tuhan. Kita sering kali menganggap diri kita sangat pandai, padahal sesungguhnya kita sangat bodoh, karena kita telah menukarkan kesempatan penting yang kita anggap tidak penting dengan sesuatu yang tidak penting tetapi kita anggap penting, karena konsep dan cara penilaian kita salah. Bagai tokoh Aladin yang menukar lampu ajaib yang sudah tua dengan lampu baru yang dapat diperoleh di mana-mana. Oleh karena itu, marilah kita menata ulang pengertian aksiologi (ilmu nilai) kita agar sesuai dengan ajaran Kitab Suci, sehingga kita tidak bersalah dengan mengagungkan apa yang Tuhan benci. Itulah cara yang benar agar kita bisa menggunakan waktu kita – harta yang Tuhan karuniakan kepada kita – dengan baik dan penuh tanggung jawab, karena setiap orang mendapatkan jumlah waktu yang sama, yaitu 24 jam x 365 hari dalam setahun.

Celakalah orang yang ketika uangnya berkurang sedikit saja langsung sadar dan marah, tetapi ketika waktunya hilang dia tidak menyadarinya, karena ia tidak memandang waktu dari sudut pandang kedaulatan Tuhan. Di dalam sejarah, ada orang-orang yang usianya relatif singkat. Pergolesi meninggal di usia 26 tahun, Schubert di usia 31 tahun, Mozart di usia 35 tahun, Mendelssohn di usia 38 tahun, Wagner di usia 40-an. Tetapi mereka semua telah berpengaruh besar selama ratusan tahun. Di antara para “pendiri agama”, Yesuslah yang paling singkat umurnya, yaitu 33,5 tahun. Sokrates berusia 68 tahun, Konfusius 72 tahun, Muhammad 62 tahun, Sakyamuni lebih dari 80 tahun, demikian pula Laozi. Yesus berusia paling singkat dan paling menderita di antara semuanya. Namun, Dia senantiasa mengerjakan pekerjaan Bapa-Nya. Ketika saya membaca ayat: Yesus berkata: ‘Aku selalu mengerjakan pekerjaan yang memperkenankan Bapa-Ku, maka banyak orang percaya,’ air mata saya bercucuran. Kita sering kali terlalu percaya kepada takhayul, bahwa pelayanan yang tidak disertai dengan mujizat, kuasa supranatural, kesembuhan ilahi, dianggap tidak cukup kuasa untuk mengabarkan Injil. Padahal kita melihat bahwa Islam tidak pernah melakukan mujizat, namun jumlah mereka terus bertambah. Sementara orang Kristen sudah kehilangan yang paling penting, yaitu iman akan kuasa firman. Kita telah kehilangan keyakinan yang paling penting dan paling hakiki di dalam iman kita. Untuk menjadi suatu gerakan yang penting dan berpengaruh besar di dunia, dibutuhkan satu syarat penting, yaitu: membangkitkan kembali keyakinan yang telah diberikan kepada para rasul, yaitu komitmen kesungguhan menjalankan kehendak Tuhan dengan jujur, berani, bijaksana, dan kasih. Itulah yang Yesus Kristus senantiasa lakukan untuk memperkenan Bapa-Nya, sehingga banyak orang percaya kepada-Nya.
Orang melihat baik pada zaman Yesus maupun saat ini, bahwa para pemimpin agama hanya melakukan kegiatan agama, mengenakan jubah kebesaran agama; sementara Yesus – meskipun tidak mengenakan jubah agama, tidak memiliki kuasa politik, ekonomi, akademi, militer, atau kuasa apa pun di dunia ini – melakukan apa yang dikehendaki Bapa-Nya. Yesus senantiasa hidup memperkenankan dan memuliakan Bapa-Nya, sehingga mereka beriman kepada-Nya. Jadi, Yesus bukan menaklukkan dunia dengan kuasa, melainkan dengan melakukan pekerjaan Bapa-Nya. Jika engkau rindu suatu pelayanan diberkati Tuhan, engkau harus berlutut di hadapan Tuhan, meminta Dia memampukan engkau untuk mengerti kehendak-Nya, lalu memaksa diri dengan rela untuk menjalankan kehendak-Nya tersebut, sehingga pelayanan itu memperkenan hati-Nya.
Ada orang-orang yang bingung dan bertanya-tanya, saya akan membawa seluruh pelayanan ini ke arah mana. Hal sedemikian memang merupakan hal yang sulit. Sangat berbeda dengan perusahaan dunia yang menetapkan arah dan target dengan jelas. Hidup iman adalah hidup yang berani meninggalkan tanah Mesopotamia tanpa tahu akan pergi ke mana dan menetap di mana. Inilah pengalaman Abraham dan semua tokoh Alkitab yang hidupnya dipimpin Tuhan. Inilah pelayanan rohani, yang berbeda dari cara kerja perusahaan dunia. Yang dibutuhkan adalah ketaatan kepada Tuhan. Dia yang akan memimpin Anda untuk meraih hasil yang jauh lebih besar dari seluruh cara kerja dunia. Dua puluh tahun yang lalu saya tidak tahu di mana gereja yang akan didirikan, bentuknya seperti apa, berapa luas, dan seterusnya, tetapi saya tahu bahwa kita sedang dalam pimpinan Roh Kudus. Itu sebabnya, saya senantiasa mengingatkan rekan-rekan kerja saya: Hendaklah kalian selalu peka akan pimpinan Roh Kudus yang baru. Ia akan membuat segala sesuatu semakin lama semakin jelas. Relakan dan buatlah dirimu senantiasa siap untuk mengikuti pimpinan-Nya. Rela setiap saat berubah, mau taat dan tunduk kepada pengarahan Allah. Gereja sering terlena di dalam keberhasilan yang pernah diraihnya, akibatnya gereja itu tidak bisa lagi berkembang, bahkan mulai menyusut. Pendeta-pendeta yang menganggap gerejanya sudah memiliki target, memiliki cukup banyak pengalaman, membangun tata gereja yang kuat, akan lupa atau kehilangan kesungguhan untuk bersandar kepada Tuhan, yang memberikan talenta, kesehatan, ruang dan waktu, untuk kita pergunakan secara maksimal.

2. Mencuri Perpuluhan
Selain kita bisa mencuri ruang, waktu, kesehatan, kesempatan, kita bisa juga mencuri perpuluhan. Jangan katakan kepada orang lain berapa banyak yang sudah engkau berikan sebagai persembahan, tetapi tanyakan kepada diri sendiri, berapa kali lipat lebih banyak yang telah engkau sisihkan bagi kepentinganmu sendiri. Tuhan selalu memperhatikan berapa banyak yang engkau sisihkan untuk dirimu, kepentinganmu, kenikmatanmu, keluargamu, ketimbang untuk Dia. Pernyataan ini sempat membuat saya gentar, karena hati kita bukan milik kita. Itu Tuhan pinjamkan untuk menguji kesetiaan kita.
Sudahkah kita mengembalikan perpuluhan kepada Tuhan karena itu milik-Nya? Tuhan Yesus mengatakan, “Kembalikan kepada kaisar yang kaisar punya, dan kepada Tuhan yang Tuhan punya.” Jika kita belum mengembalikan yang Tuhan punya, berarti kita mencuri uang Tuhan. Di dunia ini terdapat banyak ketidakadilan, orang yang mencuri sedikit dijebloskan ke penjara, sementara orang yang mencuri banyak dipuji-puji. Tetapi Alkitab mengingatkan kita bahwa Tuhan pasti akan menghukum orang yang tidak bertanggung jawab.

Søren Aabye Kierkegaard berkata, “Apakah di dunia ini masih ada orang Kristen yang bertanggung jawab, yang sungguh-sungguh setia di hadapan Tuhan?” Jawaban yang ia berikan sangat menakutkan, “Satu-satunya orang Kristen yang menjalankan kehendak Allah dengan tuntas, memperkenan hati-Nya, dan menjadi teladan bagi setiap orang Kristen hanyalah Yesus Kristus yang sudah tersalib.” Memang saya tidak menyetujui sepenuhnya pernyataan tersebut, tetapi pernyataan itu membuat saya takut dan gentar. Sebab, kita memang tidak sempurna, kita butuh kuasa Tuhan untuk mengubah kita menjadi semakin sempurna.
Menurut John Wesley, manusia dapat mencapai kesempurnaan asal semasa hidupnya terus menuntut hal-hal rohani. Pemikiran ini berbeda dari pemikiran Calvin tentang kesempurnaan. Saya pernah mengkhotbahkan, “Kesempurnaan ciptaan sebagai ciptaan yang dicipta Allah menurut peta teladan Allah telah hilang setelah kejatuhan Adam. Dan kesempurnaan yang diberikan oleh Tuhan Yesus setelah penebusan adalah kesempurnaan di dalam kekekalan.” Pemikiran ini didasarkan pada pemikiran Agustinus tentang posse peccare, non-posse non-peccare, posse non-peccare, dan non-posse peccare (dapat berdosa, tidak dapat tidak berdosa, dapat tidak berdosa, tidak dapat berdosa). Kita tidak mungkin sempurna, tetapi paling tidak kita harus memiliki niat untuk menjadi sempurna dengan taat kepada Roh Kudus. Memang tidak ada seorang pun yang sempurna menurut standar Allah, tetapi Dia memandang motivasi dan tekad kita yang sederhana. Selain itu, kesempurnaan yang sejati bersifat progresif, yang menuntut kita terus bertumbuh semakin peka terhadap dosa, kesalahan dan kekurangan diri; mau bertobat dan meminta pengampunan-Nya. Tuhan ingin kita tidak membiarkan kemauan kita berada di atas kemauan Tuhan, sebaliknya membiarkan tangan Tuhan mencampuri hidup kita, mengubah dan memimpin kita untuk hidup semakin bertanggung jawab kepada-Nya.
3. Mencuri Kemuliaan Tuhan
Pencurian yang paling berat adalah mencuri kemuliaan Tuhan. Tuhan sudah mengerjakan segala sesuatu di dalam hidup kita, maka sudah sepatutnya kita hanya memberikan kemuliaan kepada Allah, dan tidak ada apa pun yang boleh kita ambil untuk diri kita sendiri. Allah adalah Allah yang satu-satunya berhak menerima semua kemuliaan. John Sung, seorang penginjil yang sangat terkenal, kerap menyanyikan lagu “Muliakanlah Nama-Nya”. Dia sadar Iblis selalu mengganggu dia pada saat pelayanannya sukses. Ada upaya untuk menggoda dia mengatakan, “Lihat, betapa hebatnya engkau. Kalau tidak ada engkau, semua ini tidak akan terjadi. Engkau telah dipakai Tuhan dengan sangat besar.” John Sung sangat takut kalau pada akhirnya setan menang dan dia dibuang oleh Tuhan.
Betapa malangnya seseorang yang sudah meninggalkan segala-galanya, mau mengikut Tuhan, tetapi akhirnya dia dibuang oleh Tuhan. Kita perlu senantiasa mengingat peringatan dari ungkapan Tuhan Yesus di dalam Matius 7:21-23. Yesus berkata, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: ‘Tuhan! Tuhan!’ akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, tetapi dia yang melakukan kehendak Bapa di sorga.” Hanya mereka yang sungguh-sungguh mau melakukan kehendak Allah yang dapat masuk Kerajaan Sorga. Pada hari itu akan ada banyak orang yang berkata, “Tuhan, Tuhan, bukankah aku sudah bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan melakukan banyak mujizat demi nama-Mu juga?” Tetapi saat itu Tuhan Yesus akan menjawab, “Aku tidak pernah mengenal engkau. Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian pembuat kejahatan.” Itulah nasib kekal bagi mereka yang terbuang, tidak ada lagi kesempatan untuk naik banding bagi mereka.
Di dalam kitab Yesaya, Tuhan mengatakan dua kali, “Aku tidak akan memberikan kemuliaan-Ku kepada ilah-ilah palsu.” Jadi barang siapa berani mencuri kemuliaan Tuhan, dia menjadikan dirinya sebagai allah palsu yang sedang menudungi kemuliaan Allah. Setiap orang yang merebut hak untuk menerima sembah sujud adalah allah palsu yang sangat dibenci oleh Tuhan. Jikalau ada seseorang memuji engkau, baiklah engkau mengatakan,“Semua ini memang adalah hal yang harus hamba kerjakan, tetapi bukan aku, melainkan Dialah yang patut dimuliakan.” Di dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, masing-masing ada satu orang yang mencuri kemuliaan Allah. Di Perjanjian Lama adalah Nebukadnezar. Dia berdiri di atas kota Babel, memandang kota yang megah, mewah, dan mulia itu, lalu berkata, “Bukankah semuanya ini karyaku, seorang raja yang hebat?” Karena dia memuliakan dirinya, maka Allah memperlakukan dia seperti sapi. Ia diusir dari istananya dan makan rumput, tidak bisa memerintah selama tujuh masa. Baru setelah bertobat, ia dipulihkan ke posisinya. Di dalam Perjanjian Baru adalah Herodes. Herodes, saat berpidato disambut dengan sangat meriah. Dia berbicara bagai Allah. Maka malam itu Allah mengirimkan seekor ulat untuk menggigit dia dan dia mati. Jadi, janganlah seseorang berupaya mencuri kemuliaan Tuhan Allah dengan cara memuliakan dirinya sendiri. Kita harus senantiasa belajar seperti John Sung yang terus-menerus mengembalikan kemuliaan kepada Allah.
Apakah arti lagu Doksologi yang kita nyanyikan di penutup kebaktian? Kemuliaan bagi Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus, karena Dia yang telah mencipta, menyelamatkan, membawa kita masuk ke dalam segala janji-Nya. Kiranya ini bukan hanya berada di bibir kita saja, melainkan dari hati kita yang terdalam. Amin

Oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong

Sumber : http://www.nusahati.com/2012/10/sepuluh-hukum-hukum-kedelapan-bagian-3/