Jumat, 28 Oktober 2011

Kemarahan


Pernah ada anak lelaki dengan watak buruk. Ayahnya memberi dia sekantung penuh paku, dan menyuruh memaku satu batang paku di pagar pekarangan setiap kali dia kehilangan kesabarannya atau berselisih paham dengan orang lain.

Hari pertama dia memaku 37 batang di pagar. Pada minggu-minggu berikutnya dia belajar untuk menahan diri, dan jumlah paku yang dipakainya berkurang dari hari ke hari. Dia mendapatkan bahwa lebih gampang menahan diri daripada memaku di pagar.

Akhirnya tiba hari ketika dia tidak perlu lagi memaku sebatang paku pun dan dengan gembira disampaikannya hal itu kepada ayahnya.

Ayahnya kemudian menyuruhnya mencabut sebatang paku dari pagar setiap hari bila dia berhasil menahan diri/bersabar. Hari-hari berlalu dan akhirnya tiba harinya dia bisa menyampaikan kepada ayahnya bahwa semua paku sudah tercabut dari pagar.

Sang ayah membawa anaknya ke pagar dan berkata:

”Anakku, kamu sudah berlaku baik, tetapi coba lihat betapa banyak lubang yang ada di pagar.”

Pagar ini tidak akan kembali seperti semula. Kalau kamu berselisih paham atau bertengkar dengan orang lain, hal itu selalu meninggalkan luka seperti pada pagar.

Kau bisa menusukkan pisau di punggung orang dan mencabutnya kembali, tetapi akan meninggalkan luka. Tak peduli berapa kali kau meminta maaf/menyesal, lukanya tinggal. Luka melalui ucapan sama perihnya seperti luka fisik.

Kawan-kawan adalah perhiasan yang langka. Mereka membuatmu tertawa dan memberimu semangat. Mereka bersedia mendengarkan jika itu kau perlukan, mereka menunjang dan membuka hatimu. Tunjukkanlah kepada teman-temanmu betapa kau menyukai mereka.

Untuk mengakhiri:

”Keindahan persahabatan adalah bahwa kamu tahu kepada siapa kamu dapat mempercayakan rahasia.” (Alessandro Manzoni)

Sumber : http://groups.yahoo.com/group/fapet-unsoed/message/858

Pemindahbukuan PPh Pasal 26 Antar Tahun

Jika pada jurnal terdahulu telah dibahas tentang Pemindahbukuan, maka sesuai janji saya kali ini coba dibahas pemindahbukuan khusus PPh Pasal 26. Pembahasan khusus ini bukan karena tanpa alasan, karena saat ini seorang Account Representative (AR) sangat cepat dalam menangani setiap permohonan yang dilakukan oleh Wajib Pajak sebagai wujud pelayanan prima dan tuntutan reformasi dalam tubuh institusi itu sendiri dan termasuk Pemindahbukuan yang diajukan oleh wajib pajak.

Pada umumnya Wajib Pajak melakukan permohonan pemindahbukuan adalah karena banyak sebab, namun pada jurnal ini coba saya gambarkan beberapa permohonan pemindahbukuan (Pbk) yang diterima di kantor saya terkhusus Pemindahbukuan (Pbk) PPh Pasal 26 antar tahun diantaranya :

  1. Terjadinya 2 (dua) kali pembayaran terhadap obyek pajak yang sama
  2. Akibat kesalahan pengakuan biaya secara akrual, sementara atas obyek pajak PPh pasal 26 Royalty tidak teralisasi.
  3. Telah dilakukan pembayaran pajak obyek PPh Pasal 26 namun ternyata berdasarkan ketentuan P3B PPh seharusnya tidak terutang di Indonesia.
  4. Terjadinya penurunan tarif licensi Royalti misalnya tahun 2008 sebelumnya 9% menjadi 4%
  5. Adanya kelebihan pemotongan atau pembayaran Royalti

Dari permohonan tersebut di atas tampak biasa dan tidak ada masalah, namun ditegaskan agar masing-masing pihak lebih berhati-hati agar tidak disebut sebagai pelaku kejahatan.

Sebagai Wajib Pajak

Dalam pengajuan permohonan pemindahbukuan, mudahkanlah AR anda dengan memberikan dokumen dan persyaratan dengan lengkap dan benar, karena sebagai wajib pajak tentu paham akan dokumen terkait untuk membuktikan kebenaran permohonan.

Sebagai Account Representative

Sebelum menerima permohonan lakukan penelitian secara komprehensif atas kebenaran permohonan pemindahbukuan PPh Pasal 26 antar tahun yang diajukan oleh wajib pajak. Penelitian-penelitian tersebut diantaranya :

  1. Terjadinya 2 (dua) kali pembayaran terhadap obyek pajak yang sama, a). Obyek PPh Pasal 26 terutang pada saat diakui sebagai biaya (Akrual) tahun 2007 bukan masa/tahun 2008 yaitu pada saat dibayar (Kas) b). Untuk diteliti kredit pajak masing-masing tahun. c) untuk diteliti dari segi pembebanannya pada laporan laba rugi. d). Pembetulan SPT Masa atas yang diajukan juga tetap diperlukan.
  2. Akibat kesalahan pengakuan biaya secara akrual, sementara atas obyek pajak PPh pasal 26 Royalty tidak teralisasi, a). Dicermati bahwa proses jurnal akuntansi perusahaan bersandar pada dokumen/bukti pendukung, bukan suatu perkiraan/asumsi/ajustment. b). Biaya royalty timbul terkait dengan pemanfaatan barang tidak berwujud (HAKI) dari pihak lain yang biasanya dihitung berdasarkan prosentase atas sales/omzet. c). Atas royalty dikenakan PPh Pasal 26 UU PPh sebesar 20% atau tarif menurut P3B (SKD harus dilampirkan), d). Alasan yang dijadikan dasar permohonan PBK WP yakni biaya royalti yg sebelumnya diakui secara akrual kemudian menjadi tidak ada biaya (reverse journal) tidak didukung dengan bukti pendukung yang kuat berupa bukti transfer, SKD, invoice, surat perjanjian (agreement) dll.
  3. Telah dilakukan pembayaran pajak obyek PPh Pasal 26 namun ternyata berdasarkan ketentuan P3B PPh seharusnya tidak terutang di Indonesia, a). Pastikan pajak yang terutang atas jasa marketing yang diberikan WPLN Inggris, menurut WP tidak seharusnya terutang di Indonesia dengan meneliti bukti berupa Surat Keterangan Domisili dan Perjanjian kontrak kerja b). Pastikan Atas PPh 26 jasa marketing & biaya royalty, WP telah melakukan pembetulan SPT.
  4. Terjadinya penurunan tarif licensi Royalti misalnya tahun 2008 sebelumnya 9% menjadi 4%, a). Teliti atas penurunan tarif royalty apakah berdasar dengan bukti yang kuat dan kondisi makro ekonomi yang dialami semua pengusaha juga sama (dampak negatif krisis finansial global). b). Pastikan WP telah melampirkan bukti pembayaran/transfer, surat perjanjian (agreement), invoice dan SKD.
  5. Adanya kelebihan pemotongan atau pembayaran Royalti, a). Pastikan atas kelebihan pemotongan PPh Pasal 26 royalty tsb didukung dengan bukti yang kuat yakni laporan laba rugi, surat perjanjian (agreement), invoice, bukti pembayaran/transfer dll. b). Pastikan atas PPh Pasal 26 royalty tersebut, WP telah melakukan pembetulan SPT.

Pada prinsipnya, permohonan PBK yang tidak bisa diberikan, adalah “Wajib Pajak tidak bisa membuktikan bahwa SSP yang diajukan untuk dipindahbukukan belum diperhitungkan dengan pajak yang terutang”, contohnya:

  • WP tidak melakukan pembetulan SPT Masa PPh Pasal 23/26
  • SSP yang yang dipindahbukukan telah diakui sebagai kredit pajak dalam SKP hasil pemeriksaan;
  • Kesalahan pembebanan yang menyebabkan pajak yang terutang menjadi lebih kecil/tidak terutang, terhadap alasan yang menjadi dasar permohonan tidak dapat dibuktikan secara material yakni laporan keuangan laba-rugi, ledger, surat perjanjian/agreement/sejenisnya, invoice/sejenisnya (bukti tagihan), bukti pembayaran/transfer, dll
  • Terhadap mitra WPLN yang negaranya memiliki P3B (tax treaty) dengn Indonesia tidak dilampirkan Surat Keterangan Domisili (SKD)menurut PER-61/PJ/2009

Penutup

Sesuai dengan uraian dan penjelasan tersebut di atas, disarankan kepada para wajib pajak yang merasa telah melakukan kesalahan dan telah menikmati Pemindahbukuan (Pbk) yang tidak seharusnya, untuk segera melakukan pembayaran kembali untuk menghindari sanksi-sanksi yang lebih berat lagi. Dan kepada Account representative untuk melakukan pengecekan kembali atas permohonan-permohonan Pemindahbukuan yang telah disetujui namun masih memiliki tingkat kesalahan yang riskan, jika menemukan segera himbau kepada wajib pajaknya. Sebelum anda yang dihimbau untuk membayar oleh pengawasan internal saudara.


(Disusun dan telah dipresentasikan oleh tim Merah Putih)

Hukum Pertama (Part-1)

Selain kekristenan, tidak ada theologi yang memiliki pengertian bahwa kita dicipta oleh Allah, kita dicipta bagi Allah, kita dicipta untuk hidup di hadapan Allah, dan kita dicipta untuk bertanggung jawab kepada Allah. Kita harus hidup bertanggung jawab kepada Allah karena kita dicipta oleh Allah dengan kapasitas yang khusus. Hal ini membuat kita tidak bisa hidup sembarangan. Di mana kita berada, di situ Allah juga berada. Dia mengawasi kita, Dia memperhatikan setiap segi kehidupan kita karena Dialah Pencipta kita.

Seorang filsuf Denmark, Søren Aabye Kierkegaard (5 Mei 1813 – 11 November 1855) mengatakan, “Kita berada untuk sendiri di hadapan Allah”. Seorang pendeta di New York yang berpikir bahwa jemaatnya bodoh dan tidak mengetahui apa-apa, berkhotbah secara sembarangan. Tetapi ketika kemudian ia melihat seorang theolog yang mahir datang dan ikut di dalam kebaktiannya, maka khotbahnya langsung berubah. Ia menjadi begitu berhati-hati dan bersemangat. Jadi, apakah pendeta ini berkhotbah di hadapan Allah atau di hadapan manusia? Di sini kita melihat bahwa pendeta ini bukan berkhotbah di hadapan Allah dan bertanggung jawab kepada Allah. Ia hanya berkhotbah di hadapan manusia dan berusaha menyenangkan manusia. Sejak jemaatnya mengetahui sikap pendeta ini, mereka tidak lagi menghargai pendeta ini. Mereka melihat bahwa pendeta ini tidak setia di hadapan Tuhan.

Ada sebuah tayangan DVD yang sangat mengejutkan saya. Pada suatu saat, Berlin Philharmonic Orchestra – satu dari dua orkestra terbaik di dunia – sedang berlatih sebelum pementasan dengan begitu seriusnya. Seorang wartawan mencoba mencari tahu mengapa mereka berlatih sedemikian serius. Ternyata karena Wilhelm Furtwängler – dirigen terbesar sebelum Karajan – hadir. Meskipun ia belum memasuki ruangan, mereka sudah berlatih dengan begitu serius. Furtwängler adalah senior dari Karajan. Ketika orang memuji kehebatan Karajan, ia menjawab: “Furtwängler tidak mengatakan demikian kepadaku.“ Furtwängler masih belum puas dengan conducting dari Karajan, muridnya. Mengapa manusia melakukan hal-hal yang tidak beres? Karena dia melihat bahwa tidak ada orang lain di sana. Ketika engkau sadar bahwa Tuhan ada di depanmu maka hidupmu pasti beres. Firman Tuhan mengatakan: “Tidak ada allah lain di hadapan-Ku, dan engkau harus hidup benar di hadapan-Ku.” Orang Kristen harus belajar untuk selalu hidup di hadapan Tuhan dengan benar meski tak seorang pun mengawasi dirinya.

Percaya Allah yang Esa dan kepada-Nya engkau bertanggung jawab adalah dasar etika manusia. Hukum tak mungkin membuat hidup seseorang menjadi beres, selama engkau belum mengerti butir yang amat penting ini. Oleh karena itu, percaya Allah tidak ada, sepertinya lebih nyaman ketimbang percaya ada Allah; percaya ada banyak allah, sepertinya lebih nyaman ketimbang percaya Allah yang Esa; percaya Allah ada tetapi berada nun jauh di sana, jauh lebih nyaman daripada percaya Allah senantiasa dekat dan memperhatikan kita. Inilah empat hal yang menjadikan manusia sulit untuk mempercayai Allah ada, yaitu: 1) Atheisme 2) Politheisme 3) Deisme, dan 4) Hidup tanpa tanggung jawab di hadapan Allah. Ada sebagian orang yang percaya “tidak ada Allah” sebenarnya percaya bahwa “Allah tidak ada.” Apa bedanya? Tidak ada Allah berarti Atheisme, yaitu menolak keberadaan Allah. Tetapi percaya Allah tidak ada berarti Allah sedang tidak memperhatikan. Sebenarnya pernyataan “Aku percaya tidak ada Allah” adalah pernyataan yang aneh. Jika memang tidak ada Allah, mengapa perlu begitu serius melawan? Juga tidak perlu kita repot-repot percaya. Percaya adalah suatu langkah positif yang tidak perlu diarahkan ke hal yang negatif (tidak percaya). Jika memang tidak ada, tentu kita tidak perlu berteriak untuk tidak mempercayainya. Kita tidak akan berteriak-teriak tidak percaya ada naga. Banyak orang Kristen mengaitkan naga dengan setan. Banyak orang Kristen kemudian menghancurkan semua benda yang bergambar naga, tetapi anehnya dolar Singapura yang ada gambar naganya tidak dibakar atau dirobek, tetapi tetap disimpan. Di sini kita melihat sikap manusia yang dualistik atau bahkan cenderung schizophrenia. Bagaimana dengan mereka yang mengabarkan Injil ke pedalaman Kalimantan? Di sana banyak orang Dayak yang menato tubuhnya dengan gambar naga. Apakah ketika percaya Tuhan Yesus lalu mereka harus dibakar atau dikuliti? Ada satu keluarga didatangi seorang pendeta. Pendeta itu mengatakan bahwa karena ada banyak guci dan piring yang bergambar naga maka ibunya menjadi buta. Kalau semua guci dan piring sudah dihancurkan maka ibunya akan sembuh. Setelah keluarga ini menghancurkan guci-guci dan piring-piring yang sangat mahal harganya, ternyata ibunya tetap buta, dan pendeta itu kabur. Jangan saudara mudah ditipu. Setan yang mau tinggal di dalam guci adalah setan yang bodoh. Setan yang pandai ingin tinggal di dalam hati manusia. Tidak banyak atau bahkan tidak ada orang mau mengadakan seminar ada naga atau tidak. Tetapi banyak seminar membicarakan ada Allah atau tidak. Aneh bukan? Komunisme berusaha meyakinkan dan mendorong orang untuk percaya bahwa Allah tidak ada. Bukankah aneh untuk mendorong orang mempercayai sesuatu yang tidak ada. Mereka berusaha membuktikan Allah tidak ada. Ini sesuatu yang absurd, di mana orang sibuk membuktikan hal yang tidak ada. Kalau memang tidak ada, tentu tidak berguna untuk berusaha keras membuktikan bahwa sesuatu tidak ada. Kalau memang mereka begitu yakin tidak ada Allah, mengapa ada banyak orang yang mengalami anugerah Allah, mengalami bergaul dengan Allah, mengalami firman Tuhan, dan mengalami pimpinan-Nya yang sangat konkret? Orang atheis sebenarnya hanya menipu diri sendiri, lalu menggandeng materialisme, keduanya tak pernah menjadi arus pokok di dalam sejarah manusia, hanya menjadi sub-culture yang akhirnya harus digeser oleh zaman.

Sejak para pluralis Gerika, seperti Heraklitos, Parmenides, sampai Democritus, mereka percaya Allah tidak ada, yang ada hanya materi. Mereka membeda-bedakan berbagai jenis materi, tetapi mereka tidak percaya adanya hal-hal yang rohani atau roh. Seperti para atheis, mereka tidak percaya ada hal-hal di luar hal materi. Tetapi Alkitab tidak pernah memakai presuposisi lain. Allah hanya memproklamirkan diri-Nya. Allah menyatakan diri-Nya dan bagaimana Ia mencipta semua ini (Kej. 1:1). Orang yang tidak percaya Allah ada, tidak dapat mempertahankan keyakinan itu sampai akhir. Ada paling sedikit empat contoh di dalam sejarah, yaitu: 1) Lenin 2) Stalin 3) Mao Zedong, dan 4) Khrushchev. Lenin seumur hidup menyanjung dan mempelopori komunisme. Dialah pendiri negara komunis pertama di dunia. Lenin tidak percaya akan agama atau Allah atau Alkitab, demikian juga Stalin. Tetapi mereka tidak sanggup mempertahankan itu sepanjang hidupnya. Ketika menjelang kematiannya, Lenin memanggil semua comrade (rekan perjuangan) di tepi tempat tidurnya, dan berkata, “Demi memperkokoh Partai Komunis, demi bisa memerintah negara ini dengan leluasa, aku terpaksa menumpas semua lawan politikku yang berbeda pendapat denganku. Sungguh di luar dugaanku, langkah itu mengakibatkan efek samping yang mengerikan. Aku sendiri tidak mampu memutarbalikkan sejarah. Kebencian telah menjadi akar jahat yang menjalar di seluruh tubuh Partai Komunis. Anggota partai saling curiga, saling membenci. Sekarang aku ingin memberitahu kalian, masa depan Uni Soviet sangat gelap, tidak ada jalan keluar, karena tidak seorang pun sanggup mencabut akar kebencian itu.” Dia berhenti sejenak, lalu melanjutkan lagi, “Kecuali bangkit lima puluh orang suci (saints), negara ini akan hancur.” Hal ini terjadi di tahun 1924. Mereka tidak paham apa yang dia maksudkan, tetapi dia menyadari bahwa bawahannya saling berebut kekuasaan, di antaranya Leon Trotsky dan Joseph Stalin. Trotsky lebih lunak sementara Stalin lebih otoriter. Mereka saling membenci sampai Trotsky harus melarikan diri ke Amerika Latin. Suatu saat, orang menemukan dia mati tertembak di tengah jalan, diduga dieksekusi oleh agen rahasia Komunis yang dikirim oleh Stalin. Setelah Lenin meninggal, mereka sepakat untuk menghormati dia sebagai bapak negara Uni Soviet, maka kamarnya dijadikan museum dan dipertahankan tetap seperti ketika ia meninggal. Ternyata, menjelang kematiannya, buku yang Lenin baca bukan buku komunisme dari Marx atau buku Nietzsche, tetapi Kitab Suci orang Kristen. Allah itu ada dan Allah itu hidup. Keberadaan-Nya tidak ditentukan oleh orang mau percaya atau tidak percaya bahwa Dia ada. Allah bukan menjadi ada karena manusia percaya Dia ada. Keberadaan Allah bukan hasil pikiran, perdebatan atau diskusi manusia, sebaliknya merupakan penyebab semua diskusi dan perdebatan manusia. Maka firman-Nya, “Jangan ada ilah lain di hadapan-Ku, karena Akulah satu-satunya Allah, Yang Esa.”

Siapa allah lain di dalam hidupmu? Di gereja, ada banyak orang yang pelayanannya belum diperkenan Tuhan karena yang mereka layani adalah diri sendiri, bukan Tuhan. Jika ia tak diberi jabatan, dia tak mau melayani, itu artinya ia sedang melayani jabatan bukan melayani Tuhan. Jika seseorang melayani ketika dipuji dan marah ketika tidak digubris, maka itu berarti ia sedang melayani pujian, bukan melayani Tuhan. Pengertian “jangan ada allah lain” bukan hanya mengacu pada dewa-dewi yang disembah sujud, melainkan sesuatu yang kau utamakan dalam hidupmu melebihi Tuhan; baik itu reputasimu, hartamu, bisnismu. Itulah allahmu. Tidak peduli saudara adalah pendeta, majelis, penatua, theolog, pembicara kebangunan rohani, atau penginjil, saudara perlu waspada: Siapa yang kita permuliakan? Kepada siapa kita mendedikasikan diri dan pelayanan kita? Selain Aku, TUHAN, jangan engkau menyembah allah lain.

Ada orang yang menjadikan suaminya, istrinya, keuntungannya, kebiasaannya sebagai ilah yang ia layani. Tuhan Yesus berkata, “Jika kau mencintai istrimu, suamimu, saudaramu, anakmu lebih daripada-Ku, engkau tidak layak menjadi murid-Ku.” Saya mengenal dua pendeta yang pelayanannya sangat dihambat oleh istrinya. Ada suami yang tidak bisa melakukan apa-apa selain mencari uang yang dituntut istrinya. Istrinya malu kalau harus dibayar oleh gereja. Saya mengoreksi pikirannya. Hidup dari pelayanan bukan hal yang memalukan, dan kalau seseorang dipanggil menjadi pelayan penuh-waktu, ia tidak berhak menjadi paruh-waktu. Sebaliknya, kalau dipanggil paruh-waktu, dia tidak berhak menjadi penuh-waktu. Ketika Tuhan Yesus memanggil Matius maka ia segera meninggalkan profesi pemungut cukai dan mengikut Yesus. Lebih mulia ketika kita melayani Tuhan dan kemudian Tuhan memelihara kita, ketimbang kita meninggalkan pekerjaan Tuhan lalu kita menjadi kaya karena kita mendapat uang dari orang-orang yang tidak mengenal Tuhan. Kiranya Tuhan terus memimpin agar tidak ada ilah lain yang menjadi Allah kita.

Tuhan ingin agar kebebasan agama yang Tuhan beri kepada kita ditaklukkan di bawah perintah-Nya. Kebebasan agama berarti kita dibebaskan dari menyembah ilah yang salah dan kembali kepada Allah yang sejati. Agama bukan pilihan manusia sesuka hatinya. Hanya Allah di Alkitab yang sejati. Semua yang lain adalah ilah palsu. Manusia harus mengarahkan hati kepada Allah yang sejati.

Ada tiga agama yang menganut Monotheisme, percaya Allah yang Esa, mewarisi iman yang diturunkan oleh Abraham, yaitu Yudaisme, Kristen, dan Islam. Perjanjian Lama dimulai sekitar 3.500 tahun yang lalu. Sekitar 1.000 tahun lebih tua dari Upanishads, Kitab Suci Hindu. Ketiga agama Monotheisme ini sama-sama percaya Perjanjian Lama. Ketika Abraham menerima wahyu Allah, seluruh Mesopotamia saat itu masih menyembah berhala dan menganut politheisme. Abraham menerima wahyu yang penting, yaitu kelak “keturunan”-nya (tunggal), yaitu Kristus akan menjadi Mesias, Juruselamat umat manusia. Ini tidak dipercaya oleh Yudaisme dan Islam.

Apa perbedaan antara Allah Pencipta dan ilah yang dicipta?

1. Allah Pencipta adalah Allah sejati, Allah yang mencipta manusia; Allah palsu adalah ilah yang yang dicipta manusia.
Manusia mencipta allah karena tahu bahwa harus ada ilah yang disembah, tetapi tidak bisa menemukannya, maka manusia mencipta allah palsu untuk disembah. Namun, hal itu ternyata membuat murka Allah yang asli. Allah sejati adalah Allah yang mencipta, Dia tidak dicipta. Dia mencipta manusia sebagai ciptaan yang tertinggi, puncak ciptaan, karena dicipta menurut peta teladan-Nya. Lalu allah palsu dicipta oleh manusia. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang dicipta dengan kapasitas mencipta. Jadi, hanya Allah yang Esa yang mungkin menjadi Pencipta, Penebus, dan Pewahyu. Tiga karya besar Allah ini tidak mungkin digantikan oleh yang lain. Klasifikasi ciptaan Allah berbeda-beda dan yang tertinggi adalah manusia. Manusia dicipta dengan kapasitas khusus yaitu seturut peta teladan-Nya. Oleh karena itu, manusia adalah satu-satunya ciptaan yang mirip dengan Sang Pencipta, memiliki daya cipta sehingga bisa mencipta. Namun jelas kualitas ciptaan Allah berbeda dari ciptaan manusia.

2. Allah adalah Pencipta orisinil, tak ada pencipta lain di atas-Nya; sementara manusia diberi daya cipta, namun ciptaan manusia tidak mungkin punya daya cipta.
Misalnya, lukisan Sunflower karya Vincent van Gogh di awal abad ke-20, delapan puluh tahun kemudian terjual tiga puluh sembilan juta dollar. Mengapa begitu tinggi harganya? Karena daya ciptanya memang unik, lukisan itu adalah cetusan dari suatu observasi subjektif, pemikiran yang orisinil, juga kreativitas orisinil sang pelukis yang tidak mungkin ada pada orang lain. Itu sebabnya seni berbeda dari ilmu. Ilmu bisa diulangi lagi, seni tidak bisa diulang. Inspirasi hanya datang satu kali dan tidak bisa diulang. Maka, karya seniman asli mungkin bisa memecahkan rekor, bernilai kekal. Namun orang yang meng-copy hasil karya seni tidak dapat menjadi terkenal karena dia tidak memiliki kreativitas orisinil. Daya cipta adalah pemberian Allah pada manusia yang amat luar biasa, membuat manusia mampu mencetuskan kreativitasnya dalam bentuk syair, filsafat, dan novel. Tetapi, penyimpangan manusia terbesar dalam menggunakan daya ciptanya adalah menciptakan allah palsu; pencipta palsu; pencipta yang dicipta. Di hukum pertama, Allah mengikat manusia untuk tidak menyalahgunakan kebebasan beragamanya, karena Dia adalah Allah yang Esa, yang tak boleh dipermainkan, dihujat, dilanggar perintah-Nya. Orang Israel meninggalkan Mesir karena mereka adalah penganut agama yang benar: beribadah pada Allah yang sejati. Mereka tidak mau diperbudak oleh Firaun, ikut menyembah Ra (dewa matahari) dan ilah-ilah lain yang manusia cipta. Oleh karena itu, Tuhan berkata, “Biarkan umat-Ku pergi menyembah Allah (yang sejati), di padang gurun.” Kebebasan beragama yang Allah beri mengarahkan kita pada ibadah yang benar, bukan menyesatkan kita untuk memilih beribadah kepada siapa saja yang kita suka, yang kita cipta dengan daya cipta yang Pencipta berikan.

Di abad ke-19, Ludwig Feuerbach, orang Jerman, menulis dua buku yang penting: 1) The Essence of Religion, bukan membahas agama tetapi menjelekkan agama. 2) The Essence of Christianity, bukan membahas kekristenan tetapi menyerang kekristenan. Dia hidup di zaman yang disebut The Century of Ideologies. Era di mana ideologi manusia begitu booming, di saat Hegel masih hidup dan Kaisar menjadikan filsafat Hegel sebagai pelajaran wajib di semua SMA. Tanpa diduga justru menghantar filsafat Hegel pada kehancuran karena banyak guru filsafat tidak mengerti filsafat Hegel lalu mengajar dengan interpretasi yang salah. Sebelum Hegel mati, muncul empat aliran filsafat yang menentang dia, yang begitu berkembang setelah dia mati sampai mengakhiri German Idealism. Keempat aliran itu adalah: 1) filsafat Soren Aabye Kierkegaard dari Denmark yang kemudian berkembang menjadi Existensialism 2) filsafat Karl Marx yang kemudian berkembang menjadi Komunisme 3) filsafat Ludwig Feuerbach yang kemudian berkembang menjadi Atheisme, dan 4) filsafat Friedrich Nietzsche yang kemudian berkembang menjadi anti-Kristus.

Kita akan membahas filsafat Ludwig Feuerbach: “Allah tidak mencipta manusia, manusialah yang mencipta allah.” Feuerbach berpendapat, “Allah hanyalah ciptaan yang ada di dalam ide manusia.” Ini terjadi karena manusia punya konsep keadilan, tetapi di dalam hidupnya ia tidak menemukan keadilan. Maka ia mulai mencari keadilan, di sini ia mulai menyatukan ide itu kepada kemutlakkan dan diproyeksikan sebagai apa yang ia sebut “Allah.” Maka Allah itu sebenarnya hasil proyeksi pikiran manusia. Namun, Feuerbach gagal menyatakan dari mana ide kemutlakan itu berasal. Dari mana datangnya kebajikan, kasih, dan kesucian di dalam kehidupan manusia? Hanya Alkitab yang dapat menjawab dengan tegas bahwa itu bukan dari manusia, tetapi dari Allah, dan manusia dapat memperoleh itu karena dicipta menurut peta teladan Allah.

Theologi Reformed menegaskan bahwa manusia dicipta: 1) sebagai raja di antara Allah dan alam, tugasnya adalah mengelola bukan memperkosa dunia. 2) sebagai imam di tengah Allah dan dunia, bertanggung jawab kepada Pencipta dan dunia ciptaan-Nya. 3) sebagai nabi, satu-satunya makhluk yang mampu memberi interpretasi atas ciptaan Tuhan. Namun satu-satunya Nabi di atas segala nabi, Imam di atas segala imam, Raja di atas segala raja, adalah Anak Manusia, yaitu Kristus. Jadi sesungguhnya, orang yang percaya segala sesuatu ada dengan sendirinya membutuhkan iman yang lebih besar daripada mereka yang percaya bahwa Tuhan adalah Pencipta. Maka, atheis dan evolusionis yang melawan Alkitab bukanlah orang-­orang tak beriman, tetapi iman mereka tidak didasarkan atas kebenaran dan firman, melainkan menyalahgunakan kapasitasnya sebagai nabi.

Memang Allah adalah pencipta manusia, tetapi tidaklah salah pendapat Feuerbach bahwa allah adalah ciptaan manusia, hanya saja allah ciptaan adalah allah palsu. Manusia yang Allah cipta bisa menciptakan musik, komik, ukiran, dan lainnya, sementara ciptaan manusia tidak bisa menciptakan bangunan, musik, allah, karena tidak memiliki daya cipta. Inilah kerangka penting Doktrin Allah dalam iman Kristen. Allah sejati adalah Allah Pencipta yang asli. Allah palsu adalah “triple ciptaan,” yaitu manusia ciptaan menggunakan bahan ciptaan (materi) dengan daya cipta yang dicipta untuk mencipta ilah ciptaan. Tetapi ilah ciptaan ini dianggap Allah. Betapa menyedihkan. Kita perlu menyadari tidak ada kebebasan untuk memilih allah yang palsu. Kita tidak bebas memilih agama atau kepercayaan sesuka kita. Tidak bebas untuk sesat; tidak bebas untuk menyembah ilah palsu, ilah yang dicipta; satu-satunya kebebasan adalah terjaga di dalam perintah Allah sejati. Allah memproklamirkan diri-Nya adalah Allah yang sejati di Alkitab. Salah satu proklamasi yang penting terdapat di Kitab Yesaya: “Dengan allah palsu manakah kau membandingkan diri-Ku?” (Yes. 46:5) Disusul dengan tantangan bahwa Allah sanggup menunjukkan titik akhir sejarah dari permulaan. Alkitab adalah satu-satunya Kitab yang menuliskan awal sejarah hingga kiamat, dari Alfa hingga Omega, dari titik penciptaan hingga titik penyempurnaan. Di situlah Allah memproklamasikan diri sebagai Allah yang benar, dan tidak boleh ada ilah lain di sisi-Ku.

Orang non-Kristen sering mencap orang Kristen arogan karena beranggapan bahwa Allahnya adalah Allah yang sejati. Mereka melihatnya sebagai penghinaan terhadap agama lain. Mereka ingin kita melepaskan iman Monotheisme. Mereka ingin manusia mengakui ada banyak Allah yang berbeda-beda. Monotheisme adalah salah satu dari lima sumbangsih terbesar kebudayaan Yahudi terhadap dunia. Jika ada lima orang pria mengaku sebagai ayahmu, tentu engkau tidak bisa menerima kelimanya. Engkau harus memastikan siapa ayahmu yang benar karena ayahmu yang sejati hanya satu. Dan orang yang paling berhak memastikan hal itu adalah ibumu atau melalui pemeriksaan DNA. Demikian pula dengan Allah yang sejati. Roh Kuduslah yang akan memimpin kita untuk mengetahui siapa Allah yang sejati sekaligus memastikan kita adalah anak-anak-Nya, karena Dialah yang melahirbarukan kita. Ajaran Alkitab begitu ketat, bukan karena arogan, tetapi karena kebenaran fakta.

Kini kita menyoroti filsafat Friedrich Nietzsche, yang sezaman dengan Feuerbach, yang juga menentang Hegel. Bagi Nietzsche, manusia harus menggunakan kreativitasnya dengan bebas, tanpa ikatan apapun. Puncaknya, justru membuat dia terlepas dari ikatan agama, tradisi, sejarah, kesalahan dan menjadi superman. Nietzsche adalah perintis Superman.

Yohanes pembaptis adalah perintis jalan bagi Kristus. Kristus diharapkan memperbaharui dunia, tetapi Kristus malah membelenggu dunia selama dua ribu tahun maka kita perlu superman. Sebenarnya Nietzsche adalah anak pendeta. Ketika kecil, ia sering mengenakan jubah pendeta, berjalan ke sana ke mari dan orang menjulukinya sebagai pendeta kecil. Namun faktanya dia menjadi penentang Kristus karena salah menginterpretasikan Kejadian 3: Allah tak ingin manusia berpengetahuan maka Dia melarang manusia makan buah pohon pengetahuan. Nietzsche merasa dia lebih pandai dari semua filsuf lain karena hanya dia yang dapat menemukan kelemahan kekristenan. Ia menganggap kekristenan menjadikan manusia beretika budak.

Menurut Nietzsche ada dua jenis hukum: 1) hukum yang ditetapkan oleh penguasa guna mengekang orang lemah dan memperkaya diri, 2) hukum yang dibuat oleh rakyat miskin untuk membatasi kalangan atas berbuat sesuka hati. Begitu juga hukum Allah, mengikat, memperbudak manusia. Manusia hanya disuruh untuk taat, tidak boleh melanggar perintah-Nya. Maka perlu Superman yang mampu melepaskan manusia dari tekanan ini. Nietzche juga mengeluarkan pernyataan yang membuat bulu kuduk berdiri: “Yesus mengatakan banyak hal yang tidak mungkin dijalankan, dan sayangnya Dia mati begitu dini tanpa sempat menyesali apa yang pernah Dia katakan.” Sebenarnya Nietzsche adalah seorang yang mengalami depresi berat. Ia menderita schizophrenia di usia 35 tahun dan akhirnya mati dalam keadaan tidak waras (menjadi gila). Dalam bukunya Thus Spake Zarathustra, yang ia tulis dalam bentuk syair yang sangat indah, terdapat satu paragraf: “Di kala para allah berembuk di surga, tiba-tiba Yehova dengan arogan berkata: Akulah satu-satunya Allah, tidak ada ilah lain di hadapan-Ku. Maka semua ilah tertawa terpingkal-pingkal sambil mengejek Dia. Kemudian sorga pun berguncang dan runtuh, dan semua ilah tersebut mati. Nietzsche adalah orang yang menyatakan “Allah mati.”1 Seratus tahun kemudian, Jean Paul Sartre, filsuf Perancis bahkan mengundang filsuf-filsuf penting menghadiri sebuah upacara penguburan, dan berkata, “Satu abad yang lalu Nietzsche mengklaim bahwa Allah sudah mati maka kini aku menguburkan-Nya.” Tak lama kemudian, Alexander Hamilton, Thomas Altizer menjadikan “Theologi Allah Mati” sebagai satu aliran theologi karena mereka berdalih tidak bisa menerima arogansi dari klaim “Hanya ada satu Allah yang benar.” Allah memang harus tegas mengatakan, “Akulah Allah satu-satunya, jangan ada ilah lain di hadapan-Ku” karena itu adalah fakta. Tidak mengatakan yang sebenarnya adalah sebuah penipuan. Kiranya kita boleh semakin dipimpin oleh Allah yang sejati dan menyembah Allah yang sejati di dalam kebebasan kita beragama. Amin.

Oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong

Sumber : http://www.buletinpillar.org/transkrip/sepuluh-hukum-hukum-pertama-bagian-1

Senin, 24 Oktober 2011

TANDA TANDA LUKA

Beberapa tahun yang lalu di sebuah musim panas di Florida bagian selatan. Seorang anak kecil memutuskan untuk pergi berenang di sebuah danau di belakang rumahnya. Dengan tergesa-gesa dia berlari keluar pintu belakang sambil melepaskan sepatu, kaus kaki dan kaosnya, terjun ke air yang dingin. Dia berenang dan berenang terus tanpa disadarinya bahwa dia sudah berada di tengah-tengah danau.

Bersamaan dengan itu, seekor buaya besar juga sedang berenang ke arah yang sama. Ibunya dari dalam rumah memandang ke arah jendela dan melihat anaknya dan buaya tersebut semakin lama semakin mendekat satu dengan yang lain. Dengan ketakutan yang luar biasa, dia berlari ke dekat pinggir danau tersebut sambil berteriak kepada anaknya dengan sekuat tenaga. Ketika mendengar teriakan ibunya, anaknya sadar dan berbalik berenang ke arah ibunya.

Namun terlambat sudah. Buaya besar tersebut juga sudah berhasil menjangkau dia. Dari dermaga, ibu itu menggapai lengan anak lakinya bersamaan dengan buaya besar tersebut menyambar paha dari anaknya. Terjadilah tarik-menarik yang sangat mengerikan antara keduanya. Buaya besar tersebut jauh lebih kuat dari ibunya, namun demikian ibunya bertahan mati-matian untuk tidak menyerah dan membiarkan anaknya terlepas. Seorang petani yang kebetulan lewat di sekitar lokasi mendengar teriakan ibu tersebut, bergegas turun dari mobilnya dan menembak buaya besar itu.

Secara luar biasa setelah berminggu-minggu di rumah sakit, anak laki-laki tersebut berhasil diselamatkan dan disembuhkan. Pahanya penuh dengan bekas luka dari serangan buaya yang sangat ganas itu dan di bagian lengannya juga terdapat bekas luka cakaran dari kuku-kuku ibunya yang menancap pada daging lengannya sebagi usaha mempertahankan nyawa anaknya yang dikasihinya.

Setelah lewat masa-masa traumanya, seorang wartawan surat kabar yang mewawancarai anak laki-laki tersebut meminta dia untuk menunjukkan bekas luka-luka di pahanya. Anak tersebut kemudian mengangkat celananya, namun dia secara bangga juga berkata kepada si wartawan, “Lihat bekas luka-luka di tanganku yang diakibatkan oleh peristiwa tersebut” Ini terjadi karena ibu saya tidak pernah menyerah.. dan mau melepaskan aku.


Sumber : http://indonesia.heartnsouls.com/cerita/a/c60.shtml

Sepuluh Hukum


Keluaran 20:1-17
Sepuluh Hukum dalam Kitab Suci memang tidak ada bandingnya. Suatu pengajaran hukum yang sedemikian anggun, komprehensif, melimitasi sekaligus memberi kebebasan pada orang yang melakukannya.

A. Latar Belakang
Sepuluh Hukum diawali dengan firman Allah: “Hai Israel, Akulah Tuhan Allahmu, yang membawamu keluar dari tanah Mesir, tempatmu diperbudak selama ratusan tahun. Sekarang, dengarlah hukum-hukum yang Kuberikan padamu” — introduksi yang sangat jelas bagi umat, yang Dia bebaskan dari belenggu dan kutukan dosa. Selama 430 tahun, Tuhan seperti tak mengingat akan janji-Nya pada Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan tidak mengulurkan tangan-Nya menolong mereka. Sesungguhnya tidak! Saat Tuhan bungkam, pasti ada makna yang dalam, karena Tuhan yang kekal dan yang hidup itu tak meninggalkan umat-Nya terus berada di dalam kesulitan. Yusuf pernah menjadi Perdana Menteri di Mesir, Kerajaan terbesar di masa itu, tetapi ketika firaun-firaun yang tak mengenal dia bangkit, mereka tak membiarkan bangsa Israel. Bangsa asing itu semakin berkembang. Mereka khawatir Israel akan mendominasi, menjadi ancaman buat mereka. Itulah fakta, saat jumlah dan ekonomi pendatang mulai dominan di masyarakat, penduduk asli mulai merasa iri, takut, dan muncullah penganiayaan, penindasan, diskriminasi, merampas hak asasinya. Perlakuan yang keterlaluan pada pendatang memang sering dilakukan oleh keturunan Adam. Jadi, perlu ada hukum yang menjamin hak asasi manusia pendatang. Itu sebabnya, Sepuluh Hukum Tuhan berikan setelah orang Israel diperbudak 430 tahun oleh para firaun yang menganggap dirinya mendapat mandat dewa yang tertinggi, punya hak mutlak atas hidup atau matinya orang lain. Babilonia, Assyria/Asyur, dan Mesir adalah tiga negara adikuasa masa lalu yang pernah membuat gentar orang sezamannya. Babilonia dipagari oleh tembok kota yang tebalnya ±15.5 meter dan tingginya puluhan meter. Asyur, memiliki istana yang besarnya ratusan kali lipat istana Gerika. Tetapi pada akhirnya mereka dapat dihancurkan. Asyur, bala tentaranya 250 kali lipat tentara Makedonia yang dipimpin oleh Iskandar Agung, tetapi Iskandar Agung dapat menang. Apa sebabnya? Iskandar Agung membekali prajuritnya dengan “kita berperang demi membebaskan orang-orang yang diperbudak oleh raja. Ini suatu visi yang agung. Sementara prajurit Asyur berperang terpaksa, karena mereka adalah budak raja. Itu sebabnya jangan pernah gentar”, maka semangat juang tentaranya tinggi luar biasa. Selain itu, ibu-suri dan selir-selir Raja Asyur yang ditawan diperlakukan dengan baik, sampai-sampai ibu suri Asyur memuji moralnya dan mengharapkan Iskandar menang sedangkan anaknya kalah. Sejarawan besar seperti Arnold Toynbee, Wells mengakui, penyebab penting kehancuran kebudayaan-kebudayaan besar adalah masalah moral. Saat sebuah kerajaan mengabaikan moral, pasti mulai keropos, mengarah ke kehancuran. Sekitar 2.300 tahun silam, Mensius berkata, “Bangsa yang menaati aturan sorgawi pasti jaya, sementara yang menentang aturan sorgawi pasti binasa. Kejayaan satu bangsa pasti didahului dengan tanda-tanda positif, sebaliknya, kehancuran satu bangsa pasti didahului dengan munculnya orang yang aneh-aneh.” Sepuluh tahun ini, kaum homoseks berupaya menjadi arus pokok di abad ke-21, merayakan hari homo-lesbi, mengadakan pawai besar-besaran di tiga puluh enam kota besar: New York, London, Paris, Berlin, Roma, Los Angeles, San Fransisco, Rio de Janeiro, Buenos Aires, Sydney, Melbourne, Chicago, dan lain-lain. Ada pria yang mengenakan rok, ada wanita yang menggunting rambut ala pria, mereka berciuman, berpelukan di atas mobil-mobil hias guna menarik perhatian khalayak ramai.

Sebagai pendahuluan, Allah memberitahukan Israel mengapa Dia memberikan Sepuluh Hukum: Aku sudah membebaskanmu. Hak asasi manusia yang dianut oleh Revolusi Perancis sangat berbeda dari ajaran Theologi Reformed. Kebebasan Hak Asasi dalam Revolusi Perancis tak dibatasi oleh Sepuluh Hukum dari Tuhan. Itu sebabnya, abad ke-18 menjadi begitu liar karena orang membangun hak asasi manusia di atas rasa benci dan dendam. Amat berbeda dengan hak asasi manusia yang Tuhan berikan di Sepuluh Hukum. Itu sebabnya, orang Kristen, khususnya jemaat GRII, harus bisa memilah-milah istilah atau isu, seperti kebebasan, hak asasi manusia, yang dibahas di agama lain, dengan yang diajarkan di Theologi Reformed yang didasari prinsip firman Tuhan. Kita harus menemukan perbedaan kualitatifnya, barulah kita bisa menikmati Tuhan, memuliakan Dia, dan mengerti makna hidup Kristen. Sepuluh Hukum tidak diberikan sebelum mereka diperbudak di Mesir, bukan diberikan pada Abraham, Ishak, Yakub, maupun Yusuf yang sempat menduduki jabatan tertinggi di Mesir. Sepuluh Hukum diberikan untuk menegaskan: 1) Mesir tak punya hukum seperti itu, maka setelah empat ratus sekian tahun orang Israel dianiaya; 2) Tuhan ingin memulai satu bangsa yang mempunyai hukum dari-Nya. Karena sejarah belum pernah mempunyai hukum yang seperti itu. Hukum dunia yang dipandang paling penting, Hammurabi Stone (yang tersimpan di Museum Louvre, Paris), hanya mengajar hukum adalah tulang-punggung terpenting untuk menegakkan keadilan di masyarakat. Hukum Hammurabi lebih tua dari Sepuluh Hukum, kira-kira sudah empat ribu tahun lebih usianya. Konon, Hammurabi mendapat wahyu dari dewa matahari dan mengajarkannya pada muridnya, rakyatnya dan pejabat di Mesopotamia. Perancis yang tadinya begitu besar dan agung itu menyusut, sebaliknya Kerajaan Inggris yang tadinya kecil sekali malah jadi kerajaan terbesar di zamannya. Itu karena Inggris menjalankan hukum lebih dari negara-negara lain. Salah satunya: Magna Charta yang didasarkan pada pengertian Alkitab. Jadi, Alkitab bukanlah sebuah buku kunonya orang Yahudi, Alkitab adalah jiwa dari semua kebudayaan dunia, yang membuat manusia disebut sebagai manusia terhormat. Manusia dicipta seturut peta teladan Allah, dan kepadanyalah Allah berfirman. Signifikansi Magna Charta adalah melimitasi kuasa seorang raja; raja pun harus taat pada hukum. Magna Charta menjadi berkat bagi Inggris, semua mereka menjalankan hukum, raja pun harus patuh pada hukum. Itulah yang Tuhan kehendaki. “Aku memberi kamu, yang pernah diperbudak, Sepuluh Hukum, dan dengarlah!” Pada umumnya, orang yang dianiaya mendambakan adanya keadilan; hukum yang membuat masyarakat jadi tertib. Kita bersyukur pada Tuhan, karena Keluaran 20 telah menjadi berkat bagi seluruh dunia. Semua hukum berasal dari wahyu umum dan wahyu khusus. Wahyu umum membuat semua orang (termasuk yang tak mengenal Tuhan) tahu bahwa masyarakat memerlukan hukum. Maka di zaman Konfusius (2.600 tahun lalu) terdapat pengajaran hukum, pengajaran moral, tatanan administrasi, politik, dan ekonomi. Filsafat dunia begitu terkenal, dari sejak sebelum Socrates sampai sesudahnya, kita segera melihat bahwa poros filsafat dan hukum dunia sangat berbeda dari Sepuluh Hukum. Hukum dunia didasarkan atas wahyu umum yang Tuhan letakkan di hati nurani manusia: manusia harus berbuat baik. Tetapi manusia tidak memiliki standar apa yang disebut baik. Buddha berpendapat, lebih baik tak menikah. Ajaran lain, menikah juga baik. Bahkan Islam berpendapat, menikah empat kali juga baik. Sepuluh Hukum didasarkan pada wahyu khusus. Itu sebabnya, tak ada konstitusi hukum di dunia yang diawali dengan “Aku Tuhan Allahmu. Tidak ada Allah selain Aku.” Allah memberikan hukum berdasarkan otoritas-Nya yang paling utama dan paling sah. Ayat 2, “yang membawa engkau keluar dari Mesir, tanah perbudakan.” Lalu hukum ke-4: “Peliharalah hari Sabat”. Mengingat perkataan Yeremia, “Peliharalah hari Sabat, karena kau pernah dibelenggu tujuh puluh tahun di Babilon.” Sepuluh Hukum bersifat temporal, ada di sejarah, pimpinan Roh Kudus atas orang percaya adalah hukum yang kekal. Saat ini Mesir, dalam arti sebuah kebudayaan besar yang jaya, sudah tiada. Dan saat ini, bangsa Mesir sudah menjadi kelompok kecil yang tersisihkan. Mesir sudah didominasi oleh bangsa Arab. Seperti juga di Jakarta, orang Betawi telah digeser menjadi kaum marginal di daerahnya sendiri. Mayoritas penduduk Jakarta adalah pendatang. Setelah Tuhan mengeluarkan orang Israel meninggalkan Mesir maka Mesir mulai memasuki nasib kehancuran. Tetapi orang Israel yang dianiaya, justru menerima Sepuluh Hukum, yang begitu singkat, tetapi berpengaruh begitu besar ke seluruh dunia sepanjang zaman. Khususnya, memberi pengaruh besar pada pasal-pasal Hak Asasi Manusia di PBB, hukum negara Belanda, Amerika Serikat, Inggris, Jerman, berpengaruh di jajahan Inggris, Perancis, dan banyak negara lain.

B. Mengapa Perlu Hukum?
Tidak ada satu negara yang tidak mempunyai penjara, pengadilan, rumah sakit, sekolah, dan pekuburan. Dua di antaranya: pengadilan dan penjara berkaitan dengan tingkah laku manusia. Standar hukum dan penghukuman adalah etika. Tetapi apa standar etika dunia? Ketika seorang berkata, “saya kira, ini tidak benar,” yang lain menjawab, “saya kira, benar.” Inilah penilaian subjektif. Dan Subjektivisme akan melahirkan Relativisme. Karena subjektivitas tiap-tiap orang bisa berbeda dan masing-masing mengklaim dirinya adalah otoritas, maka timbullah relativisme. Jadi, Relativisme didasarkan pada subjektivitas, dan subjektivitas didasarkan pada kebebasan pribadi yang sudah jatuh di dalam dosa. Hasilnya: tidak ada hukum suatu negara persis sama dengan hukum di negara lain. Orang Kristen yang ada di tahap ini mengetahui dengan jelas, mengapa dia mempelajari firman, membaca Kitab Suci, bukan berlomba membanggakan diri, melainkan rindu untuk mengerti intinya, sifatnya, kualitasnya, perbedaannya, keunikannya, fungsinya, karena Alkitab adalah sumber yang amat berbeda dengan buku-buku lain. Kita sudah membahas Sepuluh Hukum Allah berikan setelah orang Israel menjadi budak lebih dari empat abad di Mesir. Umumnya, seseorang yang ditindas atau tertindas ingin menuntut “keadilan” di hatinya. Tetapi, apa itu keadilan? Bagi orang Kristen, keadilan adalah sifat Allah, dasar keadilan adalah Alkitab. Tetapi bagi orang Yahudi, keadilan adalah balas dendam. Jadi, istilah yang sama sangat berbeda pengertiannya. Pengadilan, tempat orang mencari keadilan, ternyata merupakan tempat yang paling tidak adil di seluruh dunia. Banyak ahli hukum bukan orang yang menjalankan keadilan, melainkan bagaimana bisa melanggar hukum tanpa dihukum. Hal seperti itu tak akan kita temukan di Sepuluh Hukum yang Allah tetapkan. Di Perjanjian Lama, Allah pernah membiarkan umat-Nya dianiaya di Mesir selama 400 tahun baru kemudian menurunkan Sepuluh Hukum. Dalam Perjanjian Baru, Allah juga pernah membiarkan umat-Nya dianiaya oleh Roma dan kerajaan-kerajaan lain selama 400 tahun, baru kemudian mengirim Yohanes Pembaptis. Semua ini adalah cara Tuhan bekerja. Terkadang Dia membiarkan mereka mengira “tak ada Tuhan”, karena keberadaan Tuhan yang menyebabkan orang beriman, mengakui keberadaan-Nya, mengalami penyertaan-Nya, bukan karena orang percaya Dia ada maka Dia menjadi ada. Di sini kita mengerti Covenant (perjanjian Allah). Allah mengingat janji-Nya kepada Abraham. Dia memanggil Musa, firman-Nya: “Katakan pada Firaun untuk membebaskan umat-Ku agar mereka dapat menyembah Aku di padang belantara.” Mereka harus menyembah Tuhan di padang belantara, karena Tuhan tahu di Mesir ada banyak tuhan palsu; dewa yang terbuat dari emas, yang kelihatannya begitu mewah sebenarnya bukan apa-apa. Begitu juga di Perjanjian Baru, ketika Herodes menjadi raja di Yerusalem, orang Israel mempunyai Bait Allah yang begitu mewah, kubahnya berlapis emas, bersinar sampai jarak 25 km, berat tiap batu di dindingnya 5.000 kg, dua kali lipat dari batu di piramida. Tetapi Roh Allah turun di padang belantara, di atas diri Yohanes Pembaptis, yang dipandang tidak waras, karena dia mengenakan pakaian yang dari kulit unta, makan belalang, dan minum madu. Ironis bukan? Itu sebabnya saya mengingatkan lagi, anugerah Allah yang terkecil bagi gereja adalah gedung gereja. Anugerah-Nya yang terbesar bagi gereja adalah Yesus Kristus, Roh Kudus, firman-Nya. Kalau tidak ada firman, gedung gereja hanyalah bangunan yang dikelilingi empat dinding. Kalau tidak ada Roh Kudus, agama tak lebih dari sebuah ritual. Kalau tak ada penyertaan Tuhan, gereja hanyalah organisasi. Semua ini membuat saya sangat sedih, saya harap, ada orang-orang Kristen yang betul-betul mau kembali pada prinsip Alkitab. Tuhan mengeluarkan orang Israel dari Mesir, kerajaan besar yang memiliki istana megah, piramida indah, tetapi sedang dihancurkan oleh Tuhan. Sebaliknya, Kerajaan Allah yang mulai dari begitu kecil seperti biji sesawi menjadi begitu besar. Itu karena dipimpin orang pilihan Allah, yaitu Musa. Begitu pula di dalam Perjanjian Baru, ketika Herodes memiliki istana indah, para imam kepala memiliki Bait Allah yang megah, tetapi Tuhan mengeluarkan umat-Nya, menarik mereka ke padang belantara, mendengarkan firman yang tidak mereka dapati di Bait Allah, “Bertobatlah, karena Kerajaan Sorga sudah dekat.” Yohanes Pembaptis tidak memiliki pedang, tetapi Dia memiliki penyertaan Allah, maka tak sanggup orang menggoyahkannya. Sekalipun akhirnya Yohanes Pembaptis dipenggal kepalanya, ribuan tahun kemudian, orang melupakan Herodes, tetapi Yohanes Pembaptis tetap diingat dan dihormati. Firaun boleh saja menutup telinga terhadap Musa, tapi Roh Allah besertanya, dia berhasil memimpin kaum budak itu memulai the Kingdom of God. Firaun kini sudah tiada. Saya yakin, setelah Israel keluar dari hadapan Firaun, Mesir ditetapkan hancur total. Hanya sisa mumi, artefak-artefak Tutankamen, piramida, dan sisa peninggalannya. Sementara Sepuluh Hukum yang Allah berikan pada Musa masih dibahas dengan ketat di gereja. Firman Allah itu kekal adanya. Setelah Israel dibelenggu empat ratus sekian tahun, di hati mereka pasti menuntut keadilan. Di Mesir hukumnya berpihak pada Firaun. Memang kaum penindas tak pernah merasa butuh akan keadilan, orang kaya tak pernah merasa butuh akan kesamarataan, karena mereka belum pernah tahu bagaimana rasanya hidup susah, hanya tahu memelihara kekayaannya tak dicuri dan dirampas orang. Maka meski banyak pendapat Friedrich Nietzsche tak saya setujui, tapi dia pernah mengungkapkan satu kalimat yang cukup baik: banyak hukum yang penguasa tetapkan hanya untuk manfaat diri, menekan orang miskin. Sebaliknya, orang miskin juga berharap ada hukum yang membatasi keberpihakan penguasa pada orang kaya, karena hak istimewa yang diperolehnya. Hukum sering diperalat orang yang mampu membayar pengacara untuk memutarbalikkan yang hitam jadi putih, yang salah jadi benar. Sementara orang-orang yang tak bersalah tetapi tidak mampu membayar pengacara hanya bisa menelan penindasan dan ketidakadilan. Itu sebabnya dunia membutuhkan hukum Allah. Sepuluh Hukum memang berbeda dengan semua hukum di dunia, karena:

1. Sepuluh Hukum terlepas dari subjektivitas manusia. Sepuluh Hukum bukan produk manusia; keturunan Adam yang sudah jatuh di dalam dosa, melainkan dari takhta Allah. Orang-orang Injili sering mengabaikan Taurat, padahal Taurat adalah dasar yang mempersiapkan hati kita menerima Injil. Taurat itu tambahan, bukan sesuatu yang berada di dalam rencana Allah yang kekal. Taurat harus ada di masyarakat karena adanya dosa. Ada kekacauan, penguasa pun menetapkan peraturan untuk mengatur, mengekang, membatasi. Allah memberikan Taurat setelah Adam berdosa, setelah umat Tuhan dianiaya. Tujuan Allah memberi Taurat adalah untuk mengatakan kehendak-Nya; sementara raja-raja, menetapkan hukum untuk menindas rakyat lebih taat dan gampang diatur. Memang hukum dunia pernah ada penerobosan yang berarti: Magna Charta di Inggris, tak seorang pun (termasuk raja) boleh tidak taat hukum. Bila tidak, raja akan menjadi diktator dan rakyat dirugikan. Seorang profesor yang mengajar di Post Doctorate Study Beijing, yang mendapat bea siswa untuk studi di Reformed Institute di Washington D.C. mengatakan, “Apa kekurangan kebudayaan Tiongkok? Sejak 2.216 tahun silam, dari Kaisar Pertama sampai Mao Ze Dong, tetap sama, di mana penguasa tidak mengenal Allah yang Mahatinggi, sehingga sebelum naik takhta selalu berusaha menyenangkan semua orang, tetapi setelah naik takhta, menggunakan kuasa mereka tanpa batas. Mereka membunuh yang mereka ingin bunuh. Sungguh penyakit riil kebudayaan Tiongkok, maka Tiongkok membutuhkan Allah.” Inggris sebenarnya adalah negara kecil. Ratu Elizabeth I baru belajar menggunakan garpu dari orang Perancis. Itu sebabnya orang Perancis menganggap, Parislah pusat dunia, negara pengekspor demokrasi, membuat maju seluruh dunia. Waktu sekelompok orang meninggalkan Inggris, pindah ke Benua Amerika, Perancis tepuk tangan, bahkan mengirimkan patung god of Liberty (yang di New York) untuk mereka. Karena Perancis tak ingin Inggris merajalela, tapi mengapa bahasa Inggris menjadi bahasa internasional? Karena Inggris menjadi berkat bagi dunia lewat Magna Charta, artinya: The Big Chapter, lembaran baru bagi sejarah umat manusia untuk kembali kepada hukum. Sebenarnya, kembali kepada hukum bukan diawali oleh Magna Charta melainkan Sepuluh Hukum: ketika raja Israel naik takhta, imamlah yang mengurapinya, artinya raja tak lebih besar dari hamba Tuhan. Inilah yang Kitab Suci tetapkan, yang tak kita temui di dunia, kecuali Magna Charta yang menerapkan ketetapan Kitab Suci. Tanpa firman Tuhan, hanya hidup bersandar roti saja, manusia tak beda dengan binatang. Ketika Sepuluh Hukum diturunkan, Musa harus mendaki gunung, berpuasa empat puluh hari, menanti firman-Nya, petunjuk-Nya, Allah yang suci, Pemilik alam semesta kepada orang berdosa. Sepuluh Hukum diturunkan dalam situasi yang sangat menakutkan. Itulah psychological influence yang diadopsi oleh arsitektur Pengadilan Tinggi di seluruh dunia, bukan horisontal melainkan vertikal. Supreme Court di Washington D.C. betul-betul mengerti psychological impact ini: orang harus menaiki anak tangga yang begitu tinggi, di depan pintu masuk, ada tiang-tiang yang proporsinya jauh lebih tinggi dari bangunan model Gerika pada umumnya. Karena jarak antara manusia di bawah dan Allah di atas menyebabkan rasa takut akan Tuhan. Engkau akan menghadap Tuhan di tempat tertinggi, mempertanggungjawabkan hidupmu.

2. Sepuluh Hukum diturunkan dari atas, bukan dibuat di bawah. Hukum di dunia dibuat dari bawah, di mana orang berkuasa memakai hukum untuk menindas yang lemah. Sampai suatu saat, yang lemah tidak tahan, bangkit memberontak, menghukum orang berkuasa. Itulah yang dialami Louis XVI dan isterinya; Mary Antoinette, yang cantik, dari kecil di istana Vienna yang mewah. Mereka tinggal di istana Versailles yang dibangun oleh Louis XIV, kakek Louis XVI, menggunakan 40% dari penerimaan pajak. Di sana Louis ke-16 membangun opera house yang berkapasitas 365 tempat duduk, berhiaskan emas untuk isteri tercinta. Mary Antoinette tak pernah hidup susah, hanya tahu mengeruk pajak dari rakyat agar bisa hidup lebih dan lebih mewah. Suatu kali ketika dia minta menaikkan pajak lagi, seorang pejabat mengingatkan, “Tolong jangan naikkan pajak lagi. Rakyat sudah terlalu miskin, tak punya roti.” “Jangan katakan itu padaku. Kalau mereka tak punya roti, ya makan saja kue taart,” karena di meja makannya selalu tersedia berbagai makanan, kalau tak ada roti, bisa memilih makanan lain. Saat kalimat itu sampai ke telinga rakyat, mereka membenci dia sampai ke tulang sumsum. Maka, pada tahun 1789, mereka ditangkap dan dipenjarakan, dan pada tahun 1793, mereka dibawa ke Place of Concorde, yang dijuluki tempai kelahiran demokrasi, di-guillotine. Dan sejak itu, di Perancis tak ada raja, rakyat jadi tuan rumah negaranya. Itulah demokrasi Perancis: waktu raja menetapkan hukum, rakyat sengsara. Giliran rakyat menetapkan hukum, raja mengalami nasib tragis. Sepuluh Hukum sama sekali berbeda. Karena Tuhan, Pemberi Sepuluh Hukum, adalah Pencipta langit dan bumi, maka hukum yang Dia berikan menjadi berkat bagi manusia ciptaan-Nya. Sekelompok orang pindah dari Inggris ke Amerika adalah untuk mencari kebebasan agama, untuk bisa menyembah Allah. Hukum pertama di Sepuluh Hukum: selain Aku, tidak boleh ada Allah lain. Inilah firman Tuhan. Mayflower itu orang-orang Puritan; Reformed yang agamanya benar ditindas oleh mereka yang agamanya salah, maka mereka mencari kebebasan beragama. Tetapi saat orang yang agamanya benar memberi “kebebasan beragama” pada orang-orang yang tak mau taat pada kebenaran adalah awal dari malapetaka. Itulah yang terjadi di Amerika sekarang: di sekolah negeri, tidak boleh ada pembacaan Kitab Suci, berdoa, sesuatu yang bertentangan dengan semangat awal dari orang-orang Puritan; pendiri negara United States. Tuhan memberi Sepuluh Hukum bukan jaminan “bebas beragama” yang ada di konsep kita, karena firman-Nya: Akulah Allah, dan tidak boleh ada ilah lain selain Aku. Urutan Sepuluh Hukum tak pernah ada di hukum dunia: mengutamakan relasi, tentu bukan relasi yang berbau persekongkolan, melainkan menjalin hubungan; relasi antara Allah dan manusia harus mendahului relasi antara manusia dengan manusia. Karena seorang yang hanya pandai menjalin relasi dengan sesama, tetapi tidak didasarkan relasinya dengan Allah, maka relasi dengan sesama itu tidak lebih dari topeng, sandiwara, munafik, dan memperalat Allah. Maka Sepuluh Hukum menegaskan, empat hukum pertama adalah fondasi dari enam hukum berikutnya. Inilah yang tak ada di hukum dunia. Hukum dunia hanya bisa membahas hubungan antar manusia, tetapi tidak mungkin membangun hubungan antar manusia bisa beres tanpa takut akan Tuhan. Akhirnya, para pakar hukum mengakui, “Orang yang tidak takut Tuhan selalu bersandiwara di hadapan sesamanya.” Seorang Barat bertanya kepada saya mengapa orang Cina selalu bisa tersenyum pada siapapun. Maka saya ajarkan satu pepatah Cina kepadanya, “Engkau mengenal orang, hanya mengenal kulitnya, siapa bisa mengetahui hatinya? Melukis kuda, macan, bisa dibedakan kulitnya, tetapi siapa bisa melukis tulang?” Karena kita hanya bisa melihat kulitnya bukan hatinya. Bagaimana kita tahu hubungan seorang dengan sesamanya itu beres atau tidak? Kuncinya hanya satu: takut pada Tuhan. Alkitab mengajar kita untuk berdiri di hadapan Allah. Jerman, Swedia, Switzerland terkenal produk begitu bagus, begitu akurat, karena pengaruh Theologi Reformed, pengaruh perkataan Paulus, “Lakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan, bukan untuk manusia.” Di dalam sebuah arloji yang terumit punya 1.800 alat. Butuh sekitar lima ribu jam kerja untuk memasangnya. Maka sama-sama arloji, ada yang harganya hanya lima ribu rupiah, ada yang lima juta rupiah, lima puluh juta, bahkan satu milyar rupiah. Ada arloji yang sampai 100 tahun tidak perlu dicocokkan. Semua arloji yang paling bagus bukan dibuat di Zurich, Baren, Lausanne, Luzern, Aroza, Interlaken, hanya ada satu yang dibuat di Schaffhausen, selebihnya di Jenewa (Geneve), tempat asal Calvin. Dengan kata lain, Theologi Reformed bukan satu permainan, dia membuat manusia mengerti apa itu etika: Aku hidup di hadapan Allah; dan Ia meminta setiap pikiran, perkataan, dan tindakanku bertanggung jawab di hadapan-Nya. Itulah semangat Sepuluh Hukum. Hubungan antara manusia dengan Allah melandasi hubungan antar manusia. Kiranya kita bisa memiliki pengertian Sepuluh Hukum yang akurat.

C. Tujuan dan Motivasi Hukum
Sepuluh Hukum adalah prinsip yang Tuhan tetapkan bagi manusia yang Dia cipta seturut peta teladan-Nya. Tuhan memberikan Sepuluh Hukum agar umat-Nya mengerti hukum dan hidupnya menjadi takut akan Tuhan. Tuhan memberikan hukum untuk membebaskan umat-Nya dari perbudakan. Maka di dalam Sepuluh Hukum, relasi vertikal dengan Allah harus mendahului relasi horisontal dengan sesama manusia, karena relasi vertikal merupakan dasar dari relasi horisontal. Pemikiran seperti ini tidak ada di dalam hukum dunia manapun. Di sini kita ingin melihat lebih teliti sifat, tujuan, dan motivasi Allah memberikan Sepuluh Hukum. 

Sepuluh Hukum sangat penting, karena dia memancarkan keunikan dari etika Kristen: bukan etika tujuan atau etika relasi atau etika tindakan, melainkan etika motivasi. Itu sebabnya Alkitab mengajar kita untuk memelihara hati lebih dari segalanya, karena dari sana terpancarlah seluruh hidup. Kalau kita tidak mengontrol, tidak mengoreksi hati kita, tindakan kita akan sesat. Terlebih lagi, manusia hanya dapat melihat apa yang ada di luar, sementara Tuhan bisa melihat bagai x-ray menembus ke sanubari. Itu sebabnya, Sepuluh Hukum mengajar kita menjadikan takut pada-Nya sebagai dasar dari kelakuan kita. Sungguh, tanpa takut pada Tuhan, kelakuan kita palsu adanya. Orang bisa saja berbuat amal atau menolong orang, tetapi apa motivasinya? Apa itu amal? Jika amal kita hanya untuk diperlihatkan pada orang agar dipuji, atau untuk memenuhi syariah agama, apakah amal kita diperkenan Tuhan?

Pepatah mengatakan: “Sokrates berwajah badut tetapi berjiwa malaikat,” karena di zaman Sokrates hidup 2.500 tahun silam di Gerika, banyak orang yang menganggap diri pandai lalu menjadi guru untuk memperkaya diri. Sokrates berani mendobrak sejarah pendidikan. Kebenaran tidak seharusnya diperjualbelikan tapi dibagi-bagikan. Inilah bedanya Alkitab dan agama; agama menuntut orang berbuat baik agar mendapat pahala. Padahal perbuatan baik yang didasari motivasi mendapat pahala, bukan saja tidak diperkenan Tuhan, malah menimbun murka-Nya. Karena Tuhan membenci orang yang motivasinya tak benar. Motivasi mendahului kelakuan dan dilihat oleh Tuhan, karenanya kita harus hidup benar di hadapan Tuhan barulah hidup kita benar di hadapan sesama. Orang yang digerakkan oleh kasih Tuhan menolong sesamanya tanpa pamrih. Sepuluh Hukum tidak menjanjikan upah bagi orang yang berbuat baik. Hanya satu kali mengatakan, Aku akan memberkati seribu generasi orang-orang yang mencintai-Ku. Sementara orang-orang yang membenci-Ku, akan Ku-tuntut tiga sampai empat generasi. Mengapa demikian? Tuhan ingin membenahi motivasi manusia. Sepuluh Hukum diberikan oleh Allah, sang Pencipta, kepada manusia yang seturut peta teladan-Nya, yang harus mempertanggungjawabkan semuanya kepada-Nya. Mereka harus hidup takut kepada-Nya dan memperlakukan sesamanya dengan baik.

Mengapa Sepuluh Hukum penuh dengan larangan; jangan ini dan itu? Anak yang dididik dengan penuh larangan, biasanya tidak sukses, karena bahan pendidikan yang orang tuanya berikan hanyalah didasarkan pada rasa takut atau khawatir. Memang tidak salah orang tua takut anaknya tertabrak mobil, anaknya buang-buang air karena salah makan, anaknya jatuh saat memanjat pohon. Tetapi jika rasa takut atau khawatirnya itu dia pakai untuk mengekang anaknya, dia bukan mendidik. Karena pendidikan yang benar adalah menemukan dan memperkembangkan potensi yang ada di dalam diri. Jadi, kalau Saudara tidak suka musik, anakmu belum tentu tidak berbakat musik. Kalau Saudara tidak mengerti filsafat, tidak berarti anakmu tidak mungkin punya otak seorang filsuf, karena Tuhan mungkin memberi anakmu otak yang jauh lebih cemerlang darimu. Larangan harafiah: jangan membunuh, jangan berzinah, jangan berdusta, jangan tamak, memang tercantum di Sepuluh Hukum, tetapi seperti kata Tuhan Yesus: “kau harus tahu akan kebenaran, karena kebenaran akan memerdekakan kamu” (Yoh. 8:32), yang kemudian dipertegas oleh Yakobus: “Hukum yang memerdekakan” (Yak. 1:25).

Di dalam sejarah, ada dua orang yang mengatakan pernyataan itu: 1) Yesus Kristus. 2) Seneca, yang lahir sezaman dengan Yesus, penganut filsafat Gerika aliran Stoicism, yang mengajar orang hidup sederhana, bertanggung jawab, berbajik, berbijak, tidak menindas wanita, budak, tawanan perang, berdamai dengan semua orang. Penganut Stoicism sulit menerima Kristus, karena mereka menganggap diri cukup baik dan cukup bijak. Beberapa filsuf aliran Stoicism: 1) Marcus Aurelius, kaisar Romawi abad kedua. 2) Seneca. 3) Epitectus, budak yang sangat pintar, yang akhirnya menjadi filsuf. Seneca berkata: “kebenaran tidak akan membuatmu kaya, tetapi akan memerdekakan kamu.” Berbeda dengan perkataan Yesus. Yesus bukan hanya mengatakan “kebenaran membebaskan kamu,” tetapi Dia melanjutkannya “Akulah kebenaran”. Jikalau Anak Allah memberimu kebebasan, barulah engkau sungguh-sungguh bebas. Saya selalu membandingkan kalimat Konfusius vs Yesus, Lao Zi vs Yesus, Sokrates vs Yesus, Seneca vs Yesus, Zoroaster vs Yesus, Buddha vs Yesus, semua pendiri agama vs Yesus, dan menemukan apa yang Theologi Reformed maksudkan perbedaan kualitatif antara respons manusia terhadap wahyu umum dengan wahyu khusus yang langsung dari Allah sendiri.

Tujuan Allah memberi Sepuluh Hukum: Membebaskan kita. Mengapa membebaskan dengan begitu banyak larangan? Kita harus mengerti bahwa kebebasan yang tidak diikat oleh kebenaran bukan kebebasan, melainkan kebebasan liar, maka ikatan kebenaran merupakan keharusan mutlak (absolute necessity). Misalnya pada saat kita makan bersama seorang wanita dan menawarkan untuk tambah, dia menolak. Itu disebabkan dia mengerti fiIsafat kebebasan, bahwa jika orang yang makan terlalu bebas tidak bisa berjalan dengan bebas. Kebalikannya, kalau pria mau terus tambah, akhirnya menjadi gemuk dan tidak bisa bebas berjalan. Pria memakai ikat pinggang, tetapi ketika ada makanan enak, ikat pinggang dikendurkan; sementara wanita menggunakan ikat pinggang yang tidak kelihatan. Inilah relativisme kebebasan. Yang kelihatannya bebas sebenarnya tidak bebas, yang kelihatannya tidak bebas sebenarnya bebas. Orang yang dapat menyadari pengertian ini akan bersyukur kepada Tuhan, sebab hukum yang Tuhan beri sungguh-sungguh akan membebaskan dirinya. Saya adalah orang yang selalu ingin cepat, apalagi saat mengendarai sepeda motor. Hal yang paling menjengkelkan adalah ketika sampai di persimpangan, lampu berganti warna merah. Mengapa jengkel? Karena harus stop. Tetapi apa jadinya jika di seluruh kota tidak ada lampu lalu lintas. Pasti akan lebih terhambat lagi dan lebih banyak kecelakaan terjadi. Lampu lalu lintas memang sepintas dianggap menghambat, tetapi dia menolong pengaturan lalu lintas lebih baik, dan menghindarkan kita dari banyak kecelakaan. Maka filsuf besar Immanuel Kant berkata, “Bebas bukanlah aku bisa melakukan apapun yang kuinginkan, sebaliknya, bebas adalah aku mampu tidak melakukan hal yang tidak kuinginkan.” Paulus memaparkan kontradiksi ini di kitab Roma pasal 7 dengan jelas, apa yang kuinginkan tidak aku lakukan, sebaliknya apa yang tidak kuinginkan, malah aku lakukan. Itu disebabkan karena kita sudah jatuh di dalam dosa, tidak kuasa mengendalikan kebebasan kita. Maka firman Tuhan, Aku memberi Taurat untuk membebaskanmu. Berbeda dengan psikologi masa kini, yang berpandangan “Jangan sekali-kali melarang, biarkan saja”. Akibatnya, orang tidak mau dikekang oleh hukum dan aturan. Homoseks, lesbian, berzinah, tidak masalah, karena dipandang sebagai hak asasi manusia. Pada hakekatnya, hak asasi manusia perlu dibatasi dengan kesucian, kebajikan, kasih, keadilan Allah. Karena Allah sendiri pun tak menggunakan kebebasan semaunya, tak melakukan apapun yang bertentangan dengan atribusi moraI-Nya. John Stott mengatakan, “Allah pun tidak memiliki kebebasan yang mutlak.” Saya tak bisa menerimanya, karena bagi saya, istilah “tidak mutlak” dikenakan pada diri Allah adalah kurang hormat. Maka saya menggantinya: “Allah begitu rela menundukkan kebebasan-Nya ke bawah pengaturan atribusi moral-Nya”. Allah yang suci bebas melakukan segalanya di dalam kesucian-Nya, Allah yang adil bebas melakukan segalanya di dalam keadilan-Nya, Allah yang penuh kasih tak melakukan apapun di luar kasih-Nya. Itu sebabnya Dia berhak mengatakan pada manusia: Inilah perintah-Ku, yaitu kuasailah dirimu, karena Aku adalah Allahmu. Allah memberi Taurat untuk membebaskan manusia dari kebobrokan dan dari maut. Dulu, Jakarta penuh dengan becak, dan walikota Jakarta menetapkan “daerah bebas becak”. Yang disebut “daerah bebas becak” bukan berarti di situ becak boleh mondar-mandir dengan bebas, melainkan justru becak tidak boleh ada di daerah itu. Saat membahas kebebasan, orang suka mengaitkannya dengan tindakan semaunya, padahal kebebasan yang sejati, tidak boleh tidak diikat dengan kebenaran. Kita bersyukur, orang yang tak pernah berzinah Tuhan bebaskan dari penyakit kelamin, tetapi membiarkan syphilis (penyakit kelamin) merajalela selama 450 tahun, untuk mengingatkan manusia, bahwa engkau sudah melanggar hukum. Jika engkau memegang perintah-Ku, firman-Ku adalah kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu. Jika engkau rela dipimpin dan diatur oleh Roh Kudus, maka Roh-Ku akan memerdekakan kamu. Yang dapat memberikan kebebasan sejati kepada kita hanyalah kebenaran, Roh Kudus, Kristus. Allah memberi kita hukum untuk menjamin kita bebas di dalam kebenaran bukan bebas mengikuti nafsu diri. Bebas karena ikut aturan main kebenaran, membuat semuanya menjadi sinkron dan indah. Mengapa arloji buatan Gerald Genta laku satu juta dollar per buah? Karena seribu dua ratus tujuh puluh sekian onderdil yang ada di dalam arloji itu, kait-mengait satu dengan lain, masing-masing menjalankan fungsinya dengan stabil, seratus tahun tidak perlu distel. Tuhan memberi Taurat supaya engkau sinkron satu dengan yang lain, dan masing-masing bertanggung jawab kepada-Ku. Inilah kebebasan yang dikontrol oleh kebenaran. Apa motivasi Allah memberikan Taurat? Kasih. Paulus berkata, kesimpulan Taurat adalah kasih. Jadi, karena Aku mengasihi engkau, maka Aku memberikan perintah-perintah-Ku dan juga batasan-batasan-Ku. Seorang bertanya pada Yesus, “Tuhan, perintah mana yang paling penting?” jawab-Nya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.” Dengan lain kata, cintailah Allah Yang Esa dengan seantero hidupmu. “Dan yang kedua, yang sama dengan itu, kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri.” (Mat. 22:37-39). Saat seorang ibu melarang anaknya, jangan lakukan ini, jangan lakukan itu, tanpa memberikan penjelasan, maka anaknya berpikir bahwa ibunya sedang mengekang kebebasannya. Dia tidak mengerti bahwa ibunya melarang dia, karena ibunya mengasihi dia. Ketika seorang dokter membatasi konsumsi pasiennya, maka pasiennya merasa dipersulit dan dianiaya, padahal dokter itu membatasi karena mengasihi pasien itu dan tidak ingin dia celaka. Sampai suatu hari, dokter itu berkata pada suster “mulai besok, dia boleh makan apa saja yang dia mau”. Itu bukan tanda pasien itu mendapat kebebasan sejati, itu tanda bahwa dia sudah tidak ada harapan lagi. Orang Kristen taat pada Tuhan, bukan karena dia sudah berada di ambang kematian, melainkan karena dia ingin hidupnya sesuai dengan kehendak Tuhan. Kalau seorang pria berkata kepada pacarnya, aku mencintaimu, mari kita menikmati hubungan seks, padahal mereka belum menikah, maka perlu segera mengingat bahwa cinta yang sejati menikmati kebenaran bukan kesalahan. Mengapa kita menghormati orang tua? Karena kasih. Mengapa di Sepuluh Hukum tertulis: jangan membunuh, jangan berzinah? Karena mengasihi sesama, maka menghormatinya, memikirkan kebaikannya. Cintailah sesama dengan motivasi kasih yang suci. Jangan pernah ada pikiran jahat dalam pikiran kita terhadap orang lain. Kalau orang tidak menyukaimu, bersalah padamu, doakan dia dan bukan membalasnya dengan perlakuan yang sama. Jangan engkau terjerat tipuan Iblis. Saya harus melakukan apapun yang diperkenan Allah, dan saya harus bertanggung jawab atas apapun yang saya lakukan di hadapan Allah. Kita tidak bisa berkata bahwa kita sedang hidup di dalam zaman anugerah, sehingga kita boleh berbuat apa saja sekehendak hati kita. Kita harus meneladani Kristus yang berkata: “Anak Manusia datang bukan untuk meniadakan Hukum Taurat, melainkan untuk menggenapi-Nya.” Memang, kita tidak mungkin bisa secara sempurna menggenapkan Hukum Taurat; untuk itulah Kristus mengganti kita menggenapkan semua tuntutan hukum Taurat, dan pada saat yang sama Roh Kudus memimpin kita masuk ke dalam seluruh kebenaran, menjalankan perintah Tuhan dan menjadi orang yang diperkenan oleh-Nya. Kiranya mempelajari Sepuluh Hukum ini menjadikan kita semakin takut akan Tuhan, semakin mengasihi Dia, dan mengasihi sesama kita, menjalankan moral yang dibatasi oleh kebenaran Allah. Amin.

Oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong
Sumber : http://www.buletinpillar.org/transkrip/sepuluh-hukum

Jumat, 21 Oktober 2011

Test Masuk Kerja

Ada sebuah perusahaan besar di Indonesia yang sedang mencari karyawan. Dalam tes tertulisnya, mereka hanya memberikan satu kasus untuk dijawab:

Pemerintah setempat hanya bisa memberikan bantuan 1 buah bis yang saat ini juga sedang mengangkut orang-orang ke kota terdekat. Saat itu juga Anda melewati sebuah perhentian Bis satu-satunya didaerah itu.

Di perhentian Bis itu Anda melihat 3 orang yang merupakan orang terakhir di daerah itu yang sedang menunggu kedatangan Bis :
- Seorang nenek tua yang sekarat
- Seorang dokter yang pernah menyelamatkan hidup Anda sebelumnya.
- Seseorang yang selama ini menjadi idaman hati Anda dan akhirnya Anda temukan

Anda hanya bisa mengajak satu orang untuk membonceng Anda, siapakah yang akan Anda ajak ? Dan jelaskan jawaban Anda mengapa Anda melakukan itu. Sebelum Anda menjawab, ada beberapa hal yang perlu Anda pertimbangkan:

Seharusnya Anda menolong nenek tua itu dulu karena dia sudah sekarat.Jika tidak segera ditolong akan meninggal. Namun, kalau dipikir-pikir, orang yang sudah tua memang sudah mendekati ajalnya. Sedangkan yang lainnya masih sangat muda dan harapan hidup kedepannya masih panjang.

Dokter itu pernah menyelamatkan hidup Anda. Inilah saat yang tepat untuk membalas budi kepadanya. Tapi kalo dipikir, kalo sekedar membalas budi bisa lain waktu khan? Namun,kita tidak akan pernah tau kapan kita mendapatkan kesempatan itu lagi.

Mendapatkan idaman hati adalah hal yang sangat langka. Jika kali ini Anda lewatkan, mungkin Anda tidak akan pernah ketemu dia lagi. Dan impian Anda akan kandas selamanya.

Jadi yang mana yang Anda pilih ?
Jawab dulu sesuai naluri, nalar & kata hati anda dulu…
Baru buka contekannya dibawah ini.

Untuk direnungkan saja (ndak usah serius-serius amat):
Dari sekitar 2000-an orang pelamar hanya 1 orang yang diterima bekerja di perusahaan itu. Orang tersebut tidak menjelaskan jawabannya, hanya menulis dengan singkat :

“Saya akan memberikan kunci motor saya kepada sang dokter dan meminta dia untuk membawa nenek tua yang sedang sekarat tersebut untuk ditolong segera. Sedangkan saya sendiri akan tetap tinggal disana dengan sang idaman hati saya untuk menunggu Bis kembali menolong kami.”

Maka sang HRD yg mulai kecewa dgn hasil seleksinya (sebab byk yg gagal dan penjelasannya tidak memuaskan, egois, tidak perduli sesama dsb) akhirnya lega sekali. Tugasnya selesai…sudah ditemukannya sang calon karyawan tersebut. Dan diterimanyalah calon karyawan tersebut dan langsung mendapat “kualifikasi smart & brilliant employee, prospectfull career”.

Anda tau nasib sang karyawan tadi?…. dia adalah Menperindag Indonesia (2001 s.d 2004) pada masa pemerintahan Megawati . Ya dia……si “Rini Suwandi”…


Sumber : http://finance.groups.yahoo.com/group/sdmlist/message/3767

Dia Adalah Pencipta, Pewahyu dan Penebus


Nats : Ibrani 1 : 1-3

Yesus Kristus bukan hanya merupakan cahaya kemuliaan dari terang Allah itu sendiri, tetapi di dalam diriNya, Dia juga adalah rupa dan gambar Allah itu sendiri, yang di dalamnya kita dicipta. Tidak ada agama lain mengerti akan martabat, kehormatan manusia sampai sebegitu dalam. Karena kita dicipta menurut gambar dan rupa Allah, maka kita perlu menelusuri siapakah yang dipakai sebagai patron untuk menciptakan manusia? Yesus Kristus. Mengapa Yesus yang dipakai sebagai patron? Karena Dia adalah Allah.

Karena Yesus adalah sang Pencipta, maka Dia adalah Alfa, dan Dia juga menjadi sang Penggenap dimana Dia adalah Omega. Dia adalah awal dari segala sesuatu. Dia juga yang akan mengkonsumasikan segala sesuatu sesuai dengan rencana Tuhan Allah. Itu sebabnya sejarah berada di dalam tanganNya. Jangan sekali-sekali kita beranggapan Kristus hanyalah seorang tokoh agama yang sedikit lebih bermutu dibandingkan dengan pendiri-pendiri agama lain, karena seluruh Kitab Suci tidak pernah mengatakan bahwa Yesus datang ke dunia untuk mendirikan agama.

Agama didirikan oleh manusia berdosa, yang di dalam jalan hidupnya tiba-tiba menyadari dirinya adalah orang berdosa dan perlu menyelesaikan masalah dosanya. Disamping itu, mereka juga percaya ada sifat kekekalan, ada potensi di dalam dirinya untuk menemukan cara menyelesaikan dosa. Itulah awal dari gagasan upaya dan motivasi beragama. Di dalam agama, manusia menyadari keterbatasan dirinya, ada konflik di dalam dirinya, ada cacat-cela dan dosa yang mencemarkan hati nuraninya. Manusia rindu untuk bisa lepas dari belenggu-belengu tersebut.

Tetapi Yesus datang ke dalam dunia bukan untuk mendirikan agama melainkan untuk menggenapi keselamatan yang Allah sudah rencanakan. Jadi Yesus bukan hanya Pencipta dan Penguasa sejarah, Dia sendiri harus masuk ke dalam sejarah menjadi Juruselamat umat manusia. Allah masuk ke dalam sejarah tidak pernah disinggung di dalam agama-agama lain. Apa artinya Allah masuk ke dalam sejarah? Dia mengunjungi dunia yang diciptakanNya. Dia bukanlah Allah yang setelah menciptakan segala sesuatu lalu membiarkannya mati hidup sendiri seperti yang diajarkan oleh Deisme.

Manusia tidak mungkin tidak percaya bahwa Allah itu ada. Iman percaya bahwa Allah ada bukanlah iman Kristen. Karena ketika ilmu pengetahuan belum mampu menemukan segala rahasia, manusia percaya Allah itu ada, tapi ketika ilmu pengetahuan sudah bisa menjawab segala fenomena yang ada, manusia merasa tidak perlu percaya Allah ada. Istilah teologianya adalah God of gate. Allah yang berada di dalam selang. Meskipun Allah seperti itu bukanlah Allah orang Kristen, dan iman semacam itu bukanlah iman Kristen, namun banyak orang Kristen secara tidak sadar telah menganut iman seperti itu: bila tidak terjepit, dia tidak datang kepada Tuhan. Allah hanya dia jadikan pembantu saat dia terjepit, tapi saat lancar, dia lupa Allah. Ini bukan ajaran Alkitab. Alkitab mengajarkan baik sulit, lancar, kaya maupun miskin kita tetap bersandar kepada Allah.

Manusia bisa hidup satu detik saja adalah karena topangan dari Tuhan. Kalau Allah tidak menopang barang satu detik saja, dunia ini akan hancur. Seperti yang dikatakan di sini, Kristus bukan hanya menciptakan dan akan mewarisi seluruh alam semesta, Dia juga menopang alam semesta dengan kuat kuasaNya, sehingga tidak bisa tidak ada Kristus di dalam sejarah.

Mengapa Allah tidak menciptakan alam semesta sesempurna dan semutlak diriNya sendiri? Tidak mungkin. Karena yang dicipta adalah yang dicipta, yang mencipta adalah yang mencipta. Di antara yang mencipta dan yang dicipta tetap ada qualitative difference, maka Allah bukan alam dan alam bukan Allah. Seluruh alam dicipta oleh Allah dan ditopang oleh Allah. Ditopang dengan apa? Dengan perintahNya yang penuh kuasa, yaitu firmanNya.

Yesus Kristus adalah Firman Allah yang keluar dari mulut Allah, maka Yesus berkata manusia hidup bukan bersandar pada roti raja, tetapi bersandar pada setiap kalimat yang keluar dari mulut Allah. Gabungkanlah dengan Ibr. 1:3 ini, kita tahu yang membuatmu hidup bukanlah roti. Karena roti hanya menopang kebutuhan tubuh yang sementara, sedangkan darah yang beredar di dalam tubuh menuruti dalil yang ada di dalam finnan Tuhan. Logos, the word of God adalah dasar dari pada Logikos. Baca ay. 3, Firman itulah yang menopang kita. Itu sebabnya Yesus berkata, kita hidup bersandarkan pada setiap kalimat yang keluar dari mulut Allah. Pada waktu kau mendengar khotbah, kau menemukan firman Tuhan yang diwahyukan olehNya menguatkan kerohanianmu, menjadikan eksistansimu di dunia ini mempunyai prinsip, dasar, kekuatan, arah, fondasi dan bobot. Firman Tuhan bukan hanya menopang hidup kita saja, tapi juga menopang keberadaan alam semesta. Mzm. 103 mengatakan malaikat-malaikat melaksanakan perintah Allah dengan menjalankan kehendakNya.

Kalimat berikut dalam ay. 3: setelah Dia membersihkan dosa manusia, Kristologi yang terdapat di dalam ayat-ayat ini sudah mengarah pada soteriologi, mulai berbicara tentang penyucian dosa, pemberesan hidup manusia. Tadi sudah disinggung bahwa Kristus datang bukan untuk mendirikan agama, karena agama menegakkan nilai pada satu kategori: perbuatan manusia. Do good, do right, in order to please God. Tetapi Alkitab mengajarkan kita untuk tidak mencari perkenanan Tuhan dengan dasar kelakuan, karena Allah memakai cara yang lain, yaitu cara beriman. Baca Rm. 3:23 ff. Tanpa iman, tidak ada seorang yang diperkenan, dibenarkan oleh Allah. Maka Allah melingkari semua orang yang tidak bisa dibenarkan karena perbuatannya itu dapat dibenarkan karena satu orang: Yesus yang mati bagi kita. Inilah mujizat terbesar: Allah rela datang ke dunia, Dia yang tidak seharusnya mati, yang tidak mungkin mati justru mati bagi kita. Inilah euangelion; the only good news.

Mengapa kalimat-kalimat yang terdapat di Ibr. 1:1-3 sepertinya terlepas satu dengan yang lain? Setelah menyebutkan Kristus menopang alam semesta, lalu disebutkan Dia menyucikan dosa manusia. Bukankah menopang alam semesta adalah soal kosmologi dan menyucikan dosa manusia adalah soal soteriologi, adakah relasi antara keduanya? Ada. Relasi yang tidak dimengerti oleh Deisme, karena menurut Deisme, Allah menciptakan segala sesuatu lalu membiarkannya, tetapi Ibr. 1:3 mengatakan, setelah Dia menciptakan segala sesuatu, Dia justru menopangnya. Ibr. 1:3 menggabungkan antara Penopang alam semesta dengan Pembersih dosa manusia. Artinya, Yesus bukan hanya Kalam, Firman, perintah yang menopang segala sesuatu, Dia juga adalah Tuhan yang membersihkan dosa manusia. Dengan kata lain, Allah memakai Kristus, AnakNya yang tunggal sebagai Pencipta, Pewahyu sekaligus Penebus, tiga pekerjaan yang hanya bisa dilakukan oleh Allah sendiri. Jika Dia bukan Allah, tak mungkin Dia mencipta. Jika Dia bukan Allah, tak mungkin Dia mewahyukan kebenaran. Jika Dia bukan Allah, tak mungkin Dia membereskan dosa manusia. Puji Tuhan!

Saat Yohanes pembaptis muncul, dia menyimpulkan seluruh berita P.L. ke dalam satu kalimat: Behold the Lamb of God who takes away the sins of the world. Kalimat yang tidak pernah ada di dalam agama atau filsafat manapun. Paul Tillich menyebut Martin Luther sebagai one of the greatest reductionist in the history, tapi bagi saya, reductionist nomor satu adalah Yohanes pembaptis yang menyimpulkan seluruh P.L. dalam satu kalimat: orang yang mengangkut dosa manusia bukanlah nabi, imam atau raja, melainkan Dia yang datang setelah aku tapi sebenarnya sudah ada sebelum aku, bahkan untuk membuka tali kasutnyapun aku tidak layak. Suatu paradox understanding dimana Kristus adalah 100% Allah dan Kristus adalah juga 100% manusia. Behold. Lihatlah, the Lamb of God who takes away the sins of the world adalah kalimat yang terpendek di dalam sejarah tapi sanggup mengajak seluruh umat manusia untuk mengarahkan perhatiannya kepada satu oknum. Siapakah Dia? Yesus Kristus. Di dalam taman Eden, Tuhan sudah menyatakan prinsip itu tanpa kalimat: tanggalkan daun yang kau kenakan, Adam, Aku membuatkan pakaian kulit untuk membereskan dosa yang mempermalukan kamu. Dari manakah kulit itu diperoleh? Dari binatang yang dibunuh dan dikuliti. Adam berdosa, tetapi binatanglah yang mati agar kulitnya dapat dipakai untuk menutupi dosanya. Jadi, yang mempersiapkan jalan keluar dari dosa bukanlah manusia tetapi Tuhan. Domba dipakai oleh Tuhan untuk melambangkan AnakNva yang tunggal, yang akan datang ke dunia.

Peristiwa lain adalah waktu Abrabam hendak membunuh Ishak untuk dipersembahkan kepada Allah, terdengarlah suara malaikat berkata, “Stop!” Dan ternyata sudah ada domba yang disediakan untuk menggantikan Ishak. Di dalam P.L., penebusan dosa masih merupakan wahyu yang samar-samar, sampai hari Yohanes pembaptis yang mengenakan pakaian dari kulit unta itu meneriakkan: “Lihatlah, Anak domba Allah. Yesus Kristus yang akan mati di atas kayu salib, Dialah yang akan membereskan dosa manusia,” barulah wahyu itu menjadi jelas. Seorang pelukis Jerman melukiskan: Kristus yang dipakukan di tengah-tengah penyamun, kepalaNya yang bermahkota duri tertunduk ke bawah, sekujur tubuhNya penuh dengan luka-luka cemeti dan darah. Di sisiNya terdapat seorang yang mengenakan pakaian dari bulu unta, satu tangannya memegang gulungan kitab, satu tangannya menunjuk kepada Yesus yang tersalib. Siapakah dia? Yohanes pembaptis. Bukankah menurut Kitab Suci, ketika Yesus disalibkan Yohanes pembaptis sudah mati? Memang. Tapi pelukis itu tidak menggunakan setting sejarah melainkan setting supra sejarah. Waktu Kristus disalib, Yohanes pembaptis berdasarkan catatan Alkitab menunjuk kepada Yesus sambil berkata, domba Allah yang mengangkut dosa manusia.

Permisi tanya, pada waktu Yesus mati di atas kayu salib, apakah kita sudah lahir? Belum, tapi mengapa tertulis di sini setelah menghapus dosa manusia. Jadi dosa siapa yang Dia hapuskan? Apakah dosa orang-orang yang hidup sebelum Dia? Lalu bagaimana dengan dosa orang-orang yang lahir kemudian? Perhatikan: Status Kristus sebagai Penghapus dosa perlu digenapkan di dalam satu peristiwa sejarah, setelah itu baru ada kepastian pengampunan dosa bagi orang-orang yang ada di sepanjang sejarah. Seperti kataNya di atas kayu salib, “Tetelestai.” Aku sudah menkongkritkan rencana Allah untuk menebus dosa manusia.

Baca Ibr. 9:14-15, Yesus menyelesaikan tugas menghapus dosa dengan khasiat yang berlaku kekal. Perhatikan beberapa keunikan yang tidak terdapat di tempat lain di seluruh Kitab Suci:

  1. Hanya satu kali ini Roh Kudus disebut sebagai Roh yang kekal. Yesus mempersembahkan diri melalui Roh Kudus, itu berarti persembahanNya berlaku kekal.
  2. Dosa yang dilakukan di masa P.L. bisa ditebus oleh kuasa Kristus di P.B., dengan kata lain, meskipun P.B. dimulai dari hari di mana Yesus mati bagi kita, tapi Dia juga sanggup menebus dosa orang-orang di P.L. Mungkin engkau bertanya, bukankah ini sama dengan ajaran Mormonisme dimana kalau kau percaya Kristus, maka semua nenek moyangmu juga ikut dibaptiskan dan boleh masuk sorga? Tidak. Alkitab mengajarkan, Yesus datang menggenapkan keselamatan yang dinanti-nantikan oleh kaum pilihan di P.L., yaitu mereka yang menantikan keselamatan, tapi sampai mereka mati mereka belum sempat menerimanya, karena hari itu memang belum tiba. Baca Ibr. 11:13. Dia mempersembahkan diri sebagai korban yang kekal melalui Roh yang kekal kepada Allah. Maka Dia sanggup menebus dosa orang-orang yang hidup di dalam P.L. maupun di P.B.

Setelah Dia selesai menghapus dosa manusia, maka Dia duduk di sebelah kanan Allah. Sebelah kanan mempunyai tiga arti:

  1. Tempat bagi sang pemenang.
  2. Tempat bagi orang yang diperkenan oleh raja.
  3. Tempat penguasa.

Setelah seseorang menang, dia akan mendapatkan kuasa untuk menguasai segala sesuatu. Itulah sebabnya Yesus berkata, “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, [kabarkanlah Injil ke seluruh bumi,] jadikanlah semua bangsa murid-Ku.” Inilah Kristologi yang kita percaya.

(Ringkasan khotbah ini belum dikoreksi oleh Pengkhotbah, W.H.)

Oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong

Sumber : http://www.mriila.org/pustaka/eksposisi-ibrani/kristus-pencipta-pewahyu-penebus/

Rabu, 19 Oktober 2011

Hanya Untuk Insinyur


Di sebuah perusahaan pertambangan minyak di Arab Saudi, di akhir tahun 40-an. Seorang pegawai rendahan, remaja lokal asli Saudi, kehausan dan bergegas mencari air untuk menyiram tenggorokannya kering. Ia begitu gembira ketika melihat air dingin yang tampak didepannya dan segera mengisi air dingin ke dalam gelas.

Belum sempat ia minum, tangannya terhenti oleh sebuah hardikan: "Hei, kamu tidak boleh minum air ini. Kamu cuma pekerja rendahan. Air ini hanya khusus untuk insinyur" Suara itu berasal dari mulut seorang insinyur Amerika yang bekerja di perusahaan tersebut. Remaja itu akhirnya hanya terdiam menahan haus.

Ia tahu ia hanya anak miskin lulusan sekolah dasar. Kalaupun ada pendidikan yang dibanggakan, ia lulusan lembaga Tahfidz Quran, tapi keahlian itu tidak ada harganya di perusahaan minyak yang saat itu masih dikendalikan oleh manajemen Amerika.

Hardikan itu selalu terngiang di kepalanya. Ia lalu bertanya-tanya: Kenapa ini terjadi padaku? Kenapa segelas air saja dilarang untuk ku? Apakah karena aku pekerja rendahan, sedangkan mereka insinyur ?

Apakah kalau aku jadi insinyur aku bisa minum? Apakah aku bisa jadi insinyur seperti mereka? Pertanyaan ini selalu tengiang-ngiang dalam dirinya. Kejadian ini akhirnya menjadi momentum baginya untuk membangkitkan semangatnya.

Akhirnya muncul komitmen dalam dirinya. Remaja miskin itu lalu bekerja keras siang hari dan melanjutkan sekolah malam hari. Hampir setiap hari ia kurang tidur untuk mengejar ketertinggalannya. Tidak jarang olok-olok dari teman pun diterimanya. Buah kerja kerasnya menggapai hasil. Ia akhirnya bisa lulus SMA.

Kerja kerasnya membuat perusahaan memberi kesempatan padanya untuk mendalami ilmu. Ia dikirim ke Amerika mengambil kuliah S1 bidang teknik dan master bidang geologi.
Pemuda ini lulus dengan hasil memuaskan. Selanjutnya ia pulang kenegerinya dan bekerja sebagai insinyur.

Kini ia sudah kembali sebagai insinyur dan bisa minum air yang dulu dilarang baginya. Karirnya melesat terus. Ia sudah terlatih bekerja keras dan mengejar ketinggalan, dalam pekerjaan pun karirnya menyusul yang lain.

Karirnya melonjak dari kepala bagian, kepala cabang, manajer umum sampai akhirnya ia menjabat sebagai wakil direktur, sebuah jabatan tertinggi yang bisa dicapai oleh orang lokal saat itu.

Ada kejadian menarik ketika ia menjabat wakil direktur. Insinyur Amerika yang dulu pernah mengusirnya, kini justru jadi bawahannya. Suatu hari insinyur bule ini datang menghadap karena ingin minta izin libur dan berkata; "Aku ingin mengajukan izin liburan. Aku berharap Anda tidak mengaitkan kejadian air di masa lalu dengan pekerjaan resmi ini. Aku berharap Anda tidak membalas dendam, atas kekasaran dan keburukan perilakuku di masa lalu"

Apa jawab sang wakil direktur mantan pekerja rendahan ini: "Aku ingin berterima kasih padamu dari lubuk hatiku paling dalam karena kau melarang aku minum saat itu. Ya dulu aku benci padamu. Tapi, setelah izin Allah, kamu lah sebab kesuksesanku hingga aku meraih sukses ini. "

Akhirnya mantan pegawai rendahan ini menempati jabatan tertinggi di perusahaan tersebut. Ia menjadi Presiden Direktur pertama yang berasal dari bangsa Arab.

Tahukan Anda apa perusahaan yang dipimpinnya? Perusahaan itu adalah Aramco (Arabian American Oil Company) perusahaan minyak terbesar di dunia. Ditangannya perusahaan ini semakin membesar dan kepemilikan Arab Saudi semakin dominan. Kini perusahaaan ini menghasilkan 3.4 juta barrels (540,000,000 m3) dan mengendalikan lebih dari 100 ladang migas di Saudi Arabia dengan total cadangan 264 miliar barrels (4.20×1010 m3) minyak dan 253 triliun cadangan gas.

Atas prestasinya itu, ia pun diangkat oleh Raja Saudi Arabia untuk menempati jabatan sebagai Menteri Perminyakan dan Mineral, yang mempunyai pengaruh sangat besar terhadap dunia. Mantan Buruh Rendahan ini adalah Ali bin Ibrahim Al-Naimi, yang sejak tahun 1995 sampai saat ini (2011), menjabat sebagai Menteri Perminyakan dan Mineral Arab Saudi.


Sumber diambil dari : http://goliath.ecnext.com/coms2/gi_0199-4846316/SAUDI-ARABIA-Ali-Ibrahim-al.html dan http://suropeji.com/sukses-karena-dendam-positif/