Sabtu, 30 April 2011
If Tomorrow Never Comes
Pada suatu tempat, hiduplah seorang anak. Dia hidup dalam keluarga yang bahagia, dengan orang tua dan sanak keluarganya. Tetapi, dia selalu mengangap itu sesuatu yang wajar saja. Dia terus bermain, menggangu adik dan kakaknya, membuat masalah bagi orang lain adalah kesukaannya. Ketika ia menyadari kesalahannya dan mau minta maaf, dia selalu berkata, “Tidak apa-apa, besok kan bisa.”
Ketika agak besar, sekolah sangat menyenangkan baginya. Dia belajar, mendapat teman, dan sangat bahagia. Tetapi, dia anggap itu wajar-wajar saja. Semua begitu saja dijalaninya sehingga dia anggap semua sudah sewajarnya.
Suatu hari, dia berkelahi dengan teman baiknya. Walaupun dia tahu itu salah, tapi tidak pernah mengambil inisiatif untuk minta maaf dan berbaikan dengan teman baiknya. Alasannya, “Tidak apa-apa, besok kan bisa.”
Ketika dia agak besar, teman baiknya tadi bukanlah temannya lagi. Walaupun dia masih sering melihat temannya itu, tapi mereka tidak pernah saling tegur. Tapi itu bukanlah masalah, karena dia masih punya banyak teman baik yang lain. Dia dan teman-temannya melakukan segala sesuatu bersama-sama, main, kerjakan PR, dan jalan-jalan. Ya, mereka semua teman-temannya yang paling baik.
Setelah lulus, kerja membuatnya sibuk. Dia bertemu seorang perempuan yang sangat cantik dan baik. Perempuan ini kemudian menjadi pacarnya. Dia begitu sibuk dengan kerjanya, karena dia ingin dipromosikan ke posisi paling tinggi dalam waktu yang sesingkat mungkin.
Tentu, dia rindu untuk bertemu teman-temannya. Tapi dia tidak pernah lagi menghubungi mereka, bahkan lewat telepon. Dia selalu berkata, “Ah, aku capek, besok saja aku hubungin mereka.” Ini tidak terlalu mengganggu dia karena dia punya teman-teman sekerja yang selalu mau diajak keluar. Jadi, waktu pun berlalu, dia lupa sama sekali untuk menelepon teman-temannya.
Setelah dia menikah dan punya anak, dia bekerja lebih keras agar dapat membahagiakan keluarganya. Dia tidak pernah lagi membeli bunga untuk istrinya, ataupun mengingat hari ulang tahun istrinya dan juga hari pernikahan mereka. Itu tidak masalah baginya, karena istrinya selalu mengerti dia, dan tidak pernah menyalahkannya.
Tentu, kadang-kadang dia merasa bersalah dan sangat ingin punya kesempatan untuk mengatakan pada istrinya “Aku cinta kamu”, tapi dia tidak pernah melakukannya. Alasannya, “Tidak apa-apa, pasti besok saya akan mengatakannya.” Dia tidak pernah sempat datang ke pesta ulang tahun anak-anaknya, tapi dia tidak tahu ini akan berpengaruh pada anak-anaknya. Anak-anak mulai menjauhinya, dan tidak pernah benar-benar menghabiskan waktu mereka dengan ayahnya.
Suatu hari, kemalangan datang ketika istrinya tewas dalam kecelakaan, istrinya ditabrak lari. Ketika kejadian itu terjadi, dia sedang ada rapat. Dia tidak sadar bahwa itu kecelakaan yang fatal, dia baru datang saat istrinya akan dijemput maut. Sebelum sempat berkata “Aku mencintaimu”, istrinya telah meninggal dunia. Laki-laki itu remuk hatinya dan mencoba menghibur diri melalui anak-anaknya. Tapi, dia baru sadar bahwa anak-anaknya tidak pernah mau berkomunikasi dengannya.
Waktu pun berlalu, anak-anaknya sudah dewasa dan membangun keluarganya masing-masing. Tidak ada yang peduli dengan orangtua ini, yang di masa lalunya tidak pernah meluangkan waktunya untuk mereka.
Saat mulai renta, dia pindah ke rumah jompo yang terbaik, yang menyediakan pelayanan sangat baik. Dia menggunakan uang yang semula disimpannya untuk perayaan ulang tahun pernikahan ke 50, 60, dan 70. Semula uang itu akan dipakainya untuk pergi berlibur bersama istrinya, tapi kini dipakainya untuk membayar biaya tinggal di rumah jompo tersebut. Sejak itu, hanya ada orang-orang tua dan suster yang merawatnya. Dia kini merasa sangat kesepian, perasaan yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya.
Saat dia mau meninggal, dia memanggil seorang suster dan berkata kepadanya, “Ah, andai saja aku menyadari ini dari dulu.” Kemudian perlahan ia menghembuskan napas terakhir, dia meninggal dunia dengan airmata di pipinya.
Diambil dari : Google dengan sandi If Tomorrow Never Comes
Penulis : Unknown (beberapa mengatakan Debby Samson)
house of reflection
Kamis, 28 April 2011
WAKTU DAN HIKMAT
Inilah doa Musa pada saat dia sudah sangat lanjut usia, doa yang tidak ada sangkut pautnya dengan kebutuhan sehari-hari, doa yang saya sebut sebagai a pray of a life not a pray of a living. Banyak kali doa kita adalah doa yang mencari, meminta, menanti sesuatu yang kita butuhkan di dalam hidup sehari-hari; a pray for living.
Tapi doa Musa adalah doa yang menata kembali hidupnya:
bagaimana menjalankan hidup, mengintrospeksi diri dan menilai diri sendiri. Karena hidup yang kita lalui itu, suatu hari nanti akan berhenti. Itu sebabnya mari kita minta Tuhan memberi kekuatan untuk menangani hidup kita dengan serius, dengan sungguh-sungguh.
Hari ini kita akan membahas konsep waktu dan hidup kita di dunia. Siapa yang menentukan kita dilahirkan di dunia, bukan orang lain atau diri kita sendiri. Sebelum kita menyadari keberadaan kita, kita sudah dilahirkan di dunia. Kita menerima segala tradisi, kristalisasi pemikiran dan bijaksana manusia yang diturunkan dari suku, bangsa dan negara kita.
Mazmur 90, ditulis oleh Musa, tiga ribu lima ratus tahun yang lalu, seribu tahun lebih dini dari pada Eulicis and Illiat; tulisan Homer, dua ribu tahun lebih dini dari tulisan Dupu, Libai, Paijuyi, tiga sastrawan besar Dinasti Tang. Juga lebih dini dibandingkan Kitab Upanisatnya orang India. Dengan kata lain, Mazmur 90 adalah salah satu tulisan yang terdini, yang berbicara tentang bagaimana manusia mencari makna hidupnya di hadapan Tuhan. Pendahuluan Mazmur 90 membuktikan penulisnya mempunyai kesadaran dan kepekaan yang tinggi terhadap hubungan vertikalnya dengan Tuhan. Musa tidak berkata, dunia ini adalah rumahku tapi dia berkata. You are my dwelling place. Dan di ayat 12 dia berkata, ajarkan kami how to count my time, my days, sungguh merupakan satu doa yang sangat unik.
Karena biasanya:
Pertama, manusia hanya pandai menghitung uang.
Suatu hari saya bertanya, semua orang di dunia ini ingin mendapatkan untung, dari manakah datangnya untung? Dari Tuhan. Anehnya, waktu Allah berkata, perpuluhan adalah milikKu, manusia tidak pernah memperdulikannya, masih terus menerus mencuri uang Tuhan. Beranikah kau merampas uang milik orang yang lebih berkuasa dari kau dan mempunyai kemungkinan untuk membunuh kau? Tidak berani bukan? Kau hanya berani mencuri milik Tuhan yang di dalam anggapanmu penuh kasih. Ketahuilah semua keuntungan hanya berasal dari satu sumber: Tuhan Pencipta segala sesuatu. Jika orang Kristen tidak mengerti prinsip ini, kita sengaja membodohi diri sendiri, sengaja mengabaikan firman Tuhan, sengaja melupakan perintahNya dan sengaja melarikan diri dari kewajiban.
Kedua, kita pandai menghitung kesalahan orang lain. Semua hal yang kau anggap salah, kau catat di dalam hati dan kau ingat semuanya.
Ketiga, kita pandai menghitung jasa kita sendiri: orang ini pernah berhutang budi kepada saya, orang itu pernah berhutang uang kepada saya. Meskipun saat itu saya tidak mengatakan harus membayar, tapi sebenarnya saat itu, hidup saya susah, mengapa setelah dia kaya, dia melupakan saya? Perbuatan baik yang pernah kita lakukan bisa kita ingat, tapi kesalahan yang kita perbuat atas diri orang lain bukan saja tidak kita ingat bahkan tidak kita sadari. Inilah penyakit psikologis universal yang timbul setelah Adam jatuh di dalam dosa, kita selalu paranoid: merasa dirikulah dirugikan, padahal secara tidak sadar kita juga sering merugikan orang lain.
Kecuali kita percaya pada ajaran Kitab Suci manusia sudah jatuh di dalam dosa, maka kita selalu ingin diperlakukan secara manusiawi tapi kita sering tidak menyadari orang lain adalah manusia yang perlu diperlakukan secara manusiawi. Kita selalu menggunakan dua ukuran yang berbeda: saat berbicara tentang cinta kasih, kita berkata, akulah yang perlu dikasihi. Tapi saat berbicara tentang adil, kita berkata, orang lainlah yang perlu berlaku adil.
Permisi tanya, selama satu tahun ini, berapa kali kau mendoakan anakmu dan pernahkah kau mendoakan anak orang? Kau yang mempunyai mata juga melihat kebutuhan orang lain, Allah berfirman, kasihilah sesamamu seperti mengasihi dirimu sendiri. Mungkin kau berkata mengasihi sesama adalah hal yang amat sulit dilakukan. Padahal mengasihi sesama membantumu menerobos kekurangan-kekurangan diri, membuatmu menjadi orang yang berjiwa lapang dan berohani tinggi.
Apakah kekurangan kita dalam menghitung?
Pertama. Kurang menghitung kebaikan yang orang lain lakukan bagi kita. Barangsiapa tidak melupakan budi baik orang lain, dia selalu hidup dengan penuh tanggungjawab, sukacita dan puas. Mari kita belajar di hadapan hadirat Tuhan untuk selalu mengingat kebaikan orang lain dan
Kedua, kurang menghitung kesalahan yang pernah kita lakukan. Orang yang tahu menghitung kesalahan diri sendiri dan bisa membereskannya di hadapan Tuhan melalui pengakuan dosa, pengoreksian diri dengan rendah hati, kerohaniannya pasti akan maju. Mengapa ada orang yang sudah sekian lama menjadi orang Kristen tapi hidupnya tidak mengalami perubahan? Karena dia tidak pernah menyadari kesalahan dirinya dan tidak merasa perlu dikoreksi.
St.Francis yang hidup di abad ke-13 pernah menaikkan doa yang terkenal di seluruh jagat: Tuhan, di mana ada permusuhan, di situ aku akan menanamkan perdamaian yang berasal dari Tuhan untuk memperdamaikan mereka. Mari kita mengenang kebaikan orang lain dan menyadari kesalahan diri sendiri sambil menghitungnya, waktu kita menyadari diri kita adalah orang yang lemah, yang perlu koreksi, kerohanian kita akan maju dengan pesat. Jika kita hanya tahu menghitung kesalahan orang lain, kita tidak mungkin maju. Apalagi kalau orang lain mengucapkan sesuatu yang kurang baik tentang diri kita, kita langsung membencinya, ini adalah etika yang sangat rendah. Karena orang yang berlaku baik terhadap saya belum tentu orang baik, orang yang berlaku tidak baik terhadap saya belum tentu orang jahat.
Kongfuzu berkata, berkawanlah dengan tiga jenis orang:
Orang yang lurus, jujur, benar. Orang yang mau mengerti, bisa mengerti, mampu mengerti dan mempunyai hati yang lapang untuk menerimamu. Orang yang mempunyai pengetahuan yang limpah.
Saya rasa, itu adalah wahyu umum tentang standar berkawan yang luar biasa, yang Tuhan berikan kepada Kongfuzu. Sahabat yang baik juga membuat kita menyadari kesalahan diri dan berubah, menjadi orang yang lebih beres. Jangan mencari kawan yang hanya tahu makan dan bermabuk-mabuk saja, karena waktu kau berfoya-foya, mereka berada di sekitarmu, tapi waktu kau jatuh miskin mereka akan lari meninggalkanmu. Jangan berkawan terlalu rekat. Karena relasi yang terlalu intim justru mudah retak, namun relasi yang tawar tapi jujur akan bertahan lama.
Saya berani pastikan secara mutlak: karena kita tidak menghitung anugerah Tuhan. Red Sea Mission yang khusus memberitakan Injil di daerah Islam, di tepi pantai Laut Merah sudah menginjili sepuluh tahun dengan susah payah, tidak seorangpun menerima Yesus. Sepuluh tahun kemudian, ada dua orang mau percaya dan dibaptiskan. Keesokan harinya, ditemukan kedua orang tersebut sudah dibunuh. Ada daerah yang begitu sulit mendengar Injil, ada daerah yang sudah puluhan tahun tidak menikmati anugerah seperti yang kita terima selama ini, tapi kita? menerimanya sebagai sesuatu yang biasa, kita memandang remeh anugerah Tuhan. Mari kita belajar menghargai anugerah Tuhan.
Terakhir, kembali kepada ayat ini: belajar menghitung waktu; teach me how to count my day in order to achieve the heart of wisdom. Kalau saja Musa mengucapkan doa ini pada masa mudanya akan lebih baik, sayang, dia mengucapkan pada waktu hidupnya di dunia sudah tidak lama lagi. Namun dia tahu, satu hari hidup di dunia berarti dia harus bertanggungjawab untuk hari itu, sebab itu membutuhkan kekuatan untuk melaksanakan tugas hari itu. Waktu saya masih kecil, ibu saya selalu membawa semua anaknya berdoa bersama. Lagu yang sering dia pilih untuk kami nyanyikan bersama sebelum doa adalah: bagi Tuhan ku melanjutkan satu hari lagi, untuk Tuhan ku hidup satu hari lagi, bekerjalah satu hari lagi dengan setia, hanya bekerja bagi Tuhan. Setelah ibu meninggal, barulah kami terpikir: itulah falsafah hidup ibu, satu hari demi satu hari berlalu di dalam anugerah Tuhan. Dilalui untuk siapa? Tuhan. Itulah yang dimaksud menghitung hari-hari hidup kita.
Bagaimana kita menghitung waktu?
1. Dengan cara menambah; plus. Lewat satu hari berarti tambah satu hari lagi. Itu adalah cara anak-anak menghitung hari: saya sudah bertambah besar, sudah tambah satu tahun lagi.
2. Dengan cara mengurangi; minus. Ini adalah cara yang lebih bijaksana. Seorang yang sudah matang rohaninya mulai menyadari hidup di dunia ini pendek, suatu hari nanti akan berhenti.
3. Dengan cara mengalikan; times. Maksudnya pada saat yang sama, kita mengerjakan pekerjaan ganda. Bisnisman tahu menginves uangnya yang terbatas di beberapa tempat, agar bisa memperoleh laba yang lebih banyak dan memutar uangnya dengan cepat.
Orang yang pandai bisnis tahu meski hanya mengambil untung satu rupiah tapi kalau setiap harinya bisa menjual seratus buah, berarti dia sudah mendapatkan untung seratus persen. Tetapi ada yang kurang pandai berbisnis selalu mau untung besar, barangnya dia tahan sampai tiga tahun baru terjual, meskipun kelihatannya langsung mendapat untung dua puluh rupiah tapi karena sudah lewat sekian tahun nilai uangnya sudah berubah banyak. Mengapa manusia tahu mengalikan uangnya tapi tidak tahu mengalikan waktunya? Bagaimana melipatgandakan waktu kita?
Waktu saya mengkhotbahkan hal ini di Boston, seorang Prof. Conwell Theological Seminary mengatakan, cara yang ketiga itu sudah saya jalankan. Bagaimana caranya? Saya adalah seorang hamba Tuhan, waktu saya senam pagi selama dua puluh menit, saya mendoakan dua puluh orang. Itu berarti dalam waktu yang sama saya sudah melakukan dua hal. Mungkinkah kita menggandakan waktu kita? Mungkin. Saya sudah membiasakan diri mengerjakan sesuatu sambil memikirkan hal yang lain.
Bagaimana menghitung waktu? Melipatgandakan. Kita sering menghambur-hamburkan waktu, hingga hidup kita terus digeser ke kuburan tapi kita belum mengerjakan apa-apa.
4. Dengan cara membagi. Jika kau mau memanfaatkan waktu dengan sungguh, berarti di dalam waktu yang terbatas itu kau membagikan dirimu. Seperti guru, tidak memonopoli pengetahuan untuk diri sendiri, melainkan membagikannya kepada orang lain, maka dalam waktu yang sama, pengetahuannya menjadi berlipat ganda. Rahasia yang kau ketahui, berkat yang sudah kau dapatkan bagikanlah kepada orang lain. Dengan membagikan waktu, talenta, harta rohani, pengertianmu kepada orang lain, seluruh dunia akan menjadi lebih dekat dengan Tuhan.
Musa tidak minta otak yang pintar melainkan the heart of wisdom. Jika kita mempunyai banyak pengetahuan tapi tidak berarah itu berbahaya sekali. Orang yang berjuang dengan susah payah sampai mencapai sukses tahu bagaimana menggunakan uangnya, tetapi kekayaan yang diturunkan kepada mereka yang tidak mempunyai dasar moral akan berbahaya sekali. Banyak pemuda pemudi rusak bukan karena tidak mempunyai uang melainkan terlalu banyak uang. Manusia yang terlalu miskin bisa rusak, manusia yang terlalu kaya juga bisa rusak. Kalau begitu, kau perlu dididik dengan membangun fondasi, arah, karena prinsip lebih penting dari pada pengetahuan. Setelah Musa berdoa untuk dapat menghitung waktu, apa lagi yang ingin dia peroleh? Hati yang bijaksana. Jika di dalam keluargamu terdapat satu orang yang benar-benar memiliki hati yang bijaksana, berbahagialah kamu. Keluarga yang dipimpin oleh hati yang bijaksana paling sedikit mengetahui tiga hal:
pertama, takut kepada Tuhan, Karena takut akan Tuhan adalah dasar kita tidak jatuh di dalam jerat iblis.
Kedua, mengenal kesucianNya, menjauhkan diri dari perbuatan yang jahat. Mengenal kesucian Allah adalah prinsip dan rahasia hidup bermoral yang sungguh. Menjauhkan diri dari segala perbuatan jahat adalah hidup yang berkenan di hadapan Tuhan. Ketiga, kurang menghitung anugerah Tuhan. Anugerah bukanlah sesuatu yang biasa, tapi karena kita sudah terbiasa di dalam anugerah maka kita memandang anugerah sebagai sesuatu yang remeh, kita tidak perlu bersyukur kepada Tuhan, itulah mengapa jika hidup kita penuh omelan tidak pernah sukacita?
Pdt. DR. Stephen Tong
Ringkasan kotbah Mimbar Reformed Injili
24 Desember 2000
(Ringkasan khotbah ini belum dikoreksi oleh Pengkhotbah, W.H.)
Minggu, 24 April 2011
Kalung Mutiara
Jenny, gadis cantik, kecil berusia 5 tahun, bermata indah. Suatu hari, ketika ia dan ibunya sedang berbelanja bulanan, Jenny melihat sebuah kalung mutiara tiruan. Indah, meskipun harganya cuma 2.5 dolar. Ia sangat ingin memiliki kalung tersebut, dan mulai merengek kepada ibunya. Akhirnya sang Ibu setuju, katanya: "Baiklah, anakku. Tetapi ingatlah bahwa meskipun kalung itu sangat mahal, ibu akan membelikannya untukmu. Nanti, sesampai di rumah, kita buat daftar peerjaan yang harus kamu lakukan sebagai gantinya. Dan, biasanya kan Nenek selalu memberimu uang pada hari ulang tahunmu. Itu juga harus kamu berikan kepada ibu."
"Okay," kata Jenny setuju.
Merekapun lalu membeli kalung tersebut. Setiap hari, Jenny dengan rajin mengerjakan pekerjaan yang ditulis dalam daftar oleh ibunya. Uang yang diberikan oleh neneknya pada hari ulang tahunnya juga diberikannya kepada ibunya. Tidak berapa lama, perjanjiannya dengan ibunya pun selesai. Ia mulai memakai kalung barunya dengan rasa sangat bangga. Ia pakai kalung itu kemanapun ia pergi. Ke sekolah taman kanak-kanaknya, ke gereja, ke supermarket, bermain dan tidur, kecuali mandi. "Nanti lehermu jadi hijau," kata ibunya. Jenny juga memiliki seorang ayah yang sangat menyayanginya.
Setiap menjelang tidur, sang ayah akan membacakan sebuah buku cerita untuknya. Suatu hari, seusai membacakan cerita, sang ayah bertanya kepada Jenny: "Jenny, apakah kamu sayang ayah?"
"Pasti, yah. Ayah tahu betapa aku menyayangi ayah."
"Kalau kau memang mencintai ayah, berikanlah kalung mutiaramu pada ayah."
"Ya, ayah, jangan kalung ini. Ayah boleh ambil mainanku yang lain. Ayah boleh ambil Rosie, bonekaku yang terbagus. Ayah juga ambil pakaian-pakaiannya yang terbaru. Tapi, jangan ayah ambil kalungku."
"Ya, anakku, tidak apa-apa. Tidurlah." Ayah Jenny lalu mencium keningnya dan pergi, sambil berkata: "Selamat malam, anakku. Semoga mimpi indah."
Seminggu kemudian, setelah membacakan cerita, ayahnya bertanya lagi: "Jenny, apakah kamu sayang ayah?"
"Pasti, Yah. Ayah kan tahu aku sangat mencintaimu."
"Kalau begitu, boleh ayah minta kalungmu?"
"Ya, jangan kalungku, dong. Ayah ambil Ribbons, kuda-kudaanku. Ayah masih ingat, kan? Itu mainan favoritku. Rambutku panjang, lembut. Ayah bisa memainkan rambutnya, mengepangnya, dan sebagainya. Ambillah, Yah. Asal ayah jangan minta kalungku. Ya?"
"Sudahlah, nak. Lupakanlah," kata sang ayah. Beberapa hari setelah itu, Jenny terus berpikir, kenapa ayahnya selalu meminta kalungnya, dan kenapa ayahnya selalu menanyai apakah ia sayang padanya atau tidak.
Beberapa hari kemudian, ketika ayah Jenny membacakan cerita, Jenny duduk dengan resah. Ketika ayahnya selesai membacakan cerita, dengan bibir bergetar ia mengulurkan tangannya yang mungil kepada ayahnya, sambil berkata: "Ayah, terimalah ini". Ia lepaskan kalung kesayangannya dari genggamannya, dan ia melihat dengan penuh kesedihan, kalung tersebut berpindah ke tangan sang ayah. Dengan satu tangan menggenggam kalung mutiara palsu kesayangan anaknya, tangan yang lainnya mengambil sebuah kotak beludru biru kecil dari kantong bajunya.
Di dalam kotak beludru itu terletak seuntai kalung mutiara yang asli, sangat indah, dan sangat mahal. Ia telah menyimpannya begitu lama, untuk anak yang dikasihinya. Ia menunggu dan menunggu agar anaknya mau melepaskan kalung mutiara plastiknya yang murah, sehingga ia dapat memberikan kepadanya kalung mutiara yang asli.
So it is with our Heavenly Father. He is waiting for us to give up the cheap things in our lives so that he can give us His beautiful treasure.
We may ask ourselves, are we holding onto things which God wants us to let go of? Are we holding onto harmful or unnecessary relationships, habits and activities which we have become so attached to that it seems impossible to let go?
Sometimes it is so hard to see what is in the other hand, but we must believe that God will never take away anything without giving us in return something precious in its place. For God, our Heavenly Father, truly loves each and every one of us!
Ilustrator : Ms. Lyn Kriegler Elliott
Judul Asli : Jenny's Necklace
Sumber : http://media.radiosai.org/Journals/Vol_06/01NOV08/12-necklace.htm
Sabtu, 23 April 2011
S A T U
Jumlah satu itu sedikit atau banyak? Tergantung satu apa? Satu rupiah sedikit. Satu juta rupiah banyak. Satu menit sebentar. Satu hari lumayan. Satu tahun waktu yang lama. Apalagi satu abad. Satu butir nasi apalah artinya. Satu piring nasi barulah namanya makan. Satu bakul nasi jatah 4 atau 5 orang. Sekali lagi, tergantung satu apa?
Pada masanya, satu talenta bukan jumlah yang sedikit. Bahkan sesungguhnya, sangat besar. Talenta adalah satuan (berat) uang Yunani yang tertinggi nilainya. Dengan satu talenta saja, orang sudah bisa membeli 200 ekor lembu! Masing-masing hamba memang diberi jumlah talenta yang berbeda. Tetapi yang paling sedikit pun tetap berjumlah besar. Jadi, tidak ada alasan untuk memendamnya. Tidak ada alasan untuk berkata "tidak cukup". Bagaimana kalau masih dipendam juga? Tidak ada penyebab lain lagi, selain kenyataan bahwa ia adalah hamba yang malas!. Ia mengira jumlah satu itu sedikit dan tak ada artinya memiliki hanya satu talenta.
Kita pun sering begitu. Mengira satu itu kecil! Apalah artinya? Padahal tidak.
Satu senyuman memulai sebuah persahabatan.
Satu nyanyian ikut mencipta suasana romantis.
Satu tepukan di pundak mampu memompa semangat.
Satu bintang dapat memandu pelaut.
Satu hak- suara sanggup mengubah wajah suatu bangsa.
Satu langkah menjadi awal sebuah perjalanan panjang.
Satu kata mengawali sebuah doa.
Satu orang diri Anda berharga di mata-Nya.
Satu orang beriman bisa menghantar 10, 100, bahkan 1.000 orang untuk mengenal Tuhan. Satu peran menjadikan sebuah pelayanan lengkap. Jadi, mengapa tidak mulai dari yang satu itu?
SEMUA ANGKA LAIN BERAWAL DARI ANGKA SATU, SEMUA MIMPI BESAR DIMULAI OLEH SATU TINDAKAN KECIL
Penulis : Pipi Agus Dhali
Jumat, 22 April 2011
Penjual Kue
Seorang pemuda yang sedang lapar pergi menuju restoran jalanan dan ia pun menyantap makanan yang telah dipesan. Saat pemuda itu makan datanglah seorang anak kecil laki-laki menjajakan kue kepada pemuda tersebut, “Pak, mau beli kue, Pak?”
Dengan ramah pemuda yang sedang makan menjawab “Tidak, saya sedang makan”. Anak kecil tersebut tidaklah berputus asa dengan tawaran pertama. Ia tawarkan lagi kue setelah pemuda itu selesai makan, pemuda tersebut menjawab “tidak dik, saya sudah kenyang”.
Setelah pemuda itu membayar kekasir dan beranjak pergi dari warung kaki lima, anak kecil penjaja kue tidak menyerah dengan usahanya yang sudah hampir seharian menjajakan kue buatan bunda. Mungkin anak kecil ini berpikir “Saya coba lagi tawarkan kue ini kepada bapak itu, siapa tahu kue ini dijadikan oleh-oleh buat orang dirumah”.
Ini adalah sebuah usaha yang gigih membantu ibunda untuk menyambung kehidupan yang serba pas-pasan ini. Saat pemuda tadi beranjak pergi dari warung tersebut anak kecil penjaja kue menawarkan ketiga kali kue dagangan.
“Pak mau beli kue saya?”, pemuda yang ditawarkan jadi risih juga untuk menolak yang ketiga kalinya, kemudian ia keluarkan uang Rp. 1.500,00 dari dompet dan ia berikan sebagai sedekah saja. “Dik ini uang saya kasih, kuenya nggak usah saya ambil, anggap saja ini sedekahan dari saya buat adik”. Lalu uang yang diberikan pemuda itu ia ambil dan diberikan kepada pengemis yang sedang meminta-minta. Pemuda tadi jadi bingung, lho ini anak dikasih uang kok malah dikasih kepada orang lain.
“Kenapa kamu berikan uang tersebut, kenapa tidak kamu ambil?” Anak kecil penjaja kue tersenyum lugu menjawab, “Saya sudah berjanji sama ibu dirumah ingin menjualkan kue buatan ibu, bukan jadi pengemis, dan saya akan bangga pulang kerumah bertemu ibu kalau kue buatan ibu terjual habis. Dan uang yang saya berikan kepada ibu hasil usaha kerja keras saya. Ibu saya tidak suka saya jadi pengemis”. Pemuda tadi jadi terkagum dengan kata-kata yang diucapkan anak kecil penjaja kue yang masih sangat kecil buat ukuran seorang anak yang sudah punya etos kerja bahwa “kerja itu adalah sebuah kehormatan”, kalau dia tidak sukses bekerja menjajakan kue, ia berpikir kehormatan kerja dihadapan ibunya mempunyai nilai yang kurang, dan suatu pantangan bagi ibunya, anaknya menjadi pengemis, ia ingin setiap ia pulang kerumah ibu tersenyum menyambut kedatangannya dan senyuman bunda yang tulus ia balas dengan kerja yang terbaik dan menghasilkan uang.
Kemudian pemuda tadi memborong semua kue yang dijajakan lelaki kecil, bukan karena ia kasihan, bukan karena ia lapar tapi karena prinsip yang dimiliki oleh anak kecil itu “kerja adalah sebuah kehormatan” ia akan mendapatkan uang kalau ia sudah bekerja dengan baik.
Penulis : Ruddy Suryadharma
Sumber : http://groups.yahoo.com/group/Tauziyah/message/19176
Kamis, 21 April 2011
Kristus, Buah Sulung Kebangkitan
Percayakah Saudara bahwa Yesus sudah bangkit?
Yesus bangkit memberi kuasa yang terbesar bagi manusia; tapi mengapa hidupmu begitu tidak bergairah? Biarlah orang Kristen di dalam keadaan apa pun tetap bersemangat, karena kita tahu, Yesus yang bangkit menyertai kita. Puji Tuhan!
Yesus bangkit memberi kuasa yang terbesar bagi manusia; tapi mengapa hidupmu begitu tidak bergairah? Biarlah orang Kristen di dalam keadaan apa pun tetap bersemangat, karena kita tahu, Yesus yang bangkit menyertai kita. Puji Tuhan!
Nas: 1 Korintus 15:20-28, 44-45
Hari yang paling penting bagi gereja mula-mula bukanlah hari Natal, melainkan hari Paskah. Mengapa?
Manusia mulai menyadari bahwa titik akhir dari kehidupan bukanlah kematian. Setelah Kristus bangkit dari antara orang mati, keyakinan manusia terhadap kebangkitan-Nya adalah harapan baru untuk mengubah seluruh suasana kerajaan Romawi yang penuh dengan penindasan, perbudakan, ketidakadilan, segala macam kejahatan, imoralitas, dan dosa-dosa yang luar biasa. Kerajaan Roma begitu luas, menjangkau Asia Barat, Afrika Utara, dan hampir seluruh Eropa. Namun di dalam kerajaan yang paling besar, yang paling berkuasa dalam sepanjang sejarah di dunia Barat ini kita menemukan hidup manusia yang penuh dengan keluhan dan tidak memunyai pengharapan. Kecuali mereka yang memiliki kedudukan tinggi dan kuasa yang besar di dalam kerajaan tersebut, sebagian besar manusia saat itu hidup sebagai budak yang diperjualbelikan, tidak mempunyai kemerdekaan yang selayaknya dinikmati oleh manusia pada umumnya. Kedatangan Yesus ke dunia merubah seluruh situasi, bahkan seluruh nasib umat manusia.
Kelahiran Yesus adalah pemberian Allah yang terbesar bagi umat manusia. Kitab Suci menuliskan: Firman itu telah menjadi daging dan tinggal di tengah-tengah kita, penuh dengan anugerah dan kebenaran; dua hal yang sangat dibutuhkan umat manusia.
Umat manusia membutuhkan anugerah agar hidupnya tidak mengarah pada maut, yang dibelenggu oleh dosa, hidup yang gelap, yang tidak memunyai arah di dalam kekekalan. Manusia membutuhkan anugerah, belas kasihan dan kita menatapnya dengan penuh penantian.
Berkat dari siapakah yang kita nantikan? Dari raja, jenderal, atau dari para konglomerat?
Itu semua hanya omong kosong.
Lalu berkat siapa yang kita nantikan?
Manusia di dunia tidak memunyai kekuatan untuk sekedar memelihara diri, kita membutuhkan anugerah Allah, Sang Pencipta yang rahmani dan rahimi.
Apakah yang diperlukan oleh dunia ini?
Kebenaran.
Pada saat Yesus di dunia, filsuf-filsuf Yunani, mulai dari Thales, Anaximandros, Anaximenes, Lucresius, Demokritos, Aristoteles sampai ke Plato, Sokrates sudah mengalami jalan buntu. Mereka mencari kebijaksanaan, ingin mengetahui semua rahasia penting yang ada di alam semesta, namun ketika mereka menyelidiki hal-hal yang ada di luar manusia, mereka melupakan apa yang ada di dalam dirinya. Maka, kebijaksanaan yang terdapat di dalam filsafat hanya merupakan permainan dari pengetahuan yang tidak mampu menolong atau mengubah situasi ketidakadilan yang terdapat di dalam masyarakat.
Meskipun kebudayaan Yunani telah menanamkan modal yang penting sekali dalam membentuk masyarakat yang adil, membentuk pemikiran tentang siapakah manusia yang paling ideal, yaitu mereka yang memiliki bijaksana, keadilan, keberanian, dan tahan nafsu, tetapi nyatanya pada zaman Romawi keempat hal tersebut tidak mempunyai kekuatan apa-apa. Buktinya, orang Romawi berpikir tentang keadilan, namun mereka melakukan hal yang sama sekali tidak adil di pengadilan. Mereka berbicara tentang bijaksana, tapi pada waktu mereka dihadapkan dengan masalah untung rugi, mereka tidak menghiraukan semua hal yang pernah mereka pelajari itu. Mereka berbicara tentang keberanian, tapi keberanian malah berubah menjadi kebuasan, ke mana saja mereka menjajah selalu membunuh rakyat setempat dengan sewenang-wenang. Mereka berbicara tentang menahan nafsu, hal itu pun tidak terwujud. Buktinya, orang yang paling tidak bisa menahan nafsu adalah para kaisar di istana. Mereka tidak bisa menjadi contoh bagi para pejabat, begitu juga pejabat tidak bisa menjadi contoh bagi rakyat, rakyat juga tidak bisa menjadi contoh bagi anak-anak mereka yang sedang bertumbuh. Yang ada di dalam kerajaan itu hanyalah kuasa untuk membunuh, kuasa militer, dan bukan kuasa untuk membangun manusia, bukan kuasa moral untuk meningkatkan karakter manusia, bukan kuasa untuk memberi pengharapan bagi manusia. Itulah saatnya Yesus turun ke dunia.
Yesus turun ke dunia. Allah menjelma menjadi manusia yang berdaging, hidup di tengah-tengah kita. Memang kalimat itu sudah terlalu sering kita dengar, tetapi bayangkanlah, di dalam kerajaan Romawi, Allah yang bukan Yupiter, Mars, Arial, Venus, Merkurius, Hermes, ataupun dewa-dewa di bukit Olympus; melainkan Allah yang Mahatinggi, Allah Yang Esa, Dialah Allah yang menjelma menjadi manusia. Namun herannya, Allah justru memakai bahasa Yunani dan bukan bahasa lbrani sebagai bahasa pengantar Perjanjian Baru. Mengapa? Karena bahasa yang digunakan pada masa itu dan yang paling diterima oleh kalangan atas adalah bahasa Yunani, itulah sebabnya Injil tidak ditulis dalam bahasa lbrani melainkan bahasa Yunani, untuk menyatakan bahwa kehendak dan rencana keselamatan yang Allah berikan adalah bagi seluruh umat manusia. Di sini kita mendapatkan prinsip ini: bahasa adalah untuk Injil, Injil bukan untuk bahasa; kebudayaan adalah untuk Injil, Injil bukan untuk kebudayaan. Pada waktu kita masuk ke dalam gereja, pada waktu kita memberitakan Injil ke dunia, tinggalkanlah monopoli bahasa dan budaya. Jadilah global, supaya Injil bisa diberitakan ke seluruh muka bumi.
Ada orang yang bertanya kepada saya, mengapa pada hari Pentakosta, saat Roh Kudus turun, ada karunia lidah? Saya menjawab dengan dua alasan. Pertama, karunia lidah diberikan supaya mereka yang tadinya tidak mengerti Injil bisa mengerti Injil. Tetapi sekarang, yang disebut "karunia lidah" justru membuat orang yang sudah mengerti menjadi tidak mengerti. Alasan yang kedua, agar gereja tahu bahwa Injil bukan hanya untuk satu bangsa -- Israel -- melainkan untuk seluruh umat manusia. Yesus mati untuk menebus dosa manusia dari segala bangsa, segala suku, segala bahasa, dengan darah-Nya, agar mereka kembali menjadi milik Allah. Apa yang Yesus bawa ketika Dia datang ke dunia? Firman menjadi daging, hidup di tengah-tengah kita, untuk membawa anugerah dan kebenaran.
Sejak masa Helenistik, empat abad sebelum Kristus sampai empat abad setelah Kristus -- selama 800 tahun itu -- orang-orang mulai berpikir tentang apa arti hidup; mengapa saya hidup. Mereka terbagi dalam tiga arus yang besar:
1. Stoasisme; hidup untuk mencari kebajikan, bukan hanya mencari uang saja.
2. Epikurianisme; hidup untuk mencari bahagia.
3. Skeptisisme; merasa bingung, tidak mengerti untuk apa mereka hidup.
Saya percaya, Pilatus mewakili orang-orang yang tidak bisa memberi jawaban mengenai apa itu kebenaran. Terbukti pada waktu dia bertanya kepada Yesus dengan nada memaksa: "Tidak tahukah kamu, bahwa aku memunyai kuasa untuk menjatuhkan hukuman yang menentukan hidup mati-Mu?" Yesus yang sejak semula membungkam mulai angkat bicara. Itulah saat yang tepat untuk Yesus harus mengoreksi pemikiran para penguasa dunia. Kata-Nya kepada Pilatus, "Bukan kamu yang berkuasa. Dengan sesungguh-sungguhnya Aku berkata kepadamu, jika Bapa-Ku yang di sorga tidak memberi kuasa kepadamu, kamu tidak berhak melakukan apa pun terhadap Aku." Di sini, Yesus menegaskan bahwa hak dan kuasa pemerintahan harus berada di bawah kuasa Allah. Itulah sebabnya dalam 1 Korintus 15 dituliskan: semua penguasa akan dilenyapkan oleh Kristus, sebab Kristuslah pemerintah dan penguasa yang tertinggi dan yang terakhir. Ini bukan main-main. Kristus yang Saudara kabarkan, yang kepada-Nya Saudara berdoa, yang Saudara sembah, bukanlah Kristus yang lemah. Dialah Kristus yang mengalahkan maut, dosa, setan, dan pada hari terakhir nanti, Dia akan memusnahkan semua pemerintah maupun semua penguasa di dunia. Dia sendiri akan memerintah sebagai Raja di atas segala raja. Dengan status itulah Dia memandang para penguasa yang berbicara sewenang-wenang dan Dia menunggu dengan sabar.
Anak Domba Allah ini sebenarnya adalah Singa dari Yehuda. Oleh karena itu, saat Dia mendengar orang yang bernama Pilatus berbicara dengan sewenang-wenang, "Tidak tahukah Kamu bahwa aku berkuasa untuk membunuh Kamu?", Yesus menjawab, "Jikalau bukan Bapa-Ku yang memberimu kuasa, kamu tidak bisa berbuat apa pun atas diri-Ku. Namun demikian, Aku berkata kepadamu, Akulah Raja orang Yahudi. Aku datang ke dunia untuk menjadi saksi bagi kebenaran." Sejarah filosofi kekaisaran Romawi dan Yunani yang panjang berakhir pada pernyataan skeptis Pilatus ini, ketika ia bertanya, "Apa itu kebenaran?" Kristus lalu menyatakan, "Aku adalah saksi kebenaran." Sebenarnya Pilatus bukannya bertanya. Motivasi manusia bertanya bisa karena ingin tahu, ingin percaya, atau karena tidak mau percaya dan ingin menjatuhkan/menghina orang yang memberitakan firman Tuhan. Pilatus mengajukan pertanyaan itu untuk menyatakan penghinaannya terhadap kebenaran. Maka Tuhan tidak menjawab dan Pilatus juga tidak bertanya lagi. Itulah kalimat terakhir di dalam pertemuan antara Anak Allah yang begitu merendahkan diri dengan anak manusia yang begitu meninggikan diri. Sejak detik itu, Pilatus tidak memunyai kesempatan untuk bertemu dengan Yesus lagi. Pilatus sudah diberi kesempatan, tapi dia meremehkannya.
Inilah pertemuan yang paling kritis, paling ironis, paradoks, dan inspiratif di dalam sepanjang sejarah. Dari zaman ke zaman, kita perlu merenungkan saat-saat Yesus paling merendahkan diri, perkataan apa yang Dia lontarkan? Dan kala manusia paling congkak, perkataan apa yang dia ucapkan? Saat Yesus paling merendahkan diri, Dia berkata, "Aku adalah saksi dari kebenaran." Kala manusia begitu congkak, dia berkata, "Apa itu kebenaran?" Sampai sekarang, sejarah terus berada di dua jalur ini: percaya kepada Tuhan lalu mendapat anugerah dan kebenaran, atau menghina anugerah dan kebenaran lalu akhirnya harus mati di dalam dosa. Setelah pengadilan yang tidak adil itu selesai, Pilatus membiarkan Yesus dikenakan mahkota duri, dikenakan pakaian yang mempermalukan diri-Nya dan dicambuk.
Kalau Saudara pernah menyaksikan lukisan Mathias Grundewall, seorang Jerman, hatimu tidak mungkin tidak tersentuh. Grundewall melukiskan daging di tubuh Kristus tidak lagi licin, tapi membengkak dan membiru akibat duri yang dipasang pada ujung cambuk itu menusuk badan-Nya. Ketika cambuk itu ditarik, keluarlah darah yang bercampur dengan karat di sekujur tubuh-Nya. Begitu mengerikan. Di dalam sejarah, tidak ada orang yang mungkin, atau pernah melukis lukisan Yesus dipaku di atas kayu salib sebaik lukisan Mathis Grunewald. Yang heran adalah, dia memakai pemikiran yang berbeda dengan pemikiran pelukis-pelukis lain. Dia melukiskan Yohanes Pembaptis, yang sudah mati, berdiri di samping Tuhan Yesus. Karena di dalam pikirannya, kesementaraan bisa disejajarkan dengan kekekalan: Yohanes Pembaptis memegang sebuah kitab di tangannya, sambil menunjuk pada Yesus yang tersalib. Wajahnya seolah-olah berkata kepada orang yang menyaksikan lukisan itu, "Lihatlah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia." Di sebelah kanannya terdapat Maria, ibu Yesus secara jasmani yang menangis dengan kesedihan yang luar biasa. Kepalanya, bahkan seluruh tubuhnya membungkuk ke bawah karena dia tak tahan menyaksikan ketidakadilan yang diperlakukan atas diri Yesus. Salib memang merupakan sindiran bagi dunia. Adakah kebenaran? Adakah kasih? Adakah kebajikan? Adakah keadilan?
Jika manusia memang memunyai kebudayaan selama ribuan tahun, izinkan saya bertanya, mengapa orang yang baik seperti Yesus Kristus harus diperlakukan seperti itu? Jawablah hai manusia! Untuk apa Saudara dididik dan dididik sampai sekolah tinggi, lalu setelah menjadi orang yang tertinggi di bidang politik atau kebudayaan, malah melakukan ketidakadilan seperti itu? Coba buktikan kalau manusia sudah maju, sudah bermoral! Buktikan bahwa kerajaan yang terbesar itu telah melakukan hal yang terbaik! Semuanya terbalik! Pada waktu Yesus disalib, di sanalah keadilan dikalahkan oleh ketidakadilan, kesucian dikalahkan oleh kenajisan, kebajikan dikalahkan oleh kejahatan; Allah dikalahkan oleh orang berdosa. Itulah sebabnya, jika Yesus tidak bangkit, tidak ada pengharapan untuk dunia ini. Jika Yesus tidak bangkit, kebudayaan justru akan menyatakan kerusakan manusia yang konon sudah menjadi semakin hebat.
Pada zaman Romawi, manusia merayakan kesuksesan, namun kesuksesan berakhir dengan kegagalan yang terbesar karena mereka tidak bisa memperlakukan Yesus -- orang yang paling baik di dalam sejarah -- dengan adil, bahkan harus dipaku di atas kayu salib. Itulah sebabnya Paulus berkata: "Jika Yesus tidak bangkit, sia-sialah apa yang aku beritakan." Jika Yesus tidak bangkit, apa yang Saudara percaya adalah omong kosong belaka. Jika Yesus tidak bangkit, percumalah hidup kita di dunia. Jika Yesus tidak bangkit, berarti kita hanya berhadapan dengan Yesus yang hanya hidup selama 33,5 tahun saja. Jika Yesus tidak bangkit, pengharapan kita hanya di dunia ini saja. Jika Yesus tidak bangkit, di antara semua manusia yang pernah hidup di dunia, kita adalah orang yang paling malang. Kalau Dia adalah orang mati yang tidak pernah bangkit, buat apa kita percaya kepada-Nya? Kita perlu menyadari, secara agama, kekristenan kalah dengan agama Buddha, Islam, Katolik, dan agama apa pun. Secara agama, kita kurang mistis, liturgis, serta kurang unsur-unsur lain yang diperlukan untuk membentuk satu agama yang besar. Tapi lepas dari semua itu, kita memunyai Kristus yang mati dan bangkit, yang tidak terdapat di dalam agama mana pun. Itulah yang membuat kita hidup. Jika orang Kristen Protestan tidak tahu hal ini, dia pasti akan memasuki era pascakekristenan; seperti halnya kekristenan di Eropa, gereja-gereja besar yang bisa memuat 20.000 orang, sekarang hanya dihadiri oleh 120 atau 200 orang, sisanya untuk para turis berfoto, menikmati arsitektur Gotik, Rokoko, Barok, dan menjadi tempat cari uang bagi para pemandu wisata.
Apakah kekristenan itu? Kalau orang Kristen tidak lagi percaya kepada Kristus yang lahir, mati, dan bangkit untuk kita, kekristenan hanyamenjadi salah satu atraksi bagi para turis saja. Paulus berkata, "Celakalah kamu, jika kamu tidak percaya Yesus bangkit." Kebangkitan Yesus menjadi pengharapan terbesar bagi kita dan membuat kita berbeda dengan semua agama lain. Pendiri-pendiri agama lain masih berada di dalam kubur, disakralkan, dijadikan museum yang terbesar, tapi kuburannya masih berisi. Karena kubur mereka masih terisi, maka penglkutnya hidup dalam kekosongan. Kuburan Yesus kosong karena Ia sekarang hidup. Dia sudah keluar dari kubur. Oleh karena itu, hati para pengikut-Nya tidak kosong karena Dia bisa berada di dalam hati kita. Puji Tuhan!
Jika Yesus datang ke dalam dunia untuk menyatakan cinta kasih, anugerah, dan kebenaran Tuhan, izinkan saya bertanya, kebenaran itu adalah kebenaran yang seperti apa? Anugerah itu adalah anugerah yang seperti apa? Jika Saudara berkata, anugerah itu memberiku kekayaan, kelancaran, dan kesembuhan, itu adalah anugerah yang dituntut oleh orang-orang duniawi dan mereka yang menganut teologi kemakmuran, yang tidak mengenal Injil. Apa jadinya kalau gereja menyimpang dari Injil? Kalau gereja tidak mengerti bahwa Yesus datang untuk membereskan dosa, melepaskan kita dari kuasa maut, dan membebaskan kita dari cengkeraman setan, gereja akan mengarah ke mana? Jika Yesus tidak mati, dosamu tidak akan diampuni! Jika Yesus tidak bangkit, Saudara tidak akan diberi hidup baru! Jika Yesus tidak mati dan bangkit bagi kita, kita tidak bisa berdamai dengan Allah! Inilah tujuan utama Allah mengutus Anak-Nya ke dunia: supaya orang yang percaya kepada-Nya jangan binasa, melainkan beroleh ... kekayaan? Bukan! Melainkan beroleh hidup yang kekal. Kita akan menekankan dan menekankan kembali tentang Firman, Injil, kedaulatan Allah, dan tidak ada hal yang lain. Saya mengharapkan semua murid saya di sekolah teologi dan rekan-rekan mewarisi semangat yang sama, sehingga gereja, bukan jatuh ke dalam wilayah agama dan kehilangan kuasa Injil.
Ketika mengutarakan kalimat-kalimat ini, Paulus bagaikan sedang mengoyak-ngoyak jiwanya, agar orang Korintus mengerti apa yang kita percaya. Mengapa kita menjadi orang Kristen; mengapa kita harus menekankan begitu rupa kematian dan kebangkitan Kristus? Karena Injillah yang paling penting. Injil adalah rencana Allah dan pengharapan bagi dunia. Pada 400 tahun pertama pada masa PB, kita menyaksikan seluruh kerajaan Romawi diguncangkan. Bukan oleh pisau, bukan oleh pedang, atau oleh militer, melainkan oleh Yesus Kristus. Orang yang sudah menerima Yesus, hidupnya berubah. Mereka memunyai pengharapan. Meskipun hidup sebagai budak, tetapi mereka suka bernyanyi karena mereka tahu Yesus hidup di dalam hati mereka. Mereka pun tahu bahwa mereka menyembah Dia yang hidup, bukan yang mati. Bila dibandingkan dengan semua dewa-dewa yang disembah oleh orang Yunani dan orang Romawi, memang sangat berbeda karena mereka terpengaruh oleh orang Kristen yang menerima Yesus, yang beribadah kepada satu-satunya Allah. Pengaruh terbesar dalam sejarah adalah pengaruh dari Yesus yang datang ke dunia. Dan pengaruh yang ditimbulkan dari mereka yang betul-betul mengenal Yesus yang bangkit adalah mereka telah merubah dunia.
Banyak orang di dalam kerajaan Romawi yang menjadi Kristen tetapi tidak secara terang-terangan menyatakan diri sebagai orang Kristen. Mereka berkumpul di "katakombe" [ruangan makam, Red.] di bawah kota Roma. Ada orang mengatakan, kalau katakombe-katakombe itu digabungkan, maka kira-kira akan menjadi 1.700 meter panjangnya. Artinya ada ratusan ribu atau bahkan jutaan orang menjadi Kristen. Banyak orang masuk ke sana dan mereka menerima Injil. Sampai abad ke-4, barulah kaisar Roma mengatakan: Yesuslah yang benar, Roma tidak benar. Konstantin, Kaisar Romawi mengumumkan: "Kristus benar. Kristus Tuhan saya. Saya percaya Yesus dan agama Kristen yang dulu dianiaya kini menjadi agama resmi. Orang Kristen yang lemah, yang menjadi budak, yang dihina tidak perlu takut. Karena kita memiliki Kristus yang sudah bangkit dari antara orang mati."
Kitab Suci mengatakan bahwa manusia pertama, Adam, membawa kematian ke dalam dunia, Adam yang kedua atau Adam terakhir, Kristus, membawa hidup ke dalam dunia;
Adam yang pertama dicipta, Adam yang kedua mencipta;
Adam yang pertama tidak taat, Adam yang kedua taat;
Adam yang pertama berdosa, Adam yang kedua menolak dosa;
Adam yang pertama melanggar Tuhan, Adam yang kedua membawa manusia kembali kepada Tuhan;
Adam yang pertama mati di dalam dosanya, Adam yang kedua membawa manusia keluar dari kematian dan dosa, memberikan hidup yang baru;
Itu sebabnya, Adam yang pertama menjadi manusia yang hidup, Adam yang kedua menjadi Roh yang menghidupkan manusia. Puji Tuhan! Dialah yang disebut Buah Sulung Kebangkitan.
Mungkin Saudara bertanya-tanya, bagaimana keadaan tubuh Kristus yang bangkit? Apakah artinya kita yang mengikuti Dia akan menjadi seperti Dia? 1 Korintus 15 mengajarkan kepada kita, Yesus Kristus adalah Buah Sulung dari Kebangkitan. Jadi, tubuh kebangkitan memunyai lima ciri khas.
Yang pertama, tubuh kita yang sekarang adalah tubuh jasmaniah yang dicipta oleh Tuhan dari tanah liat, tapi tubuh kebangkitan adalah tubuh rohani, di dalam tubuh tersebut kemuliaan dan kuasa Tuhan akan merubah kita. Pada waktu kita bangkit dari kematian, kita akan memiliki tubuh kebangkitan seperti tubuh kebangkitan Kristus. Dia adalah Buah Sulung Kebangkitan, kebangkitan yang pertama, yang berbeda dengan kebangkitan-kebangkitan yang lain. Sebenarnya, sebelum Yesus bangkit, sudah ada orang-orang yang pernah dibangkitkan oleh nabi-nabi: misalnya Elia membangkitkan seorang anak atau Elisa membangkitkan seorang anak. Tetapi kebangkitan mereka berbeda dengan kebangkitan Yesus Kristus. Mereka yang pernah dibangkitkan oleh Elia dan Elisa akhirnya harus mati lagi. Tetapi kebangkitan Yesus adalah kebangkitan yang sekaligus mengalahkan kematian dan tidak mati lagi. Kebangkitan Yesus juga berbeda dengan ketiga orang yang pernah Dia bangkitkan: anak Yairus, anak janda di kota Nain, dan Lazarus. Apakah ada perbedaan antara cara Yesus membangkitkan ketiga orang itu dengan cara Elia dan Elisa membangkitkan kedua anak itu? Berbeda. Elia dan Elisa hanya berdoa dan membangkitkan dalam nama Allah karena mereka hanyalah manusia. Sedangkan pada saat Yesus membangkitkan, Dia tidak perlu membangkitkan demi nama Allah, Dia hanya perlu mengucapkan satu kalimat yang berupa titah Allah: "bangkitlah kamu" atau "Lazarus keluar", lalu mereka pun bangkit. Yesus bukan pengantara, Dia adalah Allah, Dia Pemberi hidup. Tubuh kita adalah tubuh jasmaniah, tetapi tubuh kebangkitan adalah tubuh rohani.
Kedua, tubuh kita yang sekarang adalah tubuh yang penuh dengan kelemahan, tapi tubuh kebangkitan adalah tubuh yang kuat, perkasa. Tubuh kita ini masih bisa mengalami sakit penyakit, bisa merasakan letih. Karena tubuh jasmani ini terbentuk dari tulang, urat, daging, kulit, yang memunyai kemungkinan terserang oleh virus, bakteri yang mengakibatkan sakit. Tubuh kita adalah tubuh yang lemah, tetapi pada kebangkitan nanti, kita akan diberi tubuh yang kuat, dan perkasa.
Ketiga, tubuh kita yang sekarang adalah tubuh yang bisa rusak, yang fana, tapi tubuh kebangkitan adalah tubuh yang kekal. Kerusakan tubuh memang sangat menakutkan. Seorang murid saya, yang tadinya begitu cantik, begitu lincah, tidak lama setelah dia menikah, ia menderita sakit dan akhirnya meninggal dunia. Ketika saya pergi melayatnya, saya melihat dia yang baru mati 2 hari, separuh wajahnya sudah hitam dan seluruh tubuhnya sudah mulai rusak. Siapakah kita? Kita adalah manusia yang memunyai tubuh fana, tetapi Allah berjanji akan memberikan tubuh kekal, sifat ilahi Allah yang diberikan pada kita. Waktu hari itu tiba, malaikat akan membunyikan sangkakala, lalu orang yang hidup akan berubah dan yang mati akan dibangkitkan. Saat itu, kita akan mendapatkan tubuh kebangkitan yang kekal; yang fana akan menjadi kekal.
Keempat, tubuh kita yang sekarang adalah tubuh yang hina, tapi tubuh kebangkitan adalah tubuh yang mulia. Sebenarnya manusia memunyai tubuh yang tercantik di antara semua makhluk, tetapi tubuh ini perlu menggunakan busana dan perlu ditutupi. Mengapa? Karena dalam tubuh ini sudah ada dosa. Busana adalah bukti dari adanya dosa asal. Karena itulah, tubuh membuat kita merasa malu. Mengapa? Kemuliaan yang tadinya membungkus tubuhnya, sekarang sudah hilang, tetapi waktu kebangkitan nanti, kemuliaan akan kembali menutupi kita, kita memunyai tubuh mulia seperti tubuh kebangkitan Kristus.
Kelima, tubuh yang sekarang adalah tubuh yang sementara, tapi tubuh kebangkitan adalah tubuh yang kekal, yang tidak berubah untuk selama-lamanya. Kelak ketika nanti kita di surga, kita akan mengingat setiap orang, mengenali dia, Tuhan telah mengabadikan keadaan yang paling mulia, paling cantik dalam masa hidupnya untuk selama-lamanya. Puji Tuhan!
Yesus bangkit, menjadi Buah Sulung Kebangkitan. Apa yang dimaksudkan dengan buah sulung? Buah sulung adalah sampel, teladan, contoh. Allah adalah setia dan jujur, sebagaimana kebangkitan Kristus. Kita juga akan dibangkitkan; sebagaimana Kristus memiliki tubuh yang mulia, kita juga akan memiliki tubuh yang mulia. Sebagaimana Kristus memiliki tubuh yang tidak rusak, kita juga akan memiliki tubuh yang tidak rusak. Sebagaimana Yesus memiliki tubuh sorgawi, kita juga akan mendapatkan tubuh surgawi. Sebagaimana tubuh Yesus yang kekal, yang tidak berubah lagi, kita pun demikian. Sekarang ketika Saudara bercermin, Saudara menemukan diri terlihat keriput dan lelah. Katakanlah kepada cermin: ini adalah keadaanku yang sekarang, kelak pada saat hari kebangkitan, tubuhku akan lain! Jangan mau diperdaya oleh tubuhmu, tidak usah takut pada kelemahan tubuh karena kepada kita telah dijanjikan tubuh yang kuat. Sekarang, selama tubuh yang lemah ini masih bisa menjadi alat untuk memuliakan Tuhan, marilah kita menggunakannya dengan baik untuk Tuhan.
Hari itu, kita akan mendapatkan tubuh yang mulia; tidak ada sakit penyakit, tapi kita perlu berkata kepada Tuhan, semasa kita masih di dunia, di dalam tubuh kita yang sakit, yang lemah, yang duniawi, yang jasmani, yang terbatas, yang memunyai banyak kesulitan, "hidup di dunia ini bahkan untuk satu hari saja sudah merupakan suatu kehormatan yang besar!" Bila Anda ingin melayani Tuhan, jangan tunggu sampai mati, karena saat itu, kalaupun Saudara ingin ikut terjun melayani Anda sudah tidak bisa lagi. Jadi, sekarang inilah saatnya kita melayani Tuhan dengan baik. Suatu hari nanti, kita akan berkumpul lagi. Bukan di sini, tapi di surga. Di sana kita akan memiliki tubuh kebangkitan yang mulia, yang surgawi, yang kuat, yang tidak rusak, yang kekal, dan yang betul-betul bersifat rohani untuk selama-lamanya. Apakah Saudara telah menerima Tuhan sebagai Juru Selamat? Apakah Saudara hidup di dalam pengharapan? Apakah Saudara sudah mengakui segala dosa kepada-Nya dan menerima keselamatan, kebenaran, anugerah yang Allah sediakan?
Kelahiran Yesus adalah pemberian Allah yang terbesar bagi umat manusia. Kitab Suci menuliskan: Firman itu telah menjadi daging dan tinggal di tengah-tengah kita, penuh dengan anugerah dan kebenaran; dua hal yang sangat dibutuhkan umat manusia.
Umat manusia membutuhkan anugerah agar hidupnya tidak mengarah pada maut, yang dibelenggu oleh dosa, hidup yang gelap, yang tidak memunyai arah di dalam kekekalan. Manusia membutuhkan anugerah, belas kasihan dan kita menatapnya dengan penuh penantian.
Berkat dari siapakah yang kita nantikan? Dari raja, jenderal, atau dari para konglomerat?
Itu semua hanya omong kosong.
Lalu berkat siapa yang kita nantikan?
Manusia di dunia tidak memunyai kekuatan untuk sekedar memelihara diri, kita membutuhkan anugerah Allah, Sang Pencipta yang rahmani dan rahimi.
Apakah yang diperlukan oleh dunia ini?
Kebenaran.
Pada saat Yesus di dunia, filsuf-filsuf Yunani, mulai dari Thales, Anaximandros, Anaximenes, Lucresius, Demokritos, Aristoteles sampai ke Plato, Sokrates sudah mengalami jalan buntu. Mereka mencari kebijaksanaan, ingin mengetahui semua rahasia penting yang ada di alam semesta, namun ketika mereka menyelidiki hal-hal yang ada di luar manusia, mereka melupakan apa yang ada di dalam dirinya. Maka, kebijaksanaan yang terdapat di dalam filsafat hanya merupakan permainan dari pengetahuan yang tidak mampu menolong atau mengubah situasi ketidakadilan yang terdapat di dalam masyarakat.
Meskipun kebudayaan Yunani telah menanamkan modal yang penting sekali dalam membentuk masyarakat yang adil, membentuk pemikiran tentang siapakah manusia yang paling ideal, yaitu mereka yang memiliki bijaksana, keadilan, keberanian, dan tahan nafsu, tetapi nyatanya pada zaman Romawi keempat hal tersebut tidak mempunyai kekuatan apa-apa. Buktinya, orang Romawi berpikir tentang keadilan, namun mereka melakukan hal yang sama sekali tidak adil di pengadilan. Mereka berbicara tentang bijaksana, tapi pada waktu mereka dihadapkan dengan masalah untung rugi, mereka tidak menghiraukan semua hal yang pernah mereka pelajari itu. Mereka berbicara tentang keberanian, tapi keberanian malah berubah menjadi kebuasan, ke mana saja mereka menjajah selalu membunuh rakyat setempat dengan sewenang-wenang. Mereka berbicara tentang menahan nafsu, hal itu pun tidak terwujud. Buktinya, orang yang paling tidak bisa menahan nafsu adalah para kaisar di istana. Mereka tidak bisa menjadi contoh bagi para pejabat, begitu juga pejabat tidak bisa menjadi contoh bagi rakyat, rakyat juga tidak bisa menjadi contoh bagi anak-anak mereka yang sedang bertumbuh. Yang ada di dalam kerajaan itu hanyalah kuasa untuk membunuh, kuasa militer, dan bukan kuasa untuk membangun manusia, bukan kuasa moral untuk meningkatkan karakter manusia, bukan kuasa untuk memberi pengharapan bagi manusia. Itulah saatnya Yesus turun ke dunia.
Yesus turun ke dunia. Allah menjelma menjadi manusia yang berdaging, hidup di tengah-tengah kita. Memang kalimat itu sudah terlalu sering kita dengar, tetapi bayangkanlah, di dalam kerajaan Romawi, Allah yang bukan Yupiter, Mars, Arial, Venus, Merkurius, Hermes, ataupun dewa-dewa di bukit Olympus; melainkan Allah yang Mahatinggi, Allah Yang Esa, Dialah Allah yang menjelma menjadi manusia. Namun herannya, Allah justru memakai bahasa Yunani dan bukan bahasa lbrani sebagai bahasa pengantar Perjanjian Baru. Mengapa? Karena bahasa yang digunakan pada masa itu dan yang paling diterima oleh kalangan atas adalah bahasa Yunani, itulah sebabnya Injil tidak ditulis dalam bahasa lbrani melainkan bahasa Yunani, untuk menyatakan bahwa kehendak dan rencana keselamatan yang Allah berikan adalah bagi seluruh umat manusia. Di sini kita mendapatkan prinsip ini: bahasa adalah untuk Injil, Injil bukan untuk bahasa; kebudayaan adalah untuk Injil, Injil bukan untuk kebudayaan. Pada waktu kita masuk ke dalam gereja, pada waktu kita memberitakan Injil ke dunia, tinggalkanlah monopoli bahasa dan budaya. Jadilah global, supaya Injil bisa diberitakan ke seluruh muka bumi.
Ada orang yang bertanya kepada saya, mengapa pada hari Pentakosta, saat Roh Kudus turun, ada karunia lidah? Saya menjawab dengan dua alasan. Pertama, karunia lidah diberikan supaya mereka yang tadinya tidak mengerti Injil bisa mengerti Injil. Tetapi sekarang, yang disebut "karunia lidah" justru membuat orang yang sudah mengerti menjadi tidak mengerti. Alasan yang kedua, agar gereja tahu bahwa Injil bukan hanya untuk satu bangsa -- Israel -- melainkan untuk seluruh umat manusia. Yesus mati untuk menebus dosa manusia dari segala bangsa, segala suku, segala bahasa, dengan darah-Nya, agar mereka kembali menjadi milik Allah. Apa yang Yesus bawa ketika Dia datang ke dunia? Firman menjadi daging, hidup di tengah-tengah kita, untuk membawa anugerah dan kebenaran.
Sejak masa Helenistik, empat abad sebelum Kristus sampai empat abad setelah Kristus -- selama 800 tahun itu -- orang-orang mulai berpikir tentang apa arti hidup; mengapa saya hidup. Mereka terbagi dalam tiga arus yang besar:
1. Stoasisme; hidup untuk mencari kebajikan, bukan hanya mencari uang saja.
2. Epikurianisme; hidup untuk mencari bahagia.
3. Skeptisisme; merasa bingung, tidak mengerti untuk apa mereka hidup.
Saya percaya, Pilatus mewakili orang-orang yang tidak bisa memberi jawaban mengenai apa itu kebenaran. Terbukti pada waktu dia bertanya kepada Yesus dengan nada memaksa: "Tidak tahukah kamu, bahwa aku memunyai kuasa untuk menjatuhkan hukuman yang menentukan hidup mati-Mu?" Yesus yang sejak semula membungkam mulai angkat bicara. Itulah saat yang tepat untuk Yesus harus mengoreksi pemikiran para penguasa dunia. Kata-Nya kepada Pilatus, "Bukan kamu yang berkuasa. Dengan sesungguh-sungguhnya Aku berkata kepadamu, jika Bapa-Ku yang di sorga tidak memberi kuasa kepadamu, kamu tidak berhak melakukan apa pun terhadap Aku." Di sini, Yesus menegaskan bahwa hak dan kuasa pemerintahan harus berada di bawah kuasa Allah. Itulah sebabnya dalam 1 Korintus 15 dituliskan: semua penguasa akan dilenyapkan oleh Kristus, sebab Kristuslah pemerintah dan penguasa yang tertinggi dan yang terakhir. Ini bukan main-main. Kristus yang Saudara kabarkan, yang kepada-Nya Saudara berdoa, yang Saudara sembah, bukanlah Kristus yang lemah. Dialah Kristus yang mengalahkan maut, dosa, setan, dan pada hari terakhir nanti, Dia akan memusnahkan semua pemerintah maupun semua penguasa di dunia. Dia sendiri akan memerintah sebagai Raja di atas segala raja. Dengan status itulah Dia memandang para penguasa yang berbicara sewenang-wenang dan Dia menunggu dengan sabar.
Anak Domba Allah ini sebenarnya adalah Singa dari Yehuda. Oleh karena itu, saat Dia mendengar orang yang bernama Pilatus berbicara dengan sewenang-wenang, "Tidak tahukah Kamu bahwa aku berkuasa untuk membunuh Kamu?", Yesus menjawab, "Jikalau bukan Bapa-Ku yang memberimu kuasa, kamu tidak bisa berbuat apa pun atas diri-Ku. Namun demikian, Aku berkata kepadamu, Akulah Raja orang Yahudi. Aku datang ke dunia untuk menjadi saksi bagi kebenaran." Sejarah filosofi kekaisaran Romawi dan Yunani yang panjang berakhir pada pernyataan skeptis Pilatus ini, ketika ia bertanya, "Apa itu kebenaran?" Kristus lalu menyatakan, "Aku adalah saksi kebenaran." Sebenarnya Pilatus bukannya bertanya. Motivasi manusia bertanya bisa karena ingin tahu, ingin percaya, atau karena tidak mau percaya dan ingin menjatuhkan/menghina orang yang memberitakan firman Tuhan. Pilatus mengajukan pertanyaan itu untuk menyatakan penghinaannya terhadap kebenaran. Maka Tuhan tidak menjawab dan Pilatus juga tidak bertanya lagi. Itulah kalimat terakhir di dalam pertemuan antara Anak Allah yang begitu merendahkan diri dengan anak manusia yang begitu meninggikan diri. Sejak detik itu, Pilatus tidak memunyai kesempatan untuk bertemu dengan Yesus lagi. Pilatus sudah diberi kesempatan, tapi dia meremehkannya.
Inilah pertemuan yang paling kritis, paling ironis, paradoks, dan inspiratif di dalam sepanjang sejarah. Dari zaman ke zaman, kita perlu merenungkan saat-saat Yesus paling merendahkan diri, perkataan apa yang Dia lontarkan? Dan kala manusia paling congkak, perkataan apa yang dia ucapkan? Saat Yesus paling merendahkan diri, Dia berkata, "Aku adalah saksi dari kebenaran." Kala manusia begitu congkak, dia berkata, "Apa itu kebenaran?" Sampai sekarang, sejarah terus berada di dua jalur ini: percaya kepada Tuhan lalu mendapat anugerah dan kebenaran, atau menghina anugerah dan kebenaran lalu akhirnya harus mati di dalam dosa. Setelah pengadilan yang tidak adil itu selesai, Pilatus membiarkan Yesus dikenakan mahkota duri, dikenakan pakaian yang mempermalukan diri-Nya dan dicambuk.
Kalau Saudara pernah menyaksikan lukisan Mathias Grundewall, seorang Jerman, hatimu tidak mungkin tidak tersentuh. Grundewall melukiskan daging di tubuh Kristus tidak lagi licin, tapi membengkak dan membiru akibat duri yang dipasang pada ujung cambuk itu menusuk badan-Nya. Ketika cambuk itu ditarik, keluarlah darah yang bercampur dengan karat di sekujur tubuh-Nya. Begitu mengerikan. Di dalam sejarah, tidak ada orang yang mungkin, atau pernah melukis lukisan Yesus dipaku di atas kayu salib sebaik lukisan Mathis Grunewald. Yang heran adalah, dia memakai pemikiran yang berbeda dengan pemikiran pelukis-pelukis lain. Dia melukiskan Yohanes Pembaptis, yang sudah mati, berdiri di samping Tuhan Yesus. Karena di dalam pikirannya, kesementaraan bisa disejajarkan dengan kekekalan: Yohanes Pembaptis memegang sebuah kitab di tangannya, sambil menunjuk pada Yesus yang tersalib. Wajahnya seolah-olah berkata kepada orang yang menyaksikan lukisan itu, "Lihatlah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia." Di sebelah kanannya terdapat Maria, ibu Yesus secara jasmani yang menangis dengan kesedihan yang luar biasa. Kepalanya, bahkan seluruh tubuhnya membungkuk ke bawah karena dia tak tahan menyaksikan ketidakadilan yang diperlakukan atas diri Yesus. Salib memang merupakan sindiran bagi dunia. Adakah kebenaran? Adakah kasih? Adakah kebajikan? Adakah keadilan?
Jika manusia memang memunyai kebudayaan selama ribuan tahun, izinkan saya bertanya, mengapa orang yang baik seperti Yesus Kristus harus diperlakukan seperti itu? Jawablah hai manusia! Untuk apa Saudara dididik dan dididik sampai sekolah tinggi, lalu setelah menjadi orang yang tertinggi di bidang politik atau kebudayaan, malah melakukan ketidakadilan seperti itu? Coba buktikan kalau manusia sudah maju, sudah bermoral! Buktikan bahwa kerajaan yang terbesar itu telah melakukan hal yang terbaik! Semuanya terbalik! Pada waktu Yesus disalib, di sanalah keadilan dikalahkan oleh ketidakadilan, kesucian dikalahkan oleh kenajisan, kebajikan dikalahkan oleh kejahatan; Allah dikalahkan oleh orang berdosa. Itulah sebabnya, jika Yesus tidak bangkit, tidak ada pengharapan untuk dunia ini. Jika Yesus tidak bangkit, kebudayaan justru akan menyatakan kerusakan manusia yang konon sudah menjadi semakin hebat.
Pada zaman Romawi, manusia merayakan kesuksesan, namun kesuksesan berakhir dengan kegagalan yang terbesar karena mereka tidak bisa memperlakukan Yesus -- orang yang paling baik di dalam sejarah -- dengan adil, bahkan harus dipaku di atas kayu salib. Itulah sebabnya Paulus berkata: "Jika Yesus tidak bangkit, sia-sialah apa yang aku beritakan." Jika Yesus tidak bangkit, apa yang Saudara percaya adalah omong kosong belaka. Jika Yesus tidak bangkit, percumalah hidup kita di dunia. Jika Yesus tidak bangkit, berarti kita hanya berhadapan dengan Yesus yang hanya hidup selama 33,5 tahun saja. Jika Yesus tidak bangkit, pengharapan kita hanya di dunia ini saja. Jika Yesus tidak bangkit, di antara semua manusia yang pernah hidup di dunia, kita adalah orang yang paling malang. Kalau Dia adalah orang mati yang tidak pernah bangkit, buat apa kita percaya kepada-Nya? Kita perlu menyadari, secara agama, kekristenan kalah dengan agama Buddha, Islam, Katolik, dan agama apa pun. Secara agama, kita kurang mistis, liturgis, serta kurang unsur-unsur lain yang diperlukan untuk membentuk satu agama yang besar. Tapi lepas dari semua itu, kita memunyai Kristus yang mati dan bangkit, yang tidak terdapat di dalam agama mana pun. Itulah yang membuat kita hidup. Jika orang Kristen Protestan tidak tahu hal ini, dia pasti akan memasuki era pascakekristenan; seperti halnya kekristenan di Eropa, gereja-gereja besar yang bisa memuat 20.000 orang, sekarang hanya dihadiri oleh 120 atau 200 orang, sisanya untuk para turis berfoto, menikmati arsitektur Gotik, Rokoko, Barok, dan menjadi tempat cari uang bagi para pemandu wisata.
Apakah kekristenan itu? Kalau orang Kristen tidak lagi percaya kepada Kristus yang lahir, mati, dan bangkit untuk kita, kekristenan hanyamenjadi salah satu atraksi bagi para turis saja. Paulus berkata, "Celakalah kamu, jika kamu tidak percaya Yesus bangkit." Kebangkitan Yesus menjadi pengharapan terbesar bagi kita dan membuat kita berbeda dengan semua agama lain. Pendiri-pendiri agama lain masih berada di dalam kubur, disakralkan, dijadikan museum yang terbesar, tapi kuburannya masih berisi. Karena kubur mereka masih terisi, maka penglkutnya hidup dalam kekosongan. Kuburan Yesus kosong karena Ia sekarang hidup. Dia sudah keluar dari kubur. Oleh karena itu, hati para pengikut-Nya tidak kosong karena Dia bisa berada di dalam hati kita. Puji Tuhan!
Jika Yesus datang ke dalam dunia untuk menyatakan cinta kasih, anugerah, dan kebenaran Tuhan, izinkan saya bertanya, kebenaran itu adalah kebenaran yang seperti apa? Anugerah itu adalah anugerah yang seperti apa? Jika Saudara berkata, anugerah itu memberiku kekayaan, kelancaran, dan kesembuhan, itu adalah anugerah yang dituntut oleh orang-orang duniawi dan mereka yang menganut teologi kemakmuran, yang tidak mengenal Injil. Apa jadinya kalau gereja menyimpang dari Injil? Kalau gereja tidak mengerti bahwa Yesus datang untuk membereskan dosa, melepaskan kita dari kuasa maut, dan membebaskan kita dari cengkeraman setan, gereja akan mengarah ke mana? Jika Yesus tidak mati, dosamu tidak akan diampuni! Jika Yesus tidak bangkit, Saudara tidak akan diberi hidup baru! Jika Yesus tidak mati dan bangkit bagi kita, kita tidak bisa berdamai dengan Allah! Inilah tujuan utama Allah mengutus Anak-Nya ke dunia: supaya orang yang percaya kepada-Nya jangan binasa, melainkan beroleh ... kekayaan? Bukan! Melainkan beroleh hidup yang kekal. Kita akan menekankan dan menekankan kembali tentang Firman, Injil, kedaulatan Allah, dan tidak ada hal yang lain. Saya mengharapkan semua murid saya di sekolah teologi dan rekan-rekan mewarisi semangat yang sama, sehingga gereja, bukan jatuh ke dalam wilayah agama dan kehilangan kuasa Injil.
Ketika mengutarakan kalimat-kalimat ini, Paulus bagaikan sedang mengoyak-ngoyak jiwanya, agar orang Korintus mengerti apa yang kita percaya. Mengapa kita menjadi orang Kristen; mengapa kita harus menekankan begitu rupa kematian dan kebangkitan Kristus? Karena Injillah yang paling penting. Injil adalah rencana Allah dan pengharapan bagi dunia. Pada 400 tahun pertama pada masa PB, kita menyaksikan seluruh kerajaan Romawi diguncangkan. Bukan oleh pisau, bukan oleh pedang, atau oleh militer, melainkan oleh Yesus Kristus. Orang yang sudah menerima Yesus, hidupnya berubah. Mereka memunyai pengharapan. Meskipun hidup sebagai budak, tetapi mereka suka bernyanyi karena mereka tahu Yesus hidup di dalam hati mereka. Mereka pun tahu bahwa mereka menyembah Dia yang hidup, bukan yang mati. Bila dibandingkan dengan semua dewa-dewa yang disembah oleh orang Yunani dan orang Romawi, memang sangat berbeda karena mereka terpengaruh oleh orang Kristen yang menerima Yesus, yang beribadah kepada satu-satunya Allah. Pengaruh terbesar dalam sejarah adalah pengaruh dari Yesus yang datang ke dunia. Dan pengaruh yang ditimbulkan dari mereka yang betul-betul mengenal Yesus yang bangkit adalah mereka telah merubah dunia.
Banyak orang di dalam kerajaan Romawi yang menjadi Kristen tetapi tidak secara terang-terangan menyatakan diri sebagai orang Kristen. Mereka berkumpul di "katakombe" [ruangan makam, Red.] di bawah kota Roma. Ada orang mengatakan, kalau katakombe-katakombe itu digabungkan, maka kira-kira akan menjadi 1.700 meter panjangnya. Artinya ada ratusan ribu atau bahkan jutaan orang menjadi Kristen. Banyak orang masuk ke sana dan mereka menerima Injil. Sampai abad ke-4, barulah kaisar Roma mengatakan: Yesuslah yang benar, Roma tidak benar. Konstantin, Kaisar Romawi mengumumkan: "Kristus benar. Kristus Tuhan saya. Saya percaya Yesus dan agama Kristen yang dulu dianiaya kini menjadi agama resmi. Orang Kristen yang lemah, yang menjadi budak, yang dihina tidak perlu takut. Karena kita memiliki Kristus yang sudah bangkit dari antara orang mati."
Kitab Suci mengatakan bahwa manusia pertama, Adam, membawa kematian ke dalam dunia, Adam yang kedua atau Adam terakhir, Kristus, membawa hidup ke dalam dunia;
Adam yang pertama dicipta, Adam yang kedua mencipta;
Adam yang pertama tidak taat, Adam yang kedua taat;
Adam yang pertama berdosa, Adam yang kedua menolak dosa;
Adam yang pertama melanggar Tuhan, Adam yang kedua membawa manusia kembali kepada Tuhan;
Adam yang pertama mati di dalam dosanya, Adam yang kedua membawa manusia keluar dari kematian dan dosa, memberikan hidup yang baru;
Itu sebabnya, Adam yang pertama menjadi manusia yang hidup, Adam yang kedua menjadi Roh yang menghidupkan manusia. Puji Tuhan! Dialah yang disebut Buah Sulung Kebangkitan.
Mungkin Saudara bertanya-tanya, bagaimana keadaan tubuh Kristus yang bangkit? Apakah artinya kita yang mengikuti Dia akan menjadi seperti Dia? 1 Korintus 15 mengajarkan kepada kita, Yesus Kristus adalah Buah Sulung dari Kebangkitan. Jadi, tubuh kebangkitan memunyai lima ciri khas.
Yang pertama, tubuh kita yang sekarang adalah tubuh jasmaniah yang dicipta oleh Tuhan dari tanah liat, tapi tubuh kebangkitan adalah tubuh rohani, di dalam tubuh tersebut kemuliaan dan kuasa Tuhan akan merubah kita. Pada waktu kita bangkit dari kematian, kita akan memiliki tubuh kebangkitan seperti tubuh kebangkitan Kristus. Dia adalah Buah Sulung Kebangkitan, kebangkitan yang pertama, yang berbeda dengan kebangkitan-kebangkitan yang lain. Sebenarnya, sebelum Yesus bangkit, sudah ada orang-orang yang pernah dibangkitkan oleh nabi-nabi: misalnya Elia membangkitkan seorang anak atau Elisa membangkitkan seorang anak. Tetapi kebangkitan mereka berbeda dengan kebangkitan Yesus Kristus. Mereka yang pernah dibangkitkan oleh Elia dan Elisa akhirnya harus mati lagi. Tetapi kebangkitan Yesus adalah kebangkitan yang sekaligus mengalahkan kematian dan tidak mati lagi. Kebangkitan Yesus juga berbeda dengan ketiga orang yang pernah Dia bangkitkan: anak Yairus, anak janda di kota Nain, dan Lazarus. Apakah ada perbedaan antara cara Yesus membangkitkan ketiga orang itu dengan cara Elia dan Elisa membangkitkan kedua anak itu? Berbeda. Elia dan Elisa hanya berdoa dan membangkitkan dalam nama Allah karena mereka hanyalah manusia. Sedangkan pada saat Yesus membangkitkan, Dia tidak perlu membangkitkan demi nama Allah, Dia hanya perlu mengucapkan satu kalimat yang berupa titah Allah: "bangkitlah kamu" atau "Lazarus keluar", lalu mereka pun bangkit. Yesus bukan pengantara, Dia adalah Allah, Dia Pemberi hidup. Tubuh kita adalah tubuh jasmaniah, tetapi tubuh kebangkitan adalah tubuh rohani.
Kedua, tubuh kita yang sekarang adalah tubuh yang penuh dengan kelemahan, tapi tubuh kebangkitan adalah tubuh yang kuat, perkasa. Tubuh kita ini masih bisa mengalami sakit penyakit, bisa merasakan letih. Karena tubuh jasmani ini terbentuk dari tulang, urat, daging, kulit, yang memunyai kemungkinan terserang oleh virus, bakteri yang mengakibatkan sakit. Tubuh kita adalah tubuh yang lemah, tetapi pada kebangkitan nanti, kita akan diberi tubuh yang kuat, dan perkasa.
Ketiga, tubuh kita yang sekarang adalah tubuh yang bisa rusak, yang fana, tapi tubuh kebangkitan adalah tubuh yang kekal. Kerusakan tubuh memang sangat menakutkan. Seorang murid saya, yang tadinya begitu cantik, begitu lincah, tidak lama setelah dia menikah, ia menderita sakit dan akhirnya meninggal dunia. Ketika saya pergi melayatnya, saya melihat dia yang baru mati 2 hari, separuh wajahnya sudah hitam dan seluruh tubuhnya sudah mulai rusak. Siapakah kita? Kita adalah manusia yang memunyai tubuh fana, tetapi Allah berjanji akan memberikan tubuh kekal, sifat ilahi Allah yang diberikan pada kita. Waktu hari itu tiba, malaikat akan membunyikan sangkakala, lalu orang yang hidup akan berubah dan yang mati akan dibangkitkan. Saat itu, kita akan mendapatkan tubuh kebangkitan yang kekal; yang fana akan menjadi kekal.
Keempat, tubuh kita yang sekarang adalah tubuh yang hina, tapi tubuh kebangkitan adalah tubuh yang mulia. Sebenarnya manusia memunyai tubuh yang tercantik di antara semua makhluk, tetapi tubuh ini perlu menggunakan busana dan perlu ditutupi. Mengapa? Karena dalam tubuh ini sudah ada dosa. Busana adalah bukti dari adanya dosa asal. Karena itulah, tubuh membuat kita merasa malu. Mengapa? Kemuliaan yang tadinya membungkus tubuhnya, sekarang sudah hilang, tetapi waktu kebangkitan nanti, kemuliaan akan kembali menutupi kita, kita memunyai tubuh mulia seperti tubuh kebangkitan Kristus.
Kelima, tubuh yang sekarang adalah tubuh yang sementara, tapi tubuh kebangkitan adalah tubuh yang kekal, yang tidak berubah untuk selama-lamanya. Kelak ketika nanti kita di surga, kita akan mengingat setiap orang, mengenali dia, Tuhan telah mengabadikan keadaan yang paling mulia, paling cantik dalam masa hidupnya untuk selama-lamanya. Puji Tuhan!
Yesus bangkit, menjadi Buah Sulung Kebangkitan. Apa yang dimaksudkan dengan buah sulung? Buah sulung adalah sampel, teladan, contoh. Allah adalah setia dan jujur, sebagaimana kebangkitan Kristus. Kita juga akan dibangkitkan; sebagaimana Kristus memiliki tubuh yang mulia, kita juga akan memiliki tubuh yang mulia. Sebagaimana Kristus memiliki tubuh yang tidak rusak, kita juga akan memiliki tubuh yang tidak rusak. Sebagaimana Yesus memiliki tubuh sorgawi, kita juga akan mendapatkan tubuh surgawi. Sebagaimana tubuh Yesus yang kekal, yang tidak berubah lagi, kita pun demikian. Sekarang ketika Saudara bercermin, Saudara menemukan diri terlihat keriput dan lelah. Katakanlah kepada cermin: ini adalah keadaanku yang sekarang, kelak pada saat hari kebangkitan, tubuhku akan lain! Jangan mau diperdaya oleh tubuhmu, tidak usah takut pada kelemahan tubuh karena kepada kita telah dijanjikan tubuh yang kuat. Sekarang, selama tubuh yang lemah ini masih bisa menjadi alat untuk memuliakan Tuhan, marilah kita menggunakannya dengan baik untuk Tuhan.
Hari itu, kita akan mendapatkan tubuh yang mulia; tidak ada sakit penyakit, tapi kita perlu berkata kepada Tuhan, semasa kita masih di dunia, di dalam tubuh kita yang sakit, yang lemah, yang duniawi, yang jasmani, yang terbatas, yang memunyai banyak kesulitan, "hidup di dunia ini bahkan untuk satu hari saja sudah merupakan suatu kehormatan yang besar!" Bila Anda ingin melayani Tuhan, jangan tunggu sampai mati, karena saat itu, kalaupun Saudara ingin ikut terjun melayani Anda sudah tidak bisa lagi. Jadi, sekarang inilah saatnya kita melayani Tuhan dengan baik. Suatu hari nanti, kita akan berkumpul lagi. Bukan di sini, tapi di surga. Di sana kita akan memiliki tubuh kebangkitan yang mulia, yang surgawi, yang kuat, yang tidak rusak, yang kekal, dan yang betul-betul bersifat rohani untuk selama-lamanya. Apakah Saudara telah menerima Tuhan sebagai Juru Selamat? Apakah Saudara hidup di dalam pengharapan? Apakah Saudara sudah mengakui segala dosa kepada-Nya dan menerima keselamatan, kebenaran, anugerah yang Allah sediakan?
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Khotbah oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong
Judul asli artikel : Kristus, Buah Sulung Kebangkitan
Judul majalah : Momentum edisi 43, Triwulan II tahun 2000
Penulis ringkasan Khotbah : EL
Penerbit : Lembaga Reformed Injili Indonesia
Halaman : 3 - 11
Rabu, 20 April 2011
57 Cents
"THE HISTORY OF FIFTY-SEVEN CENTS"
Seorang anak gadis kecil bernama Hattie May Wiatt sedang berdiri terisak didekat pintu masuk sebuah gereja yang tidak terlalu besar, ia baru saja tidak diperkenankan masuk ke gereja tersebut karena “sudah terlalu penuh”.
Seorang pastur lewat didekatnya dan menanyakan kenapa si gadis kecil itu menangis ?
“Saya tidak dapat ke Sekolah Minggu”kata si gadiskecil. Melihat penampilan gadis kecil itu yang acak acakan dan tidak terurus, sang pastor segera mengerti dan bisa menduga sebabnya si gadis kecil tadi tdk disambut masuk ke Sekolah Minggu. Segera dituntunnya si gadis kecil itu masuk ke ruangan Sekolah Minggu di dalam gereja dan ia mencarikan tempat duduk yang masih kosong untuk si gadis kecil. Sang gadis kecil ini begitu mendalam tergugah perasaannya, sehingga pada waktu sebelum tidur di malam itu ,ia sempat memikirkan anak anak lain yang senasib dengan dirinya yang seolah olah tidak mempunyai tempat untuk memuliakan Yesus. Ketika ia menceritakan hal ini kepada orang tuanya,yang kebetulan merupakan orang tak berpunya,sang ibu menghiburnya bahwa si gadis masih beruntung mendapatkan pertolongan dari seorang pastur.
Sejak saat itu,si gadis kecil “berkawan” dengan sang pastur. Dua tahun kemudian,si gadis kecil meninggal di tempat tinggal nya didaerah kumuh,dan sang orang tuanya meminta bantuan dari si pastur yang baik hati untuk prosesi pemakaman yang sangat sangat sederhana.
Saat pemakaman selesai dan ruang tidur si gadis di rapihkan, sebuah dompet usang,kumal dan sobek sobek ditemukan ,tampak sekali bahwa dompet itu adalah dompet yang mungkin ditemukan oleh si gadis kecil dari tempat sampah. Didalamnya ditemukan uang receh sejumlah 57 cents dan secarik kertas bertuliskan tangan, yang jelas kelihatan ditulis oleh seorang anak kecil,yang isinya : “Uang ini untuk membantu pembangunan gereja kecil agar gereja tersebut bisa diperluas sehingga lebih banyak anak anak bisa menghadiri ke Sekolah Minggu”. Rupanya selama 2 tahun,sejak ia tidak dapat masuk ke gereja itu,si gadis kecil ini mengumpulkan dan menabungkan uang nya sampai terkumpul sejumlah 57 cents untuk maksud yang sangat mulia. Ketika sang pastur membaca catatan kecil ini,matanya sembab dan ia sadar apa yang harus diperbuatnya.
Dengan berbekal dompet tua dan catatan kecil ini,sang pastur segera memotivasi para pengurus dan jemaat gerejanya untuk meneruskan maksud mulia si gadis kecil ini untuk memperbesar bangunan gereja.
Namun Ceritanya tidak berakhir sampai disini, Suatu perusahaan koran yang besar mengetahui berita ini dan mempublikasikannya terus menerus. Sampai akhir nya seorang Pengembang membaca berita ini dan ia segera menawarkan suatu lokasi yang berada didekat gereja kecil itu dengan harga 57cents, setelah para pengurus gereja menyatakan bahwa mereka tak mungkin sanggup membayar lokasi sebesar dan sebaik itu. Para anggota jemaat pun dengan sukarela memberikan donasi dan melakukan pemberitaan,akhirnya bola salju yang dimulai oleh sang gadis kecil ini bergulir dan dalam 5 tahun ,berhasil mengumpulkan dana sebesar 250.000 dollar,suatu jumlah yang fantastik pada saat itu(pada pergantian abad,jumlah ini dapat membeli emas seberat 1 ton ).
Inilah hasil nyata cinta kasih dari seorang gadis kecil yang miskin,kurang terawat dan kurang makan, namun perduli pada sesama yang menderita. Tanpa pamrih, tanpa pretensi.
Saat ini, jika anda berada di Philadelphia,lihatlah Temple Baptist Church,dengan kapasitas duduk untuk 3300 orang dan Temple University,tempat beribu ribu murid belajar.
Lihat juga Good Samaritan Hospital dan sebuah bangunan special untuk Sekolah Minggu yang lengkap dengan beratus ratus(yah,beratus ratus) pengajar nya, semuanya itu untuk memastikan jangan sampai ada satu anakpun yang tidak mendapat tempat di Sekolah MInggu. Didalam salah satu ruangan bangunan ini,tampak terlihat foto si gadis kecil, yang dengan tabungannya sebesar 57 cents,namun dikumpulkan berdasarkan rasa cinta kasih sesama,yang telah membuat sejarah.Tampak pula berjajar rapih, foto sang pastur yang baik hati yang telah mengulurkan tangan kepada si gadis kecil miskin itu, yaitu pastor DR.Russel H.Conwell, penulis buku “Acres of Diamonds” - a true story.
Kenyataan sejarah yang collosal ini bisa memberikan petunjuk kepada kita semua apa yang dapat DIA lakukan terhadap uang 57 cents.
Retyped from the publication of the sermon in The Temple Review, the weekly magazine of the Baptist Temple, v.21, no.7, December 19, 1912. Conwellana-Templana Collection/University Archives. Temple University Libraries. August 1997.
http://library.temple.edu/collections/special_collections/hattie.jsp
Senin, 18 April 2011
Ada Tetesan Setelah Tetesan Terakhir
Pasar malam dibuka di sebuah kota. Penduduk menyambutnya dengan gembira. Berbagai macam permainan, stand makanan dan pertunjukan diadakan. Salah satu yang paling istimewa adalah atraksi manusia kuat.
Begitu banyak orang setiap malam menyaksikan unjuk kekuatan otot manusia kuat ini. Manusia kuat ini mampu melengkungkan baja tebal hanya dengan tangan telanjang. Tinjunya dapat menghancurkan batu bata tebal hingga berkeping-keping. Ia mengalahkan semua pria di kota itu dalam lomba panco. Namun setiap kali menutup pertunjukkannya ia hanya memeras sebuah jeruk dengan genggamannya. Ia memeras jeruk tersebut hingga ke tetes terakhir. 'Hingga tetes terakhir', pikirnya.
Manusia kuat lalu menantang para penonton: "Hadiah yang besar kami sediakan kepada barang siapa yang bisa memeras hingga keluar satu tetes saja air jeruk dari buah jeruk ini!"
Kemudian naiklah seorang lelaki, seorang yang atletis, ke atas panggung.
Tangannya kekar. Ia memeras dan memeras... dan menekan sisa jeruk... tapi tak setetespun air jeruk keluar. Sepertinya seluruh isi jeruk itu sudah terperas habis. Ia gagal. Beberapa pria kuat lainnya turut mencoba, tapi tak ada yang berhasil. Manusia kuat itu tersenyum-senyum sambil berkata : "Aku berikan satu kesempatan terakhir, siapa yang mau mencoba?"
Seorang wanita kurus setengah baya mengacungkan tangan dan meminta agar ia boleh mencoba. "Tentu saja boleh nyonya. Mari naik ke panggung." Walau dibayangi kegelian di hatinya, manusia kuat itu membimbing wanita itu naik ke atas pentas. Beberapa orang tergelak-gelak mengolok-olok wanita itu. Pria kuat lainnya saja gagal meneteskan setetes air dari potongan jeruk itu apalagi ibu kurus tua ini. Itulah yang ada di pikiran penonton.
Wanita itu lalu mengambil jeruk dan menggenggamnya. Semakin banyak penonton yang menertawakannya. Lalu wanita itu mencoba memegang sisa jeruk itu dengan penuh konsentrasi. Ia memegang sebelah pinggirnya, mengarahkan ampas jeruk ke arah tengah, demikian terus ia ulangi dengan sisi jeruk yang lain. Ia terus menekan serta memijit jeruk itu, hingga akhirnya memeras... dan "ting!" setetes air jeruk muncul terperas dan jatuh di atas meja panggung.
Penonton terdiam terperangah. Lalu cemoohan segera berubah menjadi tepuk tangan riuh.
Manusia kuat lalu memeluk wanita kurus itu, katanya, "Nyonya, aku sudah melakukan pertunjukkan semacam ini ratusan kali. Dan, banyak orang pernah mencobanya agar bisa membawa pulang hadiah uang yang aku tawarkan, tapi mereka semua gagal. Hanya Anda satu-satunya yang berhasil memenangkan hadiah itu.
Boleh aku tahu, bagaimana Anda bisa melakukan hal itu?"
"Begini," jawab wanita itu, "Aku adalah seorang janda yang ditinggal mati suamiku. Aku harus bekerja keras untuk mencari nafkah bagi hidup kelima anakku. Jika engkau memiliki tanggungan beban seperti itu, engkau akan mengetahui bahwa selalu ada tetesan air walau itu di padang gurun sekalipun. Engkau juga akan mengetahui jalan untuk menemukan tetesan itu. Jika hanya memeras setetes air jeruk dari ampas yang engkau buat, bukanlah hal yang sulit bagiku". Selalu ada tetesan setelah tetesan terakhir. Aku telah ratusan kali mengalami jalan buntu untuk semua masalah serta kebutuhan yang keluargaku perlukan. Namun hingga saat ini aku selalu menerima tetes berkat untuk hidup keluargaku. Aku percaya Tuhanku hidup dan aku percaya tetesan berkat-Nya tidak pernah kering, walau mata jasmaniku melihat semuanya telah kering. Aku punya alasan untuk menerima jalan keluar dari masalahku. Saat aku mencari, aku menerimanya karena ada pribadi yang mengasihiku.
"Bila Anda memiliki alasan yang cukup kuat, Anda akan menemukan jalannya", demikian kata seorang bijak.
Seringkali kita tak kuat melakukan sesuatu karena tak memiliki alasan yang cukup kuat untuk menerima hal tersebut.
(Bits & Pieces, The Economics Press)
My 10th Wedding Anniversary
(22 April 2001 - 22 April 2011)
Kepastian itu ketika kau katakan; Aku ingin memiliki pendamping yang memiliki prinsip, dan saat itulah aku membayangkan langkah-langkah selanjutnya. Tidak ada yang dapat menghalangi saat kata itu terucap dari mulutmu.
Tak terasa sudah 10 tahun kata-kata itu keluar dari mulutmu yang akhirnya kita ikat dalam komitmen hidup bersama sampai maut memisahkan tepatnya tanggal 22 April 2001 yang disaksikan oleh Dia, teringat kembali bagaimana kau hampir jatuh ketika hendak menciumku didepan altar dan para handai taulan xixixixi.
Walau hampir 2 minggu kita tinggal dirumah nan sejuk rumah orang tuaku itu adalah proses pengenalan terhadap orang tuaku yang shock kalau anaknya yang bungsu sudah memiliki wanita yang disebut istri.
Kau sadari bahwa untuk meramaikan rumah kontrakan yang kita tempati, tepatnya tanggal 09 Februari 2002 tentu karena Kasih-Nya, kau berikan warna yang indah dalam kehidupan kita dengan lahirnya Reyhan AP Putra pertama kita, dan semakin giatlah aku bekerja walau itu tidak mempengaruhi penambahan penghasilan karena papa hanya total di PNS.
Saat itu papa hanya berdoa semoga Tuhan memberkati financial kita karena sangat papa sadari, banyak hal yang kita tahan karena keterbatasan kita, namun karena kebesaran-Nya kita pun tak pernah kekurangan walaupun tidak berlebihan.
Dipenghujung tahun 2003 Tuhan memberi kesempatan kepada kita untuk memiliki rumah sendiri, walau ada sedikit rasa kecewa ketika kau tetap bertahan ingin tinggal di kontrakan hanya karena rumah yang kita beli masih asli dan lokasinya masih sepi dari keramaian, kuusahakan meminjam keteman kuliahku dulu yang kuanggap kaya dan baik hanya sekedar untuk membuat pagar dan rehap sedikit agar kau mau pindah dan ternyata pemikiranku salah dalam uang, tidak ada teman yang kaya dan baik. Namun Kuasa-Nya bekerja sehingga kitapun sah menempati rumah baru tepatnya dibulan Mei 2003.
Pada tanggal 21 Nopember 2004 kau berikan aku anak laki-laki (ke-2) yang guanteng dan dengan kesepakatan kita (gue sih) kita beri nama Mario TP. Menambah keramaian rumah kita yang besar.
Masih kuingat saat itu aku selalu mencatat setiap berkat yang Tuhan berikan kepada kita dan akhirnya aku pun tak sanggup mencatatnya. Karena Allah yang kita sembah memberikan berkat yang terlalu besar dan tak mampu lagi kucatat.
Dibulan Agustus sedikit genit Dokter Kandungan Sitorus menyarankan anak kita yang ke-3 yang sudah kau gendong selama hampir 9 bulan, dilakukan ceasar tepat pada tanggal 17 Agustus 2009 dan lahirlah anak laki-laki yang kita beri nama Pramudya RP.
Sungguh Tuhan begitu baik, lalu apakah alasanku untuk tidak mencintaimu dengan memberikan seluruh pemikiran ini untuk kebahagiaan kita. Harus ku akui bahwa dunia ini sungguh menawarkan segalanya bahkan menggoda bagi setiap orang. Untuk itulah kita perlu untuk berdoa bersama secara simultan agar apa yang kita janjikan di depan Altar tidak termakan oleh ngengat.
Jika dunia bisa mengira-ngira melalui survey maupun penelitian yang dianggap handal usia pernikahan setelah 10 tahun akan cenderung jenuh. Sekali lagi aku pastikan kepada orang yang paling kucintai dibumi ini Istriku yang setia menemaniku karena anak2 ku pasti akan meninggalkan kita dengan istrinya kelak, bahwa survey orang2 bodoh itu tidak akan terjadi dengan satu syarat.. Pastikan Tuhan sebagai kepala rumah tangga kita.
Sebagai suami ku akui seringkali air matamu keluar melihat kegenitanku diluar sana yang sejujurnya adalah karena rasa cintamu pada papa yang ganteng ini sehingga jika ada wanita muda, dengan mesra memanggil abang kau pun cemburu, karena mama merasa tua dan tidak mampu bersaing... yang sebenarnya itu adalah cara berfikir normal manusia...
Yuli Aryanti, nama yang dikenalkan oleh Kiki Watori kini sudah sepuluh tahun usia pernikahan kita... Ingin rasanya papa membelikanmu mobil seperti yang dimiliki oleh Melinda Dee atau mengajakmu ke pukhet seperti Gayus membawa keluarganya kesana... terlebih di hari ulang tahun pernikahan kita... tapi kuputuskan jika seandainya papa memiliki uang seperti yang dimiliki mereka sebaiknya uang itu diberikan kepada para hamba Tuhan yang setia melayani di Afrika atau belahan bumi yang tidak ingin disinggahi orang.. karena dengan begitu mungkin akan lebih bermanfaat.
Yuli Aryanti, yang dapat papa berikan dihari ulang tahun pernikahan kita yang ke-10 ini adalah menuliskan Kisah ini, doa dan harapan ini di blog Keep In Mind dan Notes Facebook papa...
Doaku :
Allah yang disembah Abraham, Allah yang disembah Musa, Allah itu pula yang kusembah yang melalui Yesus Sang penebus, berkatilah pernikahan kami yang ke-10 ini, ajarlah kami untuk mengajari anak-anak yang kau percaya yang berguna bagi manusia lainnya dan terutama dapat Engkau pakai sebagai berkat bagi setiap insan sehingga Nama-Mu dimuliakan. Sebagai Suami bimbing aku hari demi hari agar dapat menjadi suami yang baik bagi istriku, dan ayah yang baik buat anak-anakku, serta menjadi sosok yang berguna bagi saudara-saudaraku dan yang terutama sebagai hamba yang dapat membawa damai yang dari-Mu.
Amin
Karawang, H-4 22 April 2011
With Love from Papa to Yuli Aryanti, Pramudya Roderic P, Mario Theodoric P, Reyhan Audirc P
Label:
Doa
Kebahagiaan Diperoleh Dari Memberi
Kisah ini bercerita tentang seorang wanita cantik bergaun mahal yang mengeluh kepada psikiaternya bahwa dia merasa seluruh hidupnya hampa tak berarti.
Maka si psikiater memanggil sorang wanita tua penyapu lantai dan berkata kepada si wanita kaya, “Saya akan menyuruh Mary di sini untuk menceritakan kepada anda bagaimana dia menemukan kebahagiaan. Saya ingin anda mendengarnya.”
Si wanita tua meletakkan gagang sapunya dan duduk di kursi dan menceritakan kisahnya: “OK, suamiku meninggal akibat malaria dan tiga bulan kemudian anak tunggalku tewas akibat kecelakaan. Aku tidak punya siapa-siapa.. aku kehilangan segalanya. Aku tidak bisa tidur, tidak bisa makan, aku tidak pernah tersenyum kepada siapapun, bahkan aku berpikir untuk mengakhiri hidupku. Sampai suatu sore seekor anak kucing mengikutiku pulang. Sejenak aku merasa kasihan melihatnya. Cuaca dingin di luar, jadi aku memutuskan membiarkan anak kucing itu masuk ke rumah. Aku memberikannya susu dan dia minum sampai habis. Lalu si anak kucing itu bermanja-manja di kakiku dan untuk pertama kalinya aku tersenyum. Sesaat kemudian aku berpikir jikalau membantu seekor anak kucing saja bisa membuat aku tersenyum, maka mungkin melakukan sesuatu bagi orang lain akan membuatku bahagia. Maka di kemudian hari aku membawa beberapa biskuit untuk diberikan kepada tetangga yang terbaring sakit di tempat tidur. Tiap hari aku mencoba melakukan sesuatu yang baik kepada setiap orang. Hal itu membuat aku bahagia tatkala melihat orang lain bahagia. Hari ini, aku tak tahu apa ada orang yang bisa tidur dan makan lebih baik dariku. Aku telah menemukan kebahagiaan dengan memberi.”
Ketika si wanita kaya mendengarkan hal itu, menangislah dia. Dia memiliki segala sesuatu yang bisa dibeli dengan uang namun dia kehilangan sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan uang.
Oleh: Frank Mihalic, SVD
Sumber: The Millennium Stories
Penterjemah: Handoko Luwanto
Kekuatan Pujian
Ini kisah nyata tentang seorang penyanyi terkenal di Eropa, wanita bersuara bagus. Dia bersuamikan seorang pemusik dan seorang pengarang lagu. Begitu pandainya sang suami ini tentang lagu, nada, birama, dan hal lain di bidang musik, sehingga dia selalu menemukan apa yang harus dikoreksi ketika isterinya menyanyi.
Kalau isterinya menyanyi, selalu saja ada komentar dan kritik seperti; bagian depan kurang tinggi. Lain kali dia berkata, bagian ini kurang pelan. Kali lain dia mengkritik, “bagian akhir harusnya “kres”.. naik sedikit. Selalu saja ada komentar pedas yang dia lontarkan kalau isterinya menyanyi dan bersenandung. Akhirnya wanita itu malas menyanyi. Dia berkeputusan “Wah, tidak usah menyanyi saja, jika semua salah. Malah kadang menjadi pertengkaran…”
Singkat cerita, karena suatu musibah, sang suami meninggal dan lama setelah itu si wanita menikah lagi dengan seorang tukang ledeng. Tukang ledeng ini tidak tahu menahu soal musik. Yang ia tahu isterinya bersuara bagus dan dia selalu memuji isterinya kalau bernyanyi.
Suatu ketika isterinya bertanya, “Pak, bagaimana laguku?”
Dia menjawab antusias, “Ma, saya ini selalu ingin cepat pulang karena mau dengar engkau menyanyi.”
Lain kali dia berkata, “Ma, kalau saya tidak menikah dengan engkau, mungkin saya sudah tuli karena bunyi dentuman, bunyi gergaji, bunyi cericit drat pipa ledeng, gesekan pipa ledeng dan bunyi pipa lainnya yang saya dengar sepanjang hari kalau saya bekerja. Sebelum saya menikah denganmu, saya sering mimpi dan terngiang-ngiang suara gergaji yang tidak mengenakkan itu ketika tidur. Sekarang setelah menikah dan sering mendengar engkau menyanyi, lagumulah yang
terngiang-ngiang”
Istrinya sangat bersuka cita, tersanjung. Hal itu membuat dia gemar bernyanyi, bernyanyi dan bernyanyi. Mandi dia bernyanyi, masak dia bernyanyi dan tanpa disadarinya dia berlatih, berlatih dan berlatih. Suaminya mendorong hingga dia mulai merekam dan mengeluarkan kaset volume pertama dan ternyata disambut baik oleh masyarakat.
Wanita ini akhirnya menjadi penyanyi terkenal, dan dia terkenal bukan pada saat suaminya ahli musik, tetapi saat suaminya seorang tukang ledeng, yang memberinya sedikit demi sedikit pujian ketika dia menyanyi.
Sedikit pujian memberikan penerimaan. Sedikit pujian memberikan rasa diterima, memberikan dorongan, semangat untuk melakukan hal yang baik dan lebih baik lagi. Sedikit pujian dapat membuat seseorang bisa meraih prestasi tertinggi. Omelan, bentakan, kecaman, amarah atau kritik sesungguhnya tidak akan banyak mengubah.
Penulis : Saya mencoba mencari sumber cerita ini baik penulisnya atau penyanyi terkenalnya... tapi saya tidak menemukannya... jadi kita renungkan aja dech...
me;
Walaupun sepenuhnya suami yang pertama tidak salah sama sekali, dia menyikapi dengan hal yang berbeda.
Liu Wei, pemenang China’s Got Talent
Liu Wei, Pianis Tanpa Lengan di China’s Got Talent
Sempat berjalan-jalan di forum ads-id, saya menemukan sebuah thread lumayan lama yaitu tentang Seorang pria muda yang mengundang decak kagum ribuan orang lewat permainan pianonya yang menakjubkan. Dengan sangat mahir, dia memainkan tuts-tuts piano dengan… kedua jempol kakinya!. Di artikel ini menurut saya sangat inspiratif dan bisa memotivasi sahabat semua yang memiliki kelebihan dalam hal fisik untuk tidak lah berputus asa dan selalu bersyukur atas karunia Tuhan yang telah dilimpahkan kepada saya dan sahabat semua. Berikut ini saya cuplik artikelnya.
Pria itu bernama Liu Wei (23 tahun). Meski tidak memiliki lengan, ia bisa tampil memukau di depan ribuan penonton acara “China’s Got Talent” pada 8 Agustus lalu di Shanghai Grand Theatre. Dengan jari-jari kakinya, Liu sukses membawakan karya klasik milik pianis ternama asal Prancis, Richard Clayderman, yakni “Mariage D’amour”.
Usai permainan piano Liu yang luar biasa itu, seluruh juri dan para penonton memberikan standing ovation pada pria cacat tersebut. Dia pun dinyatakan maju ke babak selanjutnya.
Dua Pilihan
Liu kehilangan dua lengannya dalam sebuah insiden saat dirinya berumur 10 tahun. Dalam insiden itu, Liu menyentuh kabel listrik bertegangan tinggi saat sedang bermain petak-umpet bersama teman-temannya. Ia langsung jatuh pingsan.
Setelah melewati masa kritis 45 hari, Liu sadar kedua lengannya telah hilang; karena harus diamputasi. Ia menangis sedih.
Jangankan mengejar mimpi menjadi musisi profesional dan produser musik ternama, makan saja ia bingung bagaimana caranya!
Orangtua adalah pihak pertama yang menyadarkannya. Mereka bilang, Liu harus segera bangkit dan melanjutkan hidup. Saat itu, mereka bisa membantu semua keperluan Liu. Namun bagaimana nasib Liu jika mereka sudah tiada?
“Kamu enggak berbeda dengan orang lain,” kata ibunya berulang kali. “Kamu hanya menggunakan kakimu sebagai pengganti lengan.” Sang ibu juga mengatakan, ia tidak muluk-muluk mengharapkan Liu menjadi orang sukses. Ia hanya ingin putra tersayangnya itu hidup bahagia dan sehat lahir batin.
Meski “hancur”, pikiran Liu segera terbuka.
“Saya sadar, untuk orang seperti saya, cuma ada dua pilihan. Pertama, melupakan semua impian yang nantinya akan mengakibatkan kematian sia-sia dan cepat. Pilihan lainnya, berjuang tanpa lengan untuk menjalani kehidupan yang lebih baik,” demikian tutur Liu.
Saat berumur 19 tahun, Liu memutuskan untuk tetap mengejar impiannya menjadi produser dan musisi profesional, serta menjalani kehidupan yang lebih baik. Dia pun diam-diam belajar piano. “Enggak ada teori kalau piano itu harus dimainkan dengan tangan kan,” begitu pikir Liu.
Tapi … “Berat sekali. Capek, lecet, kaku, kram, sudah menjadi biasa,” cerita Liu kepada para juri China’s Got Talent. “Tetapi dalam pandanganku, kalau kamu memang mau atau punya keinginan, ya terima dan lakukan saja (semua perjuangan itu).”
Sayang, guru piano pertamanya menyerah dan berhenti. Alasannya, mustahil bagi seseorang memainkan piano dengan jari-jari kaki. Memang, ada bagian-bagian nada yang tak bisa dimainkan karena Liu tak bisa menekan tuts-tuts tertentu.
Liu pantang menyerah dan akhirnya dia bisa mengembangkan gaya permainan tersendiri dengan jari-jari kakinya. Saat ini, ia ikut “China’s Got Talent” dengan target masuk 3 besar.
“Saya berpendapat, kita tetap harus bermimpi dan berupaya mengejar sukses yang didambakan,” demikian alasan Liu. “Secara pribadi, saya ingin membuat orangtua bangga.”
Kini, Liu mengaku hidup bahagia.
kita bisa setuju dengan opini salah satu juri China’s Got Talent, “Melalui musik indah yang telah dimainkan oleh Liu Wei, kita disadarkan untuk bersyukur dan tidak mengeluh. Sebab, hidup itu indah!”
Gaya Hidup Orang Kaya
Ada 1 lembaga penelitian sekuler di USA yg meneliti tentang orang-orang bahagia. Karena ini lembaga sekuler, ukuran bahagia pertama adalah banyaknya uang, maka lembaga tersebut mensurvey orang-orang kaya (milyuner) dengan sample awal sebanyak lebih dari 200 ribu orang milyuner. Dari 200 ribu itu disaring kadar bahagia-nya berdasarkan berbagai parameter termasuk keluarga tersebut. Hasil saringan terakhir ada sekitar 200 orang yang dianggap sangat bahagia, karena selain kaya, bisnisnya luar biasa, menikmati hidup, keluarganya beres.
Hasil survey tersebut ditulis dalam buku karangan Thomas Stanley berjudul “The Millionaire Mind” Orang-orang kaya tersebut rata-rata sudah berumur, mereka adalah orang kaya dalam 1 generasi, artinya bukan kaya warisan, tapi kaya dengan modal zero, alias kerja sendiri. Kemudian orang-orang ini diwawancara satu per satu secara detail, dan jika disimpulkan gaya hidup orang-orang tersebut, terangkum menjadi 10 gaya hidup yaitu :
1. Orang-orang tersebut memiliki gaya hidup hemat
Artinya: Mereka penuh pertimbangan dalam memanfaatkan uang mereka. Untuk beli sesuatu, pikir-pikir dulu sekitar 20 kali, tipe orang yang tanya sama Tuhan tentang segala sesuatu pengeluaran. Mereka tidak diperbudak mode, meskipun tidak kuno, tapi modis. Mereka tahu dimana beli barang bagus tapi murah.
2. Orang-orang tersebut selalu hidup di bawah income yang mereka peroleh
Mereka, tidak hidup gali lobang tutup lobang alias anti utang.
3. Sangat loyal terhadap pasangan – tidak cerai dan setia!
4. Selalu lolos dari prahara baik dalam keluarga/bisnis (di USA sering resesi ekonomi, mereka selalu lolos).
Setelah ditanya apa kunci lolosnya, jawabannya: “Overcoming worry and fear with The Holly Book and pray,with faith to God. We have God and His word”
5. Cara berpikir mereka berbeda dalam segala segi dengan orang-orang kebanyakan
contoh: Kita kalau ke mall, mikir abisin duit, mereka malah survey mencari bisnis apa yang paling laku di mall. They think differently from the crowd. Mereka “man of production” bukan “man of consumption”
6. Ketika ditanya kunci suksesnya;
* Punya integritas = omongan dan janji bisa dipegang dan dipercaya.
* Disiplin = tidak mudah dipengaruhi, dalam segala hal, termasuk disiplin dalam hal makanan, mereka orang yang tidak sembarangan konsumsi makanan. Tidak serakah.
* Selalu mengembangkan social skill = cara bergaul, belajar getting along with people, belajar leadership, menjual ide, mereka orang yang meng-upgrade dirinya, tidak malas belajar.
* Punya pasangan yg support, selalu mendukung dalam keadaan enak/tidak enak. Menurut mereka, integrity dimulai di rumah, kalau seorang suami/istri tidak bisa dipercaya di rumah, pasti tidak bisa dipercaya diluar.
7. Pembagian waktu/aktivitas
paling banyak untuk hal-hal berikut:
* Mengajak anak dan cucu sport/olahraga, alasannya: dengan olahraga bisa meningkatkan fighting spirit yang penting untuk pertandingan rohani untuk menang sebagai orang beriman, untuk bisa sportif (menerima kenyataan, tetapi dengan semangat untuk memperbaiki dan menang).
* Banyak memikirkan tentang investment.
* Banyak waktu berdoa, mencari hadirat Allah, mempelajari kitab suci. Ini menjadi lifestyle mereka sejak muda.
* Attending religious activities.
* Sosializing with children and grand child
* Entertaining with friends, maksudnya bergaul, membina hubungan.
8. Have a strong religious faith, dan menurut mereka ini kunci sukses mereka.
9. Religious millionaire
Mereka tidak pernah memaksakan suatu jumlah aset sama Tuhan, tapi mereka belajar mendengarkan suara Tuhan, berapa jumlah aset yang Tuhan inginkan buat mereka. Minta guidance untuk bisnis. Mereka bukan type menelan semua tawaran bisnis yang disodorkan kepada mereka, tapi tanya Tuhan dulu untuk mengambil keputusan.
10. Ketika ditanya tentang siapa mentor mereka, jawabannya adalah TUHAN
Semoga menjadi inspirasi buat kita...GBU
PENANTIAN PANJANG
Sebelum Natal tiba, biasanya anak-anak kami menjadi "gila". Selama mereka menunggu datangnya Natal, pintu ruang bawah kami selalu terpasang sebuah tanda yang melarang anak-anak kami turun ke bawah. Dan setiap malam, Mama dan Papa selalu menghilang ke bawah. Dan, anak-anak akan mendengar dentuman palu dari ruang bawah. Mereka tahu di bawah sedang dipersiapkan sesuatu untuk Natal, tetapi mereka tidak mengetahui apa yang sedang dipersiapkan. Pada tahun pertama, kejutan yang mereka nantikan adalah sebuah rumah boneka yang ditemukan oleh anak perempuan kami di bawah pohon Natal kami setelah ia bangun tidur. Kami yang membuatnya. Pada tahun berikutnya, skenario yang sama - ruang bawah tanah yang tertutup, orang tua yang selalu lenyap, suara - suara dentuman.. Dan Anda tahu, mereka sungguh-sungguh mengganggu kami dengan keingin tahuan mereka yang besar, ingin tahu apa yang sedang terjadi. Tunggu dulu. tidak boleh sebelum hari Natal. Kemudian, anak lelaki kami yang pertama menerima tempat tempat penyimpan barang / gudang mini yang kami buatkan. Tahun berikutnya - mereka kembali frustrasi untuk menunggu dan tidak mengetahui sesuatu apa pun. Dan pada pagi hari waktu Natal, anak lelaki bungsu kami menerima 'toko serba guna'. Mereka suka sekali - dan masih suka - apa yang kami buatkan untuk mereka. Tetapi, mereka sangat tidak suka menunggu!!!
Sekarang, Dia sedang mengerjakan sesuatu untuk Anda yang pasti Anda sukai, tetapi Anda harus menunggu untuk memperolehnya. Dan itu membuat Anda tidak sabar. Bahkan, Anda mungkin mulai panik dan mempertimbangkan untuk melakukan hal dengan cara Anda daripada menunggu cara Tuhan dan waktuNya. Dengan jutaan hamba-hambaNya, yang sekarang hidup dengan konsekuensi ketidaksabaran mereka, berharap mereka seharusnya menunggu jawaban dari Tuhan.
jelas dikatakan "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya,.." Masalah: waktu Tuhan hampir setiap kali lebih lambat dan lama daripada waktu kita. Tetapi kita semua tahu, bayi yang lahir prematur tidaklah sesehat bayi yang lahir sesuai dengan masanya. Kebanyakan dari kita telah menerima pemecahan masalah yang juga prematur dibandingkan dengan menantikan jawaban dari Tuhan yang sudah direncanakan sepenuhnya.
Mungkin akan lebih mudah bagi Anda jika Anda mengerti mengapa Anda harus menunggu waktu dan rencana Tuhan. Pertama, dalam masa penantian ini, Ia membuat segalanya sempurna. Tuhan akan terus menunggu sampai semuanya siap untuk Anda dan Anda siap untuk itu. jalan-Nya sempurna ". JawabanNya patut dinanti-nantikan, sebab ketika masanya tiba, jawabanNya adalah sempurna dalam segala cara. Sempurna untuk Anda, sempurna untuk orang-orang yang Anda kasihi, sempurna bagi orang-orang yang merasakan pengaruhnya, sempurna untuk sekarang dan sepanjang hidup Anda. Hanya Tuhan saja yang dapat membuat sesuatu itu sempurna - dan itulah yang sedang dikerjakanNya ketika Anda menunggu. Jika anak-anak kami masuk ke dalam ruang bawah tanah dan melihat apa yang sedang kami buat, yah.. semua akan menjadi kekecewaan.
Alasan kedua adalah, dengan menunggu Tuhan membuat Anda semakin kuat. Apa yang kita pedulikan hanyalah hasil, tetapi Dia memperdulikan proses. Dia dapat memberikan apa yang Anda inginkan dalam sekejap, tetapi Anda akan menjadi orang yang sama dan menghancurkan semuanya. Jadi, untuk memperoleh hasil akhirnya, Tuhan membawa Anda untuk melalui sebuah proses yang akan membuat Anda menjadi semakin serupa dengan Kuat. Dan hal itu jauh lebih penting daripada kebutuhan akan jawaban itu sendiri!
Alasan yang lain mengapa Anda menunggu jawabanNya: Tuhan membuatnya luar biasa! Anda mungkin berpikir waktunya telah habis. Tidak akan ada sesuatu yang terjadi dengan waktu yang tersisa! Tuhan sedang merencanakan sesuatu untuk Anda yang akan Anda sangat sukai, dan yang akan membuat Anda lebih mengasihi Dia. Masa penantian merupakan salah satu bagian dari rencanaNya untuk menjadikan apa yang direncanakanNya indah - pada waktuNya. Hal itu sangat patut dinanti-nantikan!
Ron Hutchcraf
Minggu, 17 April 2011
P E N G A M P U N A N
Pada pagi hari tanggal 21 Augustus 2008, Cooper Mardesich yang baru berusia 4 tahun menemani ibunya untuk mengantar kakaknya ke halte bis, hal ini dilakukannya setiap pagi. Setelah bis itu berangkat pergi, Cooper menyeberang jalan dengan sepedanya. Anak tetangganya yang baru berusia 15 tahun mengemudi mobil ibunya dalam perjalanan ke sekolah, karena silau dari cahaya matahari dan kaca mobil yang agak kotor, dia tidak melihat Cooper yang sedang menyeberang jalan dan menabraknya. Walaupun helikopter segera didatangkan dan Cooper dibawa ke rumah sakit terdekat, namun para doktor tidak dapat menyelamatkannya.
Di kamar khusus untuk keluarga yang sedang berduka, ayah Cooper, Ted harus memberitahu kedua kakak Cooper bahwa adik mereka sudah pergi buat selama-lamanya. Cooper yang pada pagi hari masih bermain sepeda dan bercanda dengan kakak-kakaknya sudah tidak ada lagi.
Selang beberapa hari setelah kepergian Cooper, Ted berserta istrinya Sharon bertemu dengan anak yang menabrak Cooper dan keluarganya. Mereka memeluk anak itu, (namanya tidak boleh disingkap karena masih di bawah umur) dan memberitahunya bahwa mereka mengasihinya dan dia adalah bagian dari keluarga mereka. Ted dan Sharon menegaskan pada anak itu bahwa dia telah diampuni.
Ted dengan penuh kesungguhan memberitahu anak itu bahwa dia tidak mau kehidupannya yang baru bermula itu rusak karena kecelakaannya itu.
Saat anak itu disidangkan di pengadilan anak, Ted juga menyempatkan diri untuk hadir. Ted meminta waktu untuk berbicara dan memberitahu hakim bahwa dia mendukung penyelesaian yang disarankan oleh pengacara untuk tidak memenjarakan anak itu sekalipun dia telah membunuh seorang anak kecil dan melakukan kesalahan mengemudi tanpa izin dan asuransi.
Apa yang Ted katakan di sidang itu? Ted memberitahu pengadilan bahwa dia tidak mau anak itu dipisahkan dari keluarganya, dari orang tua dan adik-adiknya. Apakah ada kebaikan yang diperoleh dengan menempatkan seorang pelajar yang baik, yang dikasihi oleh keluarga dan teman-temannya ke dalam penjara seolah-olah dia seorang kriminal? Hal itu tidak akan mengembalikan Cooper. Ted mau mengurangi rasa sakit dan penderitaan akibat dari kecelakaan itu dan menginginkan agar setiap pihak yang terlibat dapat dengan cepat dipulihkan.
Saat Ted selesai dengan ucapannya, kedua pengacara dan hakim turut meneteskan air mata. Mereka memuji Ted dan Sharon atas kasih dan belas asih yang mereka tunjukan, suatu hal yang jarang mereka lihat di pengadilan anak.
Anak itu akhirnya dibebaskan tanpa perlu menjalani hukuman.
Di pengadilan yang lain, di mana Regina Tausinga, ibu kepada anak yang menabrak Cooper diadili atas tuduhan menyebabkan kematian tanpa disengajakan karena mengizinkan anaknya yang di bawah umur untuk mengemudi mobilnya tanpa surat izin mengemudi. Sekali lagi hakim yang memimpin sidang agak kebingungan. Hakim memanggil Ted dan Sharon dan bertanya apakah mereka benar-benar tidak menuntut apa-apa hukuman atau restitusi dari Regina. Ted menjawab bahwa hal itu benar-benar tidak perlu.
Hakim terlihat agak kaget dan berkata, "Oke, kiranya Tuhan memberkati kamu." Dapatkah Anda membayangkan seorang hakim di pengadilan berkata demikian?
Hakim itu melanjutkan dengan berkata, "Hal ini sangat-sangat tidak lazim. Sangat tidak lazim untuk pihak keluarga korban tidak menuntut apa-apa atas kehilangan tragis mereka."
Regina akhirnya diberi kesempatan untuk berbicara. Sambil menangis, Regina memberitahu bahwa dia menyimpan dua foto Cooper di rumahnya. Foto itu untuk memperingatkan dia dan anaknya agar membuat keputusan yang lebih baik di dalam hidup mereka, dan juga sebagai tanda penghormatan bagi Cooper. "Ted dan Sharon telah memberikan kami suatu anugerah yang tidak dapat kami balas. Mereka mengampuni anak saya, dan saya mau berusaha untuk menjadi layak untuk menerima anugerah tersebut."
"Kami akan selama-lama merasa bersalah atas peristiwa yang sudah terjadi."
Adik Ted, Jodi berkata, "Dengan mengampuni, tentunya tidak membebaskan Ted dan Sharon dari rasa sakit. Hati mereka tetap sakit dan sedih setiap kali mereka mengenang Cooper. Namun dengan mengampuni, mereka sedang menjalani kehidupan dalam keadaan yang lebih ringan dan bahagia. Tak terbayangkan penderitaan yang akan mereka rasakan sekiranya mereka memilih untuk bermusuhan dengan Regina dan anaknya yang merupakan tetangga mereka. Peristiwa itu sesungguhnya telah mengeratkan tali persahabatan dan persaudaraan antara kedua keluarga kami."
Hakim mengakhiri sidang dengan berkomentar bahwa apa yang terjadi merupakan suatu penghargaan yang luar bisa bagi Cooper. "Ini adalah suatu kisah yang sangat mengagumkan tentang pengampunan."
Ditulis Oleh : Anny L, Marc Giauque and Courtney Orton
Sumber : http://www.ksl.com/?nid=148&sid=4067523
Langganan:
Postingan (Atom)