Nats : Yoh. 8 : 34 – 43
Dua minggu yang lalu kita sudah
membahas, definisi dari kebebasan sejati bukanlah: aku ingin melakukan
apa, aku bisa melakukannya. Karena kalau kebebasan diidentikkan dengan
hal itu, maka kebebasan tak beda dengan barbar, melakukan apa saja yang
dia inginkan, tanpa ada yang dapat mencegahnya. Padahal bebas bukan
barbar dan barbar bukan bebas. Jadi, apa itu bebas? Menurut Immanuel Kant,
filsuf Jerman, bebas adalah: tatkala aku tak ingin melakukan sesuatu,
aku mampu untuk tidak melakukannya. Kali pertama saya membaca bukunya,
saya sangat terkejut dan salut padanya. Karena faktanya, saat seorang
ingin mulai merokok atau menghisap narkoba, dia bisa memulainya —
sepertinya bebas. Tetapi saat dia ingin berhenti merokok atau menghisap
narkoba, dia tak mampu stop. Begitu juga orang yang ingin pergi ke
tempat pelacuran; berzinah, dia bisa melakukannya. Tapi waktu dia ingin
stop, dia tak mampu stop. Mengapa? Karena orang berdosa hanya punya kebebasan untuk berdosa, tidak punya kebebasan untuk tidak berdosa.
Itu artinya, dia tak bebas. Maka kata Tuhan Yesus Kristus: “dengan
sesungguh-sungguhnya Aku berkata padamu, semua orang berdosa adalah
hamba dosa”: penjudi adalah hamba dari perjudian, penzinah adalah hamba
dari perzinahan, pemabuk adalah hamba dari minuman keras… Sudah puluhan
tahun kita menjadi hamba dosa, siapa yang sanggup membebaskan kita dari
belenggu dosa? Kata Yesus Kristus: “dengan sesungguh-sungguhnya Aku
berkata padamu, jika Anak Allah membebaskanmu, barulah kau beroleh
kebebasan yang sejati”. Dan Puji Tuhan, karena di dunia, ada banyak
orang yang telah diselamatkan; dibebaskan oleh Tuhan Yesus Kristus!
Padahal Pemerintah Singapore ataupun
Amerika menyadari, Pusat Rehabilitasi tak mampu merehabilitasi seorang
dengan sungguh-sungguh. Karena meski seorang berdosa digertak; diancam,
dihukum seberat apapun, dia akan tetap berbuat dosa. Mengapa? Mereka tak
punya kekuatan; tak mampu keluar dari dosa. Sampai orang Kristen
memberitakan kasih Allah, keselamatan di dalam darah Yesus Kristus, dan
Roh Kudus bekerja di dalam dirinya, barulah dia dapat berpaling pada
Tuhan dan menikmati kebebasan sejati. Setiap hari Minggu malam, petugas
kolektan di Mimbar Pemahaman Alkitab dengan bahasa Mandarin di Singapore
adalah orang-orang yang sudah terbebas dari narkoba. Meski dari wajah
mereka masih terlihat sebagai orang yang kurang sehat, tapi sebenarnya,
mereka sudah dibebaskan; dimerdekakan dari belenggu dosa, hidup mereka
juga berubah. Karena hanya kasih Yesus Kristus yang sanggup mengubah
manusia. Sementara manusia sendiri, tak berdaya memperbaiki hidupnya.
Kita hanya bisa berjanji dan berjanji untuk tidak berbuat dosa lagi.
Tapi faktanya tidak klop dengan keinginan kita; apa yang kita inginkan
dan apa yang kita lakukan adalah dua hal yang berbeda. Seratus lima puuh
tahun silam, di Propinsi jiang xi, China, ada seorang
yang sangat pandai. Setiap ujian selalu mendapat ranking satu. Bahkan
saat menempuh ujian di tingkat nasional, juga mendapat ranking. Di satu
segi, dia adalah orang yang otaknya sangat cemerlang, tapi di segi lain,
dia adalah seorang pecandu opium. Suatu hari, saat dia kehabisan uang
untuk membeli opium, sangat menderita, bahkan seperti hampir mati. Dia
melihat satu pengumuman sayembara mengarang di atas pintu kota:
barangsiapa dapat menulis karangan, menganjurkan rakyat tak lagi
menghisap opium. Maka juara pertama akan menerima hadiah sekian, juara
kedua menerima hadiah sekian, juara ketiga menerima hadiah sekian, juara
keempat…. hatinyapun tergoda, pikirnya: mana tahu aku bisa memenangkan
hadiah itu. Lumayan besar jumlahnya. Maka dia pulang, memeras otak,
menulis karangan: negara yang kuat adalah negara yang rakyatnya sehat.
Dan rakyat yang sehat adalah rakyat yang tak menghisap opium. Bangsa
yang tidak menggunakan opium adalah bangsa yang tinggi moralnya. Diapun
menulis satu, dua, tiga, empat karangan, menyoroti pentingnya kesehatan
dari sudut yang berbeda-beda, dan dikirimkan ke pemerintah. Beberapa
minggu kemudian, nama pemenang sayembara diumumkan di tembok kota, dia
pergi ke sana. Dan apa yang dilihatnya? Juara pertama: dia, juara kedua:
dia, juara ketiga: dia, juara keempat: dia. Mengapa satu orang bisa
memborong semua hadiah? Karena orang Chinese punya beberapa
nama, dia menggunakan nama yang berbeda-beda untuk keempat buah karangan
yang ditulisnya, dan empat-empatnya menang. Acara pemberian hadiah,
disaksikan oleh banyak orang, maka saat nama dari juara pertama: Mr. Xi dipanggil, dia maju dan menerima hadiah yang jumlahnya cukup besar. Saat nama juara dua: Mr. Sheng mo dipanggil, dia lagi yang muncul. Saat nama juara ketiga: Mr. Sheng mo xi dipanggil,
dia juga yang maju…. Semua orang tercengang, ternyata semua hadiah
sayembara diborong habis oleh dia; seorang. Tapi dia mendapatkan
semuanya secara sah, dan sempat membuat banyak orang iri sekali
dengannya. Lalu apa yang dia lakukan setelah menerima hadiah? Segera
membeli opium. Karena tujuan dia menulis karangan memang bukan murni
mengajak orang untuk stop menggunakan opium, melainkan mencari uang
untuk membeli opium. Setiap kali saya ingat akan kisah ini, saya
disadarkan akan sifat orang berdosa yang betul-betul bobrok.
Maka semua orang tahu: mana yang baik –
mana yang tidak baik. Tapi faktanya, orang lebih cenderung pada yang
tidak baik, bukan cenderung pada yang baik. Banyak orang mengatakan pada
saya: “pak Tong, sebenarnya, kami tak terlalu suka dengan bapak. Karena
bapak begitu ketat, begitu galak. Tetapi setelah kami amati, bapak
sendiri menjalankan apa yang bapak katakan, tak munafik, tak berbicara
sembarangan. Maka akhirnya kami memutuskan untuk tetap di GRII. Karena
di zaman ini, ada banyak pemimpin yang hanya pandai berbicara, tapi
tidak menjalankan apa yang mereka katakan. Hari ini, apakah kau sudah
menjadikan agamamu sebagai motivator dari moralmu? Sudahkah kau
menjadikan pengetahuan Alkitabmu sebagai hakim yang menghakimi dirimu
sendiri? Saat kau bercermin, melihat wajahmu begitu kotor, apa kau jadi
kesal dan menghancurkan cermin itu? Seharusnya tidak kau lakukan hal
itu. Karena hanya cermin yang jernih, yang dapat memantulkan dengan
jelas akan semua noda yang ada di wajahmu. Jadi, kalau firman yang kau
dengar membuat kau menemukan kelemahan diri, jangan kau membenci firman.
Alkitab mengingatkan: orang yang mendengar firman tapi tidak
menjalankan, sama dengan orang yang bercermin, melihat noda di wajahnya,
lalu pergi; tak membersihkan wajahnya. Waktu Yesus Kristus di dunia,
hidupNya bagai cermin, memantulkan semua kebobrokan manusia. Maka ada
orang yang setelah mendengar khotbahNya, mengakui dosanya dengan
menangis dan bertobat. Tapi ada juga orang yang setelah mendengar
khotbahNya malah membenci Dia, bahkan ingin membunuh Dia. Yoh.8 mencatat
hal ini dengan sangat jelas. Kata Yesus pada mereka: kalau bukan Anak
Bapa di sorga memerdekakanmu, kamu tak akan memperoleh kemerdekaan
sejati. Hai, orang Yahudi, kau kira: dirimu bebas, dirimu berjalan di
dalam kebenaran? Aku memberitahumu, tidak! Meski kamu adalah keturunan
Abraham, tetapi niat yang ada di hatimu hanya satu: membunuh Aku. Jadi,
orang yang ingin membunuh Yesus bukan Yudas, bukan tentara Romawi, bukan
penyamun, melainkan orang Yahudi yang mengaku diri sebagai keturunan
Abraham. Mengapa mereka ingin membunuh Yesus? Karena keberadaan Yesus
telah menjadi ancaman buat mereka, perkataanNya telah membongkar segala
kemunafikan mereka. Maka kata Yesus: “Aku tahu, kamu adalah keturunan
Abraham. Tapi mengapa di hatimu ada niat untuk membunuhKu, niat yang tak
ada di dalam diri Abraham. Karena Abraham merindukan kedatanganKu,
menantikan dengan tekun. Itulah iman dari leluhurmu, tapi imanmu, tak
sama dengan iman leluhurmu. Leluhurmu mencintaiKu, tapi kamu, malah
ingin membunuhKu. Dan masih berani mengaku diri sebagai keturunan
Abraham? Ketahuilah, bahwa kata-kataKu bukan berasal dariKu, melainkan
firman yang BapaKu serahkan untuk Ku sampaikan padaMu. Jadi, BapaKu
menyuruh Aku menyampaikan kebenaran, tapi kamu, ingin membunuh sumber
dari kebenaran. Dengan dasar itulah, Yesus mengatakan satu statemen:
“BapaKu bukanlah bapamu. Karena Aku melakukan hal yang sesuai dengan
maksud BapaKu. Andai BapaKu adalah juga Bapamu, kamu pasti menghargai
apa yang Ku lakukan, kamu pasti menerima firman yang Ku sampaikan dan
menyambut akan perkara yang Ku genapkan bagimu. Masalahnya, Aku
melakukan hal yang Bapa ingin Aku lakukan, kalian malah ingin membunuhKu
— menjalankan perintah dari bapamu. Mendengar itu, orang Yahudi marah
besar: “jadi, menurut Kau, kami ini siapa?” “Aku tahu, kalian adalah
keturunan Abraham. Tapi apa yang kalian lakukan tak sama dengan apa yang
Bapamu lakukan: Bapamu menyukai kebenaran, kamu malah ingin membunuh
kebenaran. Ini menandakan, bapamu bukanlah Penghulu hidup, melainkan
kepala pembunuh”. Mereka menyangkal: “tidak, bapa kami adalah Abraham”
“kalau bapamu adalah Abraham, kamu pasti melakukan apa yang dia
lakukan”. Inilah prinsipnya. Hai orang Kristen, kalau kau mengaku Bapamu
adalah Allah yang melakukan kebenaran, kebajikan, keadilan, kesucian.
Tapi kau, melakukan hal yang najis, yang jahat, yang tak adil, itu
menandakan bahwa kau bukan anak Allah. Bapamu bukan Allah, bapamu adalah
iblis. Mungkin kau mengatakan: mana mungkin begitu, aku ini orang
Kristen yang sudah dibaptis, mana mungkin bapaku adalah iblis? Ingat:
Yudas adalah murid Yesus, tapi dia adalah anak iblis. Itulah yang Yesus
sendiri katakan: “seorang diantara kalian adalah iblis”. Kalau ditinjau:
tubuhnya ada dimana? di tengah-tengah anak-anak Allah. Keanggotaannya
di mana? Di gereja. Peterus, Yakobus, Yohanes…. adalah murid Yesus yang
Dia pilih, Yudas juga murid Yesus yang Dia pilih. Yesus mengajak
murid-murid. memberitakan injil, Yudas juga diajak. Apa beda Yudas
dengan murid-murid lain? Hati Yudas tidak di Kerajaan Allah atau di
pengajaran Yesus, tapi di kas bendahara; ambisinya mendapatkan uang.
Ada sebagian orang yang suka jadi
bendahara gereja. Saya pernah menyaksikan beberapa bendahara gereja,
yang hatinya tidak mengarah pada Tuhan, tapi pada uang. Syukur pada
Tuhan, karena di tahun pertama, di GRII pusat ada seorang bendahara,
yang menyetor uang persembahan gereja ke akun pribadinya. Baru bulan
berikutnya dia transfer ke akun gereja. Jadi, kalau jumlah dana
dicocokkan dengan catatan pembukuan, memang tak ada yang salah. Tapi
kalau diperiksa tanggalnya, terlambat satu bulan. Itu artinya, dia
mengambil dulu bunga dari bulan pertama untuk dirinya. Apakah perbuatan
seperti ini bisa dibenarkan? Tidak, kami langsung memecatnya. Dan dua
puluh tahun ini, ekonomi gereja kita sangat diberkati Tuhan. Karena kita
sudah menemukan seorang bendahara yang sungguh-sungguh jujur dan mutlak
setia. Itu sebab, badan IMF (International Monetery Fund) tak
pernah memilih bendahara secara bebas. Karena saat orang memilih, selalu
memilih orang yang dia kenal atau orang yang kelihatannya baik.
Akibatnya, jabatan bendahara mungkin dikuasai oleh orang yang berambisi
liar dan itu sangat berbahaya. Puji Tuhan! Karena berkatNya, kita dapat
membangun Concert Hall hanya dengan dana tujuh puluh sekian milyar. Padahal Concert Hall di Shen zen dibangun dengan dana lima belas sekian kali lipat dari dana yang kita pakai. Concert Hall di Singapore dibangun dengan dana seratus sekian kali lipat dari dana yang kita pakai. Concert Hall di Bei jing yang
sangat besar itu dibangun dengan dana seratus sepuluh kali lipat dari
dana yang kita pakai. Karena kita tidak mengkorupsi ataupun memboroskan
uang persembahan barang satu peser. Maka kita dapat menggunakan dana
yang paling minim guna melakukan pekerjaan yang paling besar. Jumat
malam, saat pianis Rusia mementaskan Piano Concerto no.1, karya Chopin,
panitia minta bantuan dari perusahaan piano terbesar di Jakarta. Nama
perusahaan itu dicantumkan sebagai sponsor dari acara konser itu. Berapa
harga piano yang mereka pinjamkan untuk konser itu? 1.8 milyar — piano
yang agak kecil, tapi bagus sekali. Waktu saya menonton konser itu,
merasa sayang sekali: pianis Rusia itu dapat memainkan piano dengan
sangat bagus, tapi karena pianonya baru seratus persen, suaranya tak
keluar. Hati saya terketuk, memberi izin mereka kali ini menggunakan
piano kita pada pementasan malam kedua secara free, sebagai tanda persahabatan Indonesia dan Kroasia. Dan memang, kemarin malam, saat pianis itu memainkan Piano Concerto no.2 dari Chopin,
suara piano terdengar begitu indah. Sang pianis senang luar biasa,
terus menerus mengucapkan terima kasih, terima kasih pada saya.
Konduktornya juga mengatakan: “saya sedang mencari piano yang bagus,
tapi sampai sekarang belum mendapatkannya. Bagaimana bapak bisa
menemukan piano yang sebagus ini; jangan-jangan piano ini pernah
digunakan oleh Horowitz” “saya mendapatkannya di New York”
“kalau begitu, saya juga ingin mencarinya di sana”. Padahal piano piano
kita itu bukan piano baru, piano yang sudah berusia 86 tahun tapi
setelah diperbaiki ternyata suaranya bagus sekali. Untuk apa saya
menceritakan semua itu? Memberitahu kalian, orang bisa saja menggunakan
dana segudang untuk melakukan perkara-perkara yang biasa. Contohnya
ukuran dari piano yang dipinjamkan oleh perusahaan piano itu 212 cm,
harganya 1.8 milyar. Tapi ukuran piano kita 274 cm, harganya + lima
ratus dua puluh juta, hanya seperempat dari harga piano baru, tapi
suaranya tiga kali lebih bagus dari piano baru. Mengapa begitu? Karena
Tuhan memberkati orang-orang yang melayani Dia dengan sepenuh hati,
dapat mewujudkan pekerjaanNya yang terindah. Puji Tuhan! Bukan seperti
Yudas, yang secara lahiriah berada di lingkaran murid-murid Yesus, tapi
niat hatinya yang sungguh-sungguh bukan Yesus atau kebenaranNya,
melainkan uang. Karena itu, di matanya tak ada sesamanya, di hatinya
juga tak ada Allah; hanya ada uang. Kalau seorang hanya memikirkan uang
dan uang, semua hal yang dia lakukan dalam hidupnya salah kaparah.
Bahkan demi uang, dia tega menghancurkan interpersonal relationship-nya
dengan sesamanya. Begitu juga orang yang melakukan segalanya demi diri
sendiri, semua yang dia lakukan dalam hidupnya akan salah kaprah. Karena
dia hanya sibuk memperhatikan adakah dirinya dirugikan, dilecehkan,
diejek atau…. Dan akibatnya, tak paranoid overshadow akan semua
kebenaran yang dia dengar dan kewajiban yang seharusnya dia tunaikan.
Begitu juga orang yang melakukan segalanya hanya untuk menyenangkan
orang lain, semua yang dia lakukan juga salah. Kalau kau tanyakan pada
Yudas: “dimanakah kau?” jawabnya: “tubuhku ada di gereja, namaku ada di
deretan nama murid-murid Yesus”. Tapi kalau kau tanyakan lebih lanjut:
“Yudas, dimanakah kau yang sesungguhnya?” “di tangan iblis”. Karena
titik fokus yang dia pandang adalah uang, dirinya, maka yang dia terus
pikiran hanyalah: bagaimana memperalat Yesus untuk meraup uang kas. Itu
sebab, hari ini, saya ingin bertanya pada saudara: “dimanakah kau?”
Pertanyaan pertama yang Allah ajukan
pada orang berdosa yang pertama: Adam. Setelah dia berdosa, pertanyaan
yang tanyakan padanya bukan: apa yang telah kau makan atau apa yang
sudah kau perbuat, melainkan dimanakah kau? Pertanyaan yang menyangkut
posisinya, keberdaannya; statusnya dan hatinya. Karena saat seorang tak
membawa serta hatinya, dimanapun dia berada, keberadaannya tak berarti
apa-apa. Puji Tuhan, Allah begitu memberkati gerakan ini, karena hati
saya seratus persen saya curahkan di gerakan ini. Saya tak peduli akan
sehat-sakit, mati-hidup diri sendiri, tapi sepenuh hati berjuang untuk
gerakan ini. Mengapa? Karena saya tahu dengan jelas: Allah mau memakai
gerakan Reformed Injili untuk mengubah seisi dunia. Puji Tuhan! Dari
mana kita memulainya? Membenahi iman, kebenaran, teologi, doktrin.
Karena semua itu adalah poros. Setelah poros itu mantap, baru melebarkan
sayap ke bidang pedagogik, politik, ekonomi, etika moral, sosiologi….
dan menggerakkan seluruh roda untuk berputar. Tapi kalau porosnya
bergeser, roda akan ambruk. Permisi tanya, dimanakah hatimu: di dalam
Yesus Kristus, di dalam iman kepercayaan yang benar? Itu sebab, tak ada
teguran Yesus pada orang Yahudi yang lebih pedas; tajam dari teguran di
Yoh.8. “Aku tahu, kalian adalah keturunan Abraham, tapi mengapa kalian
ingin membunuhKu — perkara yang tak mungkin diperbuat oleh bapamu?
Karena Abraham mendambakanKu, menantikan kedatanganKu dan berharap
padaKu, tapi kalian, justru membenciKu, bahkan ingin membunuhKu.
Bukankah hal ini membuktikan, bahwa kalian bukan keturunan Abraham?
Statemen Yesus ini lebih menyakitkan dari mencaci-maki orang tua mereka.
Saya yakin, kalau ada orang mencerca papamu, tentu kau akan marah.
Apalagi kalau papamu adalah orang yang baik, tentu kau tak akan
mengizinkan siapapun menghinanya dengan sembarangan. Apa jadinya kalau
orang berani mencerca dia yang kau sembah? Itulah yang membuat orang
Yahudi tak bisa tahan lagi: “kami ini keturunan Abraham” “bukan! Bapamu
bukan Abraham. Kalau bapamu adalah Abraham, kamu pasti melakukan apa
yang dia lakukan”. Hari ini, ada banyak anak yang tak mau meneruskan
pekerjaan papanya. Karena mereka sama sekali tak mengerti hati papa
mereka. Pepatah orang Tionghoa mengatakan: qi shun zi xiao fu xin kuan;
kalau isteri taat dan anak-anak hormat padamu, tentu hatimu jadi
lapang. Tapi kalau mereka memberontak padamu, tentu hatimu susah
setengah mati. Begitu juga hati Bapa kita. Pertanyaannya: sudahkah kita
taat padaNya, mengasihi Dia, sungguh-sungguh melakukan apa yang Dia
ingin kita lakukan? Allah bersaksi tentang Yesus: “inilah AnakKu yang Ku
kasihi, dengarlah akan Dia”. Jadi, mungkinkah anak-anak Bapa berniat
membunuh Dia yang Bapa kasihi? tidak mungkin! Tapi orang Israel? Allah
menyuruh mereka mengasihi Yesus, mereka malah ingin membunuh Dia. Bukan
hal ini membuktikan, bahwa mereka bukan anak-anak Allah. Tapi teguran
Yesus yang jujur itu justru mereka pandang sebagai penghinaan yang
terbesar. Maka setelah mereka mendengar statemen itu, bukan saja hati
mereka tak tergerak, tak bertobat, malah membenci Yesus dan semakin
berniat membunuhNya. Memang di Alkitab tertulis, jangan menegur orang
bodoh. Karena mereka akan semakin hari semakin bodoh dan bahkan
membencimu. Tapi Yesus tetap harus mengatakan statemen itu. Karena Dia
tahu, tak lama lagi, kebudayaan Yahudi akan dibuang. Sementara orang
Yahudi sendiri masih mengira kami adalah anak-anak Allah, tak sadar
bahwa Allah tak lagi memakai bahasa mereka, tapi memakai bahasa Yunani
untuk menuliskan wahyuNya di P.B. Maka mereka tak dapat menerima
statemen Yesus.
Kata Yesus: “Bapamu bukan Abraham. Kalau
bapamu adalah Abraham, kamu pasti melakukan apa yang dia lakukan:
datang padaKu. Biar hari ini setiap kita kembali pada Tuhan dan
mengatakan padaNya: “Tuhan, aku mau membuka hatiku menerima firmanMu
sebagai tuan di hatiku, dan aku, siap jadi hamba yang mentaati semua
perintahMu, melakukan hal-hal yang berkenan padaMu, bukan malah
memperalat atau mengubah-ngubah firmanMu”. Maukah kau? Kiranya Tuhan
menolong kita, mau menerima firman kebenaranNya dengan sungguh, dan
menjalankan kehendakNya dengan jujur. Dua minggu lagi, kita akan
membahas, mengapa Tuhan Yesus terpaksa harus mengucapkan statemen
“bapamu bukan Abraham, juga bukan Allah, melainkan adalah iblis” —
statemen yang sangat tajam dan mengerikan, yang membuat Dia tak mungkin
rekonsiliasi dengan orang Yahudi. Bukankah mereka adalah orang yang
beragama, mengapa mereka disebut anak iblis? Karena agama hanyalah
mereka pakai sebagai tameng, guna menutupi segala keegoisan dan
kejahatan yang mereka perbuat. Statemen Yesus itulah membuat mereka tak
punya pilihan lain, kecuali membunuh Dia. Jadi, orang mengaku diri
mengerti Taurat ini ternyata adalah orang yang melanggar Taurat. Taurat
mengajarkan: jangan bersaksi dusta, jangan membunuh…., mereka malah
bersaksi dusta, berniat membunuh, bahkan membunuh Allah — sangat
mengerikan, bukan? Kiranya Tuhan menolong, menata ulang hidup kita, agar
kita mau taat padaNya dengan sungguh dan selalu memperkenan hatiNya.
(ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah – EL)
Ringkasan Khotbah : Pdt. Dr. Stephen Tong
Sumber : http://www.nusahati.com/2012/11/siapakah-bapamu/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar