Di dalam peperangan rohani, diperlukan kesadaran siapakah musuh, apa siasat Iblis, dan membutuhkan kuasa yang bisa kita andalkan. Tanpa kesadaran ini, Gereja akan bersantai dan tidak menyadari realita yang sedang dihadapinya. Para pendeta hanya sibuk mencari kekayaan bagi dirinya, dan mengejar kenikmatan duniawi, tanpa mengetahui apa yang sedang terjadi secara rohani. Bukan maksud saya gereja tidak perlu mempedulikan kesejahteraan hamba Tuhan, tetapi hamba Tuhan yang tidak pernah dilatih bertahan dalam berbagai kesulitan yang besar, bertahan dan melakukan kehendak Tuhan lebih dulu daripada menikmati hidup, akan sulit menjadi pemimpin rohani.
Roh Kudus turun justru untuk melengkapi orang Kristen mengetahui bagaimana berdiri tegak dan bagaimana menghadapi segala permusuhan yang datang dari luar dan segala kerusakan di dalam gereja. Saya kira, Gereja abad pertama setelah Kristus naik ke sorga mengalami kesulitan-kesulitan yang tidak pernah dialami oleh siapapun di dalam dunia ini. Mereka berhadapan dengan kekuatan-kekuatan yang begitu besar menjepit orang-orang yang tidak memiliki kekuatan secara duniawi sama sekali. Dan pada saat itu, Kristus menjadi teladan. Ketika Yesus berada dalam dunia, Dia tidak memiliki posisi dalam agama, tidak ada kedudukan dalam militer, tidak didukung kekuatan ekonomi, tidak memiliki kuasa politik, dan tidak ada kedudukan apapun di dalam masyarakat.
Yesus seorang diri, tanpa gelar akademis, tanpa pengalaman kepemimpinan di berbagai organisasi, muncul di usia 30 tahun dan berteriak, “Bertobatlah kamu! Karena kerajaan Allah sudah dekat” (Mat. 4:17). Sepanjang tiga setengah tahun Dia dengan berani mengatakan apa yang harus Dia katakan. Sesudah itu tidak ada kesempatan lagi, karena Dia digantung, dipaku di atas kayu salib. Apa yang bisa dikerjakan oleh seorang pendiri agama yang hanya memiliki waktu kerja tiga setengah tahun lamanya? Buddha Sakhiomonis hidup 80 tahun lebih, Konfusius 72 tahun, Laozi 80 tahun, Abraham 175 tahun, Musa 120 tahun, dan Mohammad 62 tahun. Semua pendiri agama paling sedikit mempunyai aset usia yang cukup panjang untuk pelan-pelan mempelopori doktrinnya. Yesus hanya tiga setengah tahun menuntaskan seluruh panggilan dan tugas yang diberikan Bapa kepada-Nya.
Ketika disalibkan Dia tidak pernah menulis sebuah lagu Kristen, belum mendirikan sebuah gedung gereja, belum membuat partai Kristen, belum membentuk militer Kristen untuk berperang. Tetapi apa yang dikerjakan oleh Kristus tidak mungkin dikerjakan oleh semua kuasa militer, politik, masyarakat, ekonomi, atau apapun, karena enam kekuatan yang diandalkan manusia, yaitu kekuatan militer, politik, agama, ekonomi, masyarakat, dan alam menjadi kuasa yang memusuhi Kristus. Gereja sekarang justru mengandalkan semua kekuatan dunia tersebut. Pendeta cari orang kaya, kalau bisa mendapat sekian milyar untuk membangun gereja itu namanya sukses. Semua gereja Amerika menggunakan cara anggaran dan pencarian dana yang sangat berbeda dari prinsip cara kerja Kristus. Saya memelopori sesuatu yang berbeda dengan semua sistem dunia karena saya ingin kita kembali kepada semangat perjuangan Alkitab.
Kristus tidak mengandalkan kekuatan apapun dari dunia ini. Dia hanya mengandalkan Roh yang berada dalam diri-Nya. Peran dan kehadiran Roh Kudus sedemikian penting, tetapi sekarang diajarkan, digembar-gemborkan, diteriakkan oleh orang yang banyak bicara tentang Roh Kudus tanpa mengerti doktrin Roh Kudus. Kita sedang berada dalam kebahayaan yang luar biasa besar. Karena itu, perlu suatu gerakan untuk memperjuangkan kemurnian iman Kristen untuk menegakkan kembali apa yang seharusnya menjadi arus utama (mainstream).
Pada awal abad ke-20 ajaran-ajaran yang salah ini masih di pinggiran menjadi ajaran aneh yang ditertawakan dan dikasihani oleh gereja-gereja arus utama. Tetapi 89 tahun kemudian, ajaran yang salah ini telah memiliki 238 juta anggota di seluruh dunia. Justru dalam jangka waktu yang sama gereja-gereja Protestan, termasuk Methodist, Anglikan, Presbyterian, Brethren, dan yang lainnya merosot luar biasa. Yang tadi kaum marginal, yang di pinggiran, kini telah mengambil alih arus utama. Sementara itu, yang memiliki ajaran yang Orthodox semakin meninggalkan ajarannya dan bergeser ke pinggiran.
Di abad ke-20, selama seratus tahun Eropa menjadi tempat yang paling banyak mengirim misionaris ke seluruh dunia, tetapi sekarang menjadi tempat yang paling gersang, kosong, dingin, dan kering secara rohani. Mengapa? Karena selama waktu itu tidak ada pemimpin yang berteriak untuk kembali kepada Tuhan. Di Amerika Serikat, akhir abad ke-19 Billy Sunday masih berteriak seperti itu, sebelumnya ada D. L. Moody, dan sesudahnya ada Billy Graham. Siapa yang akan meneruskan setelah Billy Graham tidak ada lagi? Banyak Mega Church di Amerika hanya mengumpulkan sisa-sisa jemaat yang pindah dari berbagai gereja. Besar yang mengumpulkan sisa adalah besar yang tidak berarti; sebaliknya, kecil yang tetap bertumbuh tanpa ada batasan, itulah kecil yang menakutkan.
Gereja yang ajarannya salah, semakin banyak anggota harus semakin malu, karena gereja itu mengumpulkan begitu banyak orang, tetapi mereka tidak mendengar khotbah yang baik. Mereka mendapat begitu banyak anggota dan menghentikan mereka untuk menerima ajaran yang benar. Pemimpin gereja seperti ini dosanya berlipat ganda. Itulah cara berpikir antitesis. Bagi saya, jika ada seorang pendeta hanya mendapatkan 20 juta, padahal dia punya kemampuan senilai 100 juta, maka jangan kita menduga dia hanya memberi 2 juta sebagai perpuluhannya. Kita harus menghitung bahwa dia telah memberikan 80 juta. Inilah cara hitung antitesis.
Orang kaya yang memberikan 10 juta, tetapi seharusnya memberikan 1 miliar, maka sekalipun ia sudah bisa memberikan uang besar, tetapi ia sudah pencuri uang Tuhan 990 juta. Sekalipun Anda miskin, jika Anda betul-betul menjalankan kehendak Tuhan, saya akan sangat menghargai Anda dan menjadikan Anda teladan bagi hidup saya. Paulus mengatakan bahwa tidak ada seseorang yang boleh mengganggunya karena di dalam tubuhnya ada tanda salib Kristus. Lama sekali saya merenungkan arti ayat ini. Tidak ada sesuatu yang bisa merayu aku, tidak ada militer yang bisa menakut-nakuti aku, tidak ada kekayaan yang bisa membuatku tergiur. Aku tidak mau tunduk kepada kekayaan, aku tidak akan dirayu oleh perzinahan dan takluk kepada kekuasaan.
Mensius pernah mengajarkan bahwa gentleman (orang agung) memiliki tiga syarat: 1) Waktu kaya dia tidak akan menurunkan derajat moralnya, akan tetap hidup suci. 2) Waktu miskin dia tidak akan berubah atau goncang sedikitpun fondasi karakter, watak, dan moralnya. 3) Waktu ditakut-takuti oleh militer dengan kuasa sebesar apapun, dia tidak akan berkompromi. Hari ini, begitu banyak orang yang sudah lulus sekolah theologi masih menjadi little man (orang kerdil), karena yang selalu dibicarakan adalah keuntungan, muka sendiri, gengsi diri, dan selalu memikirkan manfaat bagi diri sendiri. Itu sebab saya sangat berharap boleh membangkitkan sekelompok orang yang benar-benar mengutamakan Kristus, merindukan kemuliaan Kristus, mengutamakan Injil, mengutamakan hidup suci, mengutamakan peperangan rohani dengan setan tanpa kompromi. Orang-orang seperti ini yang akan mengubah dunia. Inilah misi dari Gerakan Reformed Injili.
Saat ini begitu sedikit hamba Tuhan dan orang Kristen yang sungguh-sungguh mau memikirkan peperangan rohani yang sejati, mau berperang melawan Iblis, melawan dosa, tanpa kompromi. Begitu banyak orang Kristen dan hamba Tuhan yang bergelar tinggi, tetapi ketika harus berkorban atau mengalami kesulitan sedikit saja sudah marah-marah kepada Tuhan. Itukah utusan Kristus? Kalau ujian dapat nilai A, tetapi ketika diminta memikul salib, langsung lari. Yesus berkata, “Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala” (Mat. 10:16). Peperangan seperti ini sangatlah berat dan tidak mudah. Serigala adalah binatang yang sangat kejam terhadap domba. Domba itu akan dicabik-cabik sebelum sempat berteriak, lalu dihabisi perlahan-lahan. Tuhan Yesus tidak pernah menyediakan segala kenikmatan dan fasilitas bagi Petrus untuk pergi memberitakan Injil. Inilah cara kepemimpinan yang saat ini dibuang oleh semua perusahaan dunia. Maka sulit tampil pemimpin-pemimpin yang berkarakter kuat. Demikian pula di dalam Kekristenan.
Di dalam film “Yesus” yang diberitakan oleh Campus Crusade for Christ ada satu kalimat yang sangat menggerakkan saya, yaitu, “Christianity starts with a very humble beginning.” Kristus dilahirkan di palungan. Ia telah berjuang dan bekerja dengan begitu berat, hingga naik ke kayu salib. Orang seperti inilah yang mempunyai kekuatan dan bersyarat penuh untuk boleh memberikan perintah agar engkau pergi ke seluruh dunia untuk memberitakan Injil.
Saya berani mengutus orang, saya berani meminta orang bekerja berat, sebab saya telah menjalankan itu di sepanjang hidup saya ini. Saya telah memeras hidup saya sedemikian rupa, dan betul-betul menjepit setiap menit hidup saya. Paulus berkata kepada jemaat, “Teladanilah aku seperti aku meneladani Kristus” (1 Kor. 11:1). Kini Stephen Tong berkata, “Bekerjalah dan berjuanglah sekuat mungkin demi peperangan rohani, jangan santai!” Orang yang terus duduk di sofa yang empuk dan nyaman akan mudah jatuh tertidur. Gereja bertumbuh justru ketika mengalami salib dan sengsara Kristus. Kesulitan-kesulitan besar memberikan kemungkinan untuk gereja bertumbuh. Peperangan rohani di dalam iman kepercayaan sangat dibutuhkan oleh gereja-gereja masa kini. Kiranya Tuhan berkenan memakai kita untuk turut berperang di dalam misi Kerajaan-Nya. Amin.
Oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong
Sumber : http://www.buletinpillar.org/transkrip/the-battle-of-the-ages-bagian-3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar