Di bagian pertama dari Yoh.10 Yesus
berkata: Aku adalah pintu. Tekanan utamanya: Aku adalah Dia yang kekal.
Sama seperti jawaban Allah pada Musa saat dia bertanya, siapakah namaMu,
agar aku bisa menjawab orang-orang yang bertanya padaku, siapa yang
mengutus kau: “I am who I am, Aku ini self exist, ada
dari kekal sampai kekal”. Mengisyaratkan bahwa Allah tak mengenal:
kemarin, sekarang atau yang akan datang. Karena Dia adalah Pencipta
waktu, Dia tak dikendalikan oleh proses waktu — satu konsep yang tak
pernah ada di semua agama, filsafat ataupun kebudayaan manusia yang
berada di dalam proses waktu: punya hari kemarin yang sudah berlalu,
punya hari esok yang belum datang, punya masa sekarang yang sebentar
lagi akan berlalu. Hanya Allah yang ada di atas waktu, kekal, self exist dan selama-lamanya tak akan berlalu. Contoh: kalau saya naik pesawat dari Semarang ke Palembang. Tak lama setelah take off,
saya bertanya pada pilot: “sekarang kita berada di mana?” Jawabnya:
“Semarang, sudah lewat, Jakarta, di bawah kita, Palembang, belum tiba” —
statemen itu bisa disalah-mengerti oleh orang-orang yang tak di atas
pesawat: orang Semarang berang waktu mendengar statemen Semarang sudah
lewat pasti dan menimpali: apanya yang lewat, Semarang masih ada. Begitu
juga dengan orang Jakarta, waktu mendengar Statemen: Jakarta ada di
bawah kita tentu akan protes: apa maksudmu, Jakarta ada di bawahmu?
Orang Palembang yang paling tak terima: mengapa kau mengatai kami belum
tiba? Padahal apa yang dikatakan pilot itu tidak salah. Mengapa? Karena
dia mengatakannya di atas pesawat yang terbang dengan kecepatan tinggi.
Sementara orang-orang yang ada di kota-kota itu melewati hidup mereka di
dalam proses waktu yang sangat lambat bila dibandingkan dengan waktu
tempuh pesawat.
Kalau diteruskan, mau tak mau harus menyinggung teori Relativisme dari Einstein. Apakah Relativisme yang paling kontras? Allah yang kekal vs proses
waktu di dalam dunia ciptaan. Seperti yang Alkitab katakan: bagi Allah,
seribu tahun sama dengan satu hari, satu hari sama dengan seribu tahun.
Jadi, siapakah kita? Orang yang lahir puluhan tahun silam, yang
sekarang ini masih hidup, dan berapa tahun atau berapa puluh tahun lagi
akan mati. Setiap tahun saat saya bercermin, selalu menemukan diri
semakin dan semakin tua; paras ganteng di masa muda semakin sirna. Tapi
kalau tahun ini saya tak mau berfoto, tahun depan pasti lebih jelek
lagi. Karena kita memang berada di dalam proses waktu. Bukan Allah yang
ada dari kekal sampai kekal — statemen yang Yesus pakai di dunia, saat
Dia memproklamirkan diriNya. Masalahnya: orang Ibrani tahu, hanya Allah
yang boleh mengatakan statemen itu, maka ketika mereka mendengar Yesus
memperkenalkan diri dengan statemen itu, terjadilan pergolakan dalam
konsep mereka: Kau ini orang Galilea; orang Nasaret, berani-beraninya
Kau mengatakan: Aku adalah pintu, Aku adalah kebenaran, Aku adalah
jalan, Aku adalah kebangkitan, Aku adalah hidup, Aku adalah hidup kekal —
statemen statemen yang mengisyaratkan diriNya adalah Allah yang kekal,
yang masuk ke dalam sejarah manusia. Injil Matius, Markus, Lukas memang
tidak mengangkat proklamasi-proklamasi Yesus itu secara jelas. Tapi
Yohanes, menegaskan kebenaran yang kekal dan sangat penting, yang
menyatakan Yesus Kristus adalah Allah. God is not a truth or the subject disoursed by men. He is the subjectivity of the truth in person.
Pada waktu Yesus mengatakan: “Aku adalah pintu”, Dia mengacu pintu yang
membawa manusia memulihkan relasinya dengan Allah yang sudah terputus.
Siapakah orang pertama yang menyinggung soal pintu yang menghubungkan
Allah dan manusia? Yakob. Setelah dia melarikan diri dari Esau, malam
harinya dia bermimpi, dan saat bangun dia berkatakan: “inilah pintu
sorga, inilah Bait Allah”. Jadi, kali pertama Alkitab menyebut Bait
Allah, tak ada sangkut pautnya dengan bangunan. Maka sebutan Bait Allah
bukan mengacu pada bangunan Bait Allah; gereja yang terbuat dari tanah,
batu, besi beton…. Karena kata Paulus: “kamu adalah Bait Allah”, karena
Allah tinggal dalam kita. Hari ini, orang-orang Karismatik mempercayai
satu tahayul: semua benda yang ada lukisan atau ukiran bermotif naga itu
setan, harus dihancurkan. Apakah yang salah dengan konsep ini?
Mematerialisasikan setan, roh jahat. Padahal, setan suka diam di dalam
hati, tubuh manusia, bukan bersembunyi di piring, guci…. tapi
orang-orang Karismatik dan Little Flock, begitu melihat benda
yang bermotif naga langsung merobek, memecahkan atau membuangnya. Tapi
kemudian terjadi dua perkara yang membuat mereka mengalami Schizophrenic.
Karena di atas uang 50 dollar Singapore versi lama terdapat gambar
naga. Lalu apakah mereka juga merobeknya? Tidak, mereka simpan dan
gunakan, tanpa menyinggung soal setan. Begitu juga waktu mereka
menginjili di Kalimantan, menghancurkan semua benda yang bermotif naga.
Tapi ketika mereka menemukan, ada banyak orang dayak yang mau percaya
Yesus itu tubuhnya ber-tatoo naga, apakah mereka juga menguliti
orang-orang itu? Tidak. Memberi mereka pakaian guna menutupi tatoo
naganya.
Jadi, iman kepercayaan atau interpretasi Alkitab yang salah memang dapat membuat seseorang jadi Schizophrenic,
karena imannya tak konsisten. Dan seharusnya, kebenaran bukan
membelenggu tapi membebaskan manusia. Tapi saat Yesus yang adalah Allah
jadi manusia, manusia tak dapat menerima. Suatu kali, di sesi tanya
jawab, ada orang yang mengajukan pertanyaan: mengapa orang Kristen menjadikan seorang manusia sebagai Allah, hanya karena Dia bisa melakukan mujizat?
Saya mengawali jawaban saya dengan statemennya: “apa? hanya karena Dia
bisa melakukan mujizat, bisakah kau melakukan mujizat? Tak mungkin.
Karena mujizat hanya dapat dilakukan oleh Allah; mujizat adalah tanda
yang membuat manusia mengenali bahwa Dia (yang melakukan mujizat itu)
adalah Allah. Sayang, setelah Yesus melakukan mujizat dengan begitu
nyata di depan mereka, mereka tetap tak mengenali bahwa Dia adalah
Allah. Ingat, saat seorang berpendapat: “Allah tak mungkin jadi manusia”
dan menjadikan pendapat itu sebagai imannya, dia tak mungkin menerima
Yesus sebagai Juruselamat pribadinya. Demikian juga orang yang mengira
setan bersembunyi di dalam bejana; mencampur-aduk roh dengan materi, dia
akan menghancurkan benda peninggalan budaya. Karenanya orang Yahudi tak
dapat menerima Yesus Kristus yang adalah Allah datang dengan tubuh
jasmani; firman jadi manusia yang berdarah-daging. Karena di mata
mereka, Yesus adalah anak Maria, tukang kayu dari Nasaret. Mengapa Dia
berani mengatakan: “Aku adalah pintu” yang menghantar manusia datang ke
hadirat Allah, “Aku adalah Bait itu, hancurkanlah, dan Aku akan
membangunnya kembali dalam tiga hari, “Aku adalah jalan”, “Aku adalah
kebenaran”, “Aku adalah hidup”, “Aku adalah kebangkitan”, “Aku adalah
hidup kekal” —- statemen-statemen yang tak boleh terlontar dari mulut
manusia, yang hanya boleh dikatakan oleh Allah, guna menyatakan sifat
ilahiNya. Di ay.1-10 Yesus memploklamirkan diri: 1. Aku
adalah pintu… Barangsiapa siapa tak masuk lewat pintu pintu, dia adalah
pencuri; perampok. Mengapa Yesus mengucapkan statemen ini?
Karena orang Yahudi percaya, Allah akan
mengutus Mesias datang. Siapakah Mesias? Di zaman Yesus, ada empat jenis
konsep teologi Mesias: 1). Konsep orang-orang yang pulang dari
penawanan di Babel. 2). Konsep pedagang Yahudi yang tersebar di kerajaan
Gerika dan kerajaan Roma. 3). Konsep para scholar di Aleksandria, di Mesir. 5). Konsep para scholar di
Yerusalem. Memang konsep detail masing-masing aliran itu berbeda, tapi
prinsip dasarnya sama: Mesias pasti punya sifat militer, politik, balas
dendam, kebangsaan. Keempat konsep ini membelenggu mereka, membuat
mereka siang-malam berseru seru: datanglah Mesias, selamatkan negera
kami, kalahkanlah tentara Roma, pulihkanlah tahta Daud, tingkatkanlah
martabat bangsa kami.
Ironisnya: ketika Mesias sejati datang, mereka justru berkata: Dia tak sama dengan Mesias yang ada di konsep kami, salibkan Dia.
Benarkah Yesus Kristus itu Mesias? Ya. Apakah Dia Penyelamat; Penebus?
Ya. Penyelamatkan yang bagaimana? Kata Malaikat pada Yusuf: “Maria akan
melahirkan seorang anak, namailah anak itu Yesus. Karena Dia akan
menyelamatkan bangsaNya dari dosa”. Jadi, siapakah yang Yesus
selamatkan? Orang Israel mengira: kamilah yang akan Dia selamatkan. Tapi
kehendak Allah berbeda: menyelamatkan semua umatNya. Maka kata mereka
“kalau Kau bukan datang untuk menyelamatkan bangsa kami, menyingkirlah
dari kami”. Apakah Yesus memang berperang? Ya. Tapi Dia bukan berperang
dengan manusia, melainkan memimpin manusia berperang dengan setan,
pesuruh setan dan kuasa kegelapan. Maka di mata orang Yahudi, Yesus yang
sampai mati tak punya bala tentara, juga tak mengalahkan kerajaan Roma.
Apalagi Yesus selalu berbicara tentang kasih, tak pernah menyemangati
bangsaNya bangkit melawan kerajaan Roma, maka Dia bukanlah Mesias yang
kami mau. Apa maksud dari semua kejadian ini? Manusia menantikan Mesias,
tetapi konsep Mesias mereka sama sekali berbeda dengan Mesias yang
Allah karuniakan.
Yesus berkata: “semua yang datang
sebelum Aku adalah pencuri, perampok”. Siapa sih yang Yesus maksudkan?
Ternyata setelah kitab Maleaki selesai ditulis; lengkaplah Kitab P.L.,
ada tenggang waktu empat ratus tahun, dimana Allah tak mengutus nabi ke
tengah-tengah bangsa Israel, membuat mereka jadi bangsa yang sangat
kasihan, gagal total secara: 1. Agama, Bait Allah dibakar oleh musuh. 2. Negara, mereka ditawan ke Babel, ke Assyria. 3. Bangsa,
keturunan mereka bukan bangsa Yahudi yang tulen. Karena banyak dari
antara mereka yang kawin campur dengan bangsa kafir, dimana mereka
ditawan. 4. Raja mereka: Herodes, juga bukan bangsa
Israel, melainkan bangsa Edom. Karenanya bangsa Israel sangat
mengharapkan kedatangan Mesias untuk menyelamatkan mereka, tapi saat
Mesias yang Allah utus tiba, mereka tak mengenaliNya, karena Dia begitu
berbeda dari konsep Mesias yang mereka punya. Bahkan sebelum Yesus
datang ke dunia, sudah ada dua ratus sekian orang yang mengaku-ngaku
diri sebagai Mesias. Padahal palsu. Itu sebab, Yesus harus mengatakan
statemen ini: “semua yang datang sebelum Aku adalah pencuri, perampok”.
Memang, bangsa Israel dapat mengenali para mesias palsu itu, tetapi saat
mereka menyamakan Mesias sejati sebagai Mesias palsu bahkan menyalibkan
Dia. Mereka telah melakukan kesalahan terbesar, kegagalan agama
terbesar di sejarah: membuang Yesus. Tapi Alkitab memang sudah sejak
dini menubuatkan: batu yang dibuang oleh tukang batu itu ternyata adalah
batu penjuru. Orang Yahudi menolak Yesus, tapi Allah menjadikanNya
sebagai dasar gereja. Dan orang-orang yang dapat menerobos sifat manusia
Yesus menemukan sifat IlahiNya, mereka dapat mengenali mujizat yang Dia
lakukan menandakan Dia adalah Allah. Tapi ternyata, diantara pemimpin
agama Yahudi, hanya ada satu orang, yang datang menemui Yesus dan
berkata: “kami tahu, kalau Allah tidak menyertaiMu, tak ada seorang
dapat melakukan mujizat yang Kau lakukan”. Siapakah yang mengatakan
statemen itu? Nikodemus. Jadi, pemimpin agama Yahudi yang punya hati
nurani menemukan: Yesus adalah Allah. Tapi yang tak punya hati nurani,
justru menjadi sombong karena posisi mereka di bidang agama, mereka
berani menolak, menentang bahkan menganiaya Dia. Selain Nikodemus, di
injil Yohanes masih terdapat seorang Yahudi yang dapat mengenal: Yesus
memang berbeda. Padahal dia dan Nikodemus, bukan murid yang Yesus
panggil, Nikodemus adalah wakil dari orang yang berkedudukan tertinggi
di bidang agama. Dan orang ini berasal dari lapisan masyarakat
terrendah: orang buta yang matanya dicelikkan (Yoh.9). Katanya: “kami
tahu, kalau Dia tak diperkenan Allah, mana mungkin Dia mencelikkan mata
orang yang buta sejak lahir? Satu perkara yang tak pernah terjadi, sejak
dunia dicipta. Jadi, hanya Nikodemus dan orang buta itu yang dapat
mengenali dengan sungguh: Yesus adalah Mesias. Tapi mendengar statemen
orang buta itu, mereka bukan saja tak terketuk hatinya, malah menegur
dia: kau yang lahir sebagai orang yang total berdosa berani mengajari
kami? Lalu mengusirnya dari rumah ibadah. Itulah yang di kemudian hari
dituliskan oleh Richard Niebuhr: mengapa orang Yahudi menyalibkan Yesus? Karena mereka tahu, keberadaan Yesus adalah ancaman terbesar bagi kebudayaan Yahudi.
Kalau mereka membiarkan Yesus terus
hidup, kebudayaan Yahudi pasti punah. Tapi kalau mereka mau
mempertahankan kebudayaan Yahudi, Yesus harus dienyahkan. Dan mereka
memilih opsi kedua: menyalibkan Yesus. Karena sangka mereka, setelah
Yesus mati, pengikutNya juga punah. Tapi apakah faktanya memang seperti
itu? Tidak! Pekerjaan Allah tak akan pernah berhenti. Barangsiapa berniat menentang Allah, dialah yang punah,
bukan Anak Allah. Hal kedua yang Yesus kemukakan di Yoh.10, “Aku adalah
gembala yang baik”; Aku adalah Gembala Agung dari domba-dombaKu. Apa
sih yang Dia maksudkan? Dia memberitahu kita: siapa itu dombaNya? Domba
yang mengenali suaraKu. Karena domba yang bukan milikKu tak mengenali
suaraKu. Yesus Kristus sama dengan Yohanes pembaptis dalam hal: Yohanes
pembatis mengumandangkan suara pertobatan di padang gurun, Yesus Kristus
mengumandangkan suara Allah yang kekal di dunia. Barangsiapa mendengar
dan mau taat, dia adalah dombaNya.
Barangsiapa mendengar tapi tak mau taat,
dia bukan dombaNya. Dan kataNya: gembala yang baik menyerahkan nyawa
bagi dombanya. Puji Tuhan, relasi kita dengan Allah terjalin, karena
Yesus menyerahkan nyawa dan membawa kita jadi domba Allah, lalu Dia
memimpin kita dan menggembalakan kita, membimbing kita. Permisi tanya,
apakah kita ini milik Kristus dan dengan dasar apa kita menjadi
milikNya? Ingat: bukan karena kita yang memilih Dia, maka kita jadi
milikNya. Karena kata Yesus: “bukan kamu yang memilih Aku, Akulah yang
memilih kamu”. Allah selalu berinisiatif, Dia tak pernah pasif. Dengan
dasar apa kita jadi dombaNya? Karena Dia telah menyerahkan nyawaNya,
menumpahkan darah untuk menebus kita. Puji Tuhan. Hari ini kita jadi
anak-anakNya, bukan karena jasa atau syarat kita, melainkan karena Dia
yang terlebih dulu mengasihi kita, mencari kita, mencurahkan menyerahkan
jadi korban penebusan bagi kita. Puji Tuhan! Maka hari ini, biarlah
kita jadi orang yang yang datang ke hadiran Allah lewat Dia, mengenal
Dia adalah Juruselamat yang mati bagi kita dan membubuhkan meteraiNya,
menandakan bahwa kita adalah milik yang telah Dia beli dengan darahNya
yang kudus.
Di Yoh.10 ini, Yesus juga
memploklamirkan diri: Gembala yang baik. Sekaligus mengungkap akan dua
jenis pekerja: a. Gembala. b. Orang upahan. Siapakah orang upahan? Orang
yang bekerja demi uang. Siapakah gembala? Orang yang menggembalakan
domba dengan kasihNya. Kemarin seorang tamu berada di sini sampai + jam
22. 00, dia bertanya pada saya: “mengapa sudah selarut malam ini, masih
ada orang yang bekerja di office gereja?” Jawab saya: “kami
punya banyak rekan-rekan kerja yang bekerja tanpa memperhitungkan waktu
dan upah. Apa maksudnya, orang yang bekerja demi uang, datang ke office jam
9.00 dan pulang jam 17.00, tak mau tahu apa-apa. Tetapi orang yang
bukan bekerja demi uang, saat ada kesempatan melayani Tuhan lebih
banyak, tentu tak akan hitung-hitungan. Meski mungkin dirinya mengalami
kesulitan ekonomi, atau tak punya banyak uang juga tidak dia
permasalahkan. Saya tak pernah melihat seorang ibu berkata pada anaknya:
“karena uang belanja yang ayahmu berikan bulan ini sedikit, maka aku
tak akan mengurusmu” atau “sekarang jam 16.00, aku mau istirahat, kau
main sendiri saja” atau “kalau kau sakit, cari saja orang untuk
menemanimu ke dokter, aku mau pulang”. Karena orang yang mengatakan
perkataan-perkataan seperti itu adalah pembantu, bukan ibu. Jadi, mana
boleh kita menurunkan derajat diri sendiri? Saya berani mengatakan semua
ini, karena saya melakukan lebih banyak pekerjaan, lebih berjerih lelah
dari kalian semua. Seorang pendeta pernah bertanya pada saya: “are
you the pastor of this churh?” “yes” “are you desain this building?”
“yes” “are you conduct the orchestra?” “yes” “are you also teaching and
preaching to the congregation?” “yes” “how could it be?” “it be”;
itulah fakta yang ada. “berapa banyak honor yang mereka berikan padamu?”
“honor? Saya bukan orang upahan, saya adalah gembala. Dan semua yang
saya lakukan adalah pekerjaan Tuhan. Karena setiap kali mengadakan
konser harus menombok begitu banyak dana. Jadi, apa salahnya kalau saya conduct sendiri
dan tak mengambil barang satu peserpun. Bukan saja demikian, bahkan
delapan puluh persen dari honor saya, saya pakai untuk pekerjaan Tuhan. Karena
di sejarah dunia, tak pernah ada orang yang mengasihi Tuhan mati
kelaparan, juga tak pernah ada orang yang menjadi miskin karena memberi
persembahan. Karena Allah yang kita sembah, adalah Allah yang
hidup dan yang sejati, amin? Kata Paulus, “kalau ada orang cinta Tuhan,
Tuhan tahu orang itu”. Dan lanjutnya: “kalau ada orang tidak cinta
Tuhan, dia pantas dikutuk”. Hari ini, di dalam gereja terdapat ada dua
macam orang, dua macam pendeta, penginjil, dua macam majelis, penatua:
yang satu punya kasih, melayani dengan senang hati. Yang lain, kalau tak
mendapat nama, profit…., tak mau menunaikan tugasnya.
Kata Yesus Kristus: Aku adalah gembala
yang baik, bukan orang upahan. Orang upahan bekerja demi uang, maka saat
upahnya kurang, dia akan kabur. Saat srigala, singa datang, mengancam
keselamatan domba-domba yang dia gembalakan, dia tinggalkan kawanan
domba itu dan kabur. Tapi tidak demikian dengan gembala, waktu srigala,
singa datang, dia tak akan membiarkan binatang buas itu mencabik-cabik
dombanya. Itulah yang Daud katakan pada raja Saul: “waktu singa datang
memangsa domba, aku merebut domba itu dari mulutnya dan membunuhnya”.
Karena dia mengasihi kawanan dombanya. Mengapa ada banyak gereja yang
harus tutup pintu? Karena ada banyak sekolah teologi yang memproduksi orang upahan bukan gembala. Banyak
orang studi teologi, bukan mau melayani Tuhan, melainkan ingin mendapat
gelar, punya pekerjaan yang baik, yang meningkatkan martabat dirinya di
tengah masyarakat. Tapi saya memberitahu anda, yang ingin
melayani di GRII, pada awalnya, honormu pasti lebih sedikit dan
pekerjaanmu pasti lebih berat dibandingkan di gereja lain. Allah akan
mengujimu selama beberapa tahun, melihat dimanakah hatimu, relakah kau
menderita bagiNya, maukah kau memikul salib? Karena hanya orang-orang
yang seperti inilah seumur hidup jadi hamba Tuhan yang baik. Mana
mungkin Kristus; Gembala Agung kita meninggalkan kawanan dombaNya?
Itulah yang Yesus perlihatkan pada saat Dia ditangkap, kataNya: “kalian
datang untuk menangkap Aku, bukan? Biarkan mereka pergi”. Karena Dia
memang mengasihi murid-muridNya, bukan memikirkan diri sendiri. Itu
sebab, marilah kita minta Tuhan menolong kita, agar semua orang di GRII
bukan jadi orang upahan, melainkan meneladani Kristus, rela menyangkal
diri, memikul salib, karena mengasihi kawanan domba. Dengan begitu,
berkat Tuhan buat GRII akan semakin hari semakin besar. Tahun lalu,
Tuhan memberi kita kesempatan untuk menginjili enam ratus delapan puluh
sekian ribu orang, menandakan hamba-hamba Tuhan di gereja ini telah
melakukan banyak pelayanan. Tapi kalau kau tanyakan pada mereka: “apakah
kalian merasa sukacita?” Tentu akan dijawab: “sangat bersukacita.
Karena ternyata, Tuhan mau memakai kita sedemikan rupa, membawa berkat
bagi sekian banyak remaja”. Dan sukacita seperti itu tak mungkin dapat
kita beli dengan uang. Waktu kita memasukki tahun yang baru ini, tentu
diperhadapkan dengan tantangan yang lebih besar, kita harus membayar
harga yang lebih besar. Apa jadinya kalau karena keterbatasan kita, tak
mampu mewujudkan rencanaNya? Berdoa, minta Tuhan bangkitkan lebih banyak
orang. Kemarin, kita mempersembahkan tempat ibadah yang baru di
Cibubur. STEMI ingin membantu dua ratus juta rupiah. Seorang majelis
Kelapa Gading berkata: “dulu, STEMI pernah memberi bantuan tiga ratus
juta untuk kami, sekarang kami mau mengembalikan enam ratus juta rupiah”
“saya akan mengalihkannya pada yang lain”. Mereka senyum-senyum. Karena
mereka melakukan semuanya dengan senang hati, meski tak mendapat
balasan juga tak masalah. Karena setelah seorang digerakkan oleh kasih
Tuhan, dia akan menggerakan lebih banyak orang dengan kasihNya. Dan
kalau setiap orang yang punya kasihNya juga punya jiwa gembala,
pekerjaan Tuhan akan terus berkembang. Puji Tuhan! Kiranya Tuhan
memberkati kita.
(ringkasan ini belum dipe riksa oleh pengkhotbah – EL)Oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong
Tidak ada komentar:
Posting Komentar