Nats : Yoh. 10 : 11 – 19
Minggu lalu kita sudah membahas
statemen Yesus Kristus: “Aku datang untuk member hidup bahkan hidup
yang berlimpah”. Kalimat yang tak mungkin diucapkan oleh Socrates,
Confucius, Sakyamuni…. Rabi Hillel dan… tokoh-tokoh agama, filsafat,
kultur dan sastra yang agung. Karena kekristenan memang
menyajikan sesuatu berbeda dengan pembahasan filsafat: bijak vs
bodoh, pembahasan agama: baik vs jahat, pembahasan ilmu pengetahuan:
benar vs salah. Kekristenan membahas mati kekal vs hidup kekal
(Yoh.3:16). Maka kita datang kepada Tuhan bukan dengan
syarat-syarat yang orang berdosa perkirakan dapat memperkenan Dia,
melainkan dengan iman. Karena di Yes.64 tertulis, di mata Tuhan,
kebajikan kita bagai pakaian compang-camping. Konon, saat seorang
kaya sampai di sorga, pintu tertutup baginya. Seorang malaikat
bertanya padanya: “mengapa kau di sini?” “saya ingin masuk.
Karena saya adalah orang baik” “orang baik?” “ya, saya pernah
memberi dua dollar pada orang miskin” “kalau begitu, saya
kembalikan saja dua dollarmu untuk beli tiket ke neraka”. Karena kita
memang wajib berbuat bajik, bukan malah untuk mendapat perkenanan
Tuhan.
Without faith, no one can please God.
Lalu apa itu iman? Iman tak memberi tempat bagi jasa, hanya
bersandar pada anugerah Allah dalam Kristus. Dan kata Yesus: “Aku
datang untuk memberimu hidup, bahkan hidup yang berlimpah”. Hidup
dan hidup berlimpah adalah dua hal yang berbeda. Maka, orang
yang sama-sama hidup, ada yang terus minta dilayani —hidup yang
miskin, ada yang meski dirinya punya banyak kesulitan, tetap punya
kekuatan dan waktu menolong banyak orang — hidup yang berlimpah.
Saya harap, jemaat GRII bukan melalui hidup yang miskin, tapi
hidup yang berlimpah.
Suatu hari, seorang yang usianya
hampir sembilan puluh tahun bertanya pada saya: “kau lihat orang yang
duduk di kursi roda itu? mana yang lebih bahagia: yang mendorong
atau yang didorong?” “saya kira, yang mendorong lebih bahagia.
Karena meski dia miskin, masih muda sudah harus bekerja berat,
mendorong kursi roda. Tapi selesai kerja, dia dapat berjalan ke
sana-sini dengan bebas. Sementara orang yang didorong, meski kaya,
saat orang yang mendorong dia tak bersamanya, dia tak bisa ke
mana-mana”. Itu sebab, kalau saya menanyakan pada seorang:
“bisakah kau melakukan tugas ini?” dan jawabnya: “saya tak punya
waktu”, saya tahu, hidupnya miskin. Karena setiap kita memang
sangat sibuk. Tapi di dalam kesibukan rutinmu masih adakah waktu,
uang, bakat yang kau sisihkan untuk menolong sesama? Orang yang
hidupnya miskin selalu malas, melempar kesulitannya pada orang
lain. Tapi orang yang hidupnya berlimpah selalu sanggup carries on others’ problems.
Bagai seorang ibu, selain harus membereskan rumah, mengurus diri,
melayani suami, masih punya waktu untuk setiap anaknya. Ada sebuah
buku yang menyaksikan kehidupan ibunda John Wesley: punya delapan
belas orang anak. Tapi saat dia mengajarkan sesuatu yang penting
pada anaknya, dan menemukan, misalnya anaknya yang ketiga, ketujuh dan
kedelapan-belas tak di sana, dia akan mencari waktu lain untuk
ketiga anak itu, mengulang apa yang dia tuturkan pada anak-anak
lain. Karena dia tak mau satu anaknya mengalami hal buruk, karena
tak mendengar nasehatnya. Sungguh, saya sangat mengagumi orang
kuno, meski anaknya banyak, dapat mengurus dengan baik. Tak
seperti mama-mana zaman sekarang, baru punya satu anak sudah repot,
punya dua anak mulai ngomel, punya tiga anak sudah sangat lesu,
punya empat anak serasa hampir bunuh diri. Karena fokus hidupnya
adalah diri sendiri, maka anakpun dipandang sebagai pengganggu,
bukan sebagai tugas yang Tuhan percayakan padanya untuk menemukan
potensi si anak dan mendidiknya, sampai menikmati hasil jerih
lelahnya. Mama saya punya sepuluh orang anak: seorang meninggal,
seorang diberikan pada orang, sisa delapan orang anak (tujuh pria,
satu wanita). Dan dari tujuh orang anak prianya, ada lima orang
jadi pendeta. Padahal sejak saya berusia tiga tahun sudah jadi
piatu, mamalah yang bangun pagi-pagi, jam 5.00 – 6.00 berdoa, jam
6.00 mulai bekerja. Selain waktu makan, dia terus bekerja, agar
dapat menghidupi anak-anak. Di zaman perang Jepang yang begitu
susah, dia berjanji pada Tuhan untuk tetap menjanda. Agar
orang-orang di sekitarnya menyaksikan iman Kristennya: menjalankan
kewajiban dengan penuh tanggungjawab dan mengikut Tuhan dengan
sukacita. Meski sekarang, semua ini sudah berlalu, mama saya
sudah meninggal pada th. 1978. Tapi tetap tertanam di benak saya.
Biar Tuhan menolong kita punya hidup yang berlimpah: mau hidup
lebih hemat, agar dapat menyisihkan uang untuk orang lain. Mau
menggunakan waktu lebih efisien, agar masih punya waktu untuk orang
lain.
Karena the more time, more talent, more money you share with others. It proof that you have abundant life.
Hidup yang berlimpah juga bisa diwujudkan dalam studi pelbagai
disiplin ilmu. Saya bukan orang kaya yang berkesempatan studi di
luar negeri, tapi saya self study lebih giat dari
siapapun: sejak usia enam puluh sekian tahun, setiap 2-3 tahun,
mendalami satu disiplin ilmu secara tuntas. Maka + sepuluh tahun
ini, saya menekuni arsitektur, musik, barang antik, museum…. lewat
buku-buku yang paling otoritatif, membuat pengetahuan saya semakin
dan semakin limpah. Tahun lalu, saya mulai mempelajari Conducting in Orchestra — sulit luar biasa. Tapi karena Tuhan sudah menganugerahkan kita Concert Hall,
dan kita tak sanggup mengundang conductor professional yang
honornya begitu mahal, maka saya sendiri terjun, menyelenggarkan
acara musik. Tapi untuk autodidac memang perlu disiplin diri
yang sangat ketat, dan Tuhan dengan anugerahNya memimpin
selangkah demi selangkah. Hidup kita di dunia hanya satu kali, dan
hanya berapa puluh tahun saja, berlalu cepat bagai angin,
tahu-tahu saat kau bercermin, menemui wajahmu sudah keriput dan
menyadari, I come nearer and nearer to Thee. Dimana Tuhan akan bertanya: is your life poor or abundant?
Maka, mari kita gali potensi yang ada pada kita, membagikan
berkat yang kita peroleh pada banyak orang, mewujudkan kehendakNya
atas kita, memuaskan hatiNya. Itulah abundant life yang Yesus
janjikan. Alkitab menggunakan lima ilustrasi untuk melukiskan
hubungan Kristus dan gerejaNya: 1. Domba dan gembala, 2. Fondasi dan
bangunan, 3. Suami dan isteri. 4. Pokok dan ranting. 5. Kepala dan
tubuh. Diantaranya, hanya hubungan fondasi dan bangunan yang non
organik. Selebihnya adalah hubungan yang organik, apalagi hubungan
suami dan isteri, domba dan gembala — selain hubungan yang organik
juga interpersonal relationshp. One of the most important study
in the twentieth century, after the book: I and Thou, written by
Prof. Martin Bubber, in Tel-Aviv.
Karena buku yang tak sampai seratus
halaman ini berhasil mengalihkan sistem dan tema studi abad ke-19 yang
terlalu mengutamakan logika pada hubungan antara pribadi. Ingat:
doktrin Allah Tritunggal adalah dasar dari hubungan seorang dengan
yang lain dalam komunitas. Maka interpersonal relationship is far more important than administration, organization, or financial. Itu sebab, setiap minggu sekali kami mengadakan Master Class yang berdurasi tiga jam, guna membenahi, memelihara relasi antar pribadi. Karena bila interpersonal relationship sudah terjalin dengan baik dan kokoh, semua masalah dapat dibereskan. Jadi, statemen Yesus: “I am the shepherd, and you are My sheep” juga menegaskan interpersonal relationship between God and His chosen people: saling memiliki, maka kita harus punya sense of belonging.
Bukan malah memperalat atau mengatur-ngatur Tuhan. Karena Dia
adalah Tuhan - kita hambaNya, Dia Pemilik - kita milikNya. Ada
sebuah gereja, saat inagurasi terdapat tulisan: only Jesus. Tapi lama kelamaan, setelah satu per satu huruf: j, s, e lepas, dan sisa only us, mulailah ada keributan, gontok -gontokan. Karena saat the vertical relationship is not well, the horizontal relationship will also ruin.
Jadi kalau setiap orang Kristen takut Tuhan, cinta Dia tentu
dapat saling menghormati dan saling mengasihi. Permisi tanya:
sudahkah GRII meninggikan Kristus, menjadikan Dia sebagai Tuhan dan
Gembala kita? Tentu bukan berarti Dia menguasai, menindas kita
semauNya. Karena Kristus adalah a good shepherd, Who sheded His life for us.
Dengan kata lain, Dia telah lebih dulu mencintai kita, sampai rela
menyerahkan nyawaNya jadi tebusan dosa kita. Maka kata Paulus:
“kalau ada orang yang tidak cinta Tuhan, dia patut dikutuk”. Memang,
di dalam gereja, ada dua jenis pemimpin: Gembala dan upahan. Siapa
itu upahan? Orang yang bekerja hanya untuk uang. Kemarin, dua item
yang bagus luar biasa, yang saya kirim tiba dalam keadaan pecah.
Saya merasa sedih sekali. Tapi apa mau dikata, mereka bekerja untuk
uang. Seperti apa yang saya katakan berulang kali: if you do everything for money, for yourself or to please people, you will surely do it wrongly. Saya
pernah punya seorang pembantu yang jorok luar biasa. Waktu saya
tanyakan padanya, “apakah piring ini sudah kau cuci?” “sudah”
“mengapa masih kotor?” “sudah begitu bersih, mengapa bapa bilang
masih kotor?” Kalau seorang yang kerjanya tak beres, saat diberitahu malah merasa dimarahi, dia tak dapat maju lagi. Karena dia tak mau mendengar kebenaran. Lagi pula, he become his own god, so he do not want to be critizied.
Apa bedanya seorang ibu dengan pembantu yang ditugasi mengurus
anak? Di Taiwan ada seorang ibu menemukan anaknya tiba -tiba jadi
bodoh, lambat reaksinya. Karena merasa ada yang tidak biasa, maka
dia memasang rekaman CCTV, dari sana barulah dia tahu ,ternyata
saat si anak menangis, pembantu membantingnya atau membenturkan
kepalanya ke pintu. Semakin anak itu menangis, semakin dihajarnya.
Maka tak heran, anak itu jadi idiot bahkan tuli. Karena si pembantu
hanya bekerja demi uang, bukan benar-benar mau menjaga anak, maka
dia tak dapat mencintai anak yang diasuhnya.
DR. Andrew Gih pernah berkhotbah:
setelah Elia membangkitkan anak itu, dia menyerahkannya pada ibunya.
Saya tertarik dan menyimak statemen berikutnya: maka setelah kau
menginjili, jangan menyerahkan orang-orang yang baru percaya itu
pada gereja yang tak punya jiwa mendidik, tapi serahkankanlah
pada gereja yang pendetanya punya jiwa seorang ibu —statemen yang
sangat menyentuh. Maka saya berharap, KKR Regional jangan hanya
mengejar target. Juga pikirkan: after they believe Jesus Christ, to whom do you entrusted them?
Karena ada dua jenis pendeta: yang berjiwa gembala dan upahan. Hanya
mereka yang punya jiwa gembala, dapat melayani Tuhan dan sesama dengan
sungguh-sungguh. Yesus berkata, Gembala yang baik berbeda dengan
upahan: waktu srigala datang, gembala yang baik akan bertarung
dan mengusirnya, bahkan merebut domba dari mulutnya. Di Alkitab
terdapat istilah “watch tower” dan tugas dari penjaga di
menara pengawal adalah memantau keadaan sampai ke tempat yang
jauh, kalau menemukan ada musuh atau bahaya yang menghampiri, dia
harus memberi isyarat pada kaumnya. Itu sebab, penjaga di menara
pengawal tak boleh tertidur; harus selalu alert, melihat
dengan mata yang jeli dan segera memberi isyarat. Gembala yang
baik juga harus punya: 1. mata yang jeli, dapat melihat
bahaya yang mengancam. 2. Jiwa yang penuh kasih terhadap
bawahannya. 3. always available to sacrifice himself for others’ good.
Sekali lagi saya ingin mengangkat kisah di th. 1997, saat Hong Kong,
yang dijajah oleh Inggris 150 tahun itu akan dikembalikan ke
China, negara Komunis yang tak bersahabat dengan orang beragama.
Maka sejak th. 1992, banyak orang Kristen, khususnya pendeta-pendeta
dari seribu tiga ratus sekian gereja di sana mulai gelisah, takut
mereka dipaksa patuh pada pemerintah; tak bebas berkhotbah. Maka
selama lima tahun itu saya terus memantau, apa yang akan
dilakukan oleh para pemimpin gereja di Hong Kong. Dan saya
menetapkan untuk mengadakan KKR akbar di indoor stadium yang bisa
menampung empat belas ribu orang itu pada th.1997. Tapi karena
karena menjelang peralihan politik, stadion itu disewa penuh
sepanjang tahun. Dan rencana KKR akbar itupun terpaksa ditunda,
baru diselenggarkan pada th. 1998. Di th. 1998, saya membaca hasil
sensus, terasa kaget luar biasa dan ingin menangis. Karena
setengah dari pendeta-pendeta di sana hijrah, dengan alasan klise:
pimpinan Tuhan. Kalau memang pimpinan Tuhan, mengapa bukan sepuluh
tahun sebelumnya atau lima tahun kemudian, tapi persis di masa
peralihan itu? Dan mengapa tak ada yang dipimpin ke Kongo,
Kamboja atau Bangladeh, Irak, Iran…., tapi Amerika, Inggris,
Australia? Sehingga usia rata-rata dari + 90% pendeta yang
menggembalakan gereja di sana: dua puluh sembilan setengah tahun.
Kata saya: tak sangka, so many so called churches leaders are not shepherds, they serve for money. Padahal kata Yesus: gembala yang baik akan membebaskan domba dari taring srigala.
Statemen itu membuat banyak pendeta
yang melarikan diri itu membenci saya. Maka saat saya memimpin
KKR di Sydney, mereka memboikot. Tapi Tuhan menggerakkan seorang
pemuda berusia 24 tahun mau bekerja keras, berhasil mengundang
1800 orang hadir di KKR, yang diadakan di satu stasion tua di
pinggir kota — memecahkan rekor dari Chinese church meeting in Australia history.
Membuktikan bahwa Allah tetep bekerja. Meski banyak orang tak
senang, melawan Karena menurut mereka: khotbah saya terlalu
keras. Padahal yang mengkhotbahkan “Gembala yang baik bukan
bekerja untuk uang, dia tak seperti upahan, yang kabur saat
kesulitan menimpa” adalah Yesus Kristus. Kelak, saat gerakan
Reformed sudah berusia lima puluh tahun, dan kau menoleh ke
belakang baru menemukan: siapa gembala yang baik dan siapa
upahan. Saya; pemimpin gerakan ini, tak berniat jadi diktator,
memberlakukan Nepotisme, memperkaya diri. Hanya ingin gerakan ini
betul-betul diberkati Tuhan: memberi kesempatan pada banyak orang
untuk mendengar injil, percaya Tuhan Yesus, mengisi kerohanian
orang Kristen dengan firman, agar hidupnya jadi berlimpah.
Awalnya, saya tak merundingkan keinginan itu dengan siapapun.
Karena saya bukan pendeta yang diundang melayani di GRII.
Melainkan memenuhi panggilan Tuhan, mewujudkan kehendakNya.
Mungkin kau tak suka saya berbagi visi, lebih suka mendengar
saya khotbah. Tapi itu tak mungkin. Karena tanpa visi dan
program, kita tak tahu inti dan pelayanan apa yang kita
lakukan. Jadi, jangan hanya mau mendapat manfaat; berkat dari
saya, tapi tak mau tahu akan gerakan ini dan tapi tak mau
berbagian. Jadi, jangan mengira, asal jumlah jemaat banyak, saya
senang. Biarlah kita berpartisipasi dalam gerakan ini dengan segenap
hati dan segenap pikiran, mau bersama-sama pikul salib, mewujudkan
kehendak Tuhan. Nasib domba-domba sangat bergantung pada
gembalanya. Kalau gembala mereka baik, mau menyerahkan nyawa
demi membela domba-dombanya, nasib mereka baik. Tapi kalau
gembalanya hanya mau uang, martabat, hanya membanggakan prestasi
diri, celakalah kawanan domba itu.
Dua puluh tahun silam, waktu saya
berkhotbah di Solo, di sebuah gereja yang biasa menampung empat
ribu orang. Pendetanya adalah orang yang sangat sederhana, yang
sejak muda melayani Tuhan di gereja Pentakosta. Dia mengatakan
kalimat yang terus saya ingat: hamba Tuhan yang baik perlu
melewati periode ujian selama lima belas tahun di desa, dipantau
apakah dia mau ngepel, mengangkat kursi —mengerjakan pekerjaan yang
berat, hidup miskin, baru dapat memastikan dia adalah hamba
Tuhan atau bukan. Teori ini mirip dengan teori Plato: a man
should be educated until he reach thirty five years old. Then put him
into the lower class society, to do the most havy labor for fifteen
years. When he achieve fifty years old, give him the purple robe to
rule over the people. Meski pendeta itu dari Pentakosta, tapi
pelayanannya, saya amini di hati. Di gereja yang dia gembalakan
tak ada majelis, penatua, melainkan ratusan orang pembela sidang; those who take care, protec, defend, love the sheep of God.
Bagaimana dengan Majelis GRII, apa yang kalian pikirkan,
prinsip apa yang kalian pegang saat melayani? Sayang, setelah
pendeta itu meninggal, isterinya meneruskan pelayanannya, tapi kurang
beres dan layu. Itulah side effect dari gereja yang tak
mempersiapkan penerus dengan teologi yang kuat. Kami juga
memantau hamba-hamba Tuhan di sini, siapa yang mau menyangkal
diri, bekerja berat dan hatinya jujur untuk Tuhan. Dialah hamba
Tuhan yang lebih mirip Yesus Kristus. Ay. 16, …ada lagi padaKu
domba-domba lain —kelompok lain; yang sekarang ini belum jadi
milikNya. Ada dua macam pimpinan gereja: 1. Yang setia melayani
kawanan domba yang ada sampai mati. 2. yang mau melihat juga
pada kelompok yang belum jadi milikNya. Kalau keduanya tak
dijalankan dengan seimbang, gereja tak akan bertumbuh dengan sehat.
Memang, banyak gereja hanya mementingkan domba-domba yang ada:
merawat, membimbing, mendidik, memelihara mereka sampai mati. Dan
ada juga gereja yang jemaatnya terus bertambah, tapi tak
dirawat, tak dididik; terlantar. Yesus membuat keduanya jadi
seimbang: you should protect, defend, nurture those sheep. But I
still have another sheep, which is still far far away.You should
bring them back. Gereja Reformed di seluruh dunia melakukan
dosa besar dalam hal memelihara doktrin dengan ketat, tapi
kurang menginjili. Maka gereja Presbiterian, gereja Reformed tak
menghasilkan penginjil yang berkuasa dalam penginjilan. Itulah yang
menyebabkan A.B. Simpson, meninggalkan gereja Presbiterian,
mendirikan C&MA, Billy Graham mendirikan Billy Graham Crusade.
Maka saya mendirikan gerakan Reformed injili. Karena kalau hanya
Reformed dan tak menginjili, kita tak memperluas Kerajaan Tuhan.
Tapi jika kita hanya menginjili dan tak menjaga gawang akan lost our battle,
menyimpang dari iman sejati. Memang sangat sulit untuk memelihara
kualitas sekaligus kuantitas, merangkul yang di dalam dan menggapai
yang di luar. Maka pendeta-pendeta kita, kadang karena giat
memimpin KKR Regional, tak cukup waktu untuk memelihara MRI, GRII
yang mereka gembalakan. Bagaimana kita dapat mengimbangi
keduanya? Sulit, tapi itu penting sekali. Karena Tuhan mencipta
manusia yang sisi kanan dan kiri hampir sama. Leonardo da Vinci,
Michael Angelo menyadari, the ballance between the right side and the left of your phisical body makes the beauty as a whole.
Saat Yosua lanjut usia, Tuhan menegur dia: “Joshua, you already very old, but still many places not reach yet”.
Saya juga takut kalau-kalau Tuhan berkata: “Stephen Tong,
kerjamu terlalu sedikit, sebab masih ada banyak orang di luar
sana yang belum mendengar injil, dan kau sudah harus kembali
padaKu. Itu sebab, sekalipun banyak rekan menasehati: “Stephen, please slow down” jawab saya: “no,
I am following my God . So you, young people should hurry up. I only
need more sleep, but do not advise me to slow down. Karena setiap hari ada begitu banyak bayi yang lahir, tapi begitu sedikit yang percaya Yesus. How can we slow down?
Bahkan kata Yesus: “Aku masih punyai domba-domba yang lain ”;
bukan hanya yang di sini saja. Dimana? Belum nampak. Mengapa
belum nampak? Karena masih di luar sana, still a lot of predestinated Christian, not yet show up. Kapan mereka muncul? In the coming future. Maka Predestination is not a hindrance, but is an assurance for the result of evangelization.
Karena Allah telah menetapkan dan memilih, maka penginjilan
yang kita jalankan pasti akan membuahkan hasil. Jadi, no way to be lazy,
kendor, mengampuni diri sambil melalui hidup dengan
bersantai-ria, menunggu saat naik sorga dengan limosin. Kita
harus bekerja lebih giat, sampai Tuhan berkata: “hai semua yang
letih-lesu, mari datang kepadaKu. Aku memberimu istirahat; sabat
yang kekal. Itu sebab, saat banyak orang tak mau mengerjakan apa-apa di
hari Sabat, saya justru bekerja lebih berat dari orang lain.
Karena bagi saya, sabat adalah: 1. Menikmati damai sejahtera
Tuhan di sedalam-dalamnya hati saya. 2. Penuh sukacita, karena
menyaksikan hasil dari jerih lelah saya. 3. kelak, saat masa
hidup saya di dunia ini berakhir, akan menikmati that Sabbath
di sana. Kata Yesus, Aku masih punya domba-domba yang harus Ku
tuntun, mereka mengenali suaraKu dan akan menjadi satu dengan
kawanan domba yang sudah ada, digembalakan oleh satu Gembala.
Artinya: the unreach and the reach, the one who had already in
and those who were not yet in should combine into one body. The
Universal church is ini making, it will keep growing, and the
group which had been reach and the group which had not reach yet
will one day be unite in one — itulah gereja yang kudus dan Am; the holy Catholic church.
Kiranya Tuhan memberkati kita, memelihara domba-domba yang sudah
ada, dan terus berjuang guna meraih domba-doma yang masih
berkeliaran di luar, amin?
(ringkasan ini belum dipe riksa oleh pengkhotbah – EL)
Sumber : http://www.nusahati.com/2012/11/gembala-yang-baik-bagian-ii/