Add caption |
Ini
adalah kisah nyata seorang wanita muda yang merasakan penderitaan yang
paling mengerikan. Ketika kita membaca ceritanya, kita akan menyadari
bahwa pengalaman hidup yang kita alami sama sekali tidak ada apa-apanya
dibandingkan dengan apa yang telah dialami gadis muda ini.
….
Pada tanggal 25 September 2000, Maricel
Apatan berumur 11 tahun yang tinggal di Zamboanga, pergi bersama
pamannya untuk mengambil air.
Ditengah perjalanan mereka bertemu empat
orang laki-laki. Mereka membawa parang. Mereka memerintahkan pamannya
untuk tiarap di tanah, lalu mereka membacok lehernya dan membunuhnya.
Maricel terkejut dan sangat ketakutan, karena dia mengenal mereka
sebagai tetangganya. Dia mencoba melarikan diri, tapi orang-orang itu
mengejarnya. Dia berteriak, “Kuya, ‘wag po, ‘wag n’yo akong tagain! Maawa po kayo sa akin!” (“Jangan bunuh aku! Ampuni aku!”) Tapi mereka tidak perduli. Dengan pisau panjangnya, seorang pria menyabet lehernya juga. Maricel jatuh ke tanah dan pingsan. Ketika ia sadar, ia melihat banyak darah. Dia juga melihat kaki orang-orang itu di sekelilingnya, tapi ia berpura-pura mati.
Ketika mereka telah pergi, Maricel
berlari pulang. Tapi sepanjang jalan, dia melihat bahwa kedua tangannya
putus. Karena orang itu membacok tangannya juga. Dia menangis tetapi dia
terus berlari. Terkadang dia pingsan dan jatuh ke
tanah. Tapi dia sadar kembali dan lari lagi. Ketika dia sudah dekat
rumah, Maricel berteriak memanggil ibunya.
Ketika melihat keadaan putrinya itu,
ibunya panik dan menjerit ketakutan. Dia lalu membungkus tubuh anaknya
yang berdarah itu dengan selimut dan membawanya ke rumah sakit. Permasalahan lainnya adalah: Dari rumah
mereka ke jalan raya, berjarak 12-kilometer. Mereka butuh waktu 4 jam
untuk mencapai jalan raya. Ketika mereka tiba di rumah sakit, para
dokter berpikir Maricel akan mati. Selama 5 jam, mereka mengoperasinya.
Diperlukan 25 jahitan untuk menjahit luka pisau panjang di leher dan
punggungnya.
Maricel hampir tidak selamat. Dan dia
kehilangan kedua tangannya. Ironisnya, hari berikutnya adalah ulang
tahun Maricel yang ke 12. Namun tragedi belum berakhir. Ketika
mereka pulang, mereka lihat rumah mereka sudah hancur, dijarah dan
dibakar oleh orang jahat itu. Mereka jadi miskin, keluarga Maricel
juga tidak memiliki uang P50,000 untuk membayar tagihan rumah sakitnya.
Tetapi Allah mengutus malaikat di sepanjang jalan untuk membantu mereka.
Uskup Agung Antonio Ledesma, saudara
jauh mereka, membayar tagihan rumah sakit dan membantu mereka membawa
para penjahat ke pengadilan. Mereka dijatuhi hukuman penjara. Sebuah organisasi membantunya
menyelesaikan studi, Sekarang Maricel tinggal bersama para biarawati di
Regina Rosarii dengan Sr Eppie Brasil, OP. Ini adalah keajaiban yang
luar biasa. Bukannya jadi depresi, Maricel terus semangat untuk maju.
Alih-alih menyalahkan Tuhan mengapa dia
kehilangan tangan, Maricel sekarang menggunakan pergelangan tangannya
dengan cara-cara luar biasa yang membuat kita menjadi sangat takjub. Maricel dipuji sebagai anak yang paling
rajin, terbaik di bidang komputer, dan paling sopan di Sekolah untuk
Anak-anak lumpuh. Pada tahun 2008, ia lulus dari kursus “Hotel dan
Restoran Manajemen”. Dia bahkan menerima medali Emas untuk Seni dan
Kerajinan.
Pada tahun 2011, ia menyelesaikan
pendidikannya menjadi juru masak. Ya, Juru Masak tanpa tangan. Tidak ada
yang bisa menghentikan wanita muda ini mencapai impiannya.
Sumber : http://www.nusahati.com/2012/08/kisah-maricel-apatan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar