Hukum
kedelapan harus kita mengerti secara luas, tidak sekadar mengambil
barang atau uang milik orang lain. Dasar dari mencuri adalah tamak,
dasar dari tamak adalah egois, dan dasar dari egois adalah hidup yang
berpusat pada diri, menganggap diri sendiri yang paling penting.
Akibatnya, ia tidak mau menjalankan kehendak Allah, memerhatikan orang
lain, atau merasa puas dengan apa yang ia sudah miliki. Mencuri adalah
pelanggaran hak asasi orang lain. Hak kepemilikan dilindungi oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) karena secara mendasar setiap orang
berhak untuk memiliki sesuatu. Hak kepemilikan pribadi dilindungi oleh
PBB dan dasar hukum PBB adalah Kitab Suci sekalipun tidak disebutkan
secara eksplisit.
Di seluruh dunia di sepanjang sejarah, prasasti-prasasti hukum seperti Hammurabi Stone, Rosetta Stone,
dan lainnya tidak sesempurna Sepuluh Hukum, karena Sepuluh Hukum adalah
pemberian Tuhan. Sepuluh Hukum bukan sekadar membahas kelakuan manusia,
melainkan adalah dasar dari seluruh kelakuan manusia, yaitu sikap kita
terhadap Allah Pencipta. Itu sebabnya Sepuluh Hukum tidak mungkin musnah
dari kebudayaan manusia.
Mencuri disebut melanggar hukum karena
melanggar hak kepemilikan orang lain yang dilindungi hukum. Inilah
bedanya firman Tuhan dan komunisme. Komunisme memperbolehkan tindakan
merampas hak milik orang lain demi mencapai kesamarataan dalam
masyarakat. Ini adalah pikiran manusia belaka. Memperoleh kekayaan
dengan cara yang tidak benar atau merampas milik orang lain juga dapat
disebut mencuri. Menurut John Calvin, pemerintah mungkin saja menjadi
perampok yang berlindung di balik hukum, karena mereka bisa menggunakan
hukum untuk membenarkan tindakannya yang tidak benar. Di sini kita harus
mengingat bahwa kuasa Tuhan lebih tinggi daripada kuasa pemerintah.
Takhta Tuhan adalah takhta di atas segala takhta, pemerintah di atas
semua pemerintah. Jika pemerintah melegalisasi secara hukum tindakan
yang merampok dan merampas milik orang lain maka di hadapan Tuhan dia
tetap pencuri. Oleh karena itu, setiap pejabat tidak boleh menggunakan
kekuasaannya dan setiap orang kaya tidak boleh menggunakan uangnya untuk
melanggar hak asasi orang lain. Jika suatu negara merampas sumber daya
alam negara lain demi keuntungan dirinya, dia juga adalah perampok dan
pencuri. Untuk itu, kita perlu menilik beberapa contoh mencuri yang
tertulis di Alkitab:
1. Akhan
Orang Israel bersandar pada Tuhan maka mereka berhasil mengalahkan
Yerikho yang begitu kuat. Tetapi kemudian mereka kalah ketika memerangi
kota Ai yang jauh lebih kecil dan lebih lemah. Orang Israel menangis di
hadapan Tuhan karena Tuhan tidak menyertai mereka. Tuhan mengatakan
bahwa ada pencuri di antara mereka. Setelah dikalahkan, mereka sadar
bahwa mereka bukan siapa-siapa. Mereka tidak berhak untuk bangga dan
sombong karena berhadapan dengan kota kecil saja tidak bisa menang. Yang
kuat bukan mereka, tetapi Tuhan. Itu membuat mereka belajar untuk
bersandar kepada Tuhan. Roy Haisen membagi kehidupan Musa ke dalam tiga
periode, yaitu: 1) Empat puluh tahun di istana Mesir di mana Musa merasa
menjadi sesuatu (something), 2) Empat puluh tahun di padang Midian di mana Musa merasa bukan siapa-siapa (nothing), 3) Empat puluh tahun memimpin umat Israel di mana Musa merasa Tuhan itulah segala-galanya (God is everything).
Siapa yang merasa diri hebat maka Tuhan
akan menghajar dia sampai dia sadar bahwa dia bukan siapa-siapa, setelah
itu barulah Tuhan bisa memakai orang itu. Tuhan tidak akan memakai
orang yang merasa dirinya hebat. Banyak orang sembarangan menggunakan
talenta dan karunia yang Tuhan berikan untuk berbuat dosa. Dia tidak
berpikir bahwa Tuhan akan menuntut tanggung jawabnya. Saya mencoba untuk
menjadi teladan dengan tetap bekerja keras, tetapi makan di restoran
murah supaya bisa menjadi contoh bagi generasi muda. Siapa yang diberi
banyak akan dituntut banyak. Saya jarang berbicara tentang uang, tetapi
pikirkan: 1) Bagaimana perpuluhanmu? Penggelapan perpuluhan adalah
pencurian; 2) Sudahkah engkau membayar nazarmu? Tepatilah janjimu di
hadapan Tuhan. Orang Israel kalah karena ada yang mencuri di antara
mereka. Maka pencuri itu perlu dicari dan Alkitab mencatat bahwa imam
yang memimpin mereka dalam mencari pencuri itu. Akhan tidak mau
mengakuinya karena dia seorang atheis. Dia tidak percaya bahwa Tuhan
tahu. Pada umumnya, orang atheis cenderung berani untuk berbuat dosa,
tetapi orang yang benar-benar takut akan Tuhan tidak berani. Akhan
berpikir bahwa tidak ada seorang pun yang akan bisa tahu kalau dia
mencuri. Dia meremehkan orang Israel dan Tuhannya. Orang yang meremehkan semua orang dan memandang mereka bodoh adalah orang yang paling bodoh.
Dan jika saat itu dia masih merasa bahwa dialah yang paling pandai,
maka dia dua kali lebih bodoh lagi. Akhirnya dosa Akhan terbongkar, dan
barulah saat itu dia mau mengakui dosanya.
Orang yang mengaku dosa karena ketahuan
bukanlah mengaku dosa, melainkan mengaku karena terpaksa, akibat fakta
yang tidak bisa dipungkiri. Orang yang mengaku dosa adalah orang yang
dengan inisiatif dan kerelaannya sendiri mengakui dosanya. Ia menyatakan
kesadaran akan keburukan dosanya. Harun adalah imam besar pertama yang
Tuhan pilih dan lantik sebagai pendamping Musa. Tuhan pun menetapkan
bahwa hanya keturunannya yang boleh menjadi imam bagi bangsa Israel.
Harun memiliki dua anak yang dibakar hangus oleh Tuhan di hadapan
segenap bangsa Israel tepat pada hari pelantikan mereka sebagai imam.
Harun malu dan menangis. Tuhan berfirman kepada Musa, “Beri tahu Harun
agar tidak menangisi kesusahan yang menimpa, tetapi tangisilah dosanya.”
Inilah perbedaan kualitas yang nyata di dalam sejarah. Di dalam dunia,
orang menangis karena hukumannya, tetapi sebenarnya yang harus ditangisi
adalah dosanya.
Bangsa Israel gagal karena ada pencuri
di dalam. Saat ini banyak pemerintah yang melegalisasi perampokan dengan
bertamengkan hukum. Pemerintah mengambil yang bukan haknya, dan
mengambil hak milik rakyatnya dengan dilegalisasi oleh hukum yang mereka
buat. Ini adalah kejahatan. Pemerintah dunia harus belajar untuk
mengerti dan menerapkan prinsip-prinsip Alkitab di dalam negara yang
dipimpinnya, karena dunia yang Tuhan ciptakan ini sebenarnya sangat
kaya. Jika kita mengelola bumi dengan baik maka berdasarkan riset PBB
tahun 1964, seluruh kekayaannya bisa menghidupi 144 milyar manusia. Saat
ini begitu banyak orang yang susah dan kelaparan karena dunia dikelola
oleh koruptor yang mencuri dan merampas milik orang lain. Tuhan tidak
membiarkan ada pencuri di dalam bangsa Israel. Akhirnya Yosua menemukan
pencuri itu, yaitu Akhan.
Bangsa Israel membawa Akhan ke suatu
lembah dan merajam dia dengan batu sampai mati. Setelah itu, Israel
tidak lagi mengalami kekalahan. Saya terkesan dengan lukisan Gustave
Doré yang menggambarkan jenazah Akhan terkulai di lembah dan burung
gagak datang memakan jasadnya. Sungguh mengerikan.
2. Raja Saul
Saul adalah pimpinan tertinggi ekonomi, militer, dan masyarakat orang
Israel. Ia menjadi raja berkat format demokrasi. Di Kitab Suci hanya
satu kali ini pemimpin dihasilkan melalui demokrasi. Sayang, akhirnya
terbukti bahwa dia tidak diperkenan oleh Tuhan. Israel memilih Saul
menurut standar mereka, tetapi Allah memilih Daud menurut standar Allah.
Di sini kita melihat bahwa Allah tidak menyetujui demokrasi, melainkan
theokrasi. Demokrasi bukanlah cara yang mutlak. Allah berfirman, “Akulah
Allahmu.” Ini sangat berbeda dengan teriakan orang Amerika Serikat,
“Kami rakyat Amerika…” Inilah perbedaan antara Allah dan manusia. Gereja
di dunia menyetujui demokrasi karena lebih baik daripada tirani, tetapi
gereja sendiri harus menjalankan theokrasi.
Gereja harus theokrasi karena posisi
kita terletak di antara Allah dan masyarakat. Kita adalah imam-imam yang
menjadi perantara antara sorga dan dunia. Tugas Gereja di dalam mandat
budaya adalah melakukan setiap tugas bagian kita seturut dengan
kebenaran Allah di dalam prinsip Theologi Reformed. Saul mendengar
perintah Tuhan melalui Samuel untuk berperang melawan Amalek dan sesudah
itu mereka harus memusnahkan semuanya, orangnya, binatangnya, termasuk
seluruh harta bendanya. Tetapi Saul tidak mau taat, dia tidak membunuh
lembu dan domba-domba yang gemuk dan sehat. Dia sayang untuk menghabisi
semua binatang itu, lalu dengan alasan untuk persembahan bagi Tuhan,
maka ia melarang tentaranya untuk membunuh semua binatang itu. Rakyat
taat kepada Saul, tetapi tidak taat kepada Tuhan. Tuhan memandang
perbuatan Saul sebagai pencurian. Saul bukan saja tidak taat menjalankan
perintah Tuhan, tetapi memberikan perintah kepada rakyatnya yang
bertentangan dengan perintah Tuhan. Tuhan menghukum Saul dengan membuang
Saul dan mempersiapkan raja yang baru, yaitu Daud.
Jangan berpikir bahwa dengan memberikan
persembahan, apalagi hasil curian, akan menyenangkan hati Tuhan.
Sebaliknya hal itu justru menjadikan kita sedang melawan Tuhan. Banyak
pemimpin gereja menjilat orang kaya karena orang kaya bisa memberikan
banyak persembahan. Orang kaya merasa bahwa uangnya begitu berkuasa
sehingga beranggapan bahwa lebih penting memberikan banyak persembahan
ketimbang taat kepada Tuhan. Tuhan lebih suka ketaatan ketimbang
persembahan. Saul tidak bisa melawan keputusan Tuhan, akan tetapi dia
minta agar Tuhan meninggikan posisi dia di atas kereta kerajaan supaya
rakyatnya tidak mempermalukan dia. Inilah raja dunia yang hanya
memikirkan kulit mukanya saja untuk menutupi ketidaktaatannya kepada
Tuhan. Tuhan tidak bisa dipermainkan, jangan mencuri yang bukan hak
milik Anda.
3. Yudas
Yudas adalah salah seorang dari mereka yang dipilih Tuhan untuk menjadi
murid-Nya, bahkan dia diberi kesempatan untuk menjadi bendahara. Tuhan
Yesus tidak memberikan tugas bendahara kepada Yohanes atau Petrus yang
terbukti begitu setia atau kepada Matius yang telah rela meninggalkan
miliknya sebagai seorang pemungut cukai. Ada dua hal yang bisa menjadi
alasan mengapa membiarkan Yudas menjadi bendahara: 1) Memberikan
kesempatan kepada orang yang tidak mau bertobat agar pada hari terakhir
nanti dia tidak dapat mencela Tuhan dan mengatakan bahwa dia tidak
diberi kesempatan. Memberikan kesempatan adalah sama dengan menghakimi orang itu karena dalil ini merupakan dalil yang kekal. 2) Agar para hamba Tuhan yang dikhianati murid-muridnya tidak perlu bersedih karena Tuhan Yesus pun pernah mengalaminya.
Sebenarnya, tindakan Yudas mengambil
uang kas tidak terlalu merugikan karena hanya membuat simpanan mereka
sedikit berkurang. Tetapi kerugian terbesar adalah kehilangan karakter,
kehilangan etika, dan kepercayaan Tuhan dan sesama terhadap engkau.
Yudas adalah seorang ekonom yang sangat inovatif dan kreatif. Belum
pernah terdengar ada doktor ekonomi yang pada saat kesulitan ekonomi
berpikir untuk menjual profesornya. Inilah pikiran original Yudas. Dia adalah ekonom yang tahu bagaimana mencari kekayaan, yaitu yang pertama-tama menjual gurunya.
Alkitab mencatat bahwa Yesus memanggil
Yudas tidak dengan gegabah. Yesus berdoa semalaman sebelum Dia
menetapkan kedua belas murid-Nya. Sejak awal Dia sudah tahu siapa yang
setia dan siapa yang pencuri, yang menjadi kaki tangan Iblis dan yang
adalah anak binasa. Apakah dengan itu Tuhan memilih anak binasa atau
anak binasa juga termasuk ke dalam kaum pilihan? Karl Barth mengatakan
bahwa, “Yudas adalah terpilih dan tertolak sekaligus.” Pengertian Barth
yang ambigu ini bukanlah pikiran Theologi Reformed yang benar. Pemilihan
ditetapkan oleh Bapa. Yudas telah dibuang di dalam kekekalan, tetapi
secara fenomena dan temporal, dia dipilih menjadi murid Yesus. Yesus
tahu kalau Yudas adalah pencuri dan Dia sudah beberapa kali
memperingatkan masalah ini secara umum. Yang paling keras adalah yang
secara pribadi, yang Yudas dengar, yaitu, “Jika engkau mau melakukannya,
lakukan sekarang” dan “Apakah dengan ciuman engkau menjual Anak
Manusia?” Kita tidak pernah mendengar kata-kata Yudas selain “Mengapa
memboroskan sedemikian banyak uang untuk membeli minyak narwastu, lalu
menuangkannya di kaki Yesus? Bukankah uang sebanyak itu bisa dipakai
untuk menolong orang miskin?”
Orang yang banyak memberikan persembahan
biasanya tidak banyak bicara, sementara yang banyak bicara adalah yang
tidak memberi. Kita harus berhati-hati dengan orang yang tidak mau
memberi, tetapi selalu mau tahu berapa banyak uang di kas gereja, karena
dia adalah orang jahat. Orang yang selalu beralasan mau memberi jika
keuangan gereja kurang adalah orang yang mencuri. Karena selama kas
gereja cukup, dia tidak pernah memberi. Orang-orang seperti itu
bermental penolong padahal Allah yang hidup tidak pernah perlu ditolong.
Dalam memilih dan menempatkan Yudas,
Yesus sepertinya bodoh karena tidak bisa menempatkan orang di tempat
yang tepat. Tetapi kita melihat bahwa rencana Tuhan jauh lebih tinggi
dari pikiran manusia. Yudas diberi kesempatan, ini adalah anugerah. Di
sini kita harus peka dan berhati-hati dengan setiap anugerah kesempatan
yang Tuhan berikan. Ketika Yudas diberi kesempatan, Tuhan tidak
serta-merta menghukum Yudas. Dia membiarkan dan tidak menegur dia. Tuhan
memberikan kesempatan yang cukup agar Yudas bertobat, sampai kalimat
terakhir, “Lakukanlah apa yang engkau hendak lakukan.”
Yudas memakai alasan memberikan uang
kepada orang miskin ketika dia tidak menyetujui tindakan Maria
menuangkan minyak narwastu ke kaki Yesus. Yesus menjawab dengan sangat
tepat bahwa orang miskin akan selalu ada sehingga itu tidak berhak
menjadi alasan, apalagi mengurangi persembahan. Kesempatan memberikan
persembahan dan turut dalam pekerjaan Tuhan adalah anugerah. Orang
miskin akan selalu ada di mana pun engkau berada dan kapan pun engkau
berada. Di sini kalau tidak berhati-hati maka kita akan beranggapan
bahwa perkataan Yudas begitu baik karena peka akan diakonia, akhirnya
tidak mampu melihat anugerah dan kesempatan yang jauh lebih bernilai.
Jawaban Yesus telah membongkar motivasi Yudas dan mempermalukan dia.
Sebuah lukisan yang idenya luar biasa di dalam buku
Christ and Fine Art, digambarkan
angin bertiup kencang dari balik gunung dan membuat semua pohon
bergoyang. Di sana ada Yudas dengan mata memandang ke depan bersama dua
orang Farisi yang berjanggut putih, sedang menegosiasikan uang yang
harus diberikan untuk menangkap Yesus. Sorotan mata Yudas yang tajam
memantulkan hatinya yang jahat. Dia berpikir bahwa Yesus yang dapat
membuat begitu banyak mujizat pasti tidak mungkin dibunuh. Tetapi ketika
Yesus tidak melarikan diri malah mati di kayu salib, dia sadar bahwa
semua orang akan mengutuk dia sebagai orang jahat. Inilah orang yang
betul-betul jahat karena setelah berbuat jahat masih tidak mau mengaku
jahat. Setelah mencuri dia langsung cuci tangan sampai Tuhan membongkar
perbuatan jahatnya dan akhirnya dia gantung diri. Saya harap kita
sungguh-sungguh takut akan Tuhan.
4. Ananias dan Safira
Ananias dan Safira, suami istri itu menjual tanahnya, tetapi hanya
memberikan sebagian kepada para rasul sambil mengatakan bahwa mereka
memberikan seluruhnya. Seluruh jemaat memandang mereka begitu cinta
Tuhan karena mau menjual miliknya untuk dipersembahkan. Tetapi Tuhan
memandang mereka sebagai pencuri. Petrus menegur dia, dan Tuhan
menghukum Ananias sehingga dia mati saat itu juga. Tidak lama kemudian
istrinya datang dan bersikap sama seperti suaminya, maka Tuhan juga
menghukum dia. Petrus menegaskan bahwa mereka bukan menipu manusia,
melainkan menipu Roh Kudus (Kis. 5:1-11). Inilah satu-satunya peristiwa
di Perjanjian Baru di mana Allah menghukum dengan begitu spontan
seseorang yang tidak takut akan Dia.
Dari keempat kasus di atas, hanya Yudas
yang Alkitab sebut sebagai pencuri. Namun, sekalipun yang lain tidak
disebut pencuri, tindakan mereka mendatangkan murka Allah dan
hukuman-Nya spontan kepada orang yang tidak takut akan Tuhan.
Maukah kita diberkati Tuhan? Mari kita menemukan Akhan, Saul, Yudas, Ananias, dan Safira yang ada di dalam diri kita. Kalau tidak, kita yang akan dibuang oleh Tuhan. Amin.
Oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong
Sumber : http://www.nusahati.com/2012/09/sepuluh-hukum-%E2%80%93-hukum-kedelapan-bagian-2/