“…………. Ia mengembusi mereka dan berkata
: “Terimalah Roh Kudus.” (Yohanes 20:22). Ayat ini mencatat peristiwa
sebelum Kristus naik ke sorga. Peristiwa ini adalah peristiwa
satu-satunya, di mana Anak Allah, Oknum Allah yang kedua, melakukan
tindakan tersebut.
Allah Bapa menghembuskan Roh ke dalam
diri manusia, lalu jadilah manusia sebagai ciptaan yang berohani. Anak
Allah memberikan hembusan kepada manusia dengan berkata “Terimalah Roh
Kudus.” Tak lama kemudian setelah itu Yesus naik ke sorga. Mereka
berdoa selama sepuluh hari di Yerusalem dan turunlah Roh Kudus seperti
janji yang sudah diberikan oleh Anak, Oknum Allah yang kedua. Selain
itu tidak ada orang lain, baik nabi, rasul, bapa gereja atau pendeta
yang boleh memberi hembusan dan menyuruh orang menerima Roh Kudus.
Hal yang dilakukan oleh orang-orang
seperti Benny Hinn dan yang lainnya, yang berperan seolah-olah dirinya
adalah Allah, merupakan perbuatan yang sangat salah dan tidak memiliki
dasar Alkitab. Sejak abad pertama sampai sekarang, dari sesudah Tuhan
Yesus mengatakan hal tersebut, tidak ada seorang rasul, penginjil, bapa
gereja, atau tokoh di dalam sejarah kekristenan yang boleh memberikan
hembusan tersebut sambil berkata, “Kamu menerima Roh Kudus.”
Roh Kudus datang dari Bapa dan dari
Anak, Oknum Pertama berjanji untuk memberikan Anak-Nya yang suci dan
tunggal itu, serta mengirim Roh Kudus ke dalam dunia. Lalu, Yesus turun
ke dalam dunia. Dan Roh Kudus pun dijanjikan oleh Bapa dan Anak untuk
menjadi Pendamping, Penghibur yang agung bagi gereja. Itulah sebabnya
Bapa memberi hembusan, Anak juga memberi hembusan. Yang dihembuskan itu
adalah lambang atau kuasa, di mana Roh dijanjikan akan
datang kepada manusia. Selain Oknum Allah yang kedua ini, tidak lagi
seorang pun yang boleh memberi hembusan sambil berkata, “Kamu menerima
Roh Kudus.” Barangsiapa melakukan hal itu, seolah-olah dia telah
berperan sebagai Bapa atau Anak. Hal seperti itu tidak terdapat dalam
Kitab Suci.
Kita tidak berhak berperan sebagai Tuhan
Allah. Memang mungkin kelihatannya berkuasa, apalagi jikalau diikuti
dengan gejala-gejala atau fenomena-fenomena, seperti orang terjatuh,
dsbnya. Hal sedemikian tidak pernah terjadi satu kali pun di dalam Kitab
Suci. Oleh sebab itu, janganlah kita terlalu cepat menduga bahwa orang
yang berkhotbah tentang Roh Kudus atau yang sedang memberikan pengalaman
tentang Roh Kudus, pasti sudah mengerti Roh Kudus, atau sudah memiliki
Roh Kudus. Jikalau kita tidak belajar dan tidak mengerti akan prinsip
Alkitab, sesungguhnya dia sedang mengacaukan gereja dengan kesalahannya
dalam pengenalan terhadap Roh Kudus yang sejati. Akibatnya, banyak orang
akan tertipu, berada di dalam suasana yang kelihatannya seperti
mengalami pekerjaan Roh Kudus, padahal tidak didukung dengan bukti buah
Roh Kudus.
Bapa memberi hembusan ketika Dia
mencipta. Yesus memberi hembusan setelah Dia bangkit. Selama ini
merupakan suatu janji, suatu tindakan yang memberi pengharapan bahwa Roh
Kudus akan turun. Kita harus selalu ingat, yang memberi hembusan adalah
Oknum Pertama (Allah Bapa) dan Oknum Kedua (Allah Anak). Selain itu
tidak ada oknum lain yang boleh memberi hembusan untuk mengaruniakan Roh
Kudus.
Jika kita memperhatikan Kis. 1:4-5,
“tidak lama lagi” atau “beberapa hari kemudian, kamu akan dibaptis
dengan Roh Kudus.” Dan Kis.1:6-8 : “Tetapi kamu akan menerima kuasa,
kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di
Yerusalem, dan seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.”
Yesus tidak pernah memberikan indikasi, bahwa barangsiapa menerima Roh
Kudus, dia akan muntah-muntah atau setiap orang yang menerima Roh Kudus,
pasti mempunyai karunia lidah atau barangsiapa menerima Roh Kudus, dia
akan mengalami gejala metafisika atau supra natural. Tidak! Melainkan
dia akan menerima kuasa, menjadi saksi Kristus, mengabarkan Injil sampai
ke ujung bumi.
Bagian ini dengan jelas mengatakan,
kalau Roh Kudus turun, Dia langsung memberikan kekuatan, keberanian, dan
penerobosan. Sehingga iman itu tidak lagi untuk diri sendiri, melainkan
dibagi-bagikan kepada orang lain. Dan berita yang mereka sampaikan
hingga ke ujung bumi, juga bukan tentang Roh Kudus, melainkan tentang
Injil Yesus Kristus.
Berbahasa Roh
Kis. 2:1-13 memperlihatkan beberapa hal
yang penting : ada suara yang besar, angin yang kencang, lidah api yang
turun atas kepala mereka, mereka berbicara dalam bahasa-bahasa yang bisa
dimengerti – tanda-tanda yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Pada
saat mereka memberitakan firman, pendengar mendengar kalimat-kalimat
yang diucapkan oleh rasul-rasul, di dalam bahasa tempat asal mereka.
Menurut catatan Alkitab, ada 15 tempat yang berbeda dengan bahasa
berbeda. Orang-orang Yahudi yang berasal dsari 15 tempat itu begitu
sungguh-sungguh mencari Tuhan, mereka adalah orang-orang yang takut
kepada Tuhan, yang saleh, mereka berkumpul di Yerusalem, untuk merayakan
hari raya, menurut apa yang sudah ditetapkan oleh Musa di dalam Taurat.
Pada waktu mereka mendengar suara gemuruh yang begitu besar, mereka
semua berkumpul. Begitu mereka semua berkumpul, mereka langsung
menyaksikan suatu hal yang ajaib, Injil diberitakan ke dalam telinga
mereka, di dalam bahasa-bahasa mereka. Inilah kali pertama Roh Kudus
dicurahkan.
Kalau kita perhatikan pasal 2, kita kan
melihat peristiwa turunnya Roh Kudus adalah hari jadinya gereja. Gereja
mulai menjadi suatu organisasi yang bersifat rohaniah, menjadi tubuh
Kristus, sejak hari di mana Roh Allah turun. Mengapa Roh Allah turun?
Karena Allah menepati janji-Nya, mengirim Roh Kudus kepada manusia.
Manusia yang tidak memiliki Roh Allah dalam jiwanya akan terlantar,
tersesat, mengembara di mana-mana. Manusia yang tidak mempunyai Roh
Allah, mempunyai status sebagai anak yang terhilang secara rohaniah.
Maka ketika Roh itu diberikan kepada gereja, kepada manusia, barulah
manusia mempunyai status yang tenang, mantap dan stabil secara rohani,
sehingga seumur hidupnya, dia tahu jejak siapa yang harus diikuti. Roh
Kudus diturunkan, maka pada hari itu, semua orang yang menerima Roh
Kudus, menjadi satu tubuh. Satu iman, satu kepercayaan, satu baptisan,
satu Tuhan, satu pengharapan, satu tubuh, yaitu gereja Tuhan. Kelahiran
gereja yang kudus dan am, terjadi pada hari Pentakosta.
Hari Pentakosta adalah hari jadinya
gereja, hari di mana gereja terwujud di dalam sejarah, suatu rencana
Allah yang sudah ditunggu-tunggu beribu-ribu tahun baru tergenapi. Dan
yang dimaksudkan dengan gereja di sini, bukanlah gereja GPIB, HKBP,
GRII, GKI, GPI, gereja Katolik, gereja Yunani Ortodox, melainkan gereja yang kudus dan am.
Kita yang bergabung di gereja Baptis, gereja Presbiterian, Gereja
Kristen Indonesia, gereja Pantekosta, dll. hanya merupakan pos-pos
kecil, yang merupakan bagian dari gereja yang kudus dan am, di seluruh
dunia. Sebenarnya kita semua berada di dalam satu tubuh yang besar, yang
universal : gereja yang kudus dan am, yaitu gereja yang melintasi,
melampaui organisasi, denominasi, golongan, alamat atau gedung gerejanya
sendiri. Di sorga tidak ada GRII, Methodis, GKI, Presbiterian,
Anglikan; juga tidak ada gereja yang terletak di jalan Sawah Besar,
Sawah Kecil. Tidak ada gereja yang beratap merah. hijau atau biru, yang
berbentuk runcing atau bulat. Di sorga hanya ada satu gereja, yaitu
gereja yang kudus dan am, seperti yang kita baca di dalam pengakuan Iman
Rasuli : Aku percaya kepada Roh Kudus, percaya kepada gereja yang kudus
dan am.
Gereja merupakan gereja am karena Rohnya
satu. Gereja menjadi gereja yang kudus, karena gereja dilahirkan oleh
Roh Kudus. Secara pribadi, kita dilahirkan baru oleh Roh Kudus. Secara
kolektif, gereja dilahirkan oleh Roh Kudus. Waktu Roh Kudus memberikan
hidup secara kolektif pada hari Pentakosta, 3.000 orang mengaku percaya,
menerima Yesus Kristus, beriman di dalam Dia, dan dibaptiskan. Itulah
gereja pertama yang mewakili banyak daerah, yang menjadi simbol
universal. Mereka berasal dari Partia, Media, Elam, Mesopotamia, Yudea,
Kapadokia, Pontus, Asia, Frigia, Pamfilia, Mesir, Libia, Roma, Kreta dan
orang Arab. Seluruhnya ada 15 daerah yang berkumpul di sana. Gereja
yang pertama adalah gereja yang melintasi daerah, melintasi batasan
Negara, melintasi perbedaan bahasa. Maka glosolalia diberikan.
Istilah glosal, glosolali atau
karunia lidah, dicantumkan sebanyak 50 kali di Perjanjian Baru. Setiap
kali istilah itu dipakai, harus dimengerti sebagai bahasa, bukan sebagai
suara yang tidak berarti. Sekarang banyak orang yang mengaku ber-glosolali, tetapi tak seorang pun tahu apa yang diucapkannya. Saya tidak mengerti apa yang sedang mereka lakukan, karena istilah glosa di dalam Alkitab berarti bahasa.
Pada waktu orang-orang yang datang dari
15 daerah berbeda tersebut mendengar pemberitaan firman yang disampaikan
dalam bahasa yang bisa mereka mengerti, itulah pekerjaan Roh Kudus.
Glosa berarti bahasa yang bisa mereka mengerti.
Ada dua macam pendapat tentang bahasa
roh : (1) menggabungkan bahasa roh ke dalam karunia-karunia lain, dan
(2) tidak dianggap sebagai karunia, tetapi sebagai tanda. Pendapat yang
kedua ini semakin berbahaya. Mereka menganggap bahasa roh bukan sebagai
salah satu dari 9 jenis karunia yang tertulis di dalam1 Kor.12 dan 14,
melainkan hanya sebagai saksi, sebagai jaminan yang menandakan bahwa
orang tersebut sudah dipenuhi Roh Kudus. Padahal Alkitab tidak pernah
mengajarkan ajaran seperti itu. “Adakah mereka semua mendapat karunia
untuk berbahasa roh?” (1 Korintus 12:29). Pertanyaan retoris yang keluar
dari mulut Paulus tersebut memberi indikasi bahwa tidak semua orang
dapat berbahasa roh.
Siapa berani mengatakan bahwa Billy
Graham tidak dipenuhi oleh Roh Kudus? Dari Adam sampai sekarang, orang
yang paling banyak berkhotbah, yang menyampaikan Injil kepada massa
dalam jumlah yang terbanyak adalah Billy Graham. Ketika ia ditanya,
apakah ia mempunyai pengalaman berbahasa roh? Jawabnya, tidak!
Barangsiapa memutlakkan hal yang tidak
mutlak, sebenarnya dia sedang berusaha menjadikan sesuatu yang bukan
standar menjadi standar, maka dia akan merusak persatuan gereja. Segala
sesuatu yang tidak Tuhan mutlakkan jangan kita mutlakkan, namun yang
Tuhan mutlakkan jangan kita tidak mutlakkan. Memutlakkan yang tidak
mutlak hanya mengakibatkan permusuhan di dalam gereja dan saudara
sendiri. Sedangkan membuat yang tidak mutlak menjadi mutlak berarti
mengajak lawan menjadi kawan yang palsu. Sekali lagi, yang memang mutlak
harus dimutlakkan, yang tidak mutlak jangan dimutlakkan. Jika yang
mutlak dijadikan tidak mutlak, dan yang tidak mutlak dijadikan mutlak,
dapat berakibat gawat. Dengan menjadikan yang mutlak menjadi tidak
mutlak, ia telah menurunkan derajat iman kekristenan. Akibatnya, yang
tidak beriman pun dapat dianggap beriman. Jika saudara menerima dan
menarik lawan menjadi kawan, akibatnya akan membahayakan gereja.
Sedangkan bila yang tidak mutlak dimutlakkan, akibatnya yang sebenarnya
tidak mutlak telah dijadikan standar atau patokan yang mutlak untuk
mengukur. Perbuatan ini tentu akan membuat saudara-saudara sendiri
menjadi musuh.
Barangsiapa yang menjadikan kawan
sebagai lawan, atau menjadikan lawan sebagai kawan, telah bersalah
terhadap Tuhan, juga terhadap sesama manusia. Bila standar iman yang
mutlak yaitu : percaya kepada Allah yang Tritunggal, percaya kepada
Yesus Kristus – Allah yang berinkarnasi menjadi manusia, dan percaya
kepada Roh Kudus – Pewahyu dan Pemberi hidup kepada mereka yang
sungguh-sungguh beriman kepada Yesus Kristus itu, kita longgarkan, kita
merelatifkan hal-hal yang mutlak. Dan akibatnya, tidak ada lagi garis
antara orang Kristen dan non Kristen. Tetapi kalau kita memutlakkan hal
yang tidak mutlak, maka saudara-saudara seiman yang tidak bisa menerima
standar kemutlakan yang kita buat, tidak akan kita pandang sebagai
saudara lagi. Dengan demikian, kita telah mengusir anak-anak Tuhan
keluar dari kandang, dan menimbulkan perpecahan,
Istilah glosa dipakai sebanyak
50 kali di dalam Perjanjian Baru. Dari seluruh pemakaiannya, dapat
dikatakan tidak satu kali pun istilah tersebut dikaitkan dengan
suara-suara yang tidak ada artinya, melainkan selalu mempunyai arti :
bahasa.
Pada waktu hari Pentakosta, Roh Kudus
memenuhi mereka. Mereka berbicara dengan bahasa-bahasa yang tidak pernah
mereka pelajari, tapi pendengar mendengar dengan jelas. Seolah-olah
pengkhotbahnya sedang menyampaikan khotbah dalam bahasa daerah yang
mereka mengerti.
Satu hal yang selalu ditanya, apakah
sekarang ini masih ada bahasa roh? 20 tahun yang lalu, banyak gereja
yang setiap minggu dengan serius menyampaikan khotbah mengenai hal itu,
sambil memeriksa barangsiapa yang tidak memilikinya berarti tidak
mempunyai Roh Kudus. Bahkan mereka membuat doktrin, bahwa barangsiapa
tidak bisa berbahasa roh akan masuk neraka, yang tidak bisa berglosolali
tidak akan masuk sorga. Saya melihat krisis seperti ini. Namun
sekarang, gereja-gereja seperti itu tidak lagi sedemikian berkeras di
dalam hal ini, tetapi bergeser ke dalam hal-hal yang lain, yang tidak
perlu saya singgung di sini.
Lima belas macam bahasa itu bukanlah
bahasa sehari-hari yang dipakai oleh Petrus, Yakobus, Andreas, dan
rasul-rasul lainnya. Bahasa-bahasa itu dipakai di tempat-tempat seperti :
Libya, Arabia, Mesopotamia, Frigia, dan tempat-tempat lain yang jauh
dari Galilea. Orang Galilea tidak memakai bahasa Ibrani kuno sebagai
bahasa pengantar sehar-hari. Mereka memakai bahasa Aram sebagai bahasa
sehari-hari, bahasa yang biasa dipakai di kalangan rakyat. Tetapi,
ketika Roh Kudus turun ke atas mereka, mereka memakai bahasa-bahasa dari
tempat yang jauh untuk mengabarkan Injil Tuhan.
Apakah sekarang masih ada bahasa roh?
Saya tidak mau membatasi Tuhan. Namun jika Tuhan masih memberikan, Dia
akan memberikannya sebagai karunia, bukan sebagai tanda. Karena salah
satu dari belasan karunia yang kita bisa temukan di dalam Kitab Suci
adalah karunia berbahasa roh. Jika Tuhan masih mau memberikan karunia
berbahasa roh kepada seseorang pada suatu kesempatan yang khusus, untuk
suatu kebutuhan yang urgent, tentu Dia akan nyatakan kuasa-Nya.
Kita tidak berhak campur tangan. Kita percaya masih ada karunia
tersebut. Namun terhadap pandangan yang mengatakan kalau seorang tidak
mempunyai karunia berbahasa roh atau tidak mempunyai pengalaman
berbahasa roh, berarti dia tidak mempunyai Roh Kudus, belum dipenuhi
atau belum di baptis oleh Roh Kudus, saya akan menjawab, “Maaf, itu
bukan ajaran Alkitab.”
Di Jakarta, orang yang pendirian seperti
itu sudah pernah mengutuk, mendoakan dan bernubuat tentang saya. Mereka
mengatakan, “Stephen Tong akan mati tertabrak mobil dalam dua bulan
ini.” Dua bulan kemudian, mobil saya masih dalam keadaan baik. “Nubuat”
ini diucapkan pada tahun 1976, dan sekurang-kurangnya lebih dari 15
tahun sejak nubuat itu. Saya masih sehat, belum mati. Orang yang
menubuatkan hal itu berkata, “Roh Kudus berkata kepadanya.” Jikalau Roh
Kudus pernah berkata kepadanya, lalu kemudian tidak terjadi, bukankah
berarti Roh Kudus berbohong? Saya menegaskan, bukan Roh Kudus yang
berbohong, bukan Roh Kudus yang berubah maksud, bukan Roh Kudus yang
memutar balik; tetapi roh yang diterima orang itu bukan Roh Kudus.
Janganlah bermain-main! Jangan mengira
yang menamakan diri orang Kristen pasti adalah Kristen yang sejati.
Jangan juga percaya pada orang yang berkata, “Saya mempunyai Roh Kudus,”
atau “Roh Kudus ada di dalam diriku.” Biarlah Buahnya membuktikan
apakah dia betul-betul memiliki Roh Kudus atau tidak, bukan dari
klaim-klaimnya.
Ada suatu peristiwa yang pernah terjadi
di Rusia. Ketika seorang warga Amerika berkhotbah di sana, seorang
penterjemah yang mengerti bahasa Inggris menterjemahkannya ke dalam
bahasa Rusia. Dia terus mengikuti orang Amerika itu untuk menterjemahkan
khotbahnya, dan menjadi berkat besar bagi orang-orang yang
mendengarnya. Mereka mengunjungi gereja-gereja bawah tanah dan
mengadakan kebaktian dengan sembunyi-sembunyi, dia selalu menyampaikan
penterjemahan dengan setia. Akhirnya, pada suatu hari, pengkhotbah sudah
tiba di suatu tempat kebaktian, tapi penterjemahnya tidak datang.
Ketika diselidiki, baru diketahui bahwa penterjemah itu sudah ditangkap
oleh agen-agen rahasia Rusia. Maka orang Amerika yang berada di
tengah-tengah orang Rusia itu berkata bahwa ia tidak bisa berkhotbah.
Tapi cinta Tuhan terus menggerakkan hatinya, maka dia berdiri. Dia
berkhotbah dengan bahasa Inggris, namun heran, pendengarnya mendengar
dia berkhotbah dalam bahasa Rusia. Hal seperti itu pernah terjadi di
abad XX. Oleh karena itu, saya berkata, inilah karunia berbahasa roh
yang sejati.
Saat pertama kali karunia roh ini
diberikan kepada manusia, tujuannya adalah mempersatukan umat manusia di
dalam kuasa Roh Kudus, supaya gereja yang kudus dan am terwujud di
dalam sejarah, supaya orang yang tidak mengerti bahasa para rasul itu
dapat mengerti Injil yang mereka beritakan, karena Roh Kudus telah
membongkar segala batasan dan pemisah yang ada di antara manusia. Di
mana Roh Kudus bekerja, orang akan menyaksikan persatuan dalam kerajaan
Tuhan. Di mana Roh Kudus bekerja, gereja kita menjadi gereja yang
universal, yang kudus dan am. Di mana Roh Kudus bekerja, orang yang
tadinya tidak mengerti, sekarang bisa mengerti Injil. Karunia bahasa roh
yang sekarang menjalar di sana sini, justru membuat orang yang tadinya
mengerti menjadi tidak mengerti, yang bersatu menjadi terpecah. Padahal
dulu, karunia bahasa roh diberikan, supaya yang tadinya tidak mengerti
menjadi mengerti. Sekarang, mereka berani mengaku karunia berbahasa roh
itu dari Tuhan, namun mengapa justru membuat orang yang tadinya mengerti
malah menjadi tidak mengerti?
Karunia berbahasa roh yang diberikan
pada hari Pentakosta, mengakibatkan orang yang berbeda bahasa, yang
seharusnya tidak bisa mengerti Injil yang disampaikan oleh para rasul,
bukan saja bisa mengerti, bahkan bisa mengenal akan kasih Kristus yang
tinggi, dalam, lebar dan luas bersama-sama dengan orang suci dari segala
bangsa. Berbeda dengan sekarang, yang disebut karunia berbahasa roh
justru membuat orang yang mengerti semakin mendengar semakin tidak
mengerti.
Bila seorang mendapatkan urapan Tuhan
dan karunia berbahasa roh, maka seperti kata Paulus, bahwa ketika ia
berglosolalia di hadapan umum, harus ada orang yang menterjemahkan,
sehingga semua orang dapat mengerti dan menjadi tertib.
PRINSIP KARUNIA BAHASA ROH
Berbicara tentang karunia berglosolalia,
di dalam suratnya kepada jemaat Korintus, Paulus memberikan tiga
prinsip, untuk mencegah gereja dari kekacauan (1 Korintus 14:26-40) :
- Yang mempunyai karunia berbahasa roh harus menyampaikan secara tertib : seorang demi seorang, tidak bersama-sama. Bukan seluruh jemaat berdoa dengan bahasa roh secara serentak. Alkitab menegaskan, jika mau menyampaikan sesuatu, haruslah saeorang demi seorang, bergantian.
- Di dalam suatu kebaktian, paling banyak hanya dua atau tiga orang yang berbicara dengan bahasa roh. Tidak boleh lebih.
- Kalau seseorang berbicara dalam bahasa roh, harus ada penterjemah-nya, supaya semua orang mengerti.
Jika tidak memenuhi ketiga syarat di
atas, harus segera dihentikan. Di sini Paulus membatasi, bukan
merangsang semua orang berbicara. Tetapi kalau memang ada, harus sesuai
dengan ketiga syarat tadi. Bila Roh memberikan karunia berbahasa roh
kepada seorang, Roh yang sama juga akan memberikan karunia untuk
menterjemahkannya, supaya semua orang mengerti. Dengan demikian
terbuktilah bahwa Roh yang satu itu bekerja di dalam diri dua orang yang
berbeda : kepada yang satu diberikan karunia berbahasa roh, kepada yang
lain diberikan karunia untuk menterjemahkan, sehingga semua orang bisa
mengerti dan membuktikan bahwa itu adalah pekerjaan Roh Kudus.
Suatu kali, di New York, seseorang
berdiri di dalam kebaktian lalu berglosolalia, kemudian seorang lagi
naik ke atas untuk menterjemahkan, dan yang lain mendengarkan.
Sepertinya benar, sesuai dengan prinsip Alkitab. Yang menterjemahkan
berkata, “Mari kita memuji Dia, mari kita berbakti kepada Yesus. Mari
kita memuji Yesus. Pujilah Yesus, Yesus, puji…..” Pada waktu
pemberitaan dengan glosolalia dan penterjemahan itu berlangsung,
seseorang merekam semua kalimat yang diucapkannya. Lalu kasetnya
diperdengarkan kepada seorang professor linguistik di Columbia University
yang juga berada di New York. Setelah professor itu meneliti, dia
memberikan komentar bahwa semua bahasa yang dipakai oleh orang pertama
itu ternyata masih ada sampai sekarang. Karena itu professor tersebut
menyelidiki bahasa dari pegunungan Ural, yang terletak di perbatasan
benua Asia dan Eropa, dekat dengan daerah asal orang pertama tersebut.
Adapun apa yang disampaikan oleh orang pertama sama sekali berbeda
dengan yang disampaikan oleh si penterjemah, yang begitu indah
kedengarannya. Sebenarnya ia berkata, “Terkutuklah Yesus, bencilah Dia,
buanglah iman, janganlah percaya kepada-Nya.” Jadi ada semacam roh yang
memalsukan Roh Kudus. Pada saat orang pertama menyampaikan
hujatan-hujatan, roh itu menipu orang yang kedua untuk memberikan
terjemahan yang isinya pujian dan syukur, berbakti dan bersembah sujud
kepada Tuhan. Akibatnya seluruh jemaat mengira, Roh Kudus ada di
tengah-tengah mereka. Lalu mereka menyembah Yesus, sambil percaya bahwa
roh yang menggerakkan kedua orang itu adalah Roh Kudus. Ini membuktikan
adanya penipuan.
Yesus berkata, “Sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga.” Kata “sekiranya mungkin”,
menunjukkan suatu usaha. Jadi orang pilihan tetap bisa ditipu, digoda,
dan dicobai oleh setan. Setan akan menyamar bagai malaikat yang berjubah
putih, yang terang, untuk menipu kita. Paulus berkata kepada
orang-orang di Efesus, “Jangan lupa, setelah aku pergi, serigala yang
mengenakan pakaian domba akan datang kepadamu.”
Setan begitu cerdik, begitu hebat, dengan pengalaman menipu beribu-ribu tahun, sejak pertama kali menyamar jadi ular.
Dia yang seharusnya berada di bawah kuasa manusia, justru telah
berhasil menipu Hawa. Adakah kita mengira sekarang setan sedang tidur,
dan membiarkan kita menikmati pekerjaan Roh Kudus dengan leluasa? Tidak!
Dia akan berusaha mengganggu, menipu, menyamar sebagai Roh Kudus,
sehingga kita mengira bahwa kita sedang menikmati berkat Roh Kudus,
gereja seolah-olah bertumbuh. Namun sebenarnya, buah merekalah yang
memastikan apakah mereka sudah memiliki Roh Kudus, sudah mengasihi
Tuhan. Nyatanya, gereja-gereja yang tidak mementingkan Injil tetapi
hanya mengutamakan fenomena, karunia dan yang disebut suasana Roh Kudus,
pada waktu mereka bersaksi, jarang menyaksikan salib Kristus dan
kebangkitan-Nya, pengampunan dosa, hidup baru, pertobatan, benci
terhadap dosa : meningalkan perjudian, perzinahan dan segala perbuatan
jahat. Mayoritas kesaksian mereka hanyalah: puji Tuhan, dulu saya
miskin sekarang menjadi kaya. Hidup saya sekarang lancar, sukses dan
makmur. Orang-orang sedemikian seperti berada di dalam satu arus, di
mana iman Kekristenan yang sejati sudah dibengkokkan, tetapi mereka
masih belum sadar.
Mendapat Berkat Dan Kuasa Roh Kudus
Saya merasa menjadi salah seorang yang
paling tersendiri di dunia. Ketika saya melihat suatu krisis di dalam
gereja dan saya mengungkapkan hal itu, mereka akan menasihati saya agar
jangan menyebut hal itu, nanti dinilai kurang cinta kasih.
Tetapi jika saya tidak mengatakannya, di zaman atau generasi kita ini
dengan mata kepala saya sendiri, kita akan menyaksikan gereja
menyeleweng, iman Kristen luntur, pusat pemberitaan Injil tidak lagi
pada salib dan kebangkitan Yesus Kristus, tetapi pada Yesus, Sinterklas rohani.
Cukup berdoa saja, semua permintaan doa akan dikabulkan. Mintalah
dengan iman dan coba bayangkan Mercedez yang akan engkau peroleh : 300E,
SEL, atau SC, warnanya apa, nomornya berapa. Doa-doa seperti yang
diajarkan oleh Paul Yonggi Cho, tidak pernah ada di dalam Alkitab, itu
bukan ajaran Kristen!
Saya sungguh berdoa agar Tuhan
memberikan kemampuan kepada kita untuk mengenali segala tipu muslihat
iblis di dalam gereja yang kelihatan bertumbuh, tetapi sebenarnya iman
Kristen mereka sudah hilang, fokus Injil tidak lagi pada Kristus, salib
dan kebangkitan. Silahkan perhatikan khotbah-khotbah yang disampaikan
oleh Petrus, Paulus, dan Stefanus dalam Kisah Para Rasul 3,5,7,15. Coba
perhatikan pasal-pasal yang dengan panjang lebar mencatat
khotbah-khotbah mereka yang dipenuhi Roh Kudus. Khotbah mereka tidak
lain : Yesus yang tersalib, yang mati, yang bangkit, yang kini ada di
sorga dan yang akan datang kembali (band. 2 Timotius 2:8)
Jikalau ada orang-orang yang
kelihatannya tetap mengkhotbahkan fokus Injil, seperti yang terjadi di
dalam moment-moment yang paling penting, yang bersangkut paut dengan
Yesus dan sejarah. Tapi mereka coba menyelewengkan sedikit-sedikit
berbicara tentang Yesus, yang dipaku di salib, tetapi banyak berbicara
tentang dosa saudara, tentang menyembuhkan penyakit saudara,
berhati-hatilah dengan mereka! Saya bukan tidak percaya Tuhan dapat
menyembuhkan orang sakit. Tetapi saya percaya menyembuhkan penyakit
murtad yang terdapat di dalam rohani dan hati yang menyelewengkan dari
Tuhan, jauh lebih penting daripada menyembuhkan penyakit jasmaniah.
Di dalam kitab Yeremia ada tertulis,
“Kembalilah hai Israel! Hai Israel, berbaliklah, bertobatlah, maka Tuhan
akan menyembuhkan penyakit murtadmu.” Bukan saya tidak percaya bahwa
Tuhan bisa menyembuhkan penyakit tubuh, karena saya sering mengalami
kuasa Tuhan. Saya percaya ada kuasa di dalam Tuhan, bilur-Nya dapat
menyembuhkan kita, tetapi yang lebih perlu disembuhkan adalah penyakit
murtad. Kalau kuasa Yesus hanya terbatas untuk menyembuhkan penyakit,
Dia tidak berbeda dengan dokter biasa, bahkan lebih banyak orang yang
disembuhkan oleh dokter daripada yang disembuhkan melalui doa.
Salah seorang pemimpin third wave movement yang mengutamakan power evangelism , power ministry, pernah diundang menjadi dosen di Sekolah Tinggi Teologi Fuller, di California. Namun tak lama kemudian, pendiri Vineyard itu
harus keluar dari sana. Dia pernah ditanya, “Betulkah Anda yakin bahwa
doa dan kuasa Injil dapat menyembuhkan semua penyakit?” Jawabnya, “Yang
disembuhkan kurang dari 1%.” Berarti jauh dibawah presentasi
kesembuhan yang dilakukan oleh dokter. Jadi yang membesar-besarkan power evangelism, power healing, power ministry, ternyata menunjukkan bahwa kuasa Yesus kalah dari dokter.
Kita tidak perlu membesar-besarkan
tentang penyembuhan jasmani. Ketika kita mendoakan orang sakit, cukup
menyerahkannya kepada Tuhan dengan keyakinan, kalau Tuhan mau, tidak ada
penyakit yang tidak bisa Dia sembuhkan. Tapi
janganlah menjadikan penyembuhan sebagai pemikat untuk menarik orang
datang mendengarkan Injil. Karena bila motivasi kita mengundang mereka
sudah menyeleweng, mereka yang datang pun bukan datang untuk Kristus,
untuk firman, tapi untuk memuaskan ego mereka sendiri. Maka tidak heran,
bila mereka yang telah disembuhkan akan kembali berbuat dosa.
Kita juga menyaksikan orang yang
kelihatannya memberitakan kedatangan Yesus yang kedua kali dengan
berapi-api, sering juga menyelewengkan kebenaran dengan menetapkan
tanggal, bulan dan tahun kedatangan Yesus. Padahal tentang hari itu,
hanya Allah Bapa sendiri yang tahu. Anak pun tidak (Kis.1:7). Jika
Alkitab mengatakan hanya Bapa yang tahu, tetapi orang di Amerika, di
Korea mengaku tahu, apa maksudnya? Selama 40 tahun ini, peristiwa
seperti itu juga sudah dua kali terjadi di Jakarta : ada pendeta yang
meramalkan hal itu. Tapi yang satu lagi sekarang sudah dipenjarakan.
Yang memenjarakan dia adalah pemerintah yang mayoritasnya non Kristen.
Dia dipenjarakan, karena orang luar lebih tahu bahwa dia salah.
Berkata-Kata Dari Roh Kudus
Mari kita melangkah pada satu perintah
yang penting mengenai Roh Kudus. 1 Yohanes 4:1, “Sebab Roh yang di dalam
mau lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia.”
Di tahun 1967, ada sebuah gereja yang
sangat suam. Pendetanya membuka gedung bioskop, setiap hari Natal
memberikan karcis kepada orang miskin untuk mendapat hiburan di sana,
merokok dan berdansa. Pendeta yang begitu duniawi membuat majelisnya
merasa gelisah. Mereka berpikir kalau gereja mau dibangunkan harus
mempunyai kuasa Roh Kudus, maka mereka terus menuntut kuasa Roh Kudus.
Kemudian datanglah pendeta dari Australia yang mengatakan bahwa dirinya
telah mencapai hidup suci dan tidak mungkin berdosa lagi. Tingkat
rohaninya sudah sedemikian tinggi seperti Kristus. Pendeta itu
mengumpulkan mereka di atas gunung dan menuntun mereka untuk memperoleh
kuasa Roh Kudus. Sampai ada dari antara mereka yang berglosolalia dan
ada yang menterjemahkan.
Kemudian mereka berpikir, di antara para
pendeta yang ada, mungkin Stephen Tong-lah yang cukup berbobot.
Alangkah baiknya kalau mereka yang sudah mendapat pengalaman Roh Kudus
ditambah lagi dengan khotbah Stephen Tong, gereja mereka pasti akan
dibangunkan. Maka mereka datang dari Surabaya ke Malang untuk mengundang
saya. Mereka memberitahu saya, nanti malam jam 7 ada kebaktian, tetapi
setengah jam sebelumnya mereka akan mengadakan doa dulu. Lalu mereka
berkata, “Puji Tuhan, di Nongko Jajar sudah terjadi pekerjaan Tuhan yang
besar sekali, sehingga Roh Kudus memberikan wahyu, berkata-kata
langsung kepada kami.” Saya sangat terkejut, Maka saya bertanya,
“Bagaimana kalian tahu kalau yang berkata-kata itu adalah Roh Kudus? Dan
bagaimana saudara tahu bahwa yang disampaikan itu adalah wahyu?”
Mereka mengatakan bahwa mereka memiliki bukti dan mengeluarkan beberapa
lembar kertas, menyerahkannya kepada saya sambil berkata, “Pak, pegang
kertas ini baik-baik, sebab ini wahyu Tuhan yang asli.” Saya membaca
kertas-kertas itu. Pada kertas yang pertama tertulis, “Hai anak-anak-Ku.
Aku datang kepadamu. Aku adalah Yesus Kristus. Aku adalah Tuhan dan Aku
menangisi kamu yang belum mengabarkan ini. Kalau kamu tidak segera
mengabarkan, Aku akan datang lagi untuk memarahi kamu.” Kertas kedua
saya baca dengan hati yang gentar dan takluk di hadapan Tuhan. “Hai
kamu, wanita-wanita, di manakah suamimu yang belum percaya kepada-Ku?
Aku sedih bagi mereka. Karena mereka belum beriman. Bawalah mereka
kepada-Ku. Berlututlah di hadapan-Ku. Aku akan memberi pengharapan dan
pengampunan kepadamu.” Memang pada saat surat itu dibacakan, suami dari
salah seorang wanita yang ada di sana belum percaya Tuhan. Jadi tepat.
Menurut mereka ini pasti merupakan wahyu langsung dari Tuhan, dan Roh
Kudus juga bekerja, karena surat itu disampaikan dalam bahasa Ibrani dan
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan logat Jawa Timur. Ketika
saya tanyakan mengapa mereka bisa mengetahui surat itu ditulis dalam
bahasa Ibrani dan diterjermahkan, mereka tidak bisa memberikan
kepastian, dan hanya merupakan perasaan mereka saja. Kertas yang ketiga
berbunyi demikian, “Akulah Yesus, Akulah Yesus, Yesus yang di sebelah
kanan Bapa. Aku akan datang kembali. Ini zaman akhir. Kabarkan hal ini
secepat mungkin. Aku segera datang. Akulah Yesus yang berdiri di sebelah
Bapa.” Setelah saya baca, saya suruh mereka menunggu di luar. Saya
masuk ke kamar, saya berdoa dan membaca Kitab Suci tentang ayat-ayat
yang berkaitan dengan hal itu hingga selesai. Lalu saya berdoa lagi.
Saya betul-betul menguji, mengoreksi, mengintrospeksi, membersihkan hati
saya, membaca Kitab Suci dan setelah itu keluar. Saya berkata, “Saya
bersyukur kepada Tuhan karena kalian rindu gereja kalian dibangunkan.
Tetapi dengan sangat menyesal saya harus katakan, silahkan ambil kembali
kertas ini. Kertas ini dari roh setan.”
Waktu saya menyebut kertas ini dari roh
Setan, mereka semua berteriak, “Jangan begitu pak Tong, jangan menghujat
Roh Kudus.” “Jangan menghujat Roh Kudus?” Mereka sudah terpaku pada
apriori bahwa yang menyampaikan surat itu adalah Roh Kudus. Lalu
Stephen Tong mengatakan ini bukan dari Roh Kudus. Berarti Stephen Tong
menghujat Roh Kudus, menghina pekerjaan Tuhan. “Waktu Roh Kudus berada
di tengah-tengah kami dan memberikan wahyu kepada kami, kami mencatat
yang asli ini. Suasana waktu itu begitu baik, jadi tidak mungkin roh
setan, pasti Roh Tuhan.” Saya menjawab mereka, “Tidak!” “Mengapa?
Mengapa Bapak bisa berkata demikian?” “Kalau ada waktu yang cukup, saya
akan menjelaskan.” Saya kembalikan kertas tadi.
Sebelum saya berangkat ke Surabaya, saya
mencari seorang dosen dari Kanada, Miss Williamson, yang mengajar di
SAAT (di mana saya juga menjadi dosen). Saya memberitahukan masalah ini
kepadanya dan kembali berdiskusi dengannya. Jawabnya, “Ini pasti bukan
Roh Kudus, bukan Roh yang dari Allah.” Saya berdoa bersama dengannya
dan kami membuat janji, jam 6 sampai jam 7, sebelum saya khotbah ada
kebaktian doa khusus di gereja itu. Saya minta dia pada jam tersebut
mendoakan saya di Malang dan saya berdoa di Surabaya. Karena saya akan
berperang. Lalu saya berangkat.
Sampai di Surabaya, saya menunggu dengan
tenang, sampai waktunya, saya tiba di gereja itu. Saat itu, di
konsistori sudah berkumpul 15 orang, pendeta yang tadinya adalah lawan
sudah mulai menjadi kawan. Saya berada di tengah-tengah mereka. Pada
waktu kami menyanyi, pemimpin mengajak berdoa. Di tengah-tengah doa, dia
berusaha membuat suasana supaya roh itu datang lagi. Dia berharap saya
bisa percaya bahwa roh itu adalah Roh Kudus. Saya berdoa dengan rendah
hati dan sungguh-sungguh takut kepada Tuhan : “Tuhan, sekarang saya
berpegang pada firman-Mu dengan cermat, dengan sungguh-sungguh takut
kepada-Mu, beri kekuatan kepada saya.” Seorang mengambil waktu
kira-kira 10 menit untuk berdoa. Di tengah-tengah doanya itu, datanglah
suatu suara dari seorang wanita yang berusia 40 tahun : “Aku datang, aku
datang, aku datang kepada anak-anakku.” Saya mempunyai perasaan yang
jelas bahwa saya bukan anaknya. Di dalam Alkitab, tak pernah sekalipun
Yesus berkata, “Aku datang kepadamu, kamu adalah anak-anak-Ku.” Kita
tidak pernah disebut sebagai anak Yesus, karena melalui Yesus Kristus
kita menjadi anak Allah. Dan kalau Roh Kudus datang dari luar, berarti
Dia belum berada di dalam kita. Kalau Dia datang dari luar, lalu
siapakah yang berada di dalam? Kalau Roh Kudus sudah berada di dalam,
mengapa Dia berkata, “Aku datang kepada anak-anak-Ku?” Lagipula tidak
ada orang Kristen yang disebut anak Roh Kudus.
Saya mulai berkata, “Tuhan, saya mau
berhenti doa sampai di sini. Sekarang, saya mau mencari dan memakai
ayat-ayat firman-Mu yang berkuasa bagaikan pedang yang bermata dua untuk
menghancurkan ajaran yang sesat ini, sambil menemukan nabi palsu itu.
Berilah kekuatan dan hikmat kepada saya.”
Setelah berdoa, keringat saya
bercucuran. Saya buka Kitab Suci dan langsung membacakan beberapa ayat,
lalu saya bertanya kepada perempuan itu, “Hai, roh yang berada di dalam
perempuan ini, dalam nama Yesus Kristus yang sudah berinkarnasi menjadi
manusia, yang sudah mati di atas kayu salib, yang sudah bangkit pula
dari antara orang mati, yang sudah naik ke sorga dan akan datang
kembali. Saya bertanya kepadamu, siapakah engkau?”
Saya menantang langsung perempuan yang
katanya dipenuhi oleh roh itu. Dia mulai bergoyang-goyang, matanya tidak
mau melihat, dia tersenyum-senyum dan tidak mau menjawab. “Dalam nama
Yesus, jawablah siapa engkau?” Mendadak dia berhenti tersenyum, matanya
terbelalak, dia berteriak, “Apa?” Kelembutan yang tadi hilang, suasana
indah pun hilang. Kalau bukan Tuhan menyertai saya, saya akan ketakutan
luar biasa.
Saya berkata, “Dalam nama Yesus,
sekarang jawablah, siapa engkau? Adakah engkau percaya bahwa Yesus
Kristus yang mati di atas kayu salib dan bangkit dari antara orang mati,
Anak Allah yang tunggal, adalah Firman yang datang menjadi daging?”
Waktu saya mengajukan pertanyaan itu, jawabnya, “Apa? Aku Yesus. Akulah
Yesus.” Saya bertanya sekali lagi, “Dari manakah engkau?” “Dari anakku
Yesus, aku Yesus dari anakku Yesus.” Dia menjadi kacau.
“Sekarang demi nama Yesus Kristus, Anak
Allah yang tunggal, Tuhan dan Juruselamat gereja, yang sudah mengalahkan
setan dan segala kuasa jahat, saya perintahkan engkau jatuh!”
Sesudah saya mengucapkan kalimat itu,
dalam satu detik perempuan itu mau bertahan, tapi tidak mampu, dia
terjatuh. Teman-temannya yang sedang berdoa mendengar suara yang keras
itu, berdatangan membangunkan dia. Sesudah bangun, dia seperti orang
yang baru pingsan, sama sekali tidak sadar akan apa yang baru terjadi,
persis orang yang dirasuk setan, lemas sekali. Mata yang tadinya ganas,
suara yang tadinya keras, sekarang tidak lagi, saya sangat kasihan
kepadanya.
Mereka bertanya, “Apakah percaya Roh
Kudus?” Saya jawab, “Saya percaya.” “Kau tidak percaya glosolalia?” “
Saya percaya yang asli.” “Kau tidak percaya yang tadi itu Roh Kudus?”
“Tidak.” “Jadi, roh apa?” “Roh yang melawan Tuhan, roh palsu, roh
nabi palsu, roh si jahat.” “Mana mungkin? Dia menyuruh kami memuji
Tuhan.” “Prinsip memuji Tuhan adalah manusia mengembalikan kemuliaan
kepada Allah dalam statusnya sebagai manusia. Tetapi dia meminta orang
berlutut di hadapannya. Itu bukan memuji Allah, tetapi merebut pujian
yang seharusnya diberikan kepada Allah. Kedua, setiap orang yang
dipenuhi oleh Tuhan dan dipenuhi oleh Roh Kudus, baik semua nabi di
Perjanjian Lama atau pun semua rasul Perjanjian Baru, tidak pernah
seorang pun berkata dengan mulut bibirnya : “Aku adalah Yesus.” Itu
tidak boleh. Baik rasul Paulus dan Petrus pun tidak pernah mengucapkan
kalimat seperti itu, tetapi mengapa di abad XX ini ada orang yang
menganggap diri lebih rohani dari mereka hingga bisa mewakili Tuhan
Yesus? Itu adalah tipu muslihat! Tetapi masih ada begitu banyak orang
Kristen yang bodoh, yang tidak mengerti prinsip Alkitab, yang begitu
gampang digoncang dan ditipu oleh roh-roh palsu. Yohanes memberikan
prinsip ini : jangan percaya pada segala roh, ujilah! Tetapi orang yang
berada di dalam golongan atau gerakan itu selalu tidak mau orang
menguji, hanya mau orang percaya. Sekarang kita mendapat kesimpulan :
Roh Suci yang asli, yang mewahyukan Kitab Suci ini meminta orang Kristen
menguji, tetapi roh yang memalsukan Roh Kudus tidak memperbolehkan
orang menguji. Perhatikan prinsip-prinsip
yang dipaparkan di sini, semua ini adalah kunci dalam seumur hidup kita,
bagaimana menghadapi dunia yang krisis dan zaman yang sarat dengan
pemalsuannya.”
Setelah peperangan selesai, saya
langsung naik ke mimbar dan berkhotbah tentang kebangunan. Roh Kudus
bekerja secara luar biasa, hari itu ada kira-kira 300 orang yang
bertobat. Meerka berlutut di hadapan Tuhan, mengaku dosa dan minta Tuhan
memberi pengampunan, agar gereja mereka mempunyai hari depan yang
cerah.
Para pemimpin gereja tersebut tentu
merasa benci sekali kepada saya. Mereka merasa dipermalukan di depan
begitu banyak orang, karena roh itu dianggap sebagai roh yang tidak
benar. Lima belas tahun kemudian, pemimpin kelompok itu datang mengikuti
Seminar Pembinaan Iman Kristen yang saya pimpin. Dia mengaku bahwa pada
saat itu ia yang salah, dan kini ia sudah sadar akan hal itu. Dulu ia
mengira roh itu adalah Roh Kudus. Akibatnya ia memberikan uang,
kesehatan, bakat, karunia dan segala keinginan untuk mengembangkan
gerakan itu. Tetapi setelah 15 tahun, ia melihat hanya berputar-putar di
sana, tidak pernah bertumbuh, tidak pernah sungguh-sungguh mengerti
prinsip Alkitab dengan lebih mendalam. Dan akhirnya ia semakin sadar
untuk menerima ajaran-ajaran yang ketat.
Perhatikan prinsip Alkitab di bawah ini :
Hati-hatilah terhadap karunia berbahasa roh yang berbunyi, “Akulah
Yesus” atau “Aku datang dan masuk ke dalam anak-anakku.” “aku datang
kepada anak-anakku.” Atau “Aku akan menyembuhkan engkau secara
pelan-pelan, aku berkuasa.”
Di Batu Pahat, ada seorang anak
perempuan cantik yang berusia 15 tahun, jatuh pada waktu main bola
basket, kakinya menjadi bengkak dan berubah menjadi kanker. Pembengkakan
semakin parah, sampai kakinya dua kali lebih besar dari kaki yang
lainnya. Dia tidak bisa berjalan, seumur hidupnya lumpuh. Seorang
pendeta membawa dua orang wanita berglosolalia di rumahnya, katanya,
“Akulah Yesus. Aku pasti akan menyembuhkanmu dengan pelan-pelan,
teruslah beriman kepadaku. Aku Yesus, aku Yesus.” Tiga hari kemudian,
saya tiba di sana. Saya berkhotbah tentang doktrin Roh Kudus yang benar
dan yang salah. Dua perempuan yang tadi bernubuat dan mengatakan dirinya
Yesus ikut mendengar dan merasa ketakutan. “Yesus” yang bisa takut,
datang mencari saya dan bertanya, bahwa jika nubuat itu salah, maka roh
apakah yang telah masuk ke dalam dirinya. Maka saya mendoakan dia. Saya
berkata, “Berlututlah di hadapan Tuhan! Mungkin engkau memiliki
kesengsaraan dan kesulitan, sehingga engkau begitu menginginkan hiburan
dan kekuatan yang dari atas. Dan karena kau tidak tahu prinsip Alkitab,
maka setan telah menipumu dengan roh yang lain, yang masuk ke dalam
dirimu.” Mereka membenarkan, karena salah satu dari mereka sudah
bercerai dan yang satu lagi sedang dibenci oleh suaminya. Di dalam
kesulitan emosi inilah mereka mencari kompensasi di gereja, lalu mereka
mengira telah mendapatkan Roh Kudus. Waktu mereka, yang tidak mengetahui
Alkitab, begitu merindukan pertolongan, keinginan yang tidak
berdasarkan firman Tuhan dan prinsip Alkitab itulah yang memberikan
lowongan kepada setan masuk bekerja di dalam hati mereka.
Saya mengunjungi anak perempuan itu.
Waktu saya melihat keadaannya, ibunya seorang Kristen yang baik, yang
sangat mencintai Tuhan dan sekarang menyaksikan anak bungsunya, yang
begitu cantik, dan paling dia sayangi menderita seperti itu, saya
bertanya kepadanya, “Dalam nama Yesus Kristus, saya katakan bahwa
muslihat-nubuat itu bukan dari Allah, tapi dari roh setan yang
memalsukan Roh Kudus.”
Ibu itu berkata, “Tidak, itu pasti Roh
Kudus.” Yang mengatakan anaknya bisa sembuh itu pasti Tuhan, dia
percaya roh itu adalah Roh Kudus. Lalu saya masuk ke kamar, saya
mempersiapkan hati anak perempuan itu, saya berkata, kalau kau sembuh,
puji Tuhan. Tetapi menurut saya, kemungkinan engkau akan mati. Waktu
saya mengucapkan kalimat itu, anak perempuan itu berkata, “Pak Stephen
Tong, saya juga merasa bahwa saya tidak bisa sembuh. Sekarang saya mau
menyediakan hati untuk bertemu dengan Tuhan. Saya sudah diselamatkan,
saya orang Kristen yang sejati. Kalau pun saya mati, saya sudah siap.”
Maka saya mempersiapkan hatinya. Sesudah itu, saya keluar dan bertanya
lagi kepada ibunya, “Kau percaya roh itu adalah Roh Kudus?” Ia
menjawab, “Ya!” Langsung saya berkata, “Kalau Tuhan mengambil jiwa
anakmu adalah karena Dia begitu mencintaimu. Dia mau kamu bertobat dari
kepercayaan yang salah. Mungkin sekali anakmu akan dipanggil oleh Tuhan,
dia akan mati. Saya sudah mempersiapkan hatinya untuk bertemu Tuhan.
Dan kau, orang penting di gereja, mereka memandangmu sebagai tua-tua
wanita, ternyata engkau percaya bahwa roh itu adalah roh Allah.
Perbuatanmu itu akan menyesatkan seluruh gereja. Demi kebaikan seluruh
gereja, demi kebaikanmu dan keluargamu, dalam nama Tuhan Yesus, saya
berkata Mungkin Tuhan akan mengambil jiwa anakmu.” Dia mengucurkan
airmatanya Suaminya yang belum Kristen berdiri disampingnya menjadi
bingung, mengapa pendeta yang lain mengatakan anaknya pasti akan sembuh,
tapi pendeta ini mengatakan mungkin anaknya akan mati.
Setengah tahun kemudian, selesai saya
berkhotbah di kongres penginjilan sedunia di Hong Kong, ibu itu datang
menghampiri saya. Anaknya telah meninggal. Akhirnya ia menyadari bahwa
roh yang ada pada perempuan itu bukan Roh Allah, tetapi roh setan.
Pendeta yang membawa dua perempuan itu, sebelumnya begitu keras melarang
ibu ini membawa anaknya ke dokter, karena yakin Tuhan akan
menyembuhkannya. Setelah mendengar saya berkata dengan begitu tegas, ia
menjadi sangat takut dan dengan taksi ia membawa anak itu ke Kuala
Lumpur. Pada saat pulang terjadi kecelakaan dan mukanya rusak. Akibat
dari hal itu, ia menjadi sadar. Bahkan suami dari ibu itu, ketika
melihat ketegasan saya, akhirnya mulai mau pergi ke gereja. Imannya
dipulihkan dan ia tidak sampai merusak seluruh gereja.
Sesudah peristiwa itu, saya sempat
mengunjungi tempat itu beberapa kali. Gereja itu memang tidak besar,
tapi menghasilkan cukup banyak pendeta.
Saya kembali pada prinsip tadi, roh yang
palsu tidak menginginkan kita mengujinya. Orang Kristen yang tertidur
juga tidak tahu bagaimana menguji roh. Sebaliknya, Roh yang sejati tidak
takut diuji. Dia justru memerintahkan kita, agar jangan percaya kepada
segala roh, tetapi ujilah apakah roh itu dari Allah, atau bukan. Karena
roh si jahat, si pembohong, roh pemalsu sudah ada di dunia. Allah memang
tidak boleh dicobai oleh manusia. Allah tidak mencobai siapapun, dan
juga tidak dicobai siapapun, tetapi Allah yang sejati pernah dua kali,
satu kali di Perjanjian Lama dan satu kali di Perjanjian Baru,
memerintahkan manusia untuk menguji Dia (Maleakhi 3:10, 1 Yohanes 4:1).
Ujilah segala roh, supaya kamu tahu
apakah itu Roh Allah atau bukan. Kalau itu memang Roh yang dari Allah
pasti akan tahan uji. Kalau roh itu bukan dari Allah tentu tidak akan
tahan uji. Tetapi sekarang ada satu ajaran yang membingungkan kita :
siapa yang berani menguji Roh Kudus? Kalau Roh Kudus diuji bukankah
berarti kita kurang beriman? Kalau kurang beriman bukankah itu berarti
dosa?
Suatu kali saya hadir di dalam kebaktian
yang penuh dengan roh yang tidak karu-karuan. Saya duduk di bagian
belakang. Saya melihat dan mendengar khotbah yang disampaikan oleh
pendeta dari India, dia mulai gugup, sepertinya mata saya sudah
menangkap sesuatu dari dirinya. Dia berkata, “Hari ini ada seorang masuk
dengan roh bimbang, roh kurang beriman, roh tidak percaya, roh kritik.
Keluar! Keluar!” Saya sengaja tidak mau keluar, karena Alkitab
memerintahkan, jangan percaya kepada segala roh, ujilah apakah roh itu
dari Tuhan Allah atau bukan. Itulah yang dikatakan Alkitab, firman
Tuhan. Jangan menipu mereka yang belum mengenal atau yang kurang
menghafal Alkitab, dan membuat mereka ketakutan luar biasa, sehingga
orang-orang yang dianggap mempunyai roh yang khusus, yang supranatural
boleh dikultuskan. Tidak! Kalau Saudara merasa apa yang saya sampaikan
tidak sesuai dengan Alkitab, coba tunjukkan, saya akan memberikan
jawaban kepada Saudara. Kalau Saudara tidak setuju dengan semua ajaran
yang saya berikan, mari kita mempelajari lebih banyak lagi untuk
membuktikan apakah yang saya sampaikan itu betul-betul alkitabiah atau
tidak. Tapi saya tidak mau kau mengkultuskan Stephen Tong, Yonggi Cho,
Benny Hinn atau siapapun.
Seperti apa yang dikatakan Agustinus,
“Di dalam ajaranku, aku memaparkan firman kepadamu. Jika kau menemukan
apa yang kuajarkan tidak sesuai dengan Alkitab, tinggalkanlah aku, tapi
jangan tinggalkan Alkitab.” Jangan kultuskan siapapun. Stephen Tong
hanya mempunyai satu kewajiban, satu tugas, yaitu memimpin Saudara
mengerti firman Tuhan lebih tepat, lebih akurat, lebih sehat dan lebih
berakar, selebihnya saya tidak mempunyai ambisi apa-apa, seperti
mengkultuskan saya atau menjunjung tinggi saya.
Siapakah yang memiliki Roh Kudus? Roh
Kudus diberikan kepada siapa? Saat ini gereja-gereja Protestan dan
gereja-gereja tradisionil selalu gagal memiliki kesadaran bahwa kita
yang betul-betul diselamatkan sudah memiliki Roh Kudus. Kalau saya
bertanya tentang siapa yang sudah percaya kepada Yesus Kristus, maka
kira-kira ada 90% yang angkat tangan. Tapi kalau ditanya, apakah mereka
secara jelas tahu bahwa dosa-dosa mereka telah diampuni dan sudah
mendapatkan hidup yang kekal, maka hanya 50% yang angkat tangan. Jika
dilanjutkan, apakah mereka sudah sungguh-sungguh tahu bahwa mereka telah
hidup baru di dalam Kristus, maka tinggal 20% yang berani angkat
tangan. Kemudian bila saya bertanya lagi, dengan mata yang terbelalak,
siapa yang berani berkata sudah memiliki Roh Kudus, maka banyak orang
akan menoleh ke kanan dan ke kiri, sambil berkata, “Saya tidak tahu.”
Saat ini, mungkin hanya sisa 10% yang berani angkat tangan. Karena tidak
mengerti firman Tuhan, maka banyak orang tidak mempunyai keyakinan,
tidak mempunyai kepastian, tidak mempunyai pegangan tentang apa yang
sudah dijanjikan di dalam Alkitab. Banyak orang hanya berasumsi,
barangsiapa berkhotbah dengan suara keras pasti memiliki Roh Kudus,
sedangkan yang lembut tidak memiliki-Nya. Padahal tidak tentu. Kalau
hanya orang yang bersuara keras saja yang memiliki Roh Kudus, maka semua
orang bisu pasti tidak memiliki Roh Kudus, lalu bagaimana dengan mereka
yang tidak naik mimbar? Bukankah tidak akan memiliki Roh Kudus? Kita
perlu mendapatkan prinsip Alkitab yang lebih stabil agar tidak terjebak
kepada kesalahan-kesalahan sedemikian. Amin.
Oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong
Sumber : http://www.nusahati.com/2012/08/penerimaan-roh-kudus-yang-salah/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar