Turunnya
Roh Kudus ke dunia adalah pemberian terbesar Allah bagi Gereja. Hidup
kekal adalah janji terbesar Allah. Hidup kekal diberikan melalui Roh
Kudus yang membawa kita untuk taat kepada Kristus. Inilah definisi orang
Kristen sejati menurut 1 Petrus 1:2, yang mencakup karya Tiga Pribadi
Allah Tritunggal: i) dipilih oleh Allah; ii) dikuduskan oleh Roh Kudus;
dan iii) taat pada Kristus dan menerima percikan darah-Nya. Satu ayat
yang mengungkapkan doktrin Predestinasi, Tritunggal, Keselamatan, dan
Karya Roh Kudus dengan begitu tepat, singkat, dan sempurna. Orang-orang
dari segala bangsa, segala tempat, segala zaman yang dipilih oleh Allah
Bapa dan digerakkan oleh Roh Kudus dari pasif menjadi aktif, dari tak
mengerti menjadi mengerti, dari membangkang menjadi taat pada Yesus
Kristus, menerima percikan darah-Nya, dan dikumpulkan menjadi Gereja
yang kudus (sifat gereja) dan Am (universal).
Di segala zaman, selalu ada orang yang
sulit untuk mengerti doktrin Allah Tritunggal, Kristologi, Soteriologi,
terlebih lagi doktrin Roh Kudus. Juga terdapat banyak orang yang tidak
mengerti dengan benar, tetapi berani untuk bersuara lantang dan
berbicara seperti orang yang mengerti. Orang-orang yang tak mau
mempelajari doktrin dengan sungguh-sungguh, secara sadar atau tidak
sadar telah menanamkan benih salah-mengerti di dalam diri jemaat yang
mengakibatkan perpecahan gereja yang tak pernah ada habisnya. Sejak 30
tahun silam, pernyataan: “Jangan ke Gereja Protestan, GRII, Katholik…
karena di sana tidak ada Roh Kudus” terus menjalar, membuat orang tidak
mau mendengar khotbah yang penting dan benar. Di tempat dan pada saat
seseorang menyampaikan berita Injil yang murni, menelaah Alkitab secara
akurat dan mendalam, membawa orang kembali pada firman Tuhan, ada suara
yang mencegah orang Kristen untuk mendengar. Mungkinkah suara itu
berasal dari Tuhan? Tentu tidak! Roh Kudus yang sudah mewahyukan
kebenaran kepada nabi-nabi di Perjanjian Lama dan kepada rasul-rasul di
Perjanjian Baru untuk menulis Alkitab, tentu ingin agar manusia mengerti
kebenaran dan beriman. Suara seperti itu bertentangan dengan suara Roh
Kudus.
1. Roh Kudus Menurunkan Firman Tertulis
Firman harus menjadi dasar agar kita
mengerti, beriman, dan beroleh hidup. Firman sebagai dasar karena
melalui firman yang Allah wahyukan di Kitab Suci, kita dapat mengenal
Allah dengan benar. Jadi, bentuk pertama dari firman yang diturunkan
oleh Roh Kudus dari sorga ke dunia adalah Alkitab, dan iman datang dari
mendengar firman Tuhan yang sejati. Firman itu tertanam di hati kita
sebagai benih yang hidup, yang berakar ke bawah, dan berbuah ke atas.
Jadi, iman bukan datang dari diri kita sendiri. Kalau ada seseorang yang
sakit dan memerlukan banyak dana lalu mendengar ada orang mengatakan,
“Ayo ikut kebaktian, kau akan sembuh,” dia akan pergi. Saat diminta
untuk beriman, dia mengatakan, “Tuhan, aku beriman, sembuhkan aku.”
Imannya adalah iman ingin sembuh, ini tidak sesuai dengan prinsip
Alkitab bahwa iman datang dari mendengar Firman. Tentu bukan maksud saya
untuk mengatakan bahwa manusia sendiri tak mungkin punya iman. Karena
tertulis di Alkitab, orang datang pada Tuhan karena percaya ada Tuhan
dan percaya Dia memberi pahala pada orang yang mencari Dia. Itu berarti
bahwa manusia punya iman natural, yang oleh Theologi Reformed disebut
anugerah umum. Anugerah umum berasal dari Tuhan namun anugerah umum harus
disusul dengan anugerah keselamatan. Jadi, mengapa dikatakan “orang
yang datang kepada Tuhan karena ingin sembuh tak sesuai dengan prinsip
Alkitab?” Karena menuntut berkat, kaya, lancar, sukses, dan makmur
terdapat di semua agama. Itu sebabnya orang pergi ke Gunung Kawi, Sam Po
Kong, kelenteng, kuil-kuil, dan lain-lain. Mengapa orang menuntut semua
itu? Karena sifat egois manusia. Itu sebabnya orang melakukan korupsi,
berbisnis curang, dan menipu untuk memperkaya diri. Maka kata Yesus,
“Jika engkau tidak menyangkal diri, engkau tidak layak mengikut Aku.”
Jadi, orang yang percaya hanya berdasarkan iman natural tidak bisa
menjadi orang Kristen yang baik. Dia perlu mendengar Firman kebenaran.
Firman kebenaran akan menerangi dia untuk mengoreksi diri, melepaskannya
dari egoisme, belajar mengikuti Tuhan dengan taat, memikul salib, dan
menjadi orang yang berkenan pada Tuhan yang di sorga. Jadi, iman yang
kau dapat melalui mendengar Firman adalah kekuatan yang akan
mengarahkanmu untuk memuliakan Tuhan dan hidupmu menjadi mulia.
Pekerjaan Roh Kudus yang terbesar adalah
menurunkan Firman dari sorga dalam bentuk tulisan, satu-satunya kitab
yang diwahyukan oleh Allah. Mengapa Tuhan memberikan kita Alkitab?
Karena Dia telah memberikan kita potensi untuk mengerti kebenaran. Jadi,
Tuhan menciptakan manusia yang memiliki potensi untuk mengerti
kebenaran, Tuhan juga menyatakan kebenaran pada manusia. Ini merupakan
pengertian organik dan struktur epistemologi dalam iman Kristen. Jadi,
di antara semua mahluk yang diciptakan oleh Tuhan, hanya manusia yang
diciptakan seturut peta teladan-Nya, diberi potensi untuk menjalin
hubungan dengan-Nya, mengerti kebenaran, dan diberikan kesempatan untuk
mengerti kebenaran-Nya. Ada kebenaran yang tersimpan di dalam alam, ada
juga kebenaran yang melampaui kebenaran alam – yang berkaitan dengan
arti hidup, makna perjuangan, dan ke mana setelah kematian – yang tak
mungkin kita dapatkan melalui penelitian ilmiah. Untuk itu Tuhan
mewahyukan Kitab Suci untuk mengungkapkan rahasia-rahasia yang secara
objektif berlaku di seluruh dunia; menggerakkan orang-orang untuk
menerjemahkannya ke banyak bahasa supaya semua bangsa mengerti. Maka,
selain memberi firman-Nya yang berbentuk tulisan di Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru, Allah juga mendampingi, memberi pencerahan, memimpin
orang yang membacanya, from literal to spiritual understanding, from written word to the truth of God.
Jadi, biar kita renungkan dengan tenang, jangan terlalu percaya
terhadap penilaian orang, “Ini ada Roh Kudus, itu tidak ada Roh Kudus.”
Yang perlu kita ketahui adalah “What does the Bible say” dan biar Roh Kudus memimpin rasio kita untuk mengerti, bukan hanya isi tetapi juga metodenya agar kita tidak menjadi kacau.
Roh Kudus menurunkan Firman dari sorga
dalam bentuk manusia. Yesus Kristus adalah satu-satunya orang yang
menyatakan sifat ilahi dalam tubuh yang berdaging. Yesus Kristus hidup
di sejarah. Itulah inkarnasi. Maka kedua hal ini: Firman yang tertulis
dan Firman yang hidup dalam sejarah – sebagai Sang Kudus yang tidak
berdosa, yang langsung memberitakan Firman dengan otoritas tertinggi –
memimpin seluruh umat manusia melewati perjuangan dan tantangan filsafat
di segala zaman; menjadi standar untuk memeriksa, mempertumbuhkan, dan
melengkapi orang-orang beriman. Kita dapat membaca firman dan mengerti
kebenaran yang diwahyukan Allah, juga dapat melihat teladan hidup yang
Yesus berikan. Coba bandingkan Kitab Suci dengan semua buku lain, pasti
kau akan menemukan wibawa yang tak ada pada buku lain. Di sana terdapat
sekitar 7.800 kali pernyataan: “Beginilah Firman Allah….” Hal-hal dalam
Alkitab sudah teruji ribuan tahun dan terbukti sebagai satu-satunya
kebenaran yang tiada-taranya, yang kekal, dan tak mengenal kompromi.
Jadi, pertama, bukan karena aku beragama Kristen maka
kekristenan menjadi kebenaran. Kebenaran tak perlu melewati proses
menjadi, kebenaran tak akan pernah berubah, dari sebelum dunia
diciptakan sampai kesudahannya. Misalnya 2 + 2 = 4, tak perlu menunggu
kau menyetujuinya baru menjadi kebenaran karena dari kekal sampai kekal 2
+ 2 = 4. Saya percaya kebenaran Firman karena Firman diwahyukan oleh
Allah dan tidak pernah berubah kebenarannya. Tidak ada seorang pun yang dapat mengubah kebenaran, justru kebenaranlah yang mengubah kita. Hal kedua, bukan
karena sejak kecil aku percaya kepada Yesus maka Yesuslah yang terbaik.
Karena aku menemukan tidak ada orang yang hidupnya sesempurna, sesuci,
seadil Kristus, maka aku percaya kepada Dia. Pengertian seperti ini
bukan didasarkan atas emosi yang meluap-luap atau karena khotbah
seseorang yang begitu mahir dalam mempengaruhi emosi massa. Oleh sebab
itu, setiap hamba Tuhan harus menguraikan kebenaran dengan penuh
tanggung jawab, memohon Tuhan untuk menaklukkan rasio pendengar yang Dia
ciptakan untuk kembali kepada kebenaran. Iman adalah rasio yang
terhilang, yang mau kembali dan tunduk pada kebenaran yang mencarinya.
Karena bukan rasio yang mencari kebenaran, tetapi kebenaranlah yang
mencari dan menaklukkan rasio. Inilah titik-tolak Alkitab yang begitu
berbeda dari semua agama, “Bukan kau yang mencari Aku, Akulah yang
mengirim Anak-Ku ke dunia untuk mencari dan menyelamatkan orang yang
tersesat.” Maka Yesus bukan lahir melalui hukum genetika melainkan
melalui mujizat: Roh Kudus menaungi anak dara Maria. Mujizat yang tidak
pernah dan tidak akan mungkin diulang: anak dara melahirkan anak
laki-laki. Lalu, mengapa Alkitab mengatakan bahwa inkarnasi juga
merupakan pekerjaan Roh Kudus? Karena Roh Kudus menaungi Maria yang
masih perawan, meminjam kandungannya untuk menurunkan Firman dalam
bentuk manusia. Jadi, karena Firman datang dengan bentuk literal yaitu
Kitab Suci dan dalam bentuk manusia yaitu Kristus lahir dalam sejarah,
maka dunia dapat mengenal kebenaran dari Alkitab dan menerima
keselamatan dari Yesus Kristus yang merupakan pengharapan bagi dunia.
Maka, salah satu tugas Gereja yang terpenting adalah mempelajari Firman
dan mengerti Firman.
Orang mengatakan, “Gereja ini, pendeta
ini tidak ada Roh Kudus, karena dia tidak bisa berbahasa roh,
tertawa-tawa, melakukan mujizat.” Padahal mengenal Roh Kudus melalui
fenomena yang dimutlakkan adalah suatu perkara yang mengerikan. Secara
sadar ataupun tidak sadar, banyak orang telah tertipu oleh banyak
pemimpin gereja yang tak bertanggungjawab sehingga mengalami kerugian
seumur hidupnya.
Doktrin Roh Kudus sangat penting. Kita
tidak boleh diselewengkan, ditipu, dan digeser dari kebenaran firman
Tuhan tentang doktrin ini. Kita mengenal Allah melalui Kristus, mengenal
Kristus melalui Roh Kudus, dan mengenal Roh Kudus melalui Kitab Suci.
Jadi, Allah Bapa adalah Bapa yang suci, Allah Anak adalah Anak yang
suci, Allah Roh Kudus adalah Roh yang suci, orang Kristen adalah kaum
pilihan yang suci, dan Kitab Suci adalah kitab yang suci. Pusatnya
adalah Roh Kudus yang mewahyukan Firman dan yang memuliakan Kristus;
memperanakan orang Kristen dan membawanya kembali kepada Allah. Maka,
salah mengartikan Roh Suci sama dengan salah menggunakan kunci yang
akibatnya adalah salah mengartikan Kristus dan Kitab Suci. Itu sebabnya,
Iblis senang mengganggu Gereja dengan cara mengacaukan pengertian orang
Kristen terhadap doktrin Roh Kudus. Itu sebabnya, mungkin banyak orang
tidak mengerti mengapa Stephen Tong terus menerus menyerang ajaran
Kharismatik. Sebenarnya, kalau orang-orang Kharismatik mau rendah hati,
dia akan menjadi berkat yang besar. Orang yang menerima urapan Roh
Kudus, taat pada Firman, diperanakan pula, dan dipimpin oleh-Nya adalah
orang yang berkarisma. Jadi, setiap orang Kristen sejati seturut
sifatnya bisa disebut orang karismatik (orang-orang yang berkarisma).
Sayangnya, orang-orang Kharismatik telah memutlakkan yang tak mutlak dan
berubah menjadi ekstrim, menyimpang dari kharismatik yang asal lalu
mulai menuding orang, “Kamu tidak punya Roh Kudus.” Tidak banyak gereja
benar yang mereka serang, berani berbalik dan mendebat mereka. Maka
Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII) bangkit menjadi saksi Tuhan di
antara kubu Liberal (yang secara sadar atau tidak sadar telah melawan
Alkitab) dan kubu Kharismatik (yang begitu berapi-api tetapi salah
menginterpretasikan Alkitab) untuk membawa mereka yang menyimpang agar
kembali kepada ajaran yang sempurna dan sehat. Anda sendiri dapat
membuktikan bahwa selama 20 tahun ini kami membahas Kitab Suci ayat per
ayat, tidak satu pun yang dilewatkan, karena kita percaya bahwa
kebenaran Alkitab adalah komprehensif dan dapat dimengerti. Juga tak ada
satu pernyataan pun yang mengatakan bahwa ada satu ayat di Alkitab yang
tak berkuasa. Rick Warren membandingkan puluhan jenis terjemahan
Alkitab dan akhirnya memilih untuk memakai terjemahan yang lebih mudah
diterima tanpa memedulikan ketetapan dan kesetiaan terjemahan itu pada
naskah aslinya. Akhirnya, orang menjadi ambigu, tidak mengetahui yang
benar atau salah.
Mengapa Roh Kudus diturunkan? Di
Perjanjian Lama Tuhan berjanji dan janji itu digenapkan di Perjanjian
Baru. Tuhan mengirim Yohanes Pembaptis untuk mempersiapkan kedatangan
Kristus, Raja dari Kerajaan Allah. Dia berseru, “Bertobatlah kamu….”
mengisyaratkan bahwa Kristus akan masuk ke dalam hatimu dan mendirikan
Kerajaan-Nya yang mulia di bumi. Barangsiapa mau menjadi umat-Nya, ia
harus bertobat. Berita ini bukan diserukan di Yerusalem atau di Bait
Allah, tetapi di padang gurun. Alkitab mencatat bahwa Yohanes Pembaptis
adalah orang yang dipenuhi Roh Kudus sejak di dalam rahim ibunya. Dia
menyampaikan berita Allah dengan sangat berkuasa. Berita tersebut
menggetarkan tentara Romawi yang ikut mendengarkan sampai-sampai ia
bertanya apa yang harus diperbuatnya. Yohanes Pembaptis memintanya untuk
menanggalkan senjatanya kemudian memberikan pengertian sistem politik
sepanjang zaman, yaitu: i) cukupkan dirimu dengan apa yang kamu miliki;
dan ii) jangan merugikan orang dengan senjatamu. Jawaban ini menunjukkan
bahwa Yohanes Pembaptis sunguh-sungguh mengerti akan prinsip dan
teladan hidup orang Kristen sepanjang zaman.
Meski sebagai manusia, Yohanes Pembaptis
pernah ragu “Yesus adalah Mesias atau bukan”. Yesus tidak menegur dia
atau menarik kembali tugas yang dipercayakan kepadanya. Yesus hanya
mengatakan kepada utusan Yohanes, “Beritahu padanya, orang buta melihat,
orang timpang berjalan, orang mati dibangkitkan….” – memintanya untuk
mempertimbangkan sendiri. Yohanes Pembaptis adalah tokoh yang besar,
tetapi dia tidak pernah melakukan mujizat satu kali pun, tidak pernah
berbahasa roh. Jadi, apakah dia mempunyai Roh Kudus atau tidak? Roh
Kudus memenuhi dia sejak di rahim ibunya dan sampai mati tak
meninggalkan dia. Jika demikian, siapakah yang memberikan hak kepada
seseorang untuk memvonis seseorang tidak memiliki Roh Kudus karena tidak
bisa berbahasa roh atau melakukan mujizat?
Kapankah terjadinya penyelewengan
pemahaman seperti itu? Di tahun 1901, di sebuah rumah di Azusa Street,
Los Angeles, seorang yang baru pindah dari Topeca mengatakan, “Gereja
sudah tidak beres, tidak bertumbuh.” Pada tahun 1905, orang yang
menyetujui konsepnya bertambah menjadi lima orang kemudian membentuk
persekutuan dan mulai memisahkan diri dari gereja, karena menemukan apa
yang kemudian disebut dan terkenal sebagai Iman Apostolik. Apa itu “Iman
Apostolik” atau “Iman Rasuli”? Itu adalah iman yang ditandai dengan
berglosolalia (berbahasa lidah), melakukan mujizat, menyembuhkan orang
sakit, dan mengusir setan. Ini disebut sebagai “Gejala Generasi ke-4”.
Jemaat “disadarkan” bahwa selama 1.900 tahun, tak ada hal-hal itu di
tengah-tengah orang Kristen. Maka, mereka berdoa, meminta Tuhan untuk
mengembalikan gereja pada Iman Rasuli, tetapi tanpa pengakuan Iman
Rasuli. Jadi, gereja terpecah menjadi dua, yaitu orang Liberal yang
membuang Pengakuan Iman Rasuli: iman kepercayaan yang penting, yang
diturunkan dari para rasul; dan membuang ketuhanan Kristus, hanya
menerima moralitas Kristus saja. Maka, semua buku yang ditulis oleh
orang Liberal tak ada sebutan “Tuhan Yesus”. Sementara orang Pentakosta
dan Kharismatik menemukan Iman Rasuli yang dimengerti dari segi
supranatural, terus menyebut “Yesus, Yesus” namun tidak menyebut Yesus
sebagai Tuhan. Jika kita memperhatikan kunci di Alkitab, “Barangsiapa
tak digerakkan oleh Roh Kudus, dia tak mungkin menyebut Yesus sebagai
Tuhan”. Dan faktanya adalah baik Liberal maupun Kharismatik sama-sama
tidak menyebut Yesus adalah Tuhan. Jadi, bolehkah Pengakuan Iman Rasuli
diwakili dengan berbahasa roh, menyembuhkan, mengusir setan, dan
melakukan mujizat? Perhatikan: Adakah Tuhan Yesus mengajarkan kepada
kita bahwa orang yang percaya kepada Dia harus bisa bahasa roh? Tidak.
Alkitab justru memberikan kita satu peringatan: “Pada hari itu, bukan
semua orang yang memanggil Aku ‘Tuhan, Tuhan’ boleh masuk sorga (Mat.
7:21-23). Lalu mengapa ada orang yang mengajarkan, “Sebutlah Yesus
Tuhan, kau pasti diselamatkan.” Padahal kata Yesus, “Bukan semua orang
yang menyebut-nyebut Aku: “Tuhan, Tuhan” masuk sorga. Hanya mereka yang
melakukan kehendak Tuhan dapat masuk ke sorga?” Orang Liberal
mengatakan, “Kami tidak percaya Yesus adalah Tuhan, tapi kami meneladani
moral Yesus.” Orang yang belajar theologi tapi hatinya tak mau taat pada Tuhan, semakin belajar malah semakin jauh dari Tuhan. Sementara
orang Kharismatik bukannya meneladani sifat moral Yesus, melainkan
mendemonstrasikan kuasa dan menyatakan Roh Kudus ada di tengah-tengah
mereka. Maka, tidak heran banyak pemimpin Kharismatik yang jatuh dalam
perzinahan, menggunakan ayat-ayat Alkitab untuk memperkaya diri, maupun
merampas perpuluhan jemaat menjadi milik pribadi. Kebangunan rohani
hanya menekankan percaya kepada Tuhan maka segala penyakitmu akan
disembuhkan dan menjadi kaya. Ini adalah doktrin “undian” yang mereka
ciptakan untuk menarik banyak orang. Dan setelah menjadi banyak lalu
mengatakan, “Jumlah kami banyak maka kami adalah Kristen yang benar.
Kami mempunyai Roh Kudus.” Tipuan setan ini telah berlangsung selama
seratus tahunan ini dan membuat banyak orang semakin kabur dan bingung (blur), maka kita perlu sadar (blink).
Rasul Petrus berkata, “Tuhan, aku tak pernah makan daging dari binatang
yang haram.” Tuhan berkata, “Makan!” Itulah revolusi. Petrus menolak
karena ia mengikuti rutinitas dan tidak mau berubah sehingga hidupnya
jadi kabur (blur) dan disusul dengan kekosongan (blank).
Itulah yang terjadi dengan gereja kalau membuang sifat ketuhanan
Yesus.Hanya mau menerima sifat moral-Nya atau membuang sifat moral-Nya
akan membuat gereja menjadi kosong ataupun bertumbuh pesat, tetapi moral
pendetanya begitu bejat dan masih berani mengaku bahwa dirinya memiliki
Roh Kudus karena bisa berglosolalia. Matius 7:21-23 memberikan gambaran
yang jelas bahwa terhadap orang yang banyak bernubuat, mengusir setan,
melakukan tanda ajaib dengan nama-Mu (nama Tuhan Yesus), Tuhan Yesus
menjawab bahwa Ia tidak pernah mengenal mereka. Hanya mereka yang
sungguh-sungguh menjalankan kehendak Allah saja yang berhak masuk ke
dalam Kerajaan Allah. Firman Tuhan tidak bisa dimanipulasi.
Roh Kudus memenuhi Yohanes Pembaptis dan
katanya, “Aku hanya membaptis kamu dengan air.” Mengapa? Karena dia
mengakui bahwa dirinya adalah manusia yang dicipta. Tidak mungkin ia
menggunakan air yang dicipta untuk membersihkan dosa sesamanya yang juga
dicipta. Jadi, dia membaptis orang hanya untuk menandai pertobatan
seseorang. Dan sebenarnya, kau bertobat bukan kepadaku, melainkan kepada
Tuhan. Gerakan “Pria Sejati” (serial seminar yang banyak diadakan saat
ini) membuat orang yang tadinya malu mengaku dosa kepada sesamanya namun
setelah melihat banyak orang, bahkan pendeta, majelis di kelompok itu
melakukan hal yang sama, menjadi berani mengaku dosa sambil menganggap
bahwa mengaku dosa adalah sesuatu yang mulia. Dan karena semua orang di
sana ternyata sama lalu saling menghibur. Lambat-laun hal itu justru
menjadi bahan tertawaan dunia, “Ternyata orang Kristen juga sama,
selingkuh, hidup moralnya rusak.” Tuhan menginginkan kita menjadi kelompok orang yang suci. Tuhan
tidak menginginkan kita untuk selingkuh lalu mengaku dosa tanpa
merasakan malu yang mendalam. Tentu bukan maksud saya untuk mengkritik
orang yang mau mengaku salah, bertobat, dan berjanji untuk tidak
mengulanginya. Karena faktanya, setan akan membuatmu mengalami apa yang
dikatakan pepatah Tionghoa “fan zui he qun gan, shou ku gu du gan”;
waktu bersalah tak merasa tersendiri karena ada banyak orang yang
senasib denganmu, sementara waktu menderita, merasa begitu tersendiri,
orang yang paling susah di dunia. Itulah cara yang sejak dahulu dipakai
oleh setan untuk merusak Gereja. Kiranya Tuhan memberikan saya kompas di
hati, kepekaan yang luar biasa untuk menjadi pemimpin yang berdiri di
atas menara pengawal untuk mengingatkan Gereja akan bahaya yang
mengancam.
Kata Yohanes Pembaptis, “Aku hanya
membaptismu dengan air (baptisan air tak menyelamatkan), tetapi Dia –
yang datang sesudahku dan sebenarnya sudah ada sebelum aku – karena Dia
adalah Sang Kekal maka Dia akan membaptismu dengan Roh Kudus. Jadi,
baptisan Roh Kudus dilakukan oleh Allah yang menjelma menjadi manusia –
yang kelihatannya sama seperti orang pada umumnya padahal Dia adalah
Allah. Maka sejak tahun 1990, ketika GRII pertama kali membaptis, saya
selalu mengatakan, “Aku membaptis engkau dengan air yang melambangkan
Roh Kudus turun atasmu, membawamu bergabung ke dalam GRII, ke tubuh
Kristus.” Air dicurahkan dari atas kepala sebagai lambang Roh
Kudus yang turun dari atas. Maka saya percaya bahwa baptis percik lebih
sesuai dengan Alkitab karena Roh Kudus dicurahkan dari atas dan kau
harus dilahirkan dari atas. Maka, jangan ikut-ikutan
atau ditakuti-takuti oleh orang yang mengkritik atau menyerang, “Jikalau
engkau tidak dibaptis selam, engkau tidak diselamatkan.” Prinsip yang
Alkitab berikan melampaui tafsiran manusia. Ketika Yohanes membaptis,
adakah yang menyaksikannya? Ada banyak. Namun ketika Tuhan Yesus
membaptis orang dengan Roh Kudus, adakah yang menyaksikannya? Tidak,
karena Dia sudah naik ke sorga. Jadi, apakah bukti seseorang sudah
menerima baptisan Roh Kudus? Ia akan menjadi semakin setia kepada
Firman, semakin taat dan semakin menjalankan kebenaran firman Tuhan.
Kiranya Tuhan memimpin setiap kita untuk hidup semakin dipenuhi oleh Roh
Kudus, semakin mengerti Firman, semakin setia di dalam kebenaran
Firman, dan hidup seturut kebenaran Firman.
Oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong
Sumber : http://www.nusahati.com/2012/07/doktrin-roh-kudus-bagian-i/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar