Yohanes 11 mencatat mujizat terbesar
yang Yesus lakukan di sejarah, sebelum Dia disalibkan: membangkitkan
Lazarus yang sudah dikubur empat hari. Saya percaya, meski di zaman
belum ada surat kabar, radio, televisi, internet… namun peristiwa
menghebohkan itu pasti tersebar dengan cepat lewat oral tradition;
dari mulut ke mulut. Dan saat Paskah, banyak orang di Yudea yang lebih
termotivasi untuk pergi ke Yerusalem untuk merayakan Paskah sekaligus
bertemu dengan Yesus dan Lazarus.
Karena menurut ajaran Taurat, setiap
masa raya Paskah, mereka harus mengingat bagaimana Allah memakai Musa
untuk membebaskan dua juta orang leluhur mereka keluar dari tanah Mesir,
tempat mereka diperbudak oleh Firaun yang kejam. Karena perintahNya: let My people go! Itulah lambang keselamatan bagi segala zaman: barang siapa dibebaskan oleh Kristus, dia jadi a new creation,
yang terlepas dari kuasa dosa dan kuasa raja dunia. Maka setiap tahun,
orang Yahudi merayakan Paskah di Yerusalem. Karena mereka memandang hari
itu sebagai hari yang penting, hari kemerdekaan bangsanya.
Tapi Paskah kali itu menjadi berbeda,
mereka pergi ke Yerusalem dengan antusias. Hanya Yesus seorang yang tahu
secara pasti, beberapa hari lagi, Dia harus mati. Sangat ironis, bukan?
Dia yang baru membangkitkan orang mati itu akan dibunuh. Tapi itu
adalah fakta sejarah: manusia menerima hidup dari Allah, manusia juga
yang memaksa Penghulu hidup itu mati. Siapa yang dapat memahami
kesedihan besar di hati Yesus Kristus, karena itu adalah Paskah terakhir
Dia ke Yerusalem, dan satu-satunya kesempatan Dia memproklamirkan diri
sebagai Mesias? Tidak ada. Murid-muridNya malah memperebutkan siapa
diantara mereka yang terbesar.
Karena orang beragama di zaman apapun
selalu menginginkan kuasa politik berpihak padanya. Itu lumrah adanya.
Maka saat orang Kristen mengalami penindasan, pengucilan selalu berharap
Tuhan melakukan mujizat, membebaskan mereka. Begitu juga kita yang
bermukim di Indonesia, selalu berharap bisa hidup dengan damai, orang
menghargai hak azasi kita dalam beragama. Tapi saat itu, Yesus tahu
persis, diriNya berada dalam kepicikan, bahkan pemerintah dunia tak akan
berkuasa mencegah riot; masa yang liar, yang menginginkan
kematianNya. Dan Dia harus mati menggenapkan rencana Allah. Tapi catatan
di Yoh. 12 memperlihatkan: setelah Yesus membangkitkan Lazarus, orang
Yahudi malah menghayal, Dia menjadi Mesias, pengharapan; penyelamat
bangsa. Antusiasme dan optimisme naif seperti itulah yang membuat mereka
lupa akan Taurat, nubuat di Alkitab yang mereka pelajari sejak kecil,
terus berfokus pada profit; masa depan bangsanya, ingin cepat-cepat
mengakui Yesus sebagai Mesias — Pengakuan zaman yang tidak didasarkan
atas teologi yang benar dan rencana Allah yang kekal. Maka ada dua macam
orang Kristen: ada yang menginterpretasi zaman berdasarkan fenomena
yang dia lihat dan rasakan. Ada yang dapat memberi penilaian tepat
berdasarkan firman Tuhan, khususnya teologi Reformed. Jadi, jangan
mencampur-adukkan profit diri dengan rencana Allah, karena perbuatan
seperti itu bukan hanya membuatmu tak dapat melihat kehendak Tuhan yang
kekal dengan jelas, bahkan mungkin merusaknya.
Itulah yang kita lihat dari orang Yahudi
masa itu: karena mujizat yang Yesus lakukan atas Lazarus, mereka
menyambut Dia begitu rupa: menanggalkan jubah luar dan menebarkannya di
sepanjang jalan disambut layaknya seorang Raja. Dalam sepanjang masa
pelayanan Yesus di dunia, empat kali ke Yerusalem merayakan hari Paskah.
Dan kali itu adalah kali terakhir Dia merayakan Paskah di Yerusalem,
sambutan masa membuat Dia terlihat bagai orang yang menang total. Tapi
sesungguhnya, iklim politik memang sangat menakutkan: Yesus yang mereka
sambut dengan begitu meriah, beberapa hari kemudian mereka teriaki:
“salibkan Dia, salibkan Dia!” Itulah manusia, sangat menakutkan, bukan?
Saya sering mengingatkan murid-murid saya: your audience is very lovely, but also very cruel.
Saya termasuk salah seorang pendeta yang punya paling banyak pendengar
di zaman ini. Tapi saya sadar, pendengarku adalah manusia yang bisa
berubah. Pada waktu mereka menyukaimu, mereka menghormatimu. Tapi entah
karena mereka menemukan sesuatu yang betul atau yang tidak betul atau
karena salah mengertimu, mereka bisa berbalik darimu. Hari itu, Yesus
disambut meriah oleh masa, tapi di saat yang sama, kongres memutuskan
untuk membunuh Dia. Mirip dengan kisah kematian Julius Ceacer:
saat dia tiba di tempat Kongres, semua orang menyambut dia di pintu.
Tapi segera sesudah itu, semua orang menghunus pisau, membunuh dia.
Jadi, semua mereka hanya berpura-pura menyambut dia. Padahal sudah
bermufakat membunuh dia. Maka Julius Ceacer tak dapat melarikan
diri, dia menyaksikan wajah mereka yang tadinya menyambut dia mendadak
berubah, jadi dingin luar biasa. Dan ramai-ramai menghujam dia dengan
pisau. Saat tubuhnya bersimbah darah, dia sempat melihat anak pungutnya:
Brutus, jadi orang yang terakhir mengeluarkan pisau dan menusuk perutnya.
Maka kata terakhir yang keluar dari mulutnya: “Brutus, you too?”
dan mati. Itulah kelakuan orang dunia: baru menyerukan: “Hosana,
diberkatilah Dia yang datang demi nama Tuhan” selang beberapa hari
menyerukan: “salibkan Dia, salibkan Dia!” Saya percaya, tak ada orang
yang mengerti perasaan Yesus pada saat itu dia sangat tersendiri. Karena
semua hal yang pernah Dia lakukan: menyembuhkan, mengajar, menyatakan
cinta kasihNya… mereka lupakan begitu saja. Satu-satunya perkara yang
mereka pedulikan: kehadiranMu jadi ancam bagi kami dan berniat
membunuhNya. Jadi, jangan menganggap orang mencintaimu dengan sungguh. Karena orang hanya cinta diri sendiri.
Jadi, menjelang akhir pelayananNya, Yesus mengalami kesulitan besar,
Dia diseret ke kematian. Jadi, orang-orang sezamanNya melewati detik,
detik itu tanpa kesulitan. Tapi Yesus Kristus yang inkarnasi, merasakan
detik detik begitu krusial, karena Dia harus menerima perlakuan terkejam
di sejarah manusia. Orang orang yang berseru: Hosana, Hosana itu
berpikir: Dia sudah mencapai puncak dari kesuksesanNya. Tapi tertulis di
Alkitab: pada waktu semua orang pergi kepada Yesus, imam-imam besar
bermusyawarah untuk mengenyahkan Dia.
Bukankah menurut Taurat Musa, di dalam
satu zaman hanya ada satu imam besar, mengapa saat itu, mereka punya dua
orang imam besar: Kayafas dan Hanas? Karena Nepotisme. Jadi, mereka
sambil melayani sambil melawan kehendak Allah. Bahkan ingin membunuh
Yesus dan Lazarus. Sangat tidak masuk akal, bukan? Karena kebangkitan
Lazarus adalah fakta, mengapa mereka malah mau membunuh dia. Yesus punya
kuasa membangkitkan orang mati juga adalah fakta, mengapa mereka ingin
membunuh Dia, tidakkah sia-sia? Pada waktu saya berumur 8 tahun, di
sebuah sekolah Kristen di xia men, seorang guru bertanya:
“binatang apa yang paling berani?” murid-murid menjawab “singa”
“harimau” “macan tutul” tapi kita guru: “salah. binatang yang paling
berani adalah lalat”. Karena saat lalat terbang ke dekat matamu, kau
pasti mengusir dia dengan tanganmu, yang seribu kali lipat besarnya
darinya, dia pergi, tapi kembali lagi. Sampai hari ini, saat saya sudah
berusia 71 tahun, tetap menyetujui hal itu, karena lalat tak pernah mau
berkompromi dengan musuh yang sebesar apapun. Bagaimana dengan manusia,
siapakah orang yang paling berani di sepanjang sejarah, apakah Napoleon, Hitler, First Emperor of China, Mao Ze Dong, Soekarno, Kennedy….? Jawabnya: orang yang membunuh Yesus, Penghulu hidup. Istilah ini hanya muncul satu kali di Kitab Suci: Kis. 3: 14. The Master of life; the Lord of the life yaitu
Pencipta dan Penguasa hidup. Maka orang yang berani membunuh Dia tentu
adalah orang yang punya keberanian terbesar sejak Adam sampai kiamat.
Tak ada orang yang punya keberanian lebih besar dari mereka. Mengapa
mereka begitu berani? Karena mereka mengira diri mereka pasti betul
Yesus pasti salah. Ingat: orang yang selalu merasa diri paling betul
semua orang salah adalah orang yang paling bodoh. Karena mereka tak
pernah mau mengoreksi akan kesalah mengertian atau keyakinan yang salah.
Itulah yang kita lihat dalam diri pemimpin Yahudi, mereka menilai Yesus
pasti salah: karena Dia berulang kali menyembuhkan orang di hari Sabat.
Dia menjamah orang yang berpenyakit
kusta melanggar Taurat. Tak memperhatikan kuasaNya menyembuhkan yang tak
ada di dalam Taurat. Maka kalau kita terus mengurusi hal-hal yang
remeh, mana mungkin kita menemukan pimpinan Tuhan? Lagi pula, Taurat
dibuat untuk manusia, bukan manusia dicipta untuk Taurat. Dan tujuan
Taurat diberikan bukan untuk membelenggu orang, menvonis orang, apalagi
mematikan orang. Kekakuan mereka dalam menjalankan Taurat itulah, Tuhan
membuang seluruh kebudayaan Yahudi. Jadi, saat itu, Yesus Kristus memang
menghadapi detik-detik yang amat kritis dalam hidupNya. Karena
orang-orang yang menyambut Dia berpikir: kalau Kau jadi Raja, hidup kami
pasti bahagia, karena Dia yang sanggup membereskan semua masalah kami,
kebutuhan kami. Jadi, siapakah Mesias yang kau kenal, apakah kau percaya
Yesus hanya untuk profit dirimu? Banyak orang yang sudah dibutakan oleh
orang orang yang gembar-gembor: “percaya Yesus, maka kau akan jadi
kaya, makmur, lancar, sukses…,” tapi faktanya: Yesus mati tersalib.
Bisakah kau menyelaraskan imanmu dan fakta yang ada? Ingat: statemen
Petrus ‘You are Christ, the Son of the living God’ is the first and the greatest confession of Christology.
Tapi mengapa di bagian lain dari injil Yesus mengatakan pada rasul yang
mengutarakan konfesi Kristologi itu: setan, enyahlah dari padaKu? Jadi,
kalau kau tak mengerti kehendak Tuhan secara utuh, kau adalah orang
Reformed yang sebenarnya adalah setan. (Saya percaya, tak ada pendeta
yang mengatakan kalimat seperti ini di mimbar Reformed). Kalau ditanya:
apakah doktrin dari pengakuan Petrus itu benar? Benar. Karena Yesus
sendiri mengatakan: “Hai Simon, anak Yohanes, apa yang kau katakan bukan
berasal dari kedagingan, melainkan wahyu dari Tuhan”.
Itu berarti Yesus mengakui doktrin
Petrus benar. Tapi ketika Yesus memproklamirkan lebih lanjut, bahwa Anak
Manusia akan dijual, disalib dan mati. Dan hari ketiga bangkit dari
kematian. Petrus langsung menyambar: “No! Kau adalah Anak
Allah; Kau tak boleh mati”. Maka Yesus menyebut dia ‘setan’. Mengapa?
Karena orang yang pengenalan doktrinnya benar, hidupnya belum tentu
beres di mata Tuhan. Jadi, jangan mengira, asal aku memegang doktrin
Reformed sudah cukup. Karena mungkin, di mata Yesus, kau adalah ‘setan’.
Banyak orang Reformed yang paham doktrinnya benar, tapi tak punya kasih
terhadap jiwa-jiwa yang sesat, mereka akan sambil melayani Tuhan sambil
membanggakan diri: kami lebih hebat, lebih sungguh-sungguh, lebih
mengerti firman ketimbang kalian dan dibuang oleh Tuhan. Bayangkan
sepuluh atau dua puluh tahun lagi, saat Stephen Tong sudah tiada, apakah
gerakan terus berkembang atau gedung gereja ini dijual pada orang
beragama lain? Anything can happen. Masalahnya: faktor apa yang
dapat menghancurkan gereja yang terbaik atau dapat menjadikan
kekristenan berkembang pesat di daerah yang paling sulit diinjili? Allah
kita adalah Allah yang hidup dan Allah yang sejati. Kita harus hidup di
hadapanNya dengan rasa takut dan tanggungjawab.
Saat itu, Yesus memang mengalami
kesulitan yang amat besar: karena semua orang menyambut Dia hanya
memikirkan untung-rugi pribadi. Memang di sepanjang hidup ini, saya
menyaksikan banyak orang yang mau berkawan denganmu karena profit. Dan
setelah kau tak lagi memberi profit, dia berbalik jadi musuhmu. Contoh:
di zaman Soeharto masih jadi presiden, banyak pengusaha memasang foto
dirinya berjabatan-tangan dengan Soeharto di office-nya. Dan
begitu Soeharto tak lagi jadi presiden, foto foto itu menghilang. Jadi,
seruan “Hosana, Hosana….” bukan menandakan mereka sungguh sungguh
mengenal Yesus adalah Mesias. Melainkan karena mereka menginginkan
kesembuhanNya… dengan kata lain, dasar dari pengertian Kristologi mereka
adalah: profit bukan Yesus. Maka tak heran, saat penganiayaan,
penderitaan tiba, mereka balik membenci Yesus, bahkan lebih berani
mencaci-maki Dia dari saat mereka belum percaya Dia. Terlihat di sini,
hati manusia sangat menakutkan. Sedikit sekali orang yang
sungguh-sungguh mau mengerti dan taat pada prinsip-prinsip kebenaran.
Mayoritas orang hanya mau profit. Maka, banyak orang tak mau ke gereja
Reformed. Alasannya: gereja Reformed tak memberi mereka kesempatan
mengaktualisasi talenta; kebolehan mereka. Sementara di gereja lain,
mereka dijadikan majelis…, dijunjung tinggi. Banyak orang yang pintar
sudah bertahun tahun berbakti di gereja Reformed, seperti tak punya
kesempatan melakukan apa-apa. Padahal setelah kesempatan itu tiba, dia
dipercaya melakukan sesuatu, langsung nampak akan sikap penyangkalan
dirinya: meski tak dapat nama, tetap melayani dengan giat. Jadi, mari
kita belajar, mengikut Yesus bukan karena profit, melainkan meneladani
Dia, menyangkal diri. Saya ingin membuat banyak orang kaya merasa malu,
karena mereka hanya tahu untung, untung, tak pernah mengerjakan sesuatu
untuk bangsa ini.
Saya ingin membuat banyak pendeta malu,
karena mereka hanya pintar khotbah, tanpa mau menyangkal diri. Saya juga
ingin membuat banyak orang Kristen yang malas merasa malu, karena
mereka baru bekerja sedikit sudah merasa lelah. Saya memanggil beberapa
orang yang sangat gesit dan rajin untuk mempersiapkan museum. Setiap
kali saya tanya: ‘sudah lelah?’ selalu dijawab: ‘belum’. Bahkan sampai
jam 23.00 masih menjawab: ‘belum’. Karena orang Kristen seharusnya
adalah orang-orang yang bukan hanya bicara, melainkan melakukan apa yang
dia tahu, mengatakan hal yang benar-benar dia pahami. Karena setiap
kalimat yang kau katakan dengan jujur itu memuliakan Tuhan.
Kalau kita punya corak hidup seperti
itu, barulah kita dapat mengerjakan hal yang nyaris tak mungkin orang
lain kerjakan. Karena intergritas, kejujuran, penyangkalan diri dan
hanya mau dimengerti oleh Tuhan make you success in the will of God.
Yesus tahu, seruan ‘Hosana….’ itu sebenarnya palsu, bukan
sungguh-sungguh mau meninggikan Dia. Itu menambah hari-hariNya lebih
sulit. Maka kataNya: “Bapa, lepaskan Aku dari saat ini”. Inilah
satu-satunya doa di sejarah, dimana seorang bukan minta dilepaskan dari
sikon yang mengerikan, seperti yang biasa orang lakukan: Tuhan, lepaskan
aku dari penyakit ini, kesulitan ini, kepicikan ini, penganiayaan ini,
kesalahmengertian ini….. melainkan minta diliver Me from this moment;
saat yang terkandung di dalam waktu. Karena memang, tak seorangpun tahu
kesusahan yang ada di hatinya. Dan setelah Yesus mengatakan kalimat
itu, Bapa menjawab: Aku akan memuliakanNya. Di saat Yesus menghadapi
pergumulan yang begitu berat. Andreas dan Filipus menemui Dia sambil
mengatakan: “Guru, orang-orang Yunani datang ingin bertemu denganMu”.
Mengapa mereka ingin menemui Yesus? Bukankah pada waktu itu, the Helenistic Philosophy is on the top of the cultures and the thinkings;
mereka adalah kaum intelektual tertinggi di zaman itu. Beberapa saat
lalu, seseorang mengatakan pada saya: “pak Tong, mengapa orang Kristen
hanya tahu Kitab Suci, sehingga waktu aku mau bicara dengan mereka, tak
punya bahan bicara. Tapi waktu aku bicara dengan non Kristen atau orang
yang menentang kekristenan, menemukan bahwa mereka memikirkan banyak hal
yang tak dipikirkan oleh Kristen? Mengapa di gereja, aku tak dapat
menemui orang yang pintar, yang bisa diajak bicara? Mungkinkah kita
mengatakan: ‘karena Tuhan memang memanggil orang yang bodoh’. Tanpa
peduli akan statemen berikutnya: ‘untuk mempermalukan orang yang
pintar?’ tidak.
Karena Tuhan memanggil orang bodoh untuk mempermalukan orang yang paling pintar. How can it be?
Itulah sebabnya Reformed terus memberimu pengajaran, agar kau jadi
lebih pintar dari orang lain, sehingga saat diajak berbicara, bukan
hanya nyambung, bahkan dapat menumbangkan orang yang pintar. Ini adalah
tugas yang amat berat, sayang mayoritas orang Kristen merasa tak perlu
menjalankan tugas itu. Mengapa orang Yunani mau menemui Yesus? Karena
mereka menemukan sesuatu yang Yesus miliki, tapi tak dimiliki oleh Socrates, Aristotles, Plato….;
mereka menemukan, pengajaran Yesus lebih tinggi dari ajaran
filsuf-filsuf mereka. Maka bukan orang Kristen mencari orang luar, tapi
orang luar datang mencari Yesus. Permisi tanya, selain Benyamin Intan,
makalah pendeta mana yang pernah dimuat di surat kabar? Maka jangan
hanya mengeritik tapi cari tahu apa yang sudah orang lain capai. Jadi,
jangan hanya menikmati diri: rajin, setia, tanpa tahu apa kekuranganmu.
Semua orang hanya melihat apa yang dia
miliki. Mari kita membaliknya: apa yang orang lain miliki, tapi tidak
kita miliki. Saya selalu menemukan kelebihan orang. Maka ada kalanya
terlalu cepat memuji seseorang. Tapi tahukah saudara, lewat apa yang kau
anggap lemah ini Tuhan membawa orang-orang yang paling pintar berada di
sekeling saya? Karena I am ready to find out, to appreciate, to praise the grace of God in your life.
Karena Alkitab mengajar kita untuk menghormati orang yang patut
dihormati, takut pada orang yang patut ditakuti….. Jadi, mana boleh kita
mengabaikan ajaran itu? Apa kau pikir, tidak memuji orang, agar dia tak
kehilangan pahala yang akan dia terima dari sorga? Tidak.
Kita harus menghargai, memberi orang kesempatan untuk menggali kemungkinan yang telah Tuhan berikan padanya. Misalnya: DR. Lip Bun Tan, pembicara kita di APCCF dan Seminar di akhir bulan ini, adalah salah satu orang Chinese yang paling intelek. Tetapi tak ada Chinese Church yang menemukannya. Apalagi setelah dia menikah dengan orang Inggris, gereja Chinese sengaja melupakannya, takut tersaing olehnya. Tapi I see the potencial in him is so high,
saya juga tak takut disaingi olehnya, bahkan merasa, orang sepintar dia
tak boleh dilewatkan begitu saja. Apalagi saat saya mengundang dia, tak
seperti teolog Reformed lain, yang mengaku dekat dengan saya, tapi saat
diundang justru mengatakan: tak punya waktu, sibuk….. beliau justru cancel his vocation with his family in Spain, and go to Cisarua. Kedatangnya pasti akan mendatangkan berkat yang amat besar buat kita.
Orang Yahudi tak mengerti Yesus, mereka
menyambut Dia hanya karena roti, kesembuhan…; profit diri. Padahal Yesus
tak perlu ditinggikan oleh mereka, karena Dia berasal dari tempat yang
tertinggi, tapi rela merendahkan diri datang ke dunia. Dan Dia tahu,
saat itu memang merupakan saat yang paling sulit bagiNya: karena
pemimpin Yahudi ingin membunuh Dia, masa menjunjung tinggi Dia, dan
orang Yunani berminat mengudang Dia. Ada penafsir Alkitab yang
menafsirkan: orang Yunani ingian bertemu Yesus, karena mereka ingin
mengundang Dia berceramah di Gerika, di Atena, guna mengimbangi tiga
aliran filsafat yang ada pada mereka: 1. Stoicism, yang mengajar orang menuntut kebajikan. 2. Epicuranianism yang mengajar orang mencari kesenangan. dan 3. Skepticism yang
mengajar orang untuk meragukan segalanya. Karena mereka mendengar, di
Yudea, ada seorang yang dapat menyembuhkan dan dapat mengajar tentang
Kerajaan sorga… something we had not heard before. Merekapun mengutus profesor-profesor datang ke Yudea dan berkata pada murid Yesus: can we see your Master? Tapi Yesus tidak tertarik; Dia tidak menjawab dan tetap menggumuli the moment of history,
dimana Dia harus mati, menggenapi rencana Allah bagi keselamatan umat
manusia. Jadi, semua orang menyambut Yesus, bukan karena mereka mengenal
siapa Yesus dan mencintai Dia, melainkan karena profit diri.
Begitu juga orang Yunani, mereka ingin
memperkaya ajaran filsafat Gerika. Maka Yesus tak melayani. Karena Dia
tahu, inilah saat; moment yang telah Allah tetapkan, dimana Dia
harus mati dan bangkit. Satu perkara yang tak dimengerti oleh siapapun.
Maka Yesus menengadah ke langit, berkata kepada Bapa: “muliakanlah
AnakMu”. Karena Dia tahu, sebentar lagi; di ‘saat’ itu, Dia akan
dipermalukan: diolok, dihina, bahkan dibunuh.
Only God can lift Him up, and only God understand His feeling.
Dia tak mungkin berharap pada manusia, karena semua yang mereka perbuat
palsu adanya. Dan jawab Bapa: Aku sudah memuliakanMu dan Aku akan
memuliakan lagi. Bila kita sejajarkan dengan statemen Yesus di Yoh.17,
“muliakanlah AnakMu ya Bapa, sebagaimana Anak sudah memuliakanMu di
dunia” baru kita mengerti, saat Yesus menghadapi kematian di atas kayu
salib, memang tak ada orang yang mengerti Dia.
(ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah – EL)
Sumber : http://www.nusahati.com/2012/05/perasaan-yesus-saat-dielu-elukan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar