Signifikansi Perintah Ini
Kalau kita mengamati dan membandingkan Kitab Suci dengan kitab-kitab agama lain, kita akan menyadari bahwa tidak ada kitab yang lebih tinggi dari Alkitab; firman Tuhan yang mengikat manusia dengan enam perintah: hormatilah orang tuamu, jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan bersaksi dusta, jangan melanggar milik orang lain. Jangan berzinah adalah perintah yang sangat penting.
Kalau kita mengamati dan membandingkan Kitab Suci dengan kitab-kitab agama lain, kita akan menyadari bahwa tidak ada kitab yang lebih tinggi dari Alkitab; firman Tuhan yang mengikat manusia dengan enam perintah: hormatilah orang tuamu, jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan bersaksi dusta, jangan melanggar milik orang lain. Jangan berzinah adalah perintah yang sangat penting.
Kitab Suci, khususnya Perjanjian Lama, begitu menekankan “Jangan berzinah” karena Tuhan kita adalah Tuhan yang suci. Bakat,
talenta, ilmu dapat kita pelajari atau palsukan, tetapi kesucian tidak
mungkin dipalsukan atau dipelajari, karena kesucian adalah substansi
yang paling esensial. Ada pendeta yang mempunyai banyak bakat,
talenta, bahkan sanggup memukau massa, tetapi gagal dalam satu perkara,
yaitu hidup suci. Ini menunjukkan bahwa kesucian tidak mungkin
dipalsukan. Bagaimanapun setan memoles
diri hingga terlihat sebagai malaikat terang, ia tetap tidak mungkin
mencapai kesucian. Setan adalah si jahat, yang penuh dosa, kepalsuan,
dan dia adalah bapa penipu.
Allah kita adalah Allah yang suci, maka
hanya Kristus yang dapat menyatakan kesucian yang melampaui semua
pendiri agama atau filsafat manapun juga. Socrates, Confucius,
Shakyamuni, atau Muhammad tidak mungkin dapat memiliki dan menyatakan
kesucian seperti Kristus, karena mereka sendiri mengakui bahwa mereka
tidak lepas dari salah dan mereka adalah orang berdosa. Mereka percaya
bahwa masih ada jalan keluar dari dosa dengan motivasi agama. Di lain
pihak, Kristus suci mutlak, tidak bercacat cela, tanpa noda dan dosa di
sepanjang hidup-Nya, sehingga bukan hanya mengatakan dan mengajarkan,
tetapi juga menyatakan dan memberi teladan kesucian. Kristus mengatakan:
“Barangsiapa melihat Aku, ia melihat Dia yang mengutus Aku” (Yoh.
12:45), yaitu Dia yang menuntut untuk engkau hidup suci di dalam segala
perkara (1Ptr. 1:15-16), dan Dia juga yang telah memanggil engkau. Tuhan
itu adalah Tuhan yang suci adanya. Oleh karena itu, semua ajaran,
perintah, yang keluar dari-Nya pasti akan memiliki sifat moral-Nya yang
suci, yang tidak mungkin bisa disejajarkan dengan ilah atau berhala
ciptaan manusia.
Kesucian adalah zat ilahi yang tidak
terbandingkan. Allah itu adalah Allah yang cemburu. Di dalam terjemahan
Alkitab bahasa Mandarin, ayat ini dinyatakan sebagai Allah yang cemburu
terhadap kejahatan dan kebobrokan; bukan cemburu karena kita lebih baik
atau lebih unggul dari-Nya, melainkan karena kita jahat, penuh noda dan
mendukakan Tuhan yang suci. Ia telah menciptakan kita menurut peta
teladan-Nya, maka Ia ingin kita juga hidup suci. Dia memberikan kita
hati nurani untuk menjadi pengawas yang memancarkan kesucian-Nya. Dengan
demikian, kita bisa senantiasa waspada terhadap dosa. Saat
hati nurani seseorang tidak berfungsi dengan baik, maka dia akan
seperti binatang, bahkan lebih buruk dari binatang, tidak menyadari
pentingnya kesucian hidupnya.
Kesucian Seksual
Allah yang suci menuntut kita hidup suci di dalam segala perkara, khususnya di dalam hubungan seksual. Firman Tuhan mengatakan: “Jangan biarkan anakmu menikah dengan bangsa lain yang tidak takut kepada-Ku, karena dia akan terseret ke dalam dosa perzinahan” (Ul. 7:3-4).[1] Bangsa-bangsa yang tidak takut akan Allah sering kali kehidupan seksualnya juga tidak beres. Allah ingin agar kita, umat-Nya, memiliki cara hidup yang berbeda dari mereka. Kita harus hidup suci. Untuk itu, kita harus menguduskan hubungan seksual kita, suatu anugerah yang Tuhan telah berikan kepada kita.
Allah yang suci menuntut kita hidup suci di dalam segala perkara, khususnya di dalam hubungan seksual. Firman Tuhan mengatakan: “Jangan biarkan anakmu menikah dengan bangsa lain yang tidak takut kepada-Ku, karena dia akan terseret ke dalam dosa perzinahan” (Ul. 7:3-4).[1] Bangsa-bangsa yang tidak takut akan Allah sering kali kehidupan seksualnya juga tidak beres. Allah ingin agar kita, umat-Nya, memiliki cara hidup yang berbeda dari mereka. Kita harus hidup suci. Untuk itu, kita harus menguduskan hubungan seksual kita, suatu anugerah yang Tuhan telah berikan kepada kita.
Ketika Revolusi Perancis mulai tercetus dari tahun 1789 hingga 1793, Marie Antoinette dan Louis XVI dipenggal kepalanya dengan guillotine,
memberikan dampak memuncaknya semangat humanisme, di mana orang tidak
lagi mempunyai rasa takut akan Tuhan. Kebencian terhadap politik dan
sikap mulai melakukan hubungan seksual secara sembarangan melanda
Perancis. Maka, di abad XIX, Perancis tidak mengalami kebangunan rohani
apa pun. Memang di situ ada sekelompok kecil orang Huguenots, yaitu
orang-orang Calvinis yang begitu setia memegang firman Tuhan, tetapi
secara keseluruhan, Perancis menjadi sangat sekuler. Hidup mereka begitu
duniawi, humanistik, egosentrik, dan menjadikan bangsa ini terikat oleh
semua dosa-dosa yang keji. Hal ini sama sekali berbeda dengan Inggris.
Dalam lima puluh tahun terakhir abad XVIII, muncul orang-orang seperti
John Wesley, George Whitefield, Robert Raikes, tokoh-tokoh rohani yang
mengabarkan Injil, membawa Inggris dan Irlandia mengalami kebangunan
rohani yang amat besar. Puluhan bahkan ratusan ribu orang bertobat.
Akibatnya, banyak klub malam, tempat dansa, tempat jual minuman keras
dan tempat mabuk, tempat judi, dan prostitusi tutup satu per satu.
Inilah kebangunan rohani yang sejati, di mana terdapat buah pertobatan
yang nyata. Orang berhenti mabuk, berhenti berjudi, berhenti berzinah,
lalu menangisi dosa mereka, bertobat, dan mulai mencari kehendak Tuhan.
Mereka mulai sungguh-sungguh membaca Kitab Suci, memuji Tuhan, dan hidup
suci. Inilah perbedaan Inggris dan Perancis. Di saat Perancis menjadi
semakin humanis, berpusat pada diri, semakin jauh dari Tuhan, di Inggris
banyak orang berpaling kepada Tuhan, dan menjadi negara yang paling
banyak mengirim misionaris ke seluruh dunia.
Ketika liberalisme mulai menggerogoti
Inggris di akhir abad XIX dan awal abad XX, kini giliran Amerika Serikat
mulai mengutamakan penginjilan, sehingga di awal abad XX, Amerika
Serikat menjadi negara yang paling banyak mengirim misionaris ke seluruh
dunia. Kini Amerika Serikat juga sudah mulai merosot, sementara
sekalipun Inggris masih dikenal sebagai negara Kristen, saat ini dari
seratus pemuda, mungkin hanya satu yang masih menginjakkan kakinya di
gereja. Keadaan ini jauh lebih minim daripada keadaan di Indonesia yang
dikenal sebagai negara dengan penduduk Islam terbesar di dunia.
Ketika Perancis beralih ke sekularisme
di abad XIX, mereka meninggalkan kehidupan yang suci. Di sekitar tahun
1820-an, ada satu lembaga (society) di Paris yang memberikan
hadiah besar bagi wanita yang memelihara keperawanannya hingga hari
pernikahannya. Pada awalnya masih ada sedikit orang yang menerima hadiah
itu, tetapi mulai tahun 1850-an, sampai sekarang, sudah tidak ada yang
menerima hadiah itu lagi. Itulah keadaan dunia kita. Bagaimana dengan
kita?
Otoritas Kebenaran
Hukum “Jangan berzinah” sejak dari pertama kali Musa menerimanya dari Tuhan hingga hari ini, tetap tidak berubah. Allah adalah Allah yang kekal dan tidak berubah, baik dari dahulu, sekarang, sampai selama-lamanya. Sekalipun manusia selalu menuntut perubahan, kita perlu menyadari bahwa ada hal yang perlu berubah, tetapi ada juga hal-hal yang tidak perlu berubah. Semua yang benar, yang suci, dan yang sempurna tidak pernah boleh diubah. Jika yang benar diubah, akan menjadi tidak benar; yang suci diubah, akan menjadi tidak suci; dan yang sempurna diubah, tidak akan menjadi sempurna lagi.
Hukum “Jangan berzinah” sejak dari pertama kali Musa menerimanya dari Tuhan hingga hari ini, tetap tidak berubah. Allah adalah Allah yang kekal dan tidak berubah, baik dari dahulu, sekarang, sampai selama-lamanya. Sekalipun manusia selalu menuntut perubahan, kita perlu menyadari bahwa ada hal yang perlu berubah, tetapi ada juga hal-hal yang tidak perlu berubah. Semua yang benar, yang suci, dan yang sempurna tidak pernah boleh diubah. Jika yang benar diubah, akan menjadi tidak benar; yang suci diubah, akan menjadi tidak suci; dan yang sempurna diubah, tidak akan menjadi sempurna lagi.
Contoh sederhana terjadi di abad XIX,
ketika seorang profesor musik di Moskow, Peter Ilich Tchaikovsky yang
berada di bawah Anton Rubinstein, rektor di sekolah musik tersebut saat
itu. Tchaikovsky menggubah Piano Concerto No. 1 yang sangat indah dan ketika ia tunjukkan kepada sang rektor. Dengan sombongnya Rubinstein mengomentari bahwa piano concerto
itu tidak lazim dan perlu banyak koreksi, sehingga tidak pantas untuk
dipentaskan. Malam itu Tchaikovsky sangat sedih. Ia menulis dalam buku
hariannya, “Apa pun yang sudah sempurna tidak perlu lagi dikoreksi.”
Lalu ia mengirimkan karya itu ke Chicago. Ternyata Chicago menilai piano concerto itu luar biasa, dan segera dipentaskan oleh Symphony of Chicago, diperkenalkan sebagai The New Piano Concerto No. 1 from Russia, ditulis oleh Peter Ilich Tchaikovsky. Pementasan itu dihadiri sangat banyak orang dan memberikan sambutan serta applause
yang luar biasa. Sejak saat itu nama Tchaikovsky menjadi terkenal di
dunia. Tidak lama kemudian, ketika peresmian dari The New York Carnegie
Hall, Tchaikovsky diundang sebagai conductor. Di sini kita melihat bahwa gurunya bersikap sedemikian arogan dan terbiasa mengoreksi murid, tanpa mau mengoreksi diri.
Belakangan ini saya terus memperhatikan
komentar dari para theolog Liberal yang terus mengkritik dan mau
mengoreksi Alkitab. Sikap arogan yang menganggap diri lebih pandai dari
Tuhan, tidak mau mengakui wahyu Tuhan, sebenarnya adalah ekspresi dari
ketidakpercayaan kepada Tuhan. Maka di hadapan Tuhan ada dua jenis
manusia, yaitu 1) yang beriman, dan 2) yang tidak beriman; mereka yang
tahu kebenaran dan mau taat, berbeda dari mereka yang tahu tetapi selalu
memberontak. Kita tidak boleh bermain-main karena setiap firman yang keluar dari mulut Allah tidak pernah salah dan tidak perlu dikoreksi.
Ketika saya mempelajari psikologi
sekitar 20 tahun yang lalu, saya menemukan teori yang mengatakan bahwa
kita tidak boleh mengajar anak dengan kata “jangan”. Tetapi mengapa di
sini justru Tuhan yang mengajar kita dengan “jangan”? Tuhan mengajar:
Jangan membunuh; Jangan berzinah; Jangan mencuri. Ada lima perintah dari
Sepuluh Hukum yang diawali dengan kata “jangan”. Apakah itu berarti
Allah kurang mengerti psikologi, sehingga perlu dikoreksi oleh psikolog
dunia? Tidak! Para psikolog yang mengatakan, “Jangan mengajar anak-anak
dengan menggunakan kata ‘jangan’,” sendirinya sudah mengajar dengan
memakai kata “jangan”. Bukankah mereka sedang menampar mulut mereka
sendiri? Allah tidak pernah bersalah. Manusia memang membutuhkan kata
“jangan”. Itu tidak salah. Kita memang membutuhkan larangan agar kita
tidak mempergunakan kebebasan kita dengan sembarangan. Manusia dicipta
sebagai makhluk yang jauh lebih bebas dari binatang. Binatang bagai
sudah diprogram, sehingga ketika mereka melakukan hubungan seks, itu
dilakukan berdasarkan nafsu, atau naluri, yaitu kemauan yang paling
rendah dan paling minim. Binatang tidak memiliki kelincahan,
fleksibilitas, dan kebebasan untuk mencoba dan melakukan hal-hal yang
ada di luar naluri (insting) mereka. Kucing tidak pernah punya keinginan
untuk jalan-jalan ke Amerika Serikat atau mencoba belajar berenang
dengan gaya tertentu. Di lain pihak, manusia bisa menahan diri, bisa
memiliki rasa malu, karena Tuhan menciptakan dia berbeda dari semua
makhluk. Manusia diciptakan dengan keunikan tersendiri dan dapat
menikmati seks secara maksimal. Itu sebabnya, kita harus bersyukur
kepada Tuhan untuk anugerah-Nya, di mana kita tidak dilahirkan sebagai
kucing, melainkan sebagai manusia yang begitu lincah, begitu indah
postur dan desain tubuhnya.
Saya adalah seorang yang menyukai seni
dan desain. Saya sudah mengubah lebih dari empat puluh kali desain
apartemen yang saya rancang. Saya mencari semua kemungkinan yang bisa
membuat lebih indah dan fungsional. Saya selalu berusaha memberikan yang
terbaik bagi Tuhan, dengan cara mencari kemungkinan maksimum (maximum possibility).
Seorang perancang pasti mengamati rancangan (desain) orang lain. Jadi
wajar sekali kalau seorang perancang mode, mengamati desain terbaru dari
Cartier, Dupont, Pierre Cardin, dan lain-lain. Tetapi di antara semua
desain yang ada di alam semesta ini, tahukah Anda bahwa desain tubuh
manusia adalah desain yang terindah? Ketika kita memperhatikan jari-jari
kita saja, kita akan melihat sebuah desain yang begitu luar biasa indah
dan fungsional. Jari kita tidak sama bentuk dan sama panjang. Tetapi
keseluruhannya membentuk suatu harmoni yang indah dan sekaligus fungsi
yang maksimal. Itu yang memungkinkan manusia bisa menciptakan pesawat,
kapal, komputer, dan lain-lain. Tidak ada rancangan yang lebih indah
dari tubuh manusia. Maka kata Leibniz, seorang filsuf Jerman, “Mungkinkah ada desain yang lebih bagus dari desain tubuh manusia?”
Desain Allah akan tubuh manusia sedemikian indah dan sempurnanya. Orang
yang pertama menyadari hal ini adalah Daud. Ia menyatakan, “Allah
menciptaku dengan begitu indah dan ajaib.” Kita melihat hidung yang
dicipta dengan begitu indah, dengan struktur kecil di atas, besar di
bawah, dan terbuka menghadap ke bawah. Bisa dibayangkan jika terbuka ke
atas, tentu air hujan akan mudah masuk dan kita kerepotan untuk membuat
tutupnya. Dan tentu saja kita kesulitan menggantung kacamata kita.
Demikian juga alis tidak di bawah mata, tetapi di atas mata, sehingga
ketika hujan mata kita tidak kebanjiran. Seluruh penataan dibuat begitu
indah.
Perintah Hidup Suci
Tubuh manusia juga dicipta oleh Tuhan sedemikian rupa yang memungkinkan kita menikmati seks secara maksimal. Tetapi aneh, mengapa manusia masih saja tidak puas dan ingin berzinah? Jika engkau ingin menikmati kenikmatan yang paling besar, hendaklah engkau menunggu itu sampai pada malam pengantinmu. Jangan sembarangan telanjang dan naik ke tempat tidur, mengunci kamar berduaan dengan orang yang kau cintai. Apa susahnya untuk tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah? Seorang pria yang tidak mampu menguasai dirinya sendiri, tidak layak untuk mengatur orang lain. Saya, sebagai pemimpin, harus terus waspada, menahan nafsu, mengontrol tabiat, karena sadar bahwa saya harus menjadi teladan. Seorang yang takut akan Tuhan, akan menyadari bahwa Allah senantiasa memperhatikan ke mana pun dia pergi. Tidak adakah Allah di kamar hotel atau di jok belakang mobilmu? Di mana engkau bisa menyembunyikan diri dari hadirat Tuhan?
Tubuh manusia juga dicipta oleh Tuhan sedemikian rupa yang memungkinkan kita menikmati seks secara maksimal. Tetapi aneh, mengapa manusia masih saja tidak puas dan ingin berzinah? Jika engkau ingin menikmati kenikmatan yang paling besar, hendaklah engkau menunggu itu sampai pada malam pengantinmu. Jangan sembarangan telanjang dan naik ke tempat tidur, mengunci kamar berduaan dengan orang yang kau cintai. Apa susahnya untuk tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah? Seorang pria yang tidak mampu menguasai dirinya sendiri, tidak layak untuk mengatur orang lain. Saya, sebagai pemimpin, harus terus waspada, menahan nafsu, mengontrol tabiat, karena sadar bahwa saya harus menjadi teladan. Seorang yang takut akan Tuhan, akan menyadari bahwa Allah senantiasa memperhatikan ke mana pun dia pergi. Tidak adakah Allah di kamar hotel atau di jok belakang mobilmu? Di mana engkau bisa menyembunyikan diri dari hadirat Tuhan?
Perintah “Jangan berzinah” dilandaskan pada kesucian Allah, sesuatu yang sangat kita butuhkan untuk mengikat kebebasan kita. Kerelaan untuk membatasi kebebasan kita adalah cara paling bijaksana untuk menjaga kesucian kita.
Jadi, supaya kebebasanmu tidak menjadi buas, engkau perlu dengan rela
mengikatnya. Ini adalah konsep yang paradoks. Mengapa kebebasan perlu
diikat, bukankah kebebasan itu berarti tidak diikat? Ada orang desa,
tidak memiliki pendidikan tinggi, tetapi hidupnya baik, hubungan suami
istri beres. Sementara ada banyak orang yang mengaku Kristen, hidup
seksualnya tidak beres. Kita perlu mengintrospeksi diri, jangan merasa
bangga hanya sudah menjadi Kristen atau anak orang Kristen, tetapi hidup
tidak beres; kecuali hatimu sungguh-sungguh taat kepada Tuhan, mau
belajar, dan menjalankan firman Tuhan.
Tuhan memerintahkan umat-Nya untuk tidak
berzinah karena Tuhan tidak ingin umat-Nya sama seperti orang kafir.
Saya tidak habis berpikir, mengapa Abraham begitu tegar tidak mau pulang
ke kampung halamannya sampai akhir hayatnya. Horowitz, salah seorang
pianis terbesar dari Rusia pernah berjanji bahwa ia tidak mau pulang ke
Rusia, kecuali komunis tidak lagi berkuasa di sana. Tetapi ketika sudah
berusaha 84 tahun, dia tidak tahan lagi. Ia pun mengirim piano
Steinway-nya ke Moskow dan ia pulang. Orang Moskow begitu gembira karena
pianis terbesar itu mau pulang ke Rusia. Tetapi Abraham tidak. Ia
berusia 75 tahun ketika meninggalkan Haran dan meninggal di usia 175
tahun. Selama seratus tahun itu Abraham tidak pernah kembali lagi ke
sana. Saya meneladani dia, yaitu mulai sejak hari pertama saya
menyerahkan diri saya, tidak pernah berpikir satu detik pun untuk
kembali ke dunia ini, sekali pun diberi tawaran keuntungan duniawi yang
sangat menggiurkan. Setelah Abraham menerima panggilan Tuhan, dia
mengajak istrinya – yang begitu cantik, karena hingga usia 90 tahun
masih diingini oleh raja – untuk pergi meninggalkan Haran. Mereka
meninggalkan rumah di Ur, yang menurut data arkeologi paling sedikit
memiliki 65 kamar, bahkan sampai 300 kamar, untuk tinggal di tenda
sekitar 100 tahun lamanya. Tuhan meminta Abraham meninggalkan rumahnya,
tetapi tidak diberi tahu ke mana dia akan pergi. Inilah cara Tuhan
memimpin.
Ketika Tuhan memanggil Abraham, tanpa
jelas masa depannya, mengapa Abraham mau ikut? Karena Tuhan yang
memanggil. Ketika Anda sangat sulit mengikut saya, ketahuilah bahwa saya
jauh lebih susah mengikut Tuhan. Tetapi dalam keadaan seperti itu,
sampai tua saya tetap tidak kendur. Tuhan ingin kita tidak berpaling,
tidak kembali ke jalan yang lama. Sekalipun ada alasan bagi Abraham
untuk pulang mencarikan istri bagi anaknya, ia tetap tidak pulang dan
memilih mengutus hambanya untuk pulang mencarikan pasangan bagi anaknya.
Di sini kita melihat, Abraham tidak membiarkan anaknya mencari
perempuan Kanaan, karena perempuan Kanaan terlalu mudah diajak naik
ranjang, sementara orang Mesopotamia, sekalipun belum mengenal Allah,
masih memelihara kesucian kehidupan seksual. Maka akhirnya hamba Abraham
menemukan Ribka. Allah berkata, “Engkau adalah umat-Ku. Aku menghendaki
agar engkau hidup suci, karena Aku Allahmu yang memanggil engkau, suci
adanya.” Kesucian dimulai dari kesucian hubungan seksual, dari kesucian
pernikahan. Itu sebabnya, jauhkan diri kita dari orang-orang yang
berzinah. Jangan hidup seperti mereka karena hal itu sangat mendukakan
hati Tuhan. Kasih yang tidak dipelihara dan dibatasi bukanlah kasih yang
dari Tuhan. Kasih yang dari Tuhan adalah kasih yang suci, kasih yang
cemburu akan kesalahan dan kebobrokan, dan kasih yang membenci
perzinahan.
Rumah Tangga yang Suci
Hukum ketujuh menyusul perintah “Jangan membunuh” karena membunuh adalah melecehkan hidup sesama manusia dan merampas kuasa Tuhan, sedangkan berzinah adalah menghina ciptaan Tuhan, khususnya manusia dengan cara merusak kesucian. Kita telah membahas bahwa kesucian adalah zat, suatu substansi ilahi, yang tidak mungkin ditiru atau dipalsukan oleh siapa pun. Oleh karena itu, barangsiapa mau hidup sesuai dengan kehendak Tuhan, mau taat kepada perintah-Nya, dia harus hidup suci.
Hukum ketujuh menyusul perintah “Jangan membunuh” karena membunuh adalah melecehkan hidup sesama manusia dan merampas kuasa Tuhan, sedangkan berzinah adalah menghina ciptaan Tuhan, khususnya manusia dengan cara merusak kesucian. Kita telah membahas bahwa kesucian adalah zat, suatu substansi ilahi, yang tidak mungkin ditiru atau dipalsukan oleh siapa pun. Oleh karena itu, barangsiapa mau hidup sesuai dengan kehendak Tuhan, mau taat kepada perintah-Nya, dia harus hidup suci.
Hidup suci sangat berkaitan erat dengan
hubungan seksual. Dengan kata lain, Alkitab memandang penting akan
pentingnya kesucian hubungan seksual. Itulah ciri khas iman Kristen yang
murni dan benar. Tanpa melalui hubungan seksual, tidak mungkin suami
istri akan melahirkan keturunan, melestarikan hidup seluruh umat
manusia. Jadi, unit paling dasar di dalam masyarakat adalah rumah
tangga. Masyarakat yang tidak menghargai dignitas rumah tangga akan
hancur dengan sendirinya. Jika manusia melakukan hubungan seksual
semaunya, dia tidak berbeda dari binatang. Bahkan, binatang yang
sekalipun kehidupan seksualnya tidak Tuhan tuntut sedemikian rupa
seperti pada manusia, tetap binatang tidak sekeji manusia yang
melampiaskan nafsu berahinya tanpa tanggung jawab dan tanpa batas.
Karena rumah tangga adalah unit yang
paling dasar dan paling penting di dalam pembentukan masyarakat dan
negara, maka suami istri harus memelihara kehidupan rumah tangganya
dengan ketat, menjalankan kehendak Tuhan atas dirinya. Oleh karena itu,
Tuhan melalui Paulus berfirman kepada para suami, “Cintailah istrimu.”
Dan dia menggambarkan cinta itu bagaikan cinta Kristus kepada
Gereja-Nya, yang membuat-Nya rela turun dari sorga untuk mencari orang
yang sudah menyimpang jauh dari Tuhan, yang sudah memberontak,
berkhianat kepada-Nya, rela mati untuk menebus dan membawa mereka
berpaling kepada-Nya, serta menjadikan mereka mempelai perempuan-Nya.
Gereja adalah mempelai perempuan Kristus, yang disatukan dengan cinta
kasih yang suci. Itu sebabnya, suami harus melakukan perintah Tuhan,
mengasihi istrinya sama seperti Kristus mengasihi Gereja-Nya. Siapakah
itu “Gereja-Nya”? Mereka adalah orang-orang yang tadinya begitu berdosa,
menentang Tuhan, berkhianat terhadap kebenaran, merobek-robek janji
Tuhan dengan manusia. Gereja-Nya adalah anak-anak yang terhilang, tetapi
kasih Kristus menggerakkan mereka untuk bertobat dan menyebut Dia
sebagai Tuhannya. Gereja-Nya adalah kaum yang sudah Dia tebus dan
kuduskan dan dikumpulkan menjadi satu umat milik Allah yang dipisahkan
dari dunia berdosa, untuk menjadi milik Sang Pencipta untuk kedua
kalinya.
Di dalam Mazmur 24:1 tertulis, “Dunia
dan segenap isinya milik Tuhan.” Bukankah itu berarti orang percaya
maupun orang yang belum percaya sama-sama milik Tuhan? Jadi apa bedanya
antara orang Kristen dengan non-Kristen? Orang non-Kristen menjadi milik
Tuhan karena mereka dicipta oleh Tuhan. Kita menjadi miliki Tuhan
karena kita dicipta oleh Tuhan dan ditebus lewat pengorbanan Anak-Nya,
Tuhan Yesus Kristus. Melalui penebusan darah-Nya kita disebut sebagai
orang suci, orang yang dikuduskan bagi Tuhan, untuk hidup suci di
hadapan-Nya dan memuliakan Dia. Paulus berkata, “Aku telah menjodohkan
kamu sebagai gadis yang suci kepada Kristus, maka engkau harus
memelihara kesucian dirimu.” Inilah gambaran cinta yang sejati.
Cinta yang sejati itu mengandung tiga
unsur yang penting, yaitu: 1) Motivasi yang jujur dan murni, tidak ada
kebohongan di dalamnya. Maka orang yang mengatakan “Aku cinta padamu”
dengan bergurau, tentu cintanya bukan cinta sejati. Cinta yang palsu,
yang diucapkan hanya untuk menipu orang, suatu hari pasti akan
terbongkar, karena cinta sejati itu sungguh-sungguh asli dan tulus. 2)
Rela memelihara kesucian diri demi orang yang dicintai. Maka orang yang
sungguh-sungguh mencintai seseorang, dia tidak mau mencemarkan dirinya
dengan sembarangan. Cinta sejati itu suci dan rela memelihara kesucian
diri dan kesetiaan untuk menyenangkan orang yang dia cintai. 3) Fokusnya
hanya satu, karena kita tidak mungkin bisa mencintai dua orang secara
bersama dan mencintai dengan derajat cinta yang sama. Hanya Alkitab yang
memberikan penjelasan yang tepat tentang hal ini, yaitu karena Allah
mencipta manusia menurut peta teladan-Nya, maka firman-Nya, “Dengarlah,
hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN,
Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan
segenap kekuatanmu” (Ul. 6:4-5). Dengan kata lain, Allah yang Esa itu
telah mencipta engkau dengan suatu potensi yaitu kasihmu hanya boleh
ditujukan kepada-Nya, Allah yang hanya Esa, yang tidak bisa digandakan
kepada ilah-ilah lainnya. Hal yang sama berlaku di dalam hubungan suami
istri. Dengan demikian tidak mungkin bagimu untuk bisa mengasihi dua
orang pada saat yang sama dengan kualitas cinta yang sama. Hanya dengan
cara seperti ini manusia bisa melestarikan kehidupannya, yaitu dengan
menyelaraskan diri dengan kehendak Tuhan.
Baik psikologi maupun sosiologi
membuktikan satu perkara. Sistem pernikahan yang paling baik adalah
monogami, bukan poligami. Masyarakat yang menganut poligami tidak
mungkin menikmati kebahagiaan yang lebih besar ketimbang masyarakat yang
memelihara sistem monogami, di mana seorang pria menikah dengan seorang
wanita, lalu keduanya sama-sama setia sepanjang hidupnya. Hanya sistem
inilah yang menjamin kelestarian dan kesehatan umat manusia. Sistem ini
menjamin kebahagiaan pasangan suami istri dan rumah tangganya. Jika
seorang pria bercabang hati, mencintai beberapa perempuan, cintanya
pasti tidak murni. Bukan berarti kita adalah malaikat yang bisa dan
sanggup memelihara cinta terhadap pasangan hidup kita sepanjang hidup
dengan kekuatan kita sendiri tanpa pikiran menyeleweng. Kita harus jujur
bahwa kita sulit menikah dengan satu orang dan setia kepadanya seumur
hidup tanpa sama sekali ada pikiran menyeleweng. Kita adalah orang
berdosa yang diperhadapkan dengan berbagai godaan dan cobaan. Itu
sebabnya, kita perlu mengikat janji di hadapan Tuhan. Oleh karena itu,
di dalam upacara pernikahan, mempelai mengucapkan janji untuk mau setia
kepada pasangannya, tidak peduli pada saat kaya atau miskin, lancar atau
tidak lancar, sakit dan sehat, sampai akhir hidupnya. Untuk apa
mempelai mengikat janji? Ikatan janji ini diperlukan untuk mengingatkan
diri bahwa dia telah menikah di hadapan Tuhan, sehingga tidak boleh
sembarangan dan harus bertanggung jawab. Jadi, ketiga hal ini: kesucian,
kekekalan, dan hanya satu arah, adalah ciri dari kebahagiaan rumah
tangga.
Negara yang menjunjung tinggi moralitas
pasti akan menganut sistem monogami tanpa perkecualian. Meskipun ada
agama-agama yang mengizinkan orang menikah dengan lebih dari satu orang,
tetapi waktu mereka mendirikan negara, tentu tidak berani mencantumkan
di dalam konstitusi mereka. Di Indonesia ada banyak agama, tetapi tetap
menjunjung tinggi monogami, bukan poligami. Di dalam Undang-Undang Dasar
tidak disebutkan, “Seorang pria boleh menikahi empat wanita,” karena
sejak awal Allah hanya menciptakan seorang laki-laki, yaitu Adam, dan
seorang wanita, yaitu Hawa. Orang Islam juga mengakui bahwa dalam
keadaan darurat perang, di mana ada banyak pria mati di medan perang
menyebabkan banyak wanita menjadi janda. Di saat seperti itu, barulah
pria diizinkan menikahi janda-janda itu, untuk memelihara dan menghidupi
mereka. Masalahnya, sekarang banyak orang menggunakan alasan bahwa
Islam memberikan izin pria menikahi empat wanita, sehingga mereka
menikah dengan lebih dari satu wanita. Ini mengundang kekacauan dan
hilangnya kebahagiaan di dalam kehidupan keluarga. Jadi perintah “Jangan
berzinah” Allah berikan demi kebaikan umat manusia.
Fungsi Seks dan Penggunaannya
Tuhan menciptakan fungsi seks menyebabkan manusia dapat melakukan hubungan seksual dengan leluasa dan menikmati kenikmatan tertinggi. Kita telah membahas bahwa binatang tidak mungkin dapat menikmati kenikmatan seks melebihi manusia. Postur tubuh manusia memungkinan diri bergerak lebih lincah puluhan, ratusan, bahkan ribuan kali dibanding dengan binatang.
Tuhan menciptakan fungsi seks menyebabkan manusia dapat melakukan hubungan seksual dengan leluasa dan menikmati kenikmatan tertinggi. Kita telah membahas bahwa binatang tidak mungkin dapat menikmati kenikmatan seks melebihi manusia. Postur tubuh manusia memungkinan diri bergerak lebih lincah puluhan, ratusan, bahkan ribuan kali dibanding dengan binatang.
Dua tahun lalu, saya membawa beberapa
pendeta dan penginjil ke Beijing dan menonton suatu acara akrobat yang
mempertontonkan tubuh mereka yang begitu lentur, begitu mengagumkan.
Tuhan mencipta tubuh manusia dengan desain yang begitu luar biasa,
sehingga memungkinkan kita menikmati hubungan seks puluhan kali lebih
nikmat dari binatang. Itu sebab, jika engkau masih kurang puas dan masih
mau bermain-main dengan seks, Tuhan akan menghajar engkau. Tetapi kalau
suami istri saling setia sampai akhir, berapa banyak pun mereka
melakukan hubungan seksual, tidak mungkin terjangkit penyakit kelamin.
Tetapi kalau engkau melakukannya dengan orang kedua, ketiga, dan
seterusnya, engkau akan memberi peluang terjangkit penyakit kelamin.
Betapa besarnya dosa laki-laki yang melakukan hubungan seks dengan
pelacur lalu menularkan penyakit kelamin ke istrinya. Begitu juga betapa
besar dosa perempuan yang tidak setia kepada suaminya, berhubungan
dengan pria lain, lalu menularkan penyakit kelamin ke suaminya. Saya
berharap kita menjadi suami yang suci, yang mengasihi istri kita dan
menjadi istri yang suci, yang taat kepada suami; sebagaimana Kristus
mencintai Gereja, rela berkorban baginya, menyatakan cinta-Nya yang
sejati, dan Gereja yang memahami kasih Kristus tentu akan taat dan
bersedia membalas kasih-Nya.
Kadang-kadang kita percaya suami kita
betul-betul baik, tetapi kenyataannya tidak. Kadang-kadang kita percaya
istri kita begitu suci, tetapi ternyata tidak. Konon, jika seorang
betul-betul suci seumur hidupnya, ketika di sorga nanti akan mengendarai
Rolls-Royce. Dia pun mengendarai mobil itu mencari istrinya.
Akhirnya dia menemukan istrinya sedang naik sepeda. Dia baru sadar bahwa
cinta istrinya ternyata tidak sesuci cintanya terhadap istrinya. Ada
juga orang yang meragukan cinta pasangannya sedemikian hebat, selalu
melihat dia tidak setia, tetapi semua dugaannya itu sebenarnya tanpa
dasar, sehingga mengundang kesusahan besar bagi dirinya maupun juga
pasangannya. Ada seorang laki-laki yang istrinya terlihat jauh lebih
muda dari dirinya dan sangat cantik. Ketika masih muda, ia tidak
mengalami masalah psikologis apa pun, tetapi ketika ia mulai tua, ia
mulai senantiasa ragu apakah istrinya masih mau setia kepadanya. Maka
setiap kali istrinya pulang, dia selalu memeriksa pakaiannya, apakah ada
rambut pria menempel di sana. Kalau ada, dia langsung menginterogasi
istrinya. Istri itu dibuat susah luar biasa. Suatu hari ketika istrinya
pulang, suaminya memeriksa pakaiannya sampai setengah jam dan tidak
menemukan sehelai rambut melekat di sana, akhirnya dia menangis dengan
keras. Dia berkata, “Sekarang saya baru tahu, ternyata orang botak pun
kau mau.” Mengapa bisa begitu? Kalau orang sudah curiga, apa pun jadi
salah. Betapa bahagianya kalau di dalam rumah tangga suami dan istri
dapat saling percaya.
Namun, patutkan engkau dipercayai?
Banyak orang ingin dihormati karena sangat tidak enak untuk tidak
dihormati. Tetapi orang yang ingin dihormati perlu bertanya kepada diri
mereka sendiri, apakah dia patut dihormati. Jika engkau memang patut
dihormati, maka orang akan menghormati engkau; kalau engkau tidak layak
dihormati, jangan mengharap orang menghormati engkau. Mari kita belajar,
suami tidak menipu istri dan istri juga tidak mengelabui suami. Suami
istri perlu sungguh-sungguh jujur, transparan, belajar saling
menghormati. Memang di Alkitab tertulis, air curian lebih manis rasanya.
Banyak orang yang merasa bahwa melakukan
hubungan seks yang tidak sah itu begitu nikmat, begitu manis, baru
setelah itu timbullah kepahitan yang tidak kunjung habis di sepanjang
hidupnya. Ini menunjukkan bahwa melakukan hal itu adalah suatu
kebodohan. Ketika saya masih di Tiongkok, ibu saya selalu memberikan
buah zaitun kepada saya. Dia berkata, “Buah ini lain dari yang lain,
karena ketika digigit pertama terasa asam, ada seperti rasa tidak enak,
bijinya juga tajam sekali, sehingga kalau tidak hati-hati bisa menusuk
gusi. Tetapi setelah mulai dikunyah dan ditelan, timbul rasa manis
perlahan-lahan setelah itu.” Alkitab mengatakan, “Biarlah istrimu
seperti pohon anggur dan anak-anakmu seperti tunas zaitun.” Itu berarti
istri jangan suka berlaku galak karena laki-laki paling tidak tahan
dengan istri yang galak. Bagaimanapun cantiknya seorang istri, saat dia
galak, kecantikannya akan hilang delapan puluh persen. Perempuan yang
lembut bagaikan pohon anggur. Dia cantik bukan karena polesan kosmetik,
melainkan cantik yang memikat pria. Kebanyakan pria tidak suka
diperlakukan kasar oleh istrinya. Mereka ingin diperlakukan lembut oleh
kelembutan istrinya. Pokok anggur merupakan lambang Yesus saat Dia di
dunia. Yesus berkata, “Akulah pokok anggur dan kamulah
ranting-rantingnya. Bapa-Kulah pengusahanya.” Yesus melambangkan
diri-Nya sebagai pokok anggur, bukan pohon cemara yang besar atau pohon
ara yang subur, karena Dia ingin menekankan kelembutan dan ketaatan-Nya
kepada Bapa-Nya. Sebagaimana Kristus taat kepada Bapa dan Gereja taat
kepada Kristus, kiranya begitu juga istri taat kepada suaminya dan
memperlakukan suaminya dengan lembut. Lembut bukan berarti kompromi,
melainkan lembut karena digerakkan oleh cinta kasih. Semakin engkau taat
kepada suamimu, semakin suamimu akan mencintai engkau. Sebaliknya,
semakin engkau mencintai istrimu, istrimu semakin rela taat kepadamu.
Inilah dalil yang Alkitab nyatakan.
Sang Pencipta tahu, pria membutuhkan
wibawa, gengsi, dan otoritas. Wanita yang Dia cipta membutuhkan
perlindungan dan kasih yang lembut. Suami yang mengasihi istrinya dengan
lembut mendapatkan hati istrinya dan membuat istrinya mau taat
kepadanya. Demikian pula istri yang bijaksana, menghargai, dan
menghormati suaminya akan disayang oleh suaminya. Dengan demikian,
anak-anakmu akan seperti tunas zaitun. Buah zaitun luarnya lembut
dalamnya keras. Itu berarti memiliki tulang di dalam dan lembut di luar.
Inilah teknik menjalin hubungan dengan sesama yang sangat tinggi dan
tidak mudah dicapai. Inilah beda manusia dengan kepiting. Kepiting
tulangnya di luar dagingnya di dalam, sementara manusia dagingnya di
luar tulangnya di dalam, sehingga kalau dua kepiting bersinggungan akan
saling menghancurkan, tetapi manusia ketika bersinggungan akan lembut
dan tidak menimbulkan masalah. Itu sebab, manusia harus keras di dalam,
tetapi lembut di luar. Artinya, manusia harus punya prinsip yang tegas,
tetapi bisa bersahabat dengan orang yang berbeda-beda. Sebagai orang
Kristen, kita harus memiliki prinsip iman yang tidak mau kompromi, tetapi tetap harus bisa bersahabat.
Di dalam peribahasa Tionghoa dikatakan, “Sikap yang lembut, namun
prinsip yang kokoh.” Buah zaitun saat pertama digigit terasa asam dan
sepat, tetapi lambat laun terasa manis. Demikian pula rumah tangga yang
bahagia.
Istri saya setiap minggu beberapa kali
mengatakan kepada anak-anak kami, “Bersusah-susah dulu, bersenang-senang
kemudian.” Saat ini begitu banyak pasangan suami istri yang bercerai,
padahal di zaman ini orang bebas memilih pacar dan tidak banyak yang
dijodohkan seperti pada masa lampau. Tahukah Anda, bahwa di daerah
California dan Florida, daerah yang cuaca paling nyaman di Amerika
Serikat dan memiliki taraf kehidupan yang relatif sangat baik, tingkat
perceraian melampaui 100% dari jumlah pasangan yang ada? Bisa melampaui
100% karena ternyata ada cukup banyak pasangan yang kawin cerai sampai
beberapa kali. Dalam bukunya, Revolution of the Sex, Dr.
Kingsley menyatakan bahwa revolusi seks di Amerika Serikat telah
mengakibatkan kebebasan seks yang tidak terkontrol. Sekitar tahun 1969,
delapan puluh lima persen gadis telah kehilangan keperawanannya pada
usia 16 tahun. Yang terbanyak, lebih dari enam puluh persen melakukan
hubungan seks di jok belakang mobil. Apakah orang yang bebas melakukan hubungan seksual akan bahagia hidupnya? Tidak!
Tuhan memerintahkan kita untuk tidak
berzinah. Seorang yang berzinah pasti akan menderita kepahitan hidup.
Tidak berzinah adalah aturan dan batasan yang Tuhan berikan untuk
menjadi jaminan kelestarian hidup umat manusia dan kebahagiaan rumah
tangga. Pada masyarakat kuno, orang-orang muda tidak mempunyai hak untuk
memilih pacar sendiri atau menikah dengan orang yang dia sukai.
Keluarga atau orang tuanyalah yang menentukan dengan siapa dia harus
menikah. Dalam banyak kasus, anak hanya bisa menangis ketika memasuki
kehidupan rumah tangga lewat paksaan yang pahit sekali. Ketika ibu saya
berusia enam belas tahun, pada suatu hari ia pulang sekolah, ada tiga
tamu di rumah. Sesampai di kamar, kakak perempuannya memberitahu dia,
bahwa salah satu dari pria itu akan menjadi suaminya. Dia pun menangis.
Tetapi kakaknya mengatakan, “Jangan menangis, jalani saja perintah papa
dan mama.” Lalu ketika ia mengintip ketiga pria itu, semua jauh lebih
tua darinya. Ia harus menikah dengan seseorang yang sudah berusia tiga
puluh sembilan tahun, sementara ia sendiri belum genap tujuh belas
tahun. Tetapi ayah saya adalah seorang yang sangat pandai. Dia menguasai
sepuluh macam bahasa, bekerja sebagai General Manager dari
sebuah perusahaan multinasional terbesar di Asia. Dalam kondisi delapan
puluh tahun silam, keuntungan per tahunnya sudah mencapai enam puluh
lima hingga delapan puluh juta dollar. Ayah saya dijuluki Doktor bisnis,
karena dia menguasai bahasa Belanda, Inggris, Perancis, Mandarin,
Indonesia, Jepang, Hokkian, Suatao, Shanghai, dan Canton. Dengan itu dia
bisa berbisnis dengan sangat lincah dan hebat. Sementara anaknya kurang
lincah dan kurang pandai, hanya bisa berkhotbah dalam empat bahasa.
Anak saya lebih kurang lagi, karena tidak bisa berkhotbah dalam empat
bahasa. Ini yang disebut, generasi berikut lebih kurang dari generasi
sebelumnya. Karena papa dari mama saya pikir bahwa papa saya begitu
pandai, maka ia menerima pinangan itu, dan mama saya harus menikah
dengan papa saya. Tapi dari situlah Stephen Tong lahir. Jadi, awalnya
masam tidak apa, akhirnya menjadi manis juga. Ada banyak yang awalnya
manis, akhirnya berantakan.
Ada orang-orang yang Tuhan izinkan patah
hati beberapa kali baru bisa menikmati cinta yang sungguh. Hidup ini
memang mengandung banyak faktor “X” yang tidak bisa kita mengerti.
Sebagai orang Kristen, hendaknya kita selalu berkata, “Tuhan, aku puas
akan segala pengaturan-Mu, menerima apa pun yang Kau izinkan terjadi di
dalam hidupku.” Ada orang-orang yang berkata, “Mengapa kekasihku yang
begitu cantik meninggalkan aku? Mengapa aku harus patah hati?” Terkadang
hidup itu begitu susah karena Tuhan sedang mempersiapkan engkau untuk
bersusah-susah dulu dan bersenang-senang kemudian. Bersyukurlah kepada
Tuhan. Dan pada saat Tuhan sudah memberi yang terbaik, biarlah kita
belajar untuk hidup suci, menepati janji kita kepada Tuhan, bahwa kita
tidak akan berzinah.
Perzinahan tidak pernah membawa
kebahagiaan. Kenikmatan seksual di luar jalur nikah hanya memberi
kesenangan sesaat, tetapi kemudian rumah tanggamu berantakan, hati
nuranimu tak henti-hentinya menuduh, anak-anakmu tak melihat contoh
yang baik, jiwamu tercabik-cabik, karena tidak taat pada Tuhan, rumah
tangga kita kehilangan kesaksian yang bermutu. Ada tiga tekanan yang
membuat banyak suami istri sama-sama merasa kurang puas, tetapi tidak
berani melangkah untuk bercerai, yaitu: 1) Tekanan agama. Saya orang
beragama dan agamaku tidak mengizinkan aku bercerai; 2) Tekanan sosial.
Kalau masyarakat tahu aku bercerai, reputasiku akan hancur; 3) Tekanan
keluarga. Orang tua dan anak-anak membuat kita tidak berani bercerai. Ketiga tekanan ini adalah anugerah umum dari Tuhan.
Kalau tidak ditahan oleh anugerah umum, akan banyak manusia yang
berbuat sekehendak hatinya. Itu sebabnya, kita patut bersyukur kepada
Tuhan akan kekangan itu. Tetapi tentunya ada orang yang karena tidak
takut Allah, tidak takut masyarakat, dan tidak takut keluarga, tetap
nekat memilih untuk bercerai. Kiranya Tuhan memelihara hati kita untuk
senantiasa takut kepada-Nya, takut sesama, takut akibat-akibat
perceraian, sehingga kita tidak sembarangan mengambil langkah yang salah
ini.
John Dewey, William James, Charles S.
Pierce, tiga tokoh yang memelopori Pragmatisme, sebuah arus filsafat
baru abad ke-20, di Amerika. John Dewey menulis buku Revolution of Philosophy.
Di segi etika, dia mengatakan, “Jika engkau berpikir tentang apa yang
akan menjadi akibat dari tindakanmu, engkau akan lebih berhati-hati
dalam bertindak.” Ini adalah dalil etika yang paling penting dari
filsafat Dewey. Memikirkan akibat dari perbuatan kita adalah penahan
dari kerusakan moral dan kebebasan kita. Waktu saya mempelajari
filsafatnya, saya tahu itu bukan penemuan John Dewey. 3.450 tahun
sebelum Dewey mengutarakan Golden Rule itu, Alkitab telah
mencatat pernyataan yang Musa katakan sebelum dia meninggal dunia: “Aku
berharap, umatku mau memikirkan akibat dari kelakuan mereka.”
Banyak orang berpikir, “Saya mau begini
maka saya berbuat begini.” Mereka tidak pernah memikirkan terlebih dulu
apa akibat dari perbuatannya. Pepatah orang Tionghoa berkata, “Pikirkan
tiga kali dulu baru bertindak.” Pada umumnya, ketika seorang mau
bercerai, dia tidak memikirkan akibatnya secara masak-masak, hanya
berpikir, “Aku mau senang, aku ingin bebas, aku ingin mendapatkan
perempuan yang lebih cantik, ingin menikmati kenikmatan seks yang lebih
segar.” Sebaliknya pikirkan dan pikirkan lagi kalau kau bercerai,
bagaimana perasaan istrimu, bagaimana dengan janjimu di hadapan Tuhan,
bagaimana perasaan anak-anakmu saat mereka dicemooh oleh kawan-kawannya,
bagaimana masa depan mereka? Orang yang dapat memikirkan kemungkinan
yang terburuk, mengakibatkan dia memutuskan untuk mengurungkan niatnya
bercerai dan mengambil langkah yang lebih baik.
Kita harus menghargai pernikahan,
menghargai janji nikah, saling percaya dan saling memperbaiki. Jangan
berpikir dan beranggapan bahwa jika ganti pasangan semuanya pasti akan
beres. Tidak tentu demikian. Mungkin sekali pasangan yang baru akan
lebih buruk dari sebelumnya, bagaikan lepas mulut serigala masuk ke
mulut buaya. Ketika engkau bosan dengan istrimu dan beranggapan bahwa
wanita lain akan lebih baik, sangat mungkin engkau akan kecewa.
Perempuan lain, mungkin senyumnya terlihat menarik, tetapi engkau belum
pernah mengalami ketika ia marah meledak-ledak begitu mengerikan. Sering
kali kita lupa bahwa saat gunung yang di bawah laut meletus, jauh lebih
mengerikan daripada gunung yang ada di permukaan bumi. Saat seorang
gadis yang belum menikah, belum pernah melakukan hubungan seksual, mau
menikah dengan engkau yang belum mempunyai apa-apa, itu menunjukkan
jiwanya masih bersih dan murni sekali. Berhati-hatilah terhadap orang
yang berani menyatakan cintanya setelah engkau sukses dan kaya, karena
engkau tidak tahu sebenarnya dia mencintaimu atau mencintai kekayaanmu.
Ketika berusia lima belas tahun, saya
membaca satu makalah yang bagus sekali, berjudul “Jika aku orang kaya.”
Di dalam makalah itu ada dua pernyataan yang sangat berkesan, “Jika aku
adalah orang kaya, aku tidak pernah tahu betapa manisnya roti yang
kudapat lewat cucuran keringatku. Kalau aku adalah orang kaya, aku tidak
pernah tahu, istriku menikah denganku karena mencintaiku atau
menginginkan kekayaanku.” Yang penting harus kita ingat, Tuhan
menginginkan kita hidup suci. Rumah tangga itu penting sekali. Banyak
sekali godaan yang membuat suami istri berpikir untuk bercerai. Tetapi
sebagai orang yang takut akan Tuhan, kita harus senantiasa mengingat:
Jangan berzinah! Amin.
Oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong
Sumber :http://www.nusahati.com/2012/05/sepuluh-hukum-hukum-ketujuh-bagian-1/
Hukum pertama hingga keempat berbicara tentang hukum vertikal, menyatakan relasi antara Pencipta dan ciptaan.
Hukum 1 : Akulah Allah satu-satunya, jangan ada ilah lain di hadapan-Ku
Hukum 2 : Jangan Menyembah Berhala
Hukum 3 : Jangan Menyebut Nama Tuhan Dengan Sembarangan
Hukum 4 : Kuduskan Hari Sabat
Hukum kelima mulai membahas relasi antara manusia dengan manusia yang Ia cipta.
Hukum 5 : Hormati Orang Tuamu
Hukum 6 : Jangan Membunuh