Allah adalah Roh, maka peta dan teladan Allah jangan diikat oleh kategori materi. Kita telah menekankan aspek kekekalan. Kini kita mau mempelajari sifat yang lain, yaitu sifat kebebasan.
Immanuel Kant, seorang filsuf 250 tahun yang lalu di Jerman, mengatakan bahwa ada tiga hal yang tak mungkin dicapai oleh rasio manusia hingga tuntas, yaitu a) Tuhan Allah, b) imortalitas, dan c) kebebasan. Ketiga hal ini tidak berada dalam dunia fenomena (yang terjamah oleh indera), tetapi dunia noumena (yang tak terjamah oleh indera).
a. Manusia dan sifat kebebasan
Allah adalah satu-satunya yang kekal, imortal, dan berdaulat mutlak. Hal ini menjadi dorongan bagi manusia untuk mencapai kebudayaan yang paling tinggi. Manusia ingin kekal, imortal, dan berdaulat. Itu menyebabkan Mesir membuat mumi, dan Kaisar Qin Shi Huang mengutus orang untuk mencari obat agar tidak bisa mati. Unsur kedaulatan membuat manusia suka mengatur dan tidak suka diatur. Unsur kebebasan membuat manusia memiliki keinginan. Inilah sifat manusia yang dicipta menurut peta dan teladan Allah.
Tuhan mencipta manusia dengan rancangan (desain) yang begitu sempurna sehingga memungkinkan semua sifat efisiensi dan kebebasan yang luar biasa, yang tidak dimiliki oleh binatang. Hal ini menjadikan manusia bisa memiliki kebebasan dalam berbagai hal, pemikiran, perasaan, dan tindakan. Manusia bisa mengembangkan kreativitas dirinya hampir tidak terbatas. Oleh karena itu, janganlah kita melarat karena kita menjadi orang yang tidak berjuang dan bekerja keras, karena kita hanya bisa melampiaskan nafsu kita tanpa pengertian. Manusia adalah makhluk yang sangat berharga. Kebebasan ini menjadi landasan utama dalam kita menegakkan prinsip dan hidup moral.
Justru karena saya bebas, maka saya bisa berbuat salah. Ketika saya berbuat salah, maka saya harus dihukum. Seringkali kita kemudian tidak mau diberi kebebasan, karena takut menerima hukuman. Tetapi itulah natur kita, karena dicipta menurut peta dan teladan Allah.
b. Jalan satu arah
Kita harus menyadari bahwa “kebebasan” ini merupakan jalan satu arah. Ketika seorang mengambil kebebasannya untuk membunuh diri, maka setelah dilakukan, ia tidak bisa membatalkan atau menyesal atas tindakannya. Ia tidak bisa memulihkan kembali apa yang ia sudah kerjakan. Di sini kebebasan sudah tidak ada lagi. Kebebasan hanya untuk kita bisa membunuh diri kita, tetapi tidak bisa mengembalikannya. Maka penggunaan kebebasan merupakan keputusan yang sangat genting (crucial decision). Di sini, kebebasan sejati haruslah diikat oleh kebenaran, diikat oleh firman Tuhan. Jika kebebasan tidak diikat oleh kebenaran, maka itu bukanlah kebebasan.
Ketika seorang pemuda sedang sendiri, tidak ada ayah dan ibunya, apakah yang akan diputuskannya? Ini adalah suatu keputusan yang sangat krusial. Saat itu ia bebas berbuat sesuatu, tidak ada yang mengawasi dan menjaga dirinya. Tetapi justru saat-saat seperti itu merupakan saat yang sangat berbahaya. Engkau harus mengingat bahwa Engkau dicipta menurut peta dan teladan Allah. Maka Engkau harus menjadi serupa dengan Dia. Tetapi, jika Engkau tidak mau diatur oleh firman Tuhan, maka Engkau akan lebih serupa dengan setan. Tuhan ingin agar Engkau boleh kembali kepada firman.
c. Sifat Kebebasan
Mengapa orang bisa salah menggunakan kebebasan? Untuk ini kita perlu melihat tiga sifat penting dari kebebasan, yaitu a) sifat keterbatasan, b) sifat paradoks, dan c) sifat krusial.
Kebebasan harus diikat oleh definisi kebebasan itu sendiri. Jika kita tidak membatasi definisi kebebasan dengan benar, maka apa yang dipikirkan atau dikerjakan bukanlah kebebasan. Kebebasan harus dimengerti dan dibatasi oleh definisi kebebasan itu sendiri. Maka, kebebasan bukanlah tanpa batas, tanpa arti, tanpa kebenaran. Kebebasan sejati adalah kebebasan terbatas. Tanpa pembatasan, kebebasan bukanlah kebebasan.
Ketika Tuhan menciptakan Adam dan Hawa, Ia memberikan kebebasan, tetapi juga keterbatasan, bahwa pohon pengetahuan akan hal yang baik dan yang jahat tidak boleh dimakan. Di sini pertama kali ada limitasi kebebasan. Lalu, bagaimana dengan Allah? John Stott, seorang theolog Inggris, mengatakan, “Bahkan kebebasan Allah pun terbatas.” Kalau Allah terbatas, berarti ada yang di atas Allah yang membatasi Allah. Ini tidak mungkin. Allah tidak dibatasi oleh sesuatu yang ada di atas Dia. Allah yang bebas mutlak adalah Allah yang meletakkan kebebasan-Nya sinkron sejalan dengan sifat moral-Nya. Allah yang suci tidak bisa melawan kesucian-Nya. Allah yang adil tidak bisa melawan keadilan-Nya. Allah yang kasih tidak bisa berbuat hal yang melawan kasih.
Kebebasan itu baik; kebebasan itu indah; kebebasan itu hormat. Tetapi kebebasan sedemikian harus dipakai dengan bertanggung jawab. Kalau tidak, ia menjadi paling jahat, paling buruk dan paling hina. Para pemuda-pemudi harus mengerti prinsip dan sifat kebebasan ini. Allah yang bebas mutlak telah meletakkan kebebasan-Nya sinkron di bawah semua sifat moral-Nya. Kebebasan seperti ini adalah kebebasan paradoks. Kebebasan itu suatu keputusan yang sangat krusial. Taklukkanlah kebebasan Anda di bawah kedaulatan Allah, maka kebebasan itu menjadi luar biasa indah. Itulah tanda orang yang sungguh-sungguh orang rohani.
Yang disebut dedikasi, yang disebut rohani, yang disebut mempersembahkan diri kepada Tuhan, dan orang yang sungguh-sungguh bertanggung jawab adalah orang yang rela menaruh kebebasan yang Tuhan berikan di bawah kedaulatan pengaturan Tuhan. Ada seorang homoseks diusir oleh orang tuanya dari rumah. Ketika keluar, orang itu berkata, “Saya pergi, tetapi ingatlah bahwa saya dilahirkan oleh engkau, maka dosamu lebih besar dari saya.” Orang yang menggunakan kebebasan tetapi tidak mau bertanggung jawab adalah orang yang jahat, yang tidak rohani, dan yang tidak benar. Manusia yang di neraka akan berbicara seperti itu. Kebebasan adalah anugerah Allah yang sangat besar. Sangatlah kurang ajar jika seseorang sudah menyalahgunakan kebebasan lalu mempersalahkan Allah yang memberikan kebebasan.
d. Kebebasan dan Dosa
Lalu, mengapa Allah memberi kemungkinan manusia berdosa? Bagi saya, terlalu mudah bagi Allah mencipta manusia tanpa kemungkinan berbuat dosa. Itu berarti Allah hanya mencipta robot. Kebebasan adalah hal yang sangat penting, suatu absolute necessity bagi manusia. Oleh karena itu, kita harus sangat menghormati kebebasan, lalu menggunakannya dengan tepat. Allah yang memberikan kebebasan kepada manusia, juga adalah Allah yang berhak mengadili manusia berkenaan dengan bagaimana ia mempergunakan kebebasan tersebut.
Ketika saya masih muda, saya berkata kepada Allah, “Tuhan inilah saya. Berikanlah kepada saya kekuatan penguasaan diri, agar pada masa muda ini saya bisa berjalan di dalam pimpinan-Mu.” Maukah Engkau meletakkan kebebasanmu sebagai persembahan yang hidup kepada Allah? Maukah Engkau memakai kebebasanmu di bawah kedaulatan Allah? Amin
Oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong
Sumber : http://www.buletinpillar.org/transkrip/manusia-peta-teladan-allah-bagian-4#hal-1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar