Membaca Surat Khabar memiliki keasyikan tesendiri, dan mata tertuju pada sebuah jajak pendapat global yang digelar lembaga riset Gallup dimana lembaga ini telah mewawancarai kurang lebih 150.000 responden di 148 negara di dunia tentang kebahagian. Kesimpulan mengejutkan bahwa orang yang tinggal di negara kaya dan makmur tidak sebahagia orang yang tinggal di negara yang produk domestik bruto per kapitanya rendah, konon katanya negara yang bahagia adalah negara yang memiliki dan memelihara nilai-nilai dasar budaya dalam masyarakat semisal memelihara pertemanan, keluarga, dan keagamaan walaupun kehidupan sehari-hari sulit.
Berbicara tentang bahagia saya teringat dengan apa yang dikatakan oleh Margareth istri dari seorang pembicara motivator tentang kebahagiaan bernama John Maxwell saat ditanya apakah dia bahagia bersuamikan John Maxwell dalam sesi tentang kebahagiaan saat itu. Margareth menjawab tidak!, semua orang heran dan terkejut.... " “No!” once again she said, “John Maxwell cannot make me happy.”
Everybody looked at Maxwell. Then Margaret continued, “John Maxwell is a
very good husband. He is never drunk, and cheats on me. He always tries
to fulfil my needs physically and spiritually. But, He still cannot
make me happy.” Suddenly there was a voice, “Why?” She said “because, no
one in this world is responsible for my happiness than myself.” Hal yang ingin disampaikan oleh Margareth adalah diri kita sendiri yang bertanggung jawab menciptakan kebahagiaan itu.
Kebahagiaan!!! adalah hal yang dirindukan semua insan di dunia ini, khususnya di momentum Natal. Banyak cara dilakukan untuk mendapatkan kebahagiaan natal seperti mengulangi hal-hal istimewa yang pernah dirasakan di masa-masa kecil namun tidak mendapatkannya, bagi yang menyibukan diri dalam ritual-ritual Natal pun mungkin tidak mendapatkannya. Memaksakan diri tersenyum pada semua orang bahwa dia berbahagia pun akan menyusahkan diri lebih dalam, yang sedikit berbahagia adalah para pedagang yang menjual pernik-pernik natal.
Saya mencoba membandingkan kedua hal di atas survey dan Margareth, dalam survey disimpulkan bahwa uang yang selama ini diyakini dapat membahagiakan pun tidak menjamin bahagia dan hidup lebih berarti, Sementara Margareth mengatakan kita sendirilah yang menentukan kebahagiaan itu. Bagaimana dengan saya? Ada saat dimana saya sedang memikirkan kebaikan dan kasih Tuhan saya berbahagia diluar itu saya menyedihkan.
Baru-baru ini saya diminta tolong oleh seorang teman, bahwa dia akan diwawancara dengan tema makna Natal bagi dia mewakili pemuda dalam komunitas gereja mereka, dia minta diberi gambaran tentang hal tersebut. Hal yang biasa jika saya ditanya tentang Pajak namun kali ini sedikit unik, Saya tidak terkejut dengan permintaan tersebut karena banyak pemuda dewasa dan remaja sekarang yang tidak paham hal tentang Natal sekalipun. Lalu saya memberikan suatu ayat renungan Bayi Natal oleh Pdt. Dr. Stephen Tong yang pernah saya baca. Ayat ini mungkin sering kita dengar dan baca berulang-ulang apalagi dalam suatu kebaktian Natal. Yesaya 9 ayat 5 "Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah
diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan
namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang
Kekal, Raja Damai." Ini adalah ayat yang dinubuatkan oleh nabi Yesaya 700 tahun sebelum Kristus lahir. Ini adalah jawaban yang paling dicari oleh agama, filsafat dan kebudayaan manusia. Beribu-ribu tahun manusia menunggu siapakah yang dapat memberikan perdamaian, nasihat yang terbaik, cara paling ajaib untuk melepaskan kita dari kebodohan, kuasa besar dan bijaksana yang kekal kepada umat manusia, karena hanya Dia yang mampu memenuhi kebutuhan manusia akan hal-hal tersebut. Saya tegaskan kepada teman saya itu itu untuk mengajak pemuda bersama-sama merenungkannya, agar menjadi pemuda/i yang berbahagia dan tidak bersungut-sungut menghadapi hari yang makin jahat ini.
Dalam momen ini tidak lupa saya sebagai admin, mengucapkan kepada para pembaca setia Selamat Hari Natal, Tuhan Memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar