Pada
tahun 1995, Kamp Nasional Mahasiswa (KNM) mengumpulkan mahasiswa dari
27 propinsi. Kamp kali ini Cuma mengumpulkan 26 propinsi. Kita tidak
tahu bagaimana keadaan pada hari depan. Setiap pertemuan adalah
pertemuan yang tidak terulang lagi. Setiap kesempatan yang diberikan
Tuhan adalah kesempatan yang mencatat sejarah, meskipun mungkin kita
merasa ini adalah kesempatan yang sering ada. Tahun 1949, pada waktu
komunis mengambil alih kekuasaan di Tiongkok, dari hari itu sampai
sekarang sudah 51 tahun, namun belum pernah ada pertemuan dari
mahasiswa-mahasiswa Kristen di manapun. Indonesia sedang menuju kepada
kemungkinan perpecahan, separatis-separatis sedang bekerja untuk
menghancurkan keutuhan negara ini. Maka biarlah kita sangat menghargai,
menghormati, menyayangi, dan memakai baik-baik anugerah Tuhan untuk Kamp
Nasional di Indonesia ini. Lima tahun yang lalu saya mengisi satu sesi
di KNM. Barangsiapa yang mengikuti Kamp Nasional di sini 5 tahun yang
lalu coba mengacungkan tangannya. Kira-kira hanya 2% yang mengangkat
tangan. Jadi, setiap Kamp Nasional adalah Kamp Nasioanal yang tidak akan
terulang lagi. Kiranya Tuhan bekerja terus menerus di dalam proses
sejarah ini untuk memanggil, memilih, meneguhkan dan mengurapi pemuda
pemudi yang akan dipakai oleh Tuhan. Masa muda kita tidak akan kembali
lagi. Dulu saya lebih muda dari Anda. Percaya tidak? Dulu saya jauh
lebih muda daripada Anda. Waktu anak saya yang paling kecil menemukan
foto saya di dalam laci, dia bertanya, “Siapa ini? Dia mudanya ganteng
sekali ya Ma! Siapa ini? Di antara kelasku, di antara kawanku tidak ada
yang ganteng seperti ini.” “Itu papamu,” nyonya saya menjawab. “Masa?
Kok sekarang jadi jelek begitu, kok jadi tua begini?” Nah, jangan
tertawa, karena dulu saya pernah lebih muda dari Anda dan esok mungkin
engkau lebih tua dari saya.
Karena sejarah memproses, mendesak kita menuju kepada tepi waktu yang menjadi perbatasan kekekalan.
The age in between eternity and temporary.
Kita semua sedang melihat datangnya millennium baru, satu abad baru.
Abad yang lama satu persatu digeser, sehingga tidak ada lagi di dalam
sejarah. Yang ada hanyalah di dalam ingatan – tidak ada lagi di dalam
kewujudan yang konkrit karena waktu dan abad yang lampau hanya tercatat
di dalam catatan sejarah dan beberapa di dalam ingatan memori kita. Itu
sebabnya kita harus menghargai waktu. Abad ke-20 dianggap abad yang
paling pintar, abad yang paling maju, abad yang paling muktahir, abad
yang paling pesat perkembangan teknologinya. Kita harus mengakuinya.
Tetapi bagi analisa saya,
abad 20 adalah abad yang bodoh.
Di dalam abad ke-20 tidak banyak pikiran yang kreatif, yang memajukan
manusia dalam bidang moral, iman, kerohanian dan keanggunan karakter.
Abad ke-20 telah menjadikan kita ditaklukan oleh abad ke-19, sehingga
pikiran-pikiran ideologi, arus- arus filsafat abad ke-19 telah disembah
sujud oleh orang-orang pintar abad ke-20 dan dibawa untuk mendidik
anak-anak muda. Hal ini menyebabkan abad ke-20 menjadi tidak
karu-karuan. Apa yang diajarkan di dalam abad ke-19, apa yang menjadi
suatu pertumbuhan yang pesat untuk mempengaruhi pikiran-pikiran pemuda
abad ke-20, semuanya itu diambil dari abad ke-19. Maka kita harus
mengerti bahwa abad ke-19 lebih kreatif. Abad ke-20 adalah abad
pengikut. Kapan komunisme dimulai? Abad ke-19. Kapan dijalankan? Abad
ke-20. Kapan eksistensialisme dimulai? Abad ke-19. Dan kapan
dilaksanakan di seluruh dunia? Abad ke-20. Kapan
logical positivism
dimulai? Abad ke- 19. Lalu kapan dipraktekan? Abad ke-20. Jadi
orang-orang abad ke-20 tidak mempunyai pendirian sendiri. Kita ambil
suatu pikiran dari Karl Marx, Darwin, Hegel, August Comte, kita ambil
pikiran-pikiran dari abad ke-19 untuk menjajahi pikiran abad ke-20.
Orang-orang abad ke-20 begitu mentaati, mengikuti jalan pikiran abad
ke-19; lalu kita memakai 70 tahun atau lebih di daerah-daerah tertentu
untuk mempraktekkan teori-teori dari Aufklarung ? Enlightenment.
Akibatnya kita sadar bahwa evolusi tidak bisa diandalkan, scientism
tidak bisa diandalkan, rasionalisme sangat terbatas, eksistensialisme
banyak salahnya. Waktu kita sadar komunisme salah, evolusi salah, semua
salah, kita sadar bahwa ternyata hari-hari di abad ke-20 hanya sisa
beberapa tahun saja. Tahun 1989 komunis kolaps, terbukti jikalau teori
ekonominya diadopsi dipraktekkan di negara apa saja, maka negara
tersebut pasti bangkrut. Sekarang yang paling celaka bangkrut terakhir
yaitu negara Korea Utara dan Kuba yang masih coba bercokol dan tidak mau
bertobat dari komunisme. Abad ke-20 akhirnya sadar bahwa kita sudah
salah. Sudah salah lalu bagaimana? Kita tidak mau bertobat, belum mau
kembali kepada Tuhan. Kita belum kembali mengaku dosa kita dan minta
cahaya kebenaran Firman Tuhan untuk mengoreksi kita. Abad ke-19 bukan
saja hanya dalam hal-hal yang saya sebut tadi.
Abad ke-19 sudah menghasilkan
modernisme, liberal dan akhirnya dipraktekkan di dalam abad ke-20.
Akibatnya apa? Gereja- gereja menjadi kosong. Gedung-gedung yang besar
hanya diisi oleh orang-orang yang tua dan hanya segelintir. Seorang
dosen dari Universitas di Manado studi di Jerman. Sebelum pulang dia
melewati suatu kota lalu mengikuti kebaktian hari Minggu di situ. Gedung
Katedral itu mungkin bisa menampung 3.000 orang, namun yang mengikuti
kebaktian belum sampai 50 orang. Waktu kebaktian selesai, di saat
berjabat tangan dengan pendeta yang berkhotbah, pendeta tersebut
mengatakan, “Puji Tuhan hari ini masih ada orang muda seperti engkau
yang mengikuti kebaktian di sini.” Dosen ini umurnya 56 tahun! Puji
Tuhan masih ada orang muda mau mengikuti kebaktian! Waktu saya
mendengar cerita itu saya ingin menangis. Kalau kita tidak menggarap
para pemuda, tidak menggarap mahasiswa, tidak menggarap generasi yang
akan datang, maka bukan saja generasi muda itu sendiri akan hilang untuk
selama-lamanya tetapi penerus Injil juga tidak akan ada di dalam
kesinambungan sejarah. Dan gereja akan mengalami Post Christian Era –
zaman pasca kekristenan. Orang yang mengatakan, “Oh, dulu ada
kekristenan, dulu ada iman Kristen. Dulu pernah ada gereja. Tapi itu kan
dulu, yang kuno yang lama.” Seperti orang di Jawa Tengah yang tidak
lagi mengerti apa itu Budhisme Hinduisme. Tetapi mereka boleh
membanggakan, di sini ada Prambanan, di sini ada Borobudur. Dulu di sini
pernah ada agama besar. Tapi sekarang daerah itu tidak lagi mempunyai
kepercayaan seperti itu.
Mungkinkah kekristenan mengalami pasca
kekristenan? Mungkin! Dan ini sudah diwanti-wanti oleh Francis Schaffer,
sudah diberitakan oleh orang yang bersifat pelayanan nabiah dan kita
harus hati-hati. Hari ini saya mau berbicara kepada Saudara agar Tuhan
mau memakai engkau untuk menyambung sinar cahaya Injil kepada abad
ke-21. Empat puluh tiga tahun yang lalu saya menerima panggilan Tuhan
dengan airmata membasahi seluruh pakaian dan berkata, “Tuhan pakailah
saya. Jikalau aku menyerahkan diri, aku akan melayani Engkau dengan
setia dan jujur, sungguh-sungguh sampai mati.” Saya janji dengan
tangisan di hadapan Tuhan. Sekarang, jika saya cerita lagi, itu bukan
teori, tapi suatu sharing hidup. Saya sudah melayani selama 43 tahun,
dan sampai hari ini saya tetap melihat Tuhan setia dan tidak
meninggalkan kami. Karena tertulis dalam Roma 11, bahwa panggilan Tuhan
dan karunia dari Tuhan tidak pernah disesalkan oleh Tuhan sendiri. Tuhan
memberikan panggilan, memberikan utusan, memberikan urapan, memberikan
karunia. He never regret about that. God will never regret about the gift and the calling from Him.
Maka kita berdoa agar di antara pemuda-pemudi di seluruh Indonesia ada
telinga-telinga yang peka, ada hati yang peka, ada sikap-sikap yang
terbuka untuk Tuhan. Tuhan pakai saya, panggil saya, utus saya, dan saya
mau dipakai Tuhan.
Saya pernah di dalam International
Preassembly di Korea, berkhotbah pada 70.000 orang. Yang berkhotbah
bukan hanya saya sendiri, tapi banyak pengkhotbah internasional di situ.
Dan saya mengatakan dengan teriakan, “Kita akan mendoakan ada 10 juta
pemuda- pemudi yang meneruskan penginjilan dan dipanggil oleh Tuhan.”
Lalu ada seorang wartawan mengatakan, “Apakah yang kau katakan itu tidak
terlalu besar? Ten millions to Him?” Saya menjawab, “Yes, ten
millions. Ten millions is not a big number.” Karena apa? Karena orang
yang mengaku diri Kristen ada 1.500 juta. Kalau di antara 1.500 juta,
ada 150 juta orang Kristen yang menjadi Hamba Tuhan, terlalu banyak
tidak? Tidak. Mestinya perpuluhan kan? Saudara-saudara berpikir
perpuluhan itu uang saja. Mestinya jika ada 100 anggota, 10 yang menjadi
Hamba Tuhan. perpuluhan. Ten millions is less than point eight percent. Tidak sampai satu persen. Kalau 100 orang satu menjadi Hamba Tuhan, engkau kira terlalu banyak? Tidak!
Dan saya mengatakan, di antaranya saya
harap paling sedikit ada 500 ribu orang dari Indonesia. Wah, 500 ribu
orang dari Indonesia. Mungkin tidak? Mungkin! Jangan kira Tuhan tidak
mungkin mengerjakan sesuatu yang ada di luar dugaan kita. Tuhan kita
adalah Tuhan yang mampu bekerja dan saya sepanjang 43 tahun ini
memanggil, berteriak untuk menyerahkan diri menjadi Hamba Tuhan,
memenuhi panggilan-Nya. Mungkin saudara tidak percaya selama 43 tahun di
dalam pelayanan saya, yang pernah maju ke depan di dalam kebaktian-
kebaktian yang saya pimpin yang mau menyerahkan diri melayani Tuhan,
sudah lebih 150 ribu orang. Di mana mereka berada sekarang, saya tidak
tahu. Apakah mereka masih melayani, saya tidak tahu. Tapi saya tahu
Tuhan adalah Tuhan yang memanggil pemuda-pemudi untuk meneruskan
pekerjaan-Nya, untuk dipakai oleh Tuhan.
Mari kita membaca Kitab Suci dari Yesaya
42:1-4, kita melihat hamba yang dipakai oleh Tuhan itu yang seperti
apa. Lalu apakah mungkin diurapi oleh Tuhan, sehingga kita menjadi Hamba
Tuhan yang semacam ini? Siapakah yang dikatakan di sini? Saya percaya
Anak Allah yang Tunggal adalah Kristus sendiri mendapatkan pujian dari
Bapa yang mengutus Dia dan menjadi contoh bagi siapapun yang diutus oleh
Yesus sendiri. He pleased God and He’s the example for everybody sent by Him.
Ini merupakan suatu syair, suatu sajak yang keluar dari mulut Allah
Bapa, Tuhan sendiri, untuk memuji bagaimana Allah Anak menjadi
Hamba-Nya. Dua kali waktu Yesus di dunia, langit terbuka dan Allah Bapa
mengatakan inilah Anak-Ku yang Kukasihi, dengarlah olehmu akan Dia.
Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, dengarlah kepada-Nya. Bapa demikian
antusias, demikian sungguh-sungguh untuk memperkenalkan Kristus
Anak-Nya, karena inilah Anak yang menyenangkan Bapa, inilah Anak yang
menjalankan kehendak Bapa. Tetapi bagaimana kita bisa menguraikan Yesus
menyenangkan Bapa, berkenan kepada Bapa? Kecuali engkau mengerti bagian
yang engkau baca.
Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupegang.
Istilah yang Kupegang adalah yang Kujunjung, yang Kulindungi, yang
Kutegakkan. Ini berarti orang yang bagaimanapun lemah, tidak usah takut.
Bagaimanapun tidak kuatnya kita tetap tidak usah kecewa, karena ada
yang memegang kita, ada yang memimpin dan yang menegakkan kita, sehingga
kita tidak jatuh. Banyak pemuda-pemudi yang merasa ada panggilan Tuhan,
tapi tidak berani menginjakkan langkah pertama kepada pimpinan Tuhan
hanya karena takut jatuh, takut lemah, takut tidak bias menjalaninya
sampai selesai. Saya tahu ada orang yang terlalu berani menyerahkan diri
menjadi Hamba Tuhan dan tidak kuatir, tidak takut, namun akhirnya
jatuh. Tapi justru saya melihat ada orang-orang yang yang dari permulaan
takut jatuh, takut lemah, takut tidak bisa selesaikan tugas yang Tuhan
berikan, namun justru kalau orang itu menyerahkan diri pasti lebih baik
dari mereka yang merasa diri sanggup. Karena Tuhan memberkati orang yang
rendah hati. Tuhan akan melakukan mujizat atas orang yang merasa diri
lemah. Tuhan akan menyatakan kuasa-Nya melalui kelemahan manusia. Karena
kita menganggap diri hebat, menganggap diri kuat, menganggap diri
sanggup, maka pelayanan kita selalu dihambat oleh kesombongan kita. Tapi
jikalau kita merasa diri kurang, merasa diri miskin, merasa diri perlu
Tuhan, di situlah engkau akan menjadi kuat karena Tuhan memegang engkau.
Lihatlah Hamba-Ku ini yang Kupegang.
Tidak ada orang yang sanggup menjalankan kehendak Tuhan, kecuali
dipegang dan dipimpin oleh Tuhan sendiri. Tidak ada seorang mungkin
menjadi sempurna dan tidak jatuh, kecuali Tuhan memelihara dia sendiri.
Dan Yesus dengan lembut mengatakan: Akulah pokok anggur atau Akulah
pohon anggur. Anggur boleh disebut pokok anggur atau boleh disebut
sebagai pohon? Kalau boleh, maka itu adalah pohon yang paling lemah di
antara semua pohon yang paling lemah di antara semua pohon. Waktu Tuhan
Yesus memilih suatu tumbuh-tumbuhan untuk mengibaratkan diri-Nya
sendiri, maka Dia memilih yang paling lembut. Waktu Tuhan memilih
sejenis binatang untuk melukiskan siapa dia, dia justru memilih domba
yang paling lembut. Yesus tidak mengatakan: Akulah singa, Akulah badak,
Akulah gajah yang besar, Akulah harimau! Tidak! Yesus mengatakan anak
domba Allah-lah Dia. Alkitab memakai domba untuk mewakili Kristus. Yesus
sendiri memakai pokok anggur untuk mengibaratkan diri. Begitu lembut
maka dikatakan Tuhan Bapaku adalah yang membentuk Aku.
Pohon anggur adalah yang paling lembut
dan yang paling tidak bermodel. Maka kalau engkau membuat pagar yang
panjang untuk pokok anggur, pokok anggur itu akan menjadi pokok anggur
yang panjang. Engkau membuat pagar yang tinggi, dia akan merambat
menjadi tinggi. Yang lebar, maka dia akan menjadi lebar. Kalau yang
kecil, dia akan menjadi kecil. Tidak ada kehendak sendiri di dalam
pembentukannya. Dia tahu saya ada di tangan Bapa, biarlah Bapa yang
telah mengutus aku, membentuk aku sesuai peta teladan yang Dia mau. Aku
adalah pokok anggur dan Bapa-Kulah yang membentuknya. Lihatlah Hamba-Ku
yang Kupegang. Janganlah takut menjadi Hamba Tuhan, karena Tuhan
memegang engkau. Semua yang menyerahkan diri sungguh-sungguh akan
membuktikan kalimat ini benar. Tuhan tidak pernah meninggalkan kita.
Tanyalah kepada semua orang yang sungguh-sungguh melayani Tuhan, adakah
yang dibuang Tuhan? Tidak ada. Tapi tidak terlalu kaya tidak apa-apa,
kan? Banyak orang kaya sekarang di mana? Liem Sioe Liong, Samadikun,
Prayogo? Orang kaya buat apa? Pada waktu sombong dengan kekayaannya
mereka tidak perlu dipegang oleh Tuhan, daripada orang kaya yang pegang
uang. Jadilah Hamba yang dipegang oleh Tuhan!
Kalimat kedua, Tuhan memuji Kristus
dengan perkataan bahwa Dia adalah yang Aku pilih. Dia adalah pilihan-Ku,
yang dipilih oleh Tuhan. Setiap kali berbicara tentang pilihan,
berbicaralah langsung tentang kedaulatan Allah. Dipilih berdasarkan
kedaulatan Allah, dipilih berdasarkan kehendak Allah. Orang-orang
dipilih bukan karena mereka cukup. Kaum pilihan bukan karena ada syarat
dalam diri, sehingga kita dipilih. We are chosen not because our own
qualification, our condition. No! Absolutely no! Definetely no! We are
chosen because the wisdom and the power sovereignty of God Himself by
His grace that we are chosen. Sola gratia. Lihatlah Hamba- Ku yang
Kupilih. Seorang Hamba Tuhan yang berkenan kepada-Nya harus berpegang
pada Tuhan, ditegakkan oleh Tuhan, dipelihara oleh Tuhan sendiri dan
bukan bersandar diri. Seorang yang diperkenan oleh Tuhan adalah seorang
yang menerima pilihan Tuhan. Bukan engkau yang memilih Aku. Dengan
sesungguhnya Aku berkata kepadamu, “Akulah yang telah memilih engkau.”
Dengan demikian setiap orang yang melayani Tuhan harus sadar, kalau kita
dipilih, dipakai, dan masih dihargai oleh Tuhan. Jangan lari, tetapi
terimalah pilihan Tuhan.
Di dalam pelatihan majelis ada
pertanyaan, “Kalau saya dipilih menjadi majelis, bolehkah saya menolak?”
Waktu saya menjawab pertanyaan ini, saya gentar. Ada orang yang tidak
menghargai kesempatan yang dari Tuhan. Saya menjawab, jikalau engkau
dipilih, lebih baik engkau menerima. Ketika Livingstone meninggal,
jantungnya dikuburkan di Afrika, lalu tubuhnya dikirim kembali ke
London. Sewaktu dikebumikan upacaranya begitu mulia, begitu meriah,
tetapi di pinggir peti yang sedang diusung, ada seorang tua yang terus
menangis-nangis tak habis-habisnya. Maka seorang bertanya kepada dia, “Uncle, why are you crying all the way?
Mengapa engkau begitu sedih?” Dia menjawab, “Sesungguhnya, aku dan
Livingstone sama-sama dipanggil Tuhan. Dia taat, namun saya menolak. Dan
sekarang saya melihat hidupku begitu gagal, sedangkan dia dipakai Tuhan
dengan luar biasa. Sekarang dia sudah meninggal, saya melihat dengan
mata sendiri begitu dihormati orang karena dia menjalankan Kehendak
Allah.
Tapi saya pernah menolak Tuhan.” Orang
tua ini menyesal, sedih di sepanjang jalan dan memegang peti
Livingstone, dan menangis dengan tidak habis-habisnya. Jikalau engkau
dipilih, janganlah menghina kepercayaan Tuhan kepadamu. Jikalau
digerakkan Roh Kudus, janganlah menolak. Jikalau Tuhan tidak memakai
engkau, tidak apa-apa. Bagi Tuhan tidak apa-apa, yang celaka adalah
engkau. Tuhan tidak memerlukan saya, Tuhan tidak memerlukan engkau.
Kalau Tuhan mau memakai, malaikat lebih cepat cara kerjanya. Tapi Tuhan
justru mengindahkan kita yang berdosa, karena dia mengetahui kita perlu
mengalami kematian, kebangkitan Kristus sebagai pengalaman diselamatkan
yang tidak ada pada dunia malaikat. Maka Tuhan tidak mengutus malaikat
untuk mengabarkan Injil. Tuhan mengutus anak-anak Adam yang berdosa dan
bertobat, yang benar-benar sadar dan mengalami anugerah Tuhan untuk
menjadi Hamba-Nya. Saudara-saudara sekalian yang Kupilih. Lihatlah
Hamba-Ku yang Kupegang yang Kupilih.
Kalimat ketiga dari Tuhan Allah kepada
Anak-Nya: yang kepada-Nya Aku berkenan. Anak yang menyenangkan Bapa,
penghiburan terbesar terhadap Bapa yang berletih lesu, berbanting tulang
untuk bekerja membesarkan dia. Orang Kristen yang menyenangkan hati
Tuhan, menghibur Tuhan yang pernah mati dan dikuburkan dan yang pernah
menerima kutukan, cambukan, pukulan, hukuman mengganti engkau dan saya.
Yang berkenan kepada-Ku, Dia berkenan di mata-Ku, Dia menyenangkan Aku.
Kalau kalimat ini keluar dari Tuhan tentang hamba siapapun, hamba itu
adalah hamba yang sungguh-sungguh setia dan baik dan sukses dalam
pelayanan. Anak yang baik menyenangkan Bapa. Hamba yang baik
menyenangkan tuhannya. Yesus Kristus yang diutus ke dunia telah menjadi
seorang hamba yang memperkenankan hati Bapa di surga dan Bapa mengatakan
lihatlah Hamba-Ku yang berkenan kepada-Ku.
Kalimat keempat, pujian Tuhan kepada
Yesus Kristus adalah: Aku telah menaruh Roh-Ku ke atas-Mu. Seorang hamba
Tuhan yang baik, Hamba Tuhan diperlukan adalah Hamba Tuhan yang
melayani di dalam kuasa Roh Kudus. Di dalam ayat ini kita langsung
melihat Tritunggal muncul. Bapa memuji Anak karena menerima Roh Urapan.
Bapa mengirim Yesus dengan urapan Roh Kudus yang berada di dalam
diri-Nya.
God sent Me with His Spirit. Allah mengirim Aku di
dalam Roh-Nya. Roh Allah berada di diri-Ku. Kalimat ini sudah
Tritunggal. Ini dikutip oleh Yesus pada waktu berada di rumah sembahyang
di sinagoge di Kapernaum. Dia membaca Kitab Suci bahwa Yehovah mengirim
Aku dengan Roh-Nya. Roh Allah berada di diri-Ku. Maka Yesus melayani
dengan baik. Percayalah kalimat di bawah ini, bahwa tanpa Roh Kudus tak
ada orang bisa menjadi Hamba Tuhan yang baik. Tetapi saya katakan satu
kalimat. Sekarang banyak orang yang khusus berkhotbah tentang Roh Kudus,
justru adalah orang yang salah mengerti makna Roh Kudus dalam Kitab
Suci. Orang paling banyak berbicara tentang Roh Kudus, justru adalah
orang yang paling tidak mengerti tentang Roh Kudus. Hal seperti Toronto
Blessing, itu bukan blessing itu cursing. Itu kutukan, karena menjadikan
anak-anak Tuhan makin tidak mengerti makna Alkitab. Makin menyeleweng
kepada ajaran yang benar, makin kabur dengan kebenaran, makin mencampuri
segala fenomena supranatural dengan pekerjaan Roh Kudus yang sah,
sehingga gereja tidak bisa apa-apa. Di manakah Toronto Blessing
sekarang? Sudah habis bukan? Engkau harus hati-hati. Engkau harus
diurapi Roh Kudus. Engkau harus bersandarkan Roh Kudus. Engkau harus
berkuasa Roh Kudus. Engkau harus taat kepada Roh Kudus. Engkau harus
berjalan di dalam Roh Kudus. Engkau harus berani berkotbah berdasarkan
kuasa Roh Kudus. Tetapi sebelum itu, pengertian
doktrin Roh Kudus
harus dibenahi terlebih dahulu. Yesus Kristus dipenuhi oleh Roh yang
tidak terbatas. Yohanes 4 – Yesus Kristus diurapi oleh Roh, sehingga Dia
membicarakan tentang Allah, tentang Firman Allah. Setiap kalimat
bertanggung jawab dan sesuai dengan seluruh kasih karunia Roh yang telah
mewahyukan Kitab Suci, yang membawa gereja masuk ke dalam segala
kebenaran. Jangan percaya kalau Roh Kudus membuat kita tidak sadar.
Jangan percaya kalau Roh Kudus datang, lalu kita pingsan tidak tahu
apa-apa. Tidak ada ajaran seperti itu di dalam seluruh Kitab Suci
tentang doktrin Roh Kudus.
That is not biblical and not Christian.
Itu bukan ajaran Kristen, itu bukan Alkitab, itu bukan ajaran bapa-bapa
gereja. Itu bukan ajaran Rasul, itu bukan ajaran para Reformator yang
senantiasa mengingatkan kita kembali kepada Alkitab,
back to the Bible.
Augustinus mengatakan jikalau Anda menemukan apa yang saya tulis tidak
sesuai dengan Kitab Suci, tinggalkan saya. Kembali ke Alkitab. Para
Reformator mengatakan: biarlah kita kembali kepada Alkitab – Sola
Scriptura.
Di luar Kitab Suci yang diwahyukan, kita
tidak terima ajaran apapun. Biarlah kita memegang prinsip yang penting
seperti ini, jangan terlalu percaya kepada segala hal supranatural, yang
kelihatan aneh, heran dan tidak pernah diketahui. Roh Kudus bekerja
bukan dari apa yang kau lihat, tapi dari apa yang kau lihat, tapi dari
apa yang kau baca dari Kitab Suci. Jikalau Roh itu datang, Yesus
berkata, “Dia akan ingatkan kembali kepadamu apa saja yang pernah Aku
bicarakan kepadamu.” Jadi Roh Kudus memimpin pikiran manusia ke dalam
Firman. Roh Kudus membawa pikiran manusia kembali kepada apa yang
dikatakan di dalam Firman Tuhan. Roh Kudus tidak akan membuat pikiranmu
kabur atau membuat engkau pingsan di dalam keadaan yang tidak sadar.
Tidak!
Marilah kita menjaga perintah Tuhan dan
prinsip Alkitab dengan baik-baik. Bapa memberikan pujian tentang
Anak-Nya. Secara prinsip, Dia dipegang oleh Tuhan, Dia menerima pilihan
Tuhan, Dia diutus oleh Tuhan, Dia diberikan Roh Kudus oleh Tuhan, Dia
berkenan kepada Tuhan. Lalu berkenan dalam hal apa? Dalam hal apa dia
menjadi contoh bagi kita? Dalam terjemahan Alkitab yang lain ada 7 kali
kata ‘tidak’ yang harus kita perhatikan. Dalam Alkitab terjemahan
Indonesia hanya ada 5 kali kata ‘tidak’. Saya akan membacakan tentang
kata ‘tidak’ yang ada di sini. Pertama dalam ayat kedua: Ia tidak akan
berteriak atau menyaringkan suara-Nya. Terjemahan lain: Ia tidak akan
berteriak dan tidak menyaringkan suara-Nya. Yang ketiga: ‘tidak
memperdengarkan suaranya di tengah-tengah jalan yang besar.” Tiga buah
kata ‘tidak’ ini, berarti ada suatu sifat yang sangat indah dari Hamba
Tuhan yang sangat setia. Bukan mau menonjolkan diri, bukan mau
memuliakan diri, bukan terlalu cepat mau memperkenalkan diri. Hal ini
sangat diperlukan. Terlalu banyak pemuda-pemudi yang mau menyerahkan
diri dan sesudah menyerahkan diri langsung mau menonjolkan diri,
langsung mau dikenal, langsung mau terkenal sejagad. Tuhan berkata,
“Lihat, Hamba-Ku, Dia tidak menyaringkan suara, Dia tidak
berteriak-teriak dan tidak memperdengarkan suaranya di jalan-jalan
besar. Dia adalah seorang yang tahu diri, bagaimana lembut, bagaimana
taat, bagaimana menyembunyikan diri di belakang kemuliaan Tuhan Allah.
Biar bukan Dia yang terdengar tapi Tuhan yang didengar. Bukan Dia yang
terkenal, tapi Tuhan yang dikenal.”
Oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong
Sumber : http://www.nusahati.com/2012/08/teladan-pelayanan-kristus-bagian-i/