Di
dalam seluruh Kisah Para Rasul, hanya empat kali dicatat bahwa Roh
Kudus turun, dan di dalam Kisah Para Rasul 1:5-8, dicatat Yesus pertama
kali menubuatkan turunnya Roh Kudus. Ini merupakan suatu penggenapan
janji yang sudah dinubuatkan di dalam seluruh Perjanjian Lama dan
diingatkan oleh Yohanes Pembaptis, lalu dikonfirmasikan oleh Yesus
Kristus sendiri. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang dicipta dengan
sifat rohani. Rohani manusia kalau tidak terus dipimpin oleh Roh Allah
sendiri pasti akan menyeleweng. Kalau majelis gereja tidak mau belajar
Firman Tuhan tetapi ikut-ikutan menghalalkan segala cara untuk bisa
menjadikan gereja kelihatan maju, bagaimana bisa bertanggung jawab di
hadapan Tuhan? Banyak penyelewengan terjadi diawali karena adanya
ketakutan kalau gereja kosong, maka semua program yang bisa meramaikan
gereja langsung dibawa masuk. Kalau memang cara tersebut digunakan oleh
orang-orang Kristen, maka Tuhan Yesus tidak perlu naik ke atas kayu
salib. Waktu Yesus melakukan mujizat yang mengenyangkan lima ribu orang,
yang datang mendengar khotbah adalah dua belas ribu orang. Kemudian
Yesus mengatakan, daging-Ku boleh dimakan dan darah-Ku boleh diminum
maka banyak orang yang telah makan roti dan ikan setelah mendengar
kalimat Tuhan Yesus, pergi meninggalkan Dia. Hanya dua belas orang murid
yang tetap mengikuti-Nya. Yesus Kristus tidak berkompromi, akhirnya
banyak orang merasa sulit mengikuti khotbah-Nya, sulit menerima
doktrin-Nya, lalu mereka pergi. Yesus akhirnya naik ke atas kayu salib.
Dia tidak mau mengkompromikan kebenaran dan tidak mengadopsi prinsip market-oriented (berorientasi pada keinginan pasar). Seumur hidup saya tidak pernah menjalankan market-oriented ministry (pelayanan berorientasi pasar) dan tidak menjadi audience-pleaser(penyenang pendengar).
Ini bukan sikap yang seharusnya kita tunjukkan di hadapan Tuhan. Gereja
didirikan untuk mengajarkan kebenaran yang boleh diuji beribu-ribu
tahun karena yang diajarkan adalah Firman Tuhan.
Tuhan Yesus berkata, “Beberapa hari lagi, Roh akan turun kepadamu.” Ini membuktikan engkau akan dibaptiskan dengan Roh Kudus atau oleh Roh
Kudus. Bukan Roh Kudus yang membaptiskan, melainkan Tuhan Yesus yang
membaptiskan memakai Roh Kudus. Makna baptisan yang paling utama adalah
pembersihan. Dibaptiskan dengan air memberikan gambaran kepada kita
bahwa melalui air yang mencuci, kita beroleh pembersihan. Dibersihkan
oleh Roh Kudus berarti Roh Kudus membersihkan kita, mengubah status
manusia dari orang berdosa menjadi orang yang disucikan, menjadikan kita
kaum kudus, Gereja yang kudus dan am. Kudus berarti dibersihkan, am
berarti bergabung dengan seluruh bangsa menjadi tubuh Kristus.
Kisah Para Rasul 10 mencatat bahwa
Petrus pergi ke Kaisarea dan di sana Kornelius beserta semua kawan,
sahabat, dan sanak saudaranya mendengarkan Firman Tuhan yang
diberitakan oleh Petrus. Tuhan menggerakkan Petrus untuk pergi ke rumah
Kornelius, meski pada awalnya Petrus tidak mau karena Kornelius adalah
orang kafir. Akhirnya Tuhan mengatakan satu kalimat, “Apa yang Aku
kuduskan, jangan kamu anggap najis.” Dalam hal ini, bukan Allah yang
berubah, juga bukan Petrus yang berubah, tetapi Allah mengubah manusia
dan manusia harus taat. Jangan menganggap bahwa Allah berubah karena Dia
memerintahkan sesuatu yang berlawanan dengan Alkitab. Di dalam Alkitab
diperintahkan tidak boleh makan dan sekarang Tuhan Allah mengatakan
boleh makan, di situ bukan Allah yang berubah, tetapi karena yang najis
sudah dikuduskan maka Allah mengizinkan. Jadi, orang Kristen harus
belajar sungguh-sungguh. Banyak pendeta berkhotbah hanya copy bahan
dari internet tanpa tahu apakah sumbernya benar atau tidak. Lalu, orang
Kristen percaya saja apa yang dikhotbahkan pendetanya, akhirnya yang
dikhotbahkan salah tapi didengar banyak orang. Itulah sebabnya didirikan
Gereja Reformed Injili ini, supaya kita mengajar zaman ini bahwa kita
harus kembali kepada Firman yang benar, kembali kepada ajaran yang
ketat, kembali kepada kesetiaan tanpa kompromi. Ketika Petrus tiba di
rumah Kornelius, banyak orang telah berkumpul dan haus akan Firman.
Mereka begitu rendah hati dan mau mendengar Firman dengan sungguh.
Petrus memberitakan Yesus yang mati disalib dan bangkit kembali.
Peristiwa ini berbeda dari peristiwa
Samaria karena sebelum Petrus tiba di Samaria, mereka sudah mendengar
Injil dari Filipus. Setelah mendengar Injil mereka percaya lalu dibaptis
oleh Filipus. Tetapi Filipus bukan rasul sehingga belum cukup.
Orang-orang Karismatik melihat penumpangan tangan Petrus merupakan hal
yang umum dan tidak melihat pentingnya posisi rasul yang mengkonfirmasi
baptisan, sehingga mereka melihat bahwa baptisan saja belum cukup, perlu
ada penumpangan tangan untuk menerima Roh Kudus. Padahal jika memang
demikian, kita melihat sama sekali tidak ada penumpangan tangan di Kisah
Para Rasul 10 maupun di Yerusalem (Kis. 2) namun Roh Kudus sama-sama
turun. Bahkan para rasul juga tidak melalui baptisan dahulu, tetapi
mereka sudah mengikuti Tuhan Yesus selama tiga tahun lebih dan menerima
Roh Kudus. Maka, kita tidak bisa menggunakan satu cara di Kisah Para
Rasul 8 sebagai cara yang harus ditiru dan dipakai untuk semua orang.
Itu tidak benar. Demikian juga di Yerusalem, ada gejala angin kencang
dan ada lidah-lidah api yang turun, tetapi tanda seperti ini tidak ada
di kota-kota yang lain. Inilah hari pertama Gereja Kristen menjadi tubuh
Kristus. Injil diberitakan ke segala bangsa yang tidak mengerti bahasa
Ibrani. Berbahasa lidah pada hari itu adalah mereka bisa mengerti Injil
di dalam berbagai bahasa mereka, tidak seperti sekarang di mana orang
yang berbahasa lidah justru membuat orang lain makin tidak mengerti
Injil.
Peristiwa ketiga terjadi di rumah Kornelius. Kornelius bukan
orang Kristen bahkan bukan berlatar belakang Yahudi. Kornelius adalah
orang Yunani yang taat beribadah. Ia tidak puas dengan mitologi mereka
dan akhirnya ia melihat orang Yahudi yang percaya kepada Allah yang
satu-satunya. Mereka tidak percaya lagi kepada dewa-dewa mereka yang
mempunyai moral yang rendah dan mereka mau kembali kepada Tuhan Allah
yang satu. Mereka percaya kepada Allah lalu berbuat baik. Namun orang
ini belum Kristen. Terkadang kita melihat ada orang belum Kristen yang
bisa hidup lebih baik dari orang Kristen. Tuhan menerima dan berkenan
pada orang yang bukan Kristen tetapi takut akan Allah, melakukan
kebajikan dan begitu rela menolong orang miskin. Itu dinyatakan oleh
Petrus, “Saya sekarang tahu, semua orang yang berbuat baik dan orang
yang takut akan Tuhan diterima oleh Tuhan.” Lalu, apakah kita diterima
Tuhan karena berbuat baik? Apakah seseorang diselamatkan karena dia
berbuat baik? Tidak demikian. Allah suka orang berbuat baik, tetapi
bukan berarti dia diselamatkan. Tuhan suka orang kafir yang berbuat
baik. Jika memang berbuat baik bisa masuk surga maka Tuhan Yesus tidak
perlu diutus ke dunia dan diselamatkan. Ada perbedaan mendasar antara
mereka yang berbuat baik dan diterima oleh Tuhan dengan mereka yang
akhirnya menerima Tuhan dan percaya kepada Yesus lalu diselamatkan.
Bedanya adalah mereka perlu mengenal Injil. Alangkah sayangnya orang
yang baik tetapi tidak mengenal Tuhan. Oleh karena itu, Injil perlu
dikabarkan kepada mereka. Itulah sebabnya Petrus diutus untuk
memberitakan Injil.
Ketika Petrus memberitakan Injil di
rumah Kornelius, Roh Kudus turun ke atas mereka. Tidak ada penumpangan
tangan, namun mereka menerima Roh Kudus. Alkitab dengan jelas menyatakan
bahwa penumpangan tangan bukan syarat untuk seseorang menerima Roh
Kudus.
Peristiwa yang keempat tercatat di dalam
Kisah Para Rasul 19. Kali ini kita melihat Apolos sedang berada di
Korintus sementara Paulus sudah menjelajah banyak daerah dan tiba di
Efesus. Di situ terdapat beberapa orang murid. Mereka sudah belajar dan
mau menjadi orang Kristen. Mereka mendengarkan khotbah Apolos yang
memberitakan tentang Yohanes Pembaptis yang meminta pertobatan. Mereka
bertobat dan mau dibaptiskan dengan baptisan Yohanes Pembaptis. Apolos,
seperti juga Filipus, bukanlah rasul, maka gereja yang didirikan pada
saat itu belum sah. Menurut Efesus 2:20, Gereja harus didirikan di atas
dasar para rasul dan para nabi. Nabi dari Perjanjian Lama dan rasul dari
Perjanjian Baru. Setelah itu, Apolos pergi ke Korintus dan Paulus tiba
di Efesus. Ketika orang-orang di Efesus ditanya apakah mereka sudah
menerima Roh Kudus ketika percaya, mereka mengatakan bahwa mereka belum
menerima Roh Kudus walaupun mereka sudah menjadi murid. Bahkan mereka
sama sekali belum pernah mendengar tentang Roh Kudus. Bagi orang
Karismatik, jika peristiwa seperti ini terjadi maka harus dilakukan
penumpangan tangan. Tetapi kita melihat di sini, Paulus justru
menanyakan kepada mereka dengan baptisan mana mereka dibaptis, dan
mereka mengatakan bahwa mereka dibaptis dengan baptisan Yohanes
Pembaptis. Baptisan Yohanes Pembaptis adalah baptisan pertobatan, tetapi
bukan untuk orang yang percaya dan menerima Tuhan Yesus. Mereka harus
datang kepada Dia yang datang sesudah Yohanes Pembaptis, yaitu Yesus
Kristus. Memang mereka menjadi murid Yohanes Pembaptis, tetapi mereka
belum mendengar tentang Roh Kudus. Maka, mereka kemudian dibaptis dalam
nama Tuhan Yesus. Dan ketika Paulus menumpangkan tangan itu, Roh Kudus
turun ke atas mereka, lalu mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan
bernubuat. Inilah peristiwa terakhir yang dicatat di dalam Alkitab
tentang datangnya Roh Kudus ke dunia.
Mengapa Gereja harus diletakkan di atas
dasar para rasul dan para nabi? Bahkan mengapa tidak nabi dahulu baru
rasul? Di dalam Efesus 4:11 dicatat, “Dan Ialah yang memberikan baik
rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun
gembala-gembala dan pengajar-pengajar”. Di sini kita melihat lima
jabatan dituliskan. Ada dua yang utama diletakkan di depan, yaitu rasul dan nabi.
Jika kita bandingkan dengan 1 Korintus 12:28a, ditulis: “Dan Allah
telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul,
kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar.” Dari ayat-ayat ini kita
melihat bahwa rasul selalu muncul lebih dahulu baru nabi. Gereja tidak
bisa disebut Gereja jika ia tidak percaya dan berdiri tegak di atas
kebenaran Firman Tuhan. Kunci untuk menerima dan mengenal Perjanjian
Lama (PL) haruslah melalui Perjanjian Baru (PB) karena PL adalah
bayang-bayang dari PB. Perjanjian Lama memberikan nubuat tentang Yesus
yang akan datang. Jadi kedatangan Yesus jauh lebih penting dari PL.
Kebanyakan orang Yahudi tidak berbagian
dalam keselamatan karena mereka terus berpegang pada PL dan tidak mau
menerima PB, sehingga mereka masih terus menunggu Yesus yang akan
datang. Justru ketika Tuhan Yesus datang, mereka memakukan Dia di atas
kayu salib. Mereka membuang Yesus karena mereka tidak melihat kemuliaan
Yesus dan mereka tidak bisa menerima Anak Allah yang berdaging lahir di
kandang binatang. Mereka tidak bisa menerima Juruselamat yang tidak
berperang melawan penjajahan Romawi. Mereka melihat Yesus hanya secara
lahiriah, tidak melihat fakta dan realitas bahwa Dia adalah Anak Allah.
Mereka membenci Dia kecuali Nikodemus yang mengaku, “Kalau Allah tidak
menyertai Engkau, tidak ada orang bisa melakukan mujizat seperti
Engkau.” Dan Yesus berkata, “Jika engkau tidak dilahirkan kembali,
engkau tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.” Yesus begitu
sungguh-sungguh ingin agar orang Kristen sungguh mengenal Dia. Kita
harus sadar bahwa mengenal PL harus melalui PB.
Gereja didirikan di atas rasul dan nabi,
dan yang menjadi fondasi yang mengikat keduanya ini adalah Kristus
sebagai batu penjuru. Rencana Allah yang dinubuatkan di dalam Perjanjian
Lama digenapkan di dalam Perjanjian Baru. Itu sebabnya, mengapa di
Samaria sudah ada orang yang begitu hebat mengabarkan Injil, tetapi
tidak cukup, Petrus harus diutus ke situ karena Filipus bukan rasul.
Lalu Petrus pergi, tumpang tangan, dan mereka menerima Roh Kudus. Nabi
sudah tidak ada lagi pada zaman itu. Tapi melalui rasul mengenal nabi,
melalui Perjanjian Baru mengerti akan Perjanjian Lama. Di dalam Kisah
Para Rasul 19, Apolos bukan rasul maka Paulus sebagai rasul harus pergi
untuk mengesahkannya.
Bagaimana dengan Gereja masa kini di
mana sudah tidak ada rasul di tengah kita? Pada peristiwa keempat, tidak
ada Petrus, padahal di ketiga peristiwa sebelumnya Petrus selalu ada.
Jika Paulus adalah rasul orang kafir, mengapa ketika Roh Kudus pertama
kali datang kepada orang kafir di rumah Kornelius, bukan Paulus tetapi
Petrus? Jika Paulus diutus ke rumah Kornelius, berarti Petrus hanya
untuk Yerusalem dan Samaria, sehingga Gereja pecah
menjadi dua. Tetapi kita melihat Tuhan mengutus Petrus sehingga orang
Yahudi dan Yunani menyetujui orang yang sama, yaitu Petrus. Dengan
demikian, Gereja menjadi Gereja yang kudus dan am, tidak tergantung pada
satu bangsa atau suku. Ini suatu pengaturan Tuhan.
Namun untuk yang keempat, Petrus tidak
lagi diutus. Kini Paulus yang harus melakukan konfirmasi. Ketika fondasi
sudah kuat, kini tugas boleh dilanjutkan oleh Paulus. Paulus menjadi
rasul mengabarkan Injil ke Tesalonika, Filipi, Galatia, Kolose,
Korintus; diutus sampai ke ujung bumi. Kembali menurut Kisah Para Rasul
1, Roh Kudus akan turun dari Yerusalem, Yudea, Samaria, sampai ke ujung
bumi. Menurut kenyataan adalah Yerusalem, Samaria, Yudea, lalu Efesus.
Ini sengaja dibalik, antara urutan geografis dengan urutan suku. Alkitab
begitu ketat, teliti, dan hati-hati. Kita harus teliti menemukan semua
rahasia dan kita perlu bersabar. Di Efesus, Paulus melihat kalau mereka
sudah percaya tetapi belum menerima Roh Kudus berarti ada pemisahan, ini
tidak benar. Maka, Paulus mempertanyakan baptisan itu dan akhirnya
terungkap bahwa baptisan itu masih baptisan Yohanes Pembaptis, bukan
baptisan di dalam Kristus.
Gereja sekarang tetap sah walaupun tanpa
rasul karena seluruh PL dan PB sudah tertulis lengkap, sehingga
orang-orang bisa mengerti PL dan PB dengan lengkap, teliti, dan benar.
Maka, kini tidak perlu ada penumpangan tangan dari orang-orang yang
bukan rasul. Paulus menumpangkan tangan, berdoa untuk mereka, dan
membaptis mereka dalam nama Yesus, karena tidak cukup dengan baptisan
Yohanes Pembaptis. Baptisan Yohanes Pembaptis hanyalah bayang-bayang
maka mereka harus dibaptis dalam nama Yesus Kristus. Darah Kristus,
Firman-Nya, dan Roh-Nya yang membersihkan, barulah dosa seseorang bisa
diampuni. Yang bisa membersihkan dosa dan menebus dosa manusia bukanlah
baptisan Yohanes Pembaptis, bukan juga air baptisan yang dengan nama
Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Itu ajaran Gereja Katolik. Di dalam
Kitab Suci, yang menguduskan manusia hanya tiga, yaitu Firman, darah
Kristus, dan Roh Kudus. Allah Bapa memakai Allah Anak dengan kuasa Roh
Kudus untuk membersihkan Gereja; barulah engkau yang tadinya berdosa
menjadi orang suci dan masuk ke dalam Tubuh Kristus yang disebut Gereja
yang kudus dan am.
Di dalam Kisah Para Rasul 8, tidak ada
baptisan ulang, sedangkan di dalam Kisah Para Rasul 19 ada baptisan
lagi. Jadi, kalau para penganut Anabaptis atau orang Pantekosta
mengatakan bahwa dibaptis percik tidak cukup, harus diselam lagi, jangan
dengarkan mereka. Mereka memakai ayat-ayat secara sembarangan. Orang di
dalam Kisah Para Rasul 19 dibaptiskan lagi karena sebelumnya mereka
dibaptiskan dalam baptisan Yohanes Pembaptis, maka tidak sah. Orang di
Kisah Para Rasul 8 tidak dibaptiskan lagi karena mereka sudah
dibaptiskan dalam nama Yesus, sehingga sudah sah. Saat itu, Roh Kudus
belum turun kepada kelompok itu karena bukan rasul yang meneguhkan
Gereja. Harap kiranya engkau sekarang mengerti makna Gereja sejati.
Dengan demikian, engkau boleh lebih setia dan rajin melayani Tuhan.
Banyak orang meskipun sudah bergereja bertahun-tahun, tidak mendapatkan
Firman Tuhan yang benar sehingga hatinya kosong sekali. Banyak yang
menjadi majelis gereja, tetapi tidak mempunyai pengertian tentang Firman
Tuhan dengan benar. Banyak yang diangkat menjadi majelis hanya karena
mempunyai kelebihan uang dari jemaat yang lain. Kiranya kita belajar dan
betul-betul mengerti Firman lalu menjadi saksi Tuhan di dunia ini.
Di dalam Kisah Para Rasul 2, turunnya
Roh Kudus disertai dengan orang berkata-kata dalam bahasa orang lain. Di
dalam Kisah Para Rasul 8, setelah penumpangan tangan Roh Kudus turun
dan orang tidak berkata-kata dalam bahasa asing. Di dalam Kisah Para
Rasul 10, mereka berkata-kata dalam bahasa asing dan memuji serta
memuliakan Allah. Di dalam Kisah Para Rasul 19, mereka berkata-kata
dalam bahasa asing dan bernubuat. Istilah bernubuat dalam bahasa Inggris
adalah prophecy. Dan istilah prophecy di seluruh
Perjanjian Baru berarti berkhotbah (menyampaikan Firman Tuhan). Jadi,
mereka berkata-kata dalam bahasa asing lalu berkhotbah. Orang-orang ini
juga ditumpangi tangan dan dibaptiskan. Di dalam Kisah Para Rasul 8,
ditumpangi tangan tanpa perlu dibaptis lagi. Di dalam Kisah Para Rasul
2, tidak ditumpang tangan dan juga tidak pernah dibaptis. Di dalam Kisah
Para Rasul 10, tanpa tumpang tangan Roh Kudus sudah turun. Ini semua
berbeda. Ada satu gejala yang kelihatannya hampir mirip yaitu berkarunia
lidah (glossolalia). Maka, orang Pantekosta sering mengatakan
bahwa ini buktinya. Tetapi jika kita memeriksa dengan teliti, ternyata
di dalam Kisah Para Rasul 8 tidak ada. Jadi, tidak ada satu yang mutlak.
Di dalam Kisah Para Rasul 8, tidak ada angin ribut yang lewat dan juga
tidak ada lidah api yang hinggap di atas kepala mereka. Kisah Para Rasul
2 adalah fondasi yang paling besar dari janji Roh Kudus yang turun
kepada manusia dan sampai sekarang belum kembali. Itu sekali untuk selamanya.
Perbedaan waktu antara Kisah Para Rasul 2
dan Kisah Para Rasul 19 adalah sekitar dua puluh delapan tahun.
Berarti, dalam dua puluh delapan tahun terjadi empat kali Roh Kudus
turun. Terakhir kali Paulus menyebut istilah baptisan Roh Kudus adalah
di 1 Korintus 12 :13. Dan ini adalah satu-satunya ayat yang memberikan
arti apa yang dimaksud dengan dibaptiskan dengan Roh Kudus. Mereka sudah
dibaptiskan (dalam bahasa Yunani: past participle tense, yang
artinya sekali untuk selamanya). Itu berarti bukan setiap hari orang
dibaptiskan dengan Roh Kudus. Siapa yang membaptiskan? Yesus Kristus,
dengan memakai Roh Kudus. Ketika engkau menerima Kristus, engkau
dikuduskan, engkau dibaptiskan ke dalam satu Tubuh yaitu Tubuh Kristus.
Terpujilah Tuhan. Amin.
Oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong
Sumber : http://www.nusahati.com/2012/07/doktrin-roh-kudus-bagian-4/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar