Firman ini menceritakan sebuah peristiwa penting yang melukiskan betapa
beragamnya hati manusia, yaitu : antara hati Saul dan hati Daud. Saul
adalah seorang raja yang diangkat secara demokratis yang pertama dalam
sejarah. Bukan Tuhan yang mengangkat, tetapi manusia yang mengangkat.
Alkitab mencatat, ini merupakan satu-satunya permintaan manusia dengan
suara rakyat meminta Tuhan mengikuti permintaan manusia, dan dikabulkan
oleh Tuhan. Berbeda sekali dengan Tiananmen, ketika orang-orang Republik
Cina meminta demokrasi atau lebih baik mati. Deng Xiao Ping
mengatakan,”Saya tidak akan memberikan demokrasi, dan akan memberikan
pilihan kedua yang kalian minta, yaitu mati.”
Firman : 1 Samuel 18:6-9
(1 Samuel 18 :6 – 9)
(1 Samuel 18 :6 – 9)
(1 Samuel 18 :6 – 9)
(1 Samuel 18 :6 – 9)
Ketidaktaatan Manusia
Ketika orang Israel meminta Tuhan
mendengarkan mereka, mereka menginginkan seorang raja. Maka Samuel
dengan sedih datang kepada Tuhan, “Apakah permintaan mereka dikabulkan?
Tuhan, bukankah Engkau Raja Israel?” Sekarang rakyat dengan suara dewan
perwakilan rakyat seluruhnya meminta Tuhan mendengar mereka, bukan
mereka mendengar Tuhan. Mereka meminta raja, ini suara demokrasi. Tuhan
bilang,”Dengarkan saja.” Di sini kita melihat bahwa Tuhan tidak pernah
membunuh kebebasan. Tuhan tidak pernah mengikat kebebasan manusia. Tuhan
memberikan kebebasan yang berakibat mematikan kebebasan. Ada keliaran
kebebasan berdasarkan ambisi kebebasan yang tidak mau taat kepada Tuhan.
Disitulah pertama kali demokrasi membunuh demokrasi. Ini ironi yang
kita pelajari dalam Alkitab untuk menjadi cermin setiap zaman,
Demokrasi tidak dibunuh oleh theokrasi.
Demokrasi juga tidak dibunuh oleh monarki. Demokrasi dibunuh oleh
demokrasi itu sendiri. Maka berdirilah sebuah kerajaan yang tidak
menjadikan Tuhan sebagai pemimpin yang paling penting dan utama. Rakyat
berkeinginan memimpin sendiri dengan memilih seorang raja berdasarkan
ukuran atau standar manusia. Apa syaratnya? Bertubuh tinggi dari yang
lain, mempunyai tubuh yang kekar, mempunyai postur fisik yang melebihi
orang lain. Saul menjadi raja karena kehendak rakyat, karena kebolehan
fisik, dan karena anugerah Tuhan. Tapi dia tidak mengembalikan kemuliaan
Tuhan.
Alkitab mengatakan, Tuhan yang begitu
bijaksana menyatakan kebodohan manusia. Manusia memilih pemimpin yang
bertubuh besar. Tuhan mengirim Goliat yang lebih besar lagi dari
pemimpin yang mereka pilih agar mereka jera. Manusia selalu berfikir
dirinya pintar. Barang siapa berpikir dirinya pintar, dia sedang
bersandiwara, dia akan dikucilkan oleh Tuhan. Kalau kita menganggap diri
pintar, mengira dapat mengelabui orang, dan selalu menyimpan motivasi
yang tidak jujur dibalik setiap tindakan kita, apakah Tuhan tidak tahu?
Orang yang menganggap diri pintar adalah orang yang menganggap semua
orang lain bodoh dan bisa ditipu olehnya, tapi akhirnya semua
dipermainkan Tuhan karena dia mempermainkan diri terlebih dahulu. Ketika
orang Israel memilih raja yang bertubuh besar. Tuhan mengirim Goliat
agar raja Israel yang bertubuh besar itu ketakutan tidak berani keluar.
Berbulan-bulan orang Israel mendegar hujatan orang kafir yang
mempermalukan Allah mereka. “Jika Yehovah Allahmu, jikalau Dia Tuhanmu,
kirimlah seorang yang berani berperang dengan saya.” Kata-kata itu tidak
dapat dijawab.
Bukankah pada hari-hari ini kita mendengar suara Amerika, suara Irak, suara-suara saling mengadu kuasa? (Konteks
kalimat ini adalah perang Irak 2003, di mana Amerika dan sekutunya
menyerang Irak dan berusaha untuk menangkap Sadam Hussein, yang
diperkirakan menyembunyikan senjata-senjata pemusnah massal, yang
akhirnya tidak terbukti). Itulah suatu kerutinan yang terus terjadi
dalam sejarah. Manusia mau menyatakan bahwa diri mereka lebih hebat
daripada yang lain. Tapi setelah mendengar suara yang lebih hebat dari
yang”paling hebat.” maka yang”paling hebat” itu menjadi kerdil,
menyembunyikan diri dengan tidak bersuara. Sekalipun saat itu nama Tuhan
diejek dan dihujat. Tuhan berkata,”Aku mengirim Goliat dari barisan
musuh yang begitu besar untuk menakuti kamu, dan Aku mengirim Daud yang
lebih kecil dari siapa pun untuk melawan yang paling besar, untuk
membuktikan bahwa bersandar pada Tuhan adalah lebih penting daripada
bersandar pada manusia.”
Pikiran Tuhan VS Pikiran Manusia
Daud adalah seorang anak bungsu. Daud
seorang yang kurang dipandang. Bahkan ayahnya sendiri melupakannya.
Waktu Samuel bertanya, “Inikah anakmu semuanya?” Ayahnya menjawab,
“Masih tinggal yang bungsu, tetapi sedang mengembalakan kambing domba.”
Ketika Daud dibawa kepada Samuel, Tuhan berkata, “ Inilah dia yang
berkenan kepada-Ku, yang menjadi raja Israel.” Pimpinan Tuhan
mengherankan sekali. Tuhan kadang membangkitkan anak kecil yang kamu
hina untuk menjadi pemimpin yang paling penting. Saya sungguh-sungguh
mau mempelajari semua prinsip Alkitab. Ketika mempelajari, saya merasa
gentar, karena cara kerja Tuhan sangat berbeda dengan cara kerja kita.
Kemudian Daud diberi pakaian perang Saul untuk berperang. Raja
pada zaman dahulu harus maju berperang. Raja zaman sekarang hanya
berada di istana, lalu memerintahkan serdadu berperang sampai mati,
sementara raja bersembunyi di belakang. Pada zaman dahulu, orang
yang berani dibarisan depan, yang berani maju berperang, dialah yang
boleh menjadi raja. Gerakan Reformed Injili harus kembali kepada
Alkitab. Orang-orang yang berani berjuang dari nol baru boleh menjadi
pemimpin. Mereka yang hanya mau menerima yang enak saja, silahkan pergi.
Bekerja dari tidak ada menjadi ada, menginjili orang dari bukan Kristen
sampai menjadi Kristen, baru boleh menjadi pemimpin. Ini prinsip
Alkitab. Kalau semua prinsip Alkitab ini tidak dijalankan, gereja ini
boleh tidak ada di dalam dunia. Setiap khotbah yang tidak saya jalankan,
lebih baik tidak saya khotbahkan. Saul mempunyai baju besi yang begitu
kuat, sangat defensif, sangat menolong agar tidak celaka oleh panah
musuh. Tetapi Daud mengatakan bahwa baju itu terlalu berat dan
membuatnya tidak bisa bergerak. Cara Tuhan adalah menanggalkan hal-hal
yang terlalu memberatkan secara duniawi. Gereja-gereja yang terlalu
mementingkan organisasi, keuangan, orang kaya, tidak akan disertai oleh
Tuhan. Tetapi gereja yang bersandar pada Tuhan, walaupun tidak memiliki
baju baja, akan disertai Tuhan, seperti Tuhan menyertai Daud. Banyak
orang kaya telah menggunakan begitu banyak uang menjalankan begitu
banyak usaha, dan memiliki serta mengerjakan banyak talenta untuk
memperkaya diri sendiri, tetapi berapa banyak yang mereka pakai untuk
melebarkan kerajaan Tuhan? Berapa banyak waktu uang, talenta, anugerah
Tuhan yang kamu pakai untuk memperkembangkan usahamu, dan berapa banyak
waktu yang kamu pakai untuk berdoa mengembangkan kerajaan Tuhan?
Saul berbaju baja, Saul berorganisasi,
Saul memiliki tentara. Tapi Tuhan bertanya, di manakah kamu? Bersembunyi
dan tidak berani keluar. Di luar ada suara setan, suara Goliat yang
berkata, “Yehovah, jika Engkau Allah, di mana umat-Mu? Keluarlah dan
berperang melawan saya!” Tuhan tidak memakai jenderal, tidak memakai
organisasi, tidak memakai tentara, tetapi memakai Daud yang berkata,
“Tuhan, aku mau dipakai oleh-Mu.” Kalau besok ada seorang Daud yang
usianya masih muda menjadi pemimpinmu, apakah kamu bisa menerima? Saul
berkata, “Tidak! Kalau saya yang menjadi raja, maka seharusnya terus
saya yang menjadi raja. Saya dipilih oleh MPR, oleh rakyat, tidak ada
orang yang boleh mengganggu status quo saya.” Ini semua
terus terjadi dalam sejarah. Tapi manusia sengaja membutakan diri,
sengaja melawan Tuhan, sengaja bermain dengan Pencipta langit dan bumi.
Di manakah Saul? Di atas taktha, takhta
apa? Takhta yang goncang. Karena hanya menghadapi suara kafir yang
berteriak-teriak, dia sudah tidak bisa melawan. Dimanakah kuasa rakyat?
Kalau rakyat melihat raja tidak berjuang, mereka juga tidak berjuang.
Mereka hanya menunggu sampai ada seseorang yang dapat melawan Goliat,
agar mereka mendapatkan kemerdekaan yang kokoh. Tapi Saul tidak keluar.
Akhirnya Daud berkata, “Aku yang keluar. Aku yang pergi,” Daud memang masih muda, kurang berpengalaman, tidak mempunyai gelar, tidak mempunyai prestasi akademis, tetapi mempunyai Tuhan.
Sejak sejarah gereja dimulai sampai sekarang, silahkan Anda melihat dan
mempelajari, apakah orang-orang yang memajukan gereja adalah orang
akademisi, atau orang kaya, atau orang yang mempunyai kekuatan
organisasi, atau justru adalah orang-orang yang sepenuhnya bersandar
pada Tuhan? Anak-anak yang sekolah theologi, silahkan sekolah lebih
banyak, silahkan studi sebanyak mungkin, tetapi kalian perlu belajar
untuk bersandar pada Tuhan lebih dari semua itu. Saya bukan anti
akademis, saya pribadi memiliki lebih dari 10.000 buku, tetapi saya
senantiasa bergumul untuk setiap khotbah, dan tidak mencuplik dari
lembaran buku-buku karya orang lain.
Kemenangan Cara Tuhan
Kita harus mengerti, hanya Tuhan yang
memberkati sejarah, memberkati gereja, memberkati pekerjaan-Nya sendiri,
tidak ada unsur lain. Daud maju berperang dengan mengambil lima batu
kecil dari sungai Yordan. Menurut Wang Ming Dao, karena batu itu bundar,
maka sebenarnya tidak mudah untuk batu demikian menusuk masuk ke dalam
tubuh orang lain. Bukankah seharusnya yang lancip lebih baik? Tapi
justru Tuhan menyuruh Daud mengambil batu yang licin. Batu menjadi licin
karena terasah oleh alam dan air di tepi sungai selama ribuan tahun.
Sampai kehebatannya sendiri sudah dihancurkan, menjadi licin, menjadi
tidak lagi mempunyai “tanduk-tanduk.” Mengapa banyak hamba Tuhan yang
tidak bisa dipakai Tuhan? Karena terlalu banyak “tanduk-tanduk,” terlalu
hebat, terlalu pintar, dan terlalu sadar dirinya pintar. Tuhan memakai
orang yang mau dilatih, mau diasah, mau dilicinkan sampai tidak ada lagi
tanduk untuk menjadi alat di tangan Tuhan sendiri.
Begitu Daud melempar batu itu, segera
Goliat jatuh. Ini adalah hal yang mengubah sejarah, yang mengubah hukum
alam, yang mengubah hukum militer, yang mengubah situasi politik. Yang
selama ini menangis menjadi tertawa, yang tertawa menjadi menangis.
Karena Tuhan mengubah iklim. Tuhan bisa memakai hanya 300 orang anak
buah Gideon sementara dua puluh dua ribu orang lainnya disuruh pulang.
Tuhan bisa memakai satu Daud untuk menghancurkan Goliat dan mengubah
Israel dari kalah menjadi menang. Apa gunanya demokrasi? Apa gunanya
Saul? Apa gunanya tentara? Apa gunanya baju baja yang begitu besar?
Ketika Tuhan mau mengerjakan sesuatu, jangan kita berasumsi cara kita
lebih baik daripada cara Tuhan.
Daud tidak berhenti sampai disana. Daud
yang kecil memenggal kepala Goliat dengan pedang Goliat. Memakai senjata
musuh untuk membunuh musuh. Ini yang dikatakan sebagai senjata makan
tuan. Pedang Goliat yang semula mau menghancurkan Daud akhirnya menjadi
pedang yang memenggal kepala Goliat sendiri. Kepala Goliat yang penuh
dengan darah dibawa Daud pulang dan semua orang Israel berseru, “Saul
membunuh beribu-ribu…” Saul mendengar , dan dia senang karena berfikir
rakyat masih taat kepadanya. Tetapi Tuhan tahu siapa pemenang
sebenarnya, bukan organisasinya, bukan rajanya, tetapi ada unsur X yang
tidak diketahui dunia, yaitu seorang muda yang taat kepada pimpinan Roh
Kudus dan yang bersandar pada Tuhan. Setiap gerakan akan timbul dari
orang-orang yang betul-betul bersandar pada Tuhan, dan dari situ akan
ada kelanjutan dan kelestarian kemenangan yang diijinkan Tuhan.
Iri Hati Saul
“Saul membunuh beribu-ribu, tetapi Daud berlaksa-laksa.” Pada saat ini X-Ray Tuhan
memunculkan hasil, jiwa seorang pemimpin. Saul memikirkan satu hal, “
beribu-ribu untuk saya, berlaksa-laksa untuk Daud. Kalau demikian,
apalagi yang tersisa dari takhtaku? Tunggu dia yang naik, matilah saya.”
Mulai hari itu, Saul dengki, takut, marah, benci, dan berencana
membunuh Daud. Semua ini tercatat dalam Alkitab . Iri hati itu begitu
jahat. Iri hati bukan anak tunggal, iri hati adalah nenek moyang yang
melahirkan cucut buyut yang tidak habis-habis. Orang yang iri pasti akan
mendengki, mulai marah, membenci, membunuh, dan tidak berhenti pada iri
saja. Orang yang iri tidak mungkin tidak akan mendengki. Sesudah
mendengki, pasti menganggap yang dengki itu musuh, meskipun sudah banyak
ditolong. Sesudah menjadikan orang itu musuh, dia mulai marah kepada
orang itu. Ketika kamu mengamati segala gerak-geriknya, kamu mulai
takut, benci, dan berusaha membunuhnya.
Pemimpin yang berjiwa demikian, apakah
bisa disebut seorang pemimpin? Bukankah seluruh Israel sekarang boleh
hidup terus hanya seorang Daud yang membunuh Goliat? Seharusnya Daud
ditinggikan dan dimuliakan, tetapi Daud hanya diangkat sebagai perdana
menteri. Kalau Daud diangkat menjadi Jenderal dari semua Jenderal, maka
semua jenderal pun akan membenci Daud. Seorang muda yang mempunyai
talenta khusus bersandar pada Tuhan akan menjadi sasaran penindasan oleh
mereka yang lebih senior. Kalau kita benar-benar mau diberkati oleh
Tuhan, kita harus belajar melihat pimpinan Tuhan, belajar memuliakan
Tuhan yang patut dimuliakan, dan taat kepada apa yang diatur oleh Tuhan.
Ada empat hal yang ditulis dalam Roma
13. Yang sering dikhotbahkan dari Roma 13 adalah taat pada penguasa.
Pemerintah-pemerintah dunia paling senang kalau gereja mengkhotbahkan
ini. Tapi saat saya mengkhotbahkan ayat ini, versi saya berbeda. Ada
empat butir penting, yaitu :
- Yang kepadanya harus diserahkan pajak.
- Yang harus ditakuti,takutilah
- Yang harus dihormati, hormatilah dan
- Yang harus dikasihi, kasihilah
Di sana ada kewajiban, ada obligasi, ada
tanggung jawab. Kalau seseorang harus dihormati, hendaklah kita
menghormati dia, jangan kita tidak menghormatinya. Kalau seseorang harus
ditakuti, takutilah dia, jangan dimusuhi. Kita harus takut kepada orang
yang patut ditakuti. Kita harus menghormati orang yang patut dihormati.
Kita harus memuji orang yang patut dipuji. Ketika kamu memuji
seseorang, dan ada orang yang benci pada orang yang dipuji, maka di situ
ada iri hati. Kalau memang patut dipuji, pujilah. Itu namanya kebesaran
hati.
Ada orang yang dari mulutnya hanya
muncul kritik, tidak pernah pujian, karena di dalam hatinya tidak ada
tempat untuk menerima, melihat, mendengar, menampung kelebihan orang
lain. Kalau ada orang lebih baik dari saya, bagaimana saya harus
bersikap? Saya harus mengakuinya. Kalau ada orang lebih cantik, lebih
tampan, lebih cakap dari kita, kita harus mengakuinya, lalu kita
bersukacita , dan bersyukur. Jangan kita membenci dan mengharapkan dia
cepat mati. Kebesaran hati dan hati yang lapang adalah sumber
kebahagiaan. Milikilah hati yang besar,
hati yang bisa menerima kelebihan orang lain, hati yang bisa menikmati
kelebihan orang lain, hati yang mengakui kelebihan orang lain, hati yang
berani memuji orang lain.
Bukan berarti kalau kita memuji orang
lain, kita tidak boleh mengkritiknya. Bukan berarti kalau kita memuji
orang lain. Kita tidak bisa menikmati kelebihan orang lain. Semua ada
waktunya dan harus pada tempatnya. Yang patut dipuji, pujilah. Yang
patut ditakuti, takutilah. Yang patut dihormati, hormatilah. Yang patut
dikritik, kritiklah. Tetapi barang siapa mengkritik orang lain, sebelum
melakukannya, harus mengisi dan mendoakan orang yang dikritik tersebut.
Janganlah kamu tidak pernah menangisi dia, tidak pernah benar-benar
terbeban untuk memperbaiki dia, tetapi hanya mengkritik dan mengkritik
saja. Ini suatu sikap yang sepatutnya ditunjukan oleh setiap orang
karena menerima pengaturan Tuhan yang memang tidak memberikan talenta
kepada setiap orang secara merata. Tidak ada anugerah yang merata.
Anugerah yang merata adalah ide komunisme yang tidak pernah terjadi.
Tuhan memberikan talenta kepada setiap
orang secara unik dan berbeda-beda, ada yang dua ribu, ada yang lima
ribu, ada yang sepuluh ribu. Setiap orang tidak diberi secara sama rata.
Ada orang yang lebih kaya, ada orang yang lebih miskin, itu lumrah. Ada
orang yang lebih bodoh, itu wajar. Ada orang yang lebih sehat, ada
orang yang lebih sakit, itu tidak apa. Apakah saya yang batuk iri kepada
kamu yang tidak batuk? Apakah saya harus mendoakan agar kamu juga
batuk, baru saya menerima bahwa Tuhan itu adil? Itu tidak benar. Kalau
saya batuk, itu adalah bagian saya. Saya akan mencari obat untuk
menyembuhkan, tetapi kalau tidak ada dan harus mati, ya tidak apa-apa
juga, karena memang manusia harus mati. Tetapi sebelum mati marilah kita
membandingkan, saya yang batuk-batuk sambil terus berkhotbah, sedangkan
yang tidak batuk malah ketiduran, manakah yang lebih baik? Kalau mau
membandingkan, kita harus membandingkan dengan cara demikian.
Ditiongkak ada seorang bernama Lu Xun,
yang saat ini dijunjung tinggi oleh Komunis. Padahal kalau dia masih
hidup, dia pasti mengkritik Komunisme habis-habisan. Dia salah seorang
pujangga terbesar pada abad kedua puluh. Dia salah seorang pujangga
terbesar pada abad kedua puluh. Di dalam sebuah ceritanya, dia
menceritakan seorang yang bernama Ah Qi, yang selalu iri hati dalam hal
apa pun. Dia selalu menginginkan apa yang dimiliki orang lain. Kalau dia
tidak bisa memilikinya, dia akan marah besar. Satu kali dia duduk
disebelah seorang pengemis yang kotor sekali, lalu dia iri hati karena
dia kurang kotor. Pengemis itu mendadak mengeluarkan seekor kutu busuk
yang besar, memencet kutu itu sampai darahnya keluar. Ah Qi tidak mau
kalah, mencari-cari sampai menemukan seekor kutu busuk yang lebih besar
lagi, dan juga memencet kutu itu sampai keluar darah yang lebih banyak
lagi. Orang yang iri hati bisa menjadi gila seperti ini, sampai-sampai
dalam masalah kutu busukpun tidak mau kalah dengan orang lain, karena
dia memiliki jiwa seekor kutu busuk.
Alkitab mengatakan, Saul setelah
mendengar kalimat itu, menjadi takut, marah, dan ingin membunuh. Ketiga
hal tersebut menjadi “anak-anak” keturunan dari emosi iri hati. Sekarang
Daud menjadi orang yang berposisi dalam kesulitan; dia tidak salah, dia
cinta Tuhan, dia diberkati oleh Tuhan, dia mengalahkan Goliat, itu
tidak salah kalau diiri. Susah bukan?Jangan. Saudara-saudara, lebih baik
diiri daripada mengiri. Diiri tidak perlu susah. Kalau diri merasa
susah, itu bodoh. Ketika kita diiri, kita seharusnya bersyukur kepada
Tuhan karena ternyata posisi kita superior sampai diiri oleh orang lain.
Tapi jangan membenci orang yang mengiri kepada kita, sebaliknya harus
kasihan padanya, “Tuhan, ampuni dia karena dia tidak memiliki sesuatu
yang saya miliki yang diiri olehnya. Berarti anugerah Tuhan besar bagi
saya, biar anugerah Tuhan juga besar baginya agar dia tidak perlu iri
lagi kepada saya.”
Orang yang suka iri mudah sakit.
Mengapa? Karena Amsal 14:30 mengatakan, iri hati membusukkan tulang.
Dalam terjemahan lain, iri hati adalah kerusakan dari tulang seseorang.
Kanker kulit tidak sulit diketahui, karena langsung terlihat. Saya
mengenal seseorang yang terkena kanker tulang. Dia tidak mengetahui
kondisi tulangnya yang rusak dan keropos, satu hari dia mengangkat
barang yang berat, lalu tulangnya langsung patah di dalam. Mengapa?
Karena tulangnya tidak memiliki kekuatan untuk menahan berat apapun.
Orang yang iri hati bagaikan tulangnya kena kanker. Tulangnya dibusukan
oleh iri hati.
Penyebab Iri Hati
Hal-hal apa yang menjadikan kita mudah iri hati? Pertama,
talenta yang kita miliki tidak sebanding dengan talenta yang dimiliki
oleh orang lain. Apakah kamu menjadi iri hati ketika menyadari bahwa
kamu tidak memiliki talenta sebanyak talenta orang lain. Apakah kamu
menjadi iri hati ketika menyadari bahwa kamu tidak memiliki talenta
sebanyak talenta orang lain? Saya sudah bekerja setengah mati tetap
tidak bisa mendapatkan hasil yang memuaskan. Sementara dia bekerja
sedikit saja sudah jadi. Kehebatan orang lain itu menjadi penyebab
manusia iri. Kedua, keindahan penampilan orang lain selalu
menjadikan iri hati. Ketika kamu melihat diri sendiri begitu bagus, lalu
mendadak datang orang lain yang lebih bagus, maka sekarang kamu
kelihatan tidak secantik itu lagi, maka kamu menjadi iri dan membenci
dia. Ketiga, keuangan kita tidak semapan atau sekaya yang
dimiliki orang lain. Kalau kamu melihat orang kaya, dia membeli apa pun
mudah, kamu membeli apapun sulit. Kamu mempunyai keuangan yang tidak
cukup bahkan untuk hal-hal yang sederhana, sementara dia mempunyai
kelebihan keuangan yang bahkan bisa dipakai untuk berbuat dosa atau
untuk merusak orang lain, maka kamu iri dengan keuangannya dan mulai
bersungut-sungut kepada Tuhan Allah.
Kitab Mazmur dan Amsal berkali-kali
memperingatkan manusia untuk tidak iri kepada kekayaan orang lain.
Meskipun orang lain lebih kaya daripada kita, jangan kita iri atau
cemburu kepadanya. Mungkin mereka berada di jalan yang lancar, tetapi
merupakan jalan yang licin dan mudah jatuh. Pemazmur dengan jelas
mengatakan , “Aku melihat mereka begitu cepat bertumbuh, begitu cepat
lancar, mereka cepat sekali menjadi kaya. Tetapi setelah aku masuk ke
dalam Bait Allah, aku baru sadar, Tuhan membiarkan mereka berjalan di
dalam jalan licin kebawah.
Waktu Henry Kissinger datang ke Tiongkok
yang saat itu masih miskin, dia sengaja memakai kalimat bertanya kepada
Chou En Lai, “Mengapa orang Cina kalau berjalan semua membungkuk? Kita
orang Amerika semua berjalan dengan tegak dan gagah.” Chou En Lai dengan
pintar menjawab, “ Sebab orang Cina sedang mendaki gunung, sedangkan
orang Amerika sedang menuruni gunung,” Kissinger memang pandai tetapi
dia menghadapi Chou En Lai yang lebih pandai lagi.
Pada saat kamu susah, janganlah iri
hati. Orang yang susah mungkin sedang mendaki gunung. Orang lancar,
mungkin itu terakhir kalinya lancar. Banyak orang kaya dalam dua
generasi kemudian menjadi orang miskin. Jangan sombong, tetapi juga
jangan iri. Orang yang cepat kaya, apakah kekayaan itu diperoleh dari
kelakuan yang bersih dan etika yang bersih? Kamu tidak tahu. Hanya Tuhan
yang tahu. Kalau kekayaan diperoleh dari kecurangan, penipuan,
kejahatan, dan ketidakjujuran, maka kekayaan itu tidak bisa tahan lama.
Bisa dipegang di dalam tangan orang demikian juga tidak lebih dari tiga
generasi. Peribahasa Tionghoa mengatakan, “Fu qui bu quo san dai”
(Kekayaan tidak lewat dari tiga generasi). Kalau kekayaan diperoleh
secara tidak jujur atau tidak beres; di dalam dua generasi sudah hancur.
Kamu tidak perlu iri dengan orang kaya,
karena di sana Tuhan memberikan ujian kepada dia, apakah dia benar-benar
layak memiliki kekayaan. Kalau tidak, akan diambil kembali. Uang hanya
pinjaman saja, dipinjamkan oleh Tuhan. Kalau kamu miskin, tapi kamu
jujur, kamu tidak perlu takut; mungkin Tuhan sedang menumpuk kekayaan
yang sementara tidak diberikan kepadamu, tetapi untuk anak cucumu yang
harus kamu didik baik-baik. Ini semua ajaran penting di dalam Alkitab.
Melihat orang kaya jangan iri, melihat orang cantik jangan iri, melihat
orang pintar jangan iri, melihat orang berkuasa jangan iri. Tetapi
justru karena manusia sudah jatuh ke dalam dosa, hal-hal ini selalu
membuat kita iri dan menjadi sumber dan penyebab peperangan dunia.
Mulai dari merebut kekayaan, kecantikan, kepintaran dan kekuasaan,
inilah hal-hal yang mengakibatkan kita iri dan mau merebut kemuliaan.
- See more at: http://www.nusahati.com/2013/11/iri-hati-bagian-i/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar