Kamis, 28 Februari 2013

Apakah Kau Mengasihi Tuhan Dan Sesama?


Nats: Yoh 11 : 10 – 44
Adalah  mujizat terbesar yang Yesus Kristus lakukan, yang  ada  kaitan dengan hidup  manusia. Waktu  Yesus Kristus  di dunia, Dia pernah  membangkitkan:
  1. Anak  perempuan Yairus;  penjaga rumah  ibadah ,  yang berumur 12 tahun dengan  mengatakan:  “Talitakum”.  Menyatakan kata-kataNya mengandung kuasa, bahkan  membangkitkan orang mati.
  2. Anak dari janda di kota Nain, yang  jasadnya  sedang  diusung ke  kuburan.  Yesus yang  adalah  hidup,  menghentikan langkah  mereka dan  membangkitkannya. Menghentikan adalah  satu  interupsi  yang membuat  seorang  merasa dihambat; diganggu.  Ada  orang  yang  mengeluh: Tuhan,  aku sibuk  sekali,  tapi  mengapa  orang  Kristen  yang  satu ini  terus menerus menginjiliku,  mengajakku ke gereja!!!  Padahal  yang  dia temui  adalah  God’s  interruption, that  is a blesseing for  him,  God  stops  his  step  from going to hell.
  3. Lazarus.  Kali ini memang  sangat berbeda, karena yang  Yesus hadapi  adalah seorang yang sudah dikubur  empat hari.  Membuktikan  semua  hal  yang Tuhan lakukan  bukanlah  kebetulan atau terpaksa,  melainkan  seturut rencanaNya.
Itu sebab, saat Lazarus sakit,  Dia  tidak  segera  mengunjunginya. Masalahnya,  saat kita mengalami penderitaan yang  besar,  justru sering bertanya-tanya:  Tuhan, mengapa  Kau  mengulur-ngulur waktu;  tak segera  menyatakan  pertolonganMu,  bahkan terkesan  tak  peduli?  Sampai  akhirnya  kita  merasa  kecewa  terhadap  Tuhan.  Semua  itu  terjadi, karena  kita  tak  memahami sifat Ilahi  dan strategiNya  dalam melatih kita bersabar, menanti  dan  berharap dalam  iman.  Maka pendeta-pendeta yang  suka  menggumbar  janji: “Tuhan pasti memberkatimu, Dia  tak  akan memberimu  kesusahan” adalah  penipu.  Karena mereka  menipumu;  tak  mengajarkan prinsip  Alkitab  yang  benar  padamu:  ada kalanya Tuhan  memang  tak menyembuhkan  penyakitmu,  dan  kau  harus  tetap taat.  Ada  kalanya,  Dia  mengizinkanmu  merugi  sampai  ratusan juta rupiah,  atau  memakai musuh orang  Kristen memukulmu dengan  pukulan yang berat,  membuat hidupmu  susah…,  guna Dia  ingin melatih  kesabaranmu.  Kalau  orang Kristen  juga  hanya mencari untung, lancar, menang, kaya…..  bagaimana  kita  dapat  membuktikan  iman  yang sejati  pada dunia?  Kalau kita  hanya  mau  menerima; tak mau berkorban,  bagaimana  kita  dapat membuktikan  diri  taat  pada  firmanNya? Ada kalanya  memang  Tuhan membuat  kita miskin, sakit, patah hati…, membiarkan  kita resah, tak tahu harus  berbuat apa.  Itulah  keluhan yang  Soren A. Kierkegaard, filsuf Denmark abad  ke-19  cetuskan dalam kesulitan yang  amat berat:  what shoud I do now?  what decision sould I  make?  why  my situation  is so cruel?  Waktu saya  membacanya, saya merasa sangat  iba  padanya.  Tapi sebenarnya, orang yang tak pernah  mengalami kesusahan, krisis  besar  dalam hidupnya,  tak  akan  dapat  simpati dan  bermurah-hati pada orang lain. Kalau kau jatuh cinta begitu  rupa  pada seseorang, sampai rasanya  kalau  tak menikah  kalau tidak dengannya,  lebih baik tak menikah. Tapi ternyata  cintamu ditolak  oleh  orang  itu, tentu  serasa  kiamat,  bukan?  Bahkan  imanmupun goncang,  karena  Tuhan tak  memberikan orang  yang kau cinta  padamu.  Tapi sesungguhnya,  semua  pengalaman  pahit  sangat berguna bagimu.  Karena  your life starts from all kinds of  tribulation, difficulty and suffering.  Tanpa itu,  kau  akan  terus  menyia-nyiakan hidupmu: memakai  uang,  kesehatan, kesempatan dan  parasmu yang  rupawan   untuk berfoya-foya,  main  cinta  dengan pelacur… sampai kesulitan,  kepicikan  mengurungmu, baru kau menjerit  dari  kedalaman  hatimu,  tapi  tak tahu harus berseru  pada siapa. Karena kau belum  sungguh-sungguh mengenal Tuhan,  maka kau hanya dapat berseru pada sesuatu yang  selama ini  kau sanjung tinggi: jika  kau  mengabulkan  permintaanku,  aku mau mengikutmu  –  konsep allah yang  sia-sia. Sampai  saat kau  bertemu dengan  Allah yang sejati, Penguasa hidupmu,  sadar bahwa Dialah yang  mengizinkanmu mengalami semua hal yang pahit  bahkan  tak  menolongmu.
Kau  akan mendengar Dia  bertanya:  masihkah kau  percaya  dan  taat padaKu?  Dan  karena  kau tak dapat  menyangkali  keberadaanNya, bahkan harus  mengakui: God is working on you.  He permits all  the  sufferings  surround you  maka  jawabmu::  “yes, My God, I  will  totally surrender to  You”,  barulah kau mulai  sungguh-sungguh  beriman padaNya. Jadi, iman bukan  sekedar  berseru: aku  percaya  dan boleh  masuk sorga! Iman yang sejati,  yang bernilai diawali dengan pergumulan, sampai  kau  betul-betul  mengakui  akan  kedaulatanNya  atas  hidupmu dan  meski saat kau ditimpa  kesulitan-kesulitan,  Dia  tak  segera  mengulurkan  tangan   menolongmu,  kau  tetap  mau menjalankan  rencanaNya, taat pada pimpinanNya. Sama seperti  pengalaman yang  dialami keluarga Lazarus,  sudah  menyuruh  orang  mengabari  Yesus: “orang yang Kau kasihi sakit”,  tapi kataNya: “penyakit itu tak akan membuatnya  mati”  dan  menunda dua hari.  Sampai  setelah  Lazarus mati,  baru Dia  berangkat.  Maka waktu Dia  tiba  di Betania, Lazarus  sudah dikubur empat  hari.  Tak heran kalau  kakak-kakak Lazarus mengomel:  “mengapa  Kau tidak  datang lebih  cepat?” Dia tak menjawab, karena  Dia tahu:  My  time is not your time ,  Aku  akan  mencurahkan  berkat  seturut dengan  waktuKu bukan waktumu.  Berbeda sekali dengan ajaran  para pemimpin Karismatik:  berserulah,  Tuhan  pasti  menyembuhkanmu  –  bukan ajaran Alkitab.  Karena  Tuhan  yang  menetapkan waktu untuk  semua  perkara, tak  seorangpun  dapat mempercepat atau  memperlambat  waktuNya.  Sama  dengan  seekor  ulat  sutera, dia  akan  jadi kupu-kupu.  Tapi  perlu  melewati proses,  dimana dia  akan  berubah bentuk:  kakinya,  kepalanya,  ekornya…. hilang,  jadi  mirip dengan sebutir  kacang,  yang  disebut  kepompong.  Kepompong  itu  bukan mati melainkan tidur  sampai  satu  jangka waktu  tertentu.  Orang  harus  menunggu  dengan  sabar,  tak  bisa  membantunya  dengan menggunting  kepompong itu. Karena   hal itu justru akan membuat si kepompong mati. Tunggu sampai hari si kepompong  kembali punya kepala, mata, hidung, gigi  bahkan  sayap,  seturut  dengan dalil  yang Allah tetapkan.  Dia  akan  merobek  kulit  kepompong  dengan  giginya  dan keluar dalam  keadaan  yang  berbeda:  bukan  ulat  yang merangkak  tapi  kupu-kupu  yang  terbang .  Jadi,  jangan percaya akan  janji palsu  dan  mempercepat  masa  ujian  dari  Tuhan.
Kalau  anakmu kurang  ajar,  mungkin Tuhan  akan menguji  dia  lima, sepuluh tahun.  Biarkan  dia belajar  sampai  Tuhan membentuknya jadi orang Kristen  yang baik.  Dua ribu lima ratus tahun  silam, di  zaman  Waring  Period  di Tiongkok  terdapat  satu buku  yang  berjudul: zhan guo ci.  Dimana  terdapat  satu  cerita:  seorang  petani  menanam padi  dengan susah payah, ingin  sekali padinya  tumbuh dengan cepat.  Tapi hari  lepas hari,  dia  melihat  seperti padinya  masih  sama  seperti  hari-hari  sebelumnya.  Dia tak sabar, lalu  menarik  tiap-tiap  padi setengah  inchi  dan  senang.  Tapi keesokan  paginya, dia  menemukan, semua  padinya mati.  Mengapa? Karena tak tumbuh secara natural, tapi dipaksakan. Maka kalau waktu Tuhan belum tiba,  jangan  percepat,  agar tak  merusak  bahkan  mungkin menghancurkan  rencanaNya.  Begitu  juga dengan  kupu-kupu di dalam kepompong, tak  perlu  dibantu.  Agar jangan dia keluar  tapi  hanya  dapat  berjalan,  tak  pernah bisa  terbang  untuk selamanya.  Biar kita  menemukan bijaksana  yang Tuhan  simpan di  alam semesta,  lalu  renungkan dan  patuhi  dengan benar.  Karena  orang  Kristen yang  tak mematuhi  dalil pertumbuhan rohani  yang lazim: melewati  ujian, kesusahan,  penderitaan….   hidupnya  sama dengan apa yang  Socrates  katakan:  an unexamine life is not worth  living.  Dan  faktanya,  orang-orang  yang  agung,  yang sukses  sering kali  adalah  mereka  yang  pernah melewati kesusahan, melintasi lembah air mata,  dan  menang atas  cobaan  dan  ujian  yang berat — dalil yang Allah tetapkan.  Itu sebab,  keluarga  Marta, Maria dan Lazarus  adalah  Tuhan  Yesus  kasihi juga  tak terkecuali,  Dia mengizinkan kesulitan besar menimpa hidup  mereka dan sepertinya Dia  tak  peduli.  Mengapa Dia tak  memperlakukan Lazarus sama  seperti anak  Yairus, saat dia  sakit,  Yesus langsung datang.  Begitu  juga  saat  remaja  di kota Nain itu  diusung ke kuburan,  Yesus  mencegah  iring-iringan itu  sebelum  tiba di pekuburan? Karena  My time is not yet up.  You should  wait  patiently , agar  setelah  menerima  ujian,  iman  mereka  jadi  semakin  mantap.  Sayang,  Marta  dan  Maria;  kedua saudara itu kompak dalam hal  mengomel:  “Tuhan, jika  saja  Kau di sini,  tentu saudaraku tak akan  mati”.  Mendengar itu, apakah  Yesus meminta-maaf  akan  keterlambatanNya?  Tidak! Dia  tak  menjawab.  Karena  Dia  adalah Tuhan.  kita lah yang  harus  patuh  padaNya;  Pemimpin kita, yang  pimpinanNya  tak  pernah bersalah. Jadi,  kalau seorang pemimpin memimpin dengan jujur,  tidak  egois, mau  bekerja  keras,  jadi  teladan dalam hal  menyangkal  diri;  berkorban,  dan  mengarahkan  kita  pada  kehendakNya,  mari  kita taati  pimpinannya.  Tapi  kalau  pemimpin memimpin  dengan  tidak  jujur; main taktik,  egois,  self-centered,  kita  tak  perlu  menaati pimpinannya.  Saat  Yesus Kristus  mengajak  murid-murid  pergi ke  tempat  Lazarus,  ada  murid  yang  kurang  percaya  padaNya,  tapi  Yesus  tetap  memandang dia  sebagai  muridNya.  Jadi,  Tuhan  Yesus menerima  murid  yang  punya  keyakinan penuh,  juga  murid  yang  selalu  ragu, seperti:  Thomas.  Waktu Yesus  mengajak  mereka  ke Betania,  karena  kawanKu  telah   tertidur, mereka tak  mengerti, kalau  Lazarus  tidur,  tentu  dia  akan bangun,  jadi  untuk apa kita ke sana?  Maka  Tuhan Yesus  berkata  dengan  terus terang:  “dia  sudah mati”  dan  kata  Tomas  pada  teman-temannya:  “mari  kita  pergi  untuk  mati  bersamaNya”  —menyindir. Perkataan  yang kurang ajar itu Tomas  lontarkan  berdasarkan  rasio  manusia  yang created, limited, poluted,  tak  dapat memahami  rencana  Allah  yang  lebih  tinggi  darinya.  Apalagi Tomas  memang  adalah  orang  yang  selalu  ragu,  selalu  salah menafsirkan semua  hal  yang  dia  dengar  dan masih  mengira dirinya  pintar.  Maka pikirnya:  mana mungkin aku  percaya  akan supranatural,  itu  tidak praktis dan  tidak  mendarat. Yesus  juga  tak  menanggapinya,  tetap meneruskan  rencanaNya.  Mendengar  Yesus datang,  Marta  menyambut  Dia,  tapi  Maria. tinggal  di  rumah.  Saat itu, ada  banyak  orang Yahudi  yang  datang  menghibur.  Menandakan  bahwa  hidup  sosial  mereka  baik,  sehingga  saat mereka  berkabung,  banyak  orang  di kota itu datang  menyatakan  simpati  mereka. Karena  mereka  mengenal  orang-orang  di  keluarga  itu ramah,  suka  menjamu tamu,  menolong  orang. Bagaimana  dengan  orang yang  hidup  sosialnya tidak   baik?  Menurut  pengamatan saya, ada  orang yang  saat menikah  dihadiri  ratusan  orang,  ada  juga yang  hanya  dihadiri  dua puluh  orang.  Mengapa?  Karena mereka  tak  pernah  bersosialisasi dengan  orang lain:  datang  ke  gereja  hanya  mau  mendengar  khotbah, selesai  khotbah langsung   kabur.  Kalau kau tak  pernah  mau  berjabat-tangan; berkenalan dengan  orang, hanya  merasa  bangga  sebab  telah  jadi  anggota  gereja besar,  dan sangkamu, saat anakmu  menikah  nanti, pasti ada ratusan bahkan  ribuan orang  yang hadir.  Itu mimpi!  Ingat:  kalau  hidup  sosialmu  tidak baik.  Meski kau  tinggal  di  kota  besar,  tak ada orang  yang  mau  tahu akan  kau.  Saat  seorang  meninggal  dunia,  dari  banyaknya  orang  yang  datang  melayat,  kita  tahu  bagaimana  hidup sosialnya.  Karena  jumlah  orang yang hadir di  pernikahanmu atau keluargamu,  belum  tentu dapat  kita  pakai  untuk  menilai hidup  sosialnya  beres atau tidak.  Jadi, barometer yang  lebih  tepat untuk  kita  pakai menilai hidup sosial seorang  adalah  saat duka  bukan saat  suka. Sebab orang-orang yang datang  berkabung atas kematianmu,  tentu  bukan datang  untuk stor muka,  bukan?  Jadi sesungguhnya, ada  banyak  dalil  umum  di  dunia yang  sudah  kita  lupakan. Seperti:  bila seorang minoritas  rela  berjuang  mati-matian buat  mayoritas, saat itu juga, dia sudah  tidak  berstatus  minoritas  lagi.  Maria  dan  Marta  pasti  punya  nama  dan pelayanan yang  baik  di Betania.  Sehingga meski mayoritas  orang Yahudi  tak percaya  Yesus Kristus,  tapi  mereka  tak  berani menghina akan  Maria  dan  Marta,  karena  mereka Kristen.  Maka sebagai  orang Kristen,  selain  kita  harus  menjalin  hubungan  yang  baik  dengan Tuhan, juga dengan umat beragama lain. Terlebih  di  masyarakat  Pluralisme.  Kita  tak  perlu mengkompromikan  iman,  tapi  harus  dapat toleransi, menghargai  orang yang  berbeda  iman dengan kita,  menghargai  kebebasan  mereka. Tentu  kita  tidak  lupa  memberitakan  injil  pada mereka atas dasar saling menghormati, membawa mereka kembali  pada kebenaran. Dan sebaliknya,  dia juga  mungkin  memperkenalkan  agamanya,  mengharapkan kita  juga  menganut agama mereka:  Budha, Hindu, Islam…..  itu sah, sah saja.  Dan tetap  harus  menghargai  sesama  yang Tuhan  cipta dan  yang  Dia  beri  kebebasan.  Tentu yang  dimaksud dengan  “bebas”,  bukan menganat agama  sesuka hati  kita.  Kita harus  tetap  memelihara  iman,  juga  menghargai  kebebasan  orang lain, menjaga  keharmonisan  di  tengah masyarakat  yang Pluralis.  Jadi,  Marta  dan  Maria  memang  sangat  mencintai Tuhan Yesus.  Terlebih Maria,  setiap  kali  Dia  datang, Maria  selalu mendengarkan  firman Nya.  Maka  meski  di zamannya,  ada  banyak orang  yang datang  pada Yesus  untuk  mendapatkan  kesembuhan  dan berkatNya.  Tapi  Maria  tahu,  Yesus  bukan  Santa  Clause,  Dia adalah  Mesias.  Maka  saat  Yesus  di  dunia, tak  seorangpun (termasuk imam)  yang mengurapi Dia.  Tapi  Maria,  mengurapi  Yesus dengan minyak Narwastu.  Membuktikan bahwa iman-nya  terhadap Kristus;  doktrin  Kristologi-nya  benar.  Juga menyatakan  bahwa  mereka berdua  betul-betul cinta  Yesus,  rela  berkorban,  memberi  persembahan  dari  sedalam-dalam  hati mereka.  Dua ribu tahun silam, harga satu botol  minyak Narwastu sama  dengan  upah  seorang pekerja selama  satu tahun; tiga ratus enam puluh  lima  hari  —  sangat mahal,  bukan?  Tapi  dia rela  menabung  hasil  kerjanya  selama  satu  tahun, tanpa  memakainya  barang  sepeser;  seluruhnya dia pakai untuk  membeli minyak  Narwastu  dan dia pecahkan di hadapanNya.  Banyak  orang  suka  menyimpan botol  minyak  wangi,  agar  orang melihat  dirinya pernah  beli  atau pakai  minyak wangi  yang  sangat  mahal.  Sebenarnya,  Maria  punya alasan  yang  cukup  untuk  membanggakan diri:  karena dia; seorang gadis yang  masih  muda, mampu  membeli minyak  Narwastu yang  begitu mahal.  Apalagi untuk mengurapi Yesus.  Tapi  dia  menyerahkan semuanya  pada  Tuhan  tanpa  disisakan sedikit untuk diri sendiri.  Saya percaya,  uang yang  Marta  habiskan  untuk  belanja, menjamu Tuhan Yesus  pasti  tak  sedikit jumlahnya.  Dan  Maria,  bukan  hanya  mendengar khotbah,  dia  juga  memberi  persembahan  yang sangat  mahal. Alkitab  memang tak  menyinggung  soal persembahan  Lazarus,  hanya menyinggung  kematiannya.  Dan setelah dia  mati,  ada  banyak  orang  yang  datang  menghibur.  Saya  pernah menyaksikan  salah  seorang  jemaat saya  di  Surabaya yang sangat  kaya,  tak sampai lima  puluh orang yang  hadir di pemakamannya.  Juga  pernah  menyaksikan  seorang  majelis yang  betul-betul  cinta  Tuhan,  ada  +  tujuh ratus orang  (dua  kali lipat  dari  jumlah orang yang  hadir  di  kebaktian Minggu)  menghadiri pemakamannya. Dan  lebih dari  empat puluh lima menit,  orang-orang  bersaksi:  bagaimana Tuhan  memakai  dia  jadi  saluran  berkat  buat  saya  dengan  air mata yang  berlinang-linang.  Membuat  pemakanan kali itu  lebih  indah  dari  banyak  kebaktian di  hari Minggu, karena Tuhan dimuliakan. Saat  Yesus  tiba  di Betania,  Marta menyambut Dia sambil  mengomel:  “Tuhan,  kalau  saja ada  Kau,  Lazarus  pasti tak  mati”.  Tapi Yesus  malah  bertanya:  “dimanakah  dia?” “sudah  dikubur  empat  hari,  sudah  berbau busuk”.  Memang,  setelah  seorang  mati,  dua, tiga jam  kemudian,  sel-sel  di tubuhnya  mulai  rusak.  Hari  kedua. bakteri  berubah jadi seperti  kupu-kupu  kecil, keluar  dari  jasadnya.    Setelah  tiga  hari, jasad  mulai digerayangi oleh  ulat-ulat  —  menakutkan sekali.  Mulai keluar cairan, daging  mulai  hancur.  Beberapa  bulan  kemudian, sisa  seonggok  tulang  dan  seonggok  tanah.  Karena  tubuh  kita  terbuat dari  tanah  itu  akan  kembali  jadi  tanah  –  tak ada  yang  dapat  kita  sombongkan.  Maka  meski  kita punya tanah ribuan hektar  tanah,  terakhir kita  hanya menempati  tanah  1  x 2 meter.  Jadi, kalau kau  diberi  kekayaan,  dan  tak memakainya  untuk memuliakan Tuhan,   menolong  sesama,  sebenarnya  semakin  kau kaya  justru  semakin  malu.  Setelah  Lazarus  mati,  baru  Yesus  menyatakan  niatnya ke Betania  dengan  alasan:  Lazarus  tidur.  Yesus  sengaja  menggunakan  istilah  “tidur”,  karena  di  mataNya,  orang yang mati  di  dalam Dia  hanyalah  tidur:  jasmaninya saja yang  mati,  rohaninya  tidak  mati.  Maka saat  Marta  mengatakan:  “Lazarus  sudah  mati empat  hari,  sudah  berbau busuk”.  Yesus justru  mendeklarasikan:  “I am the life, I am the  resurrection”  —  deklarasi  yang  terbesar.  Mendengar itu,  sahut  Marta:  Lazarus  akan bangkit?  Tuhan,  aku  tahu,  Alkitab  memang mengajarkan pada saat kiamat nanti, semua  orang;  tentu  Lazarus  juga  akan  bangkit”  “no,  I  did not  mean it. I  say  that he will risen now; dia  akan  dibangkitkan,  sekarang”.  Marta  tetap tidak  mengerti  akan  apa yang Yesus  katakan,  karena dia  memang  sama sekali tak bisa  membayangkan, orang yang sudah dikubur empat  hari  bisa bangkit.  Maka  katanya: “jasadnya sudah membusuk”.  Menandakan bahwa  dia  tahu  secara pasti,  orang  yang  sudah  mati empat  hari mengalami corruption  pada tubuhnya  yang mortal.  Padahal  yang  Yesus  maksudkan dengan  I  am the life  adalah  immortal life.  Sama  yang tertulis di  I  Kor.  15,  waktu  Yesus  datang  kedua  kalinya,  orang  mati  akan  bangkit,  saat itu,  tubuh  yang  fana  jadi  tubuh  yang  tidak  fana,  tubuh  yang lemah  jadi  tubuh  yang  kuat,  tubuh  duniawi  jadi  tubuh  rohani,  tubuh  yang  hina  jadi  tubuh  yang  mulia  —  lima sifat  dari  the ressurected body: glorious, strong, immortal, spirit and everlasting.  Dan saat  Yesus  mengatakan:   “I am the  ressurection”,  Marta  menyahut:  “dia  sudah  mati  empat  hari,  sudah  berbau busuk”  “if you have  faith, you will see the glory of God”  — dasar dari teologi  Reformed.  Persis terbalik  dengan  konsep orang pada  umumnya,  yang  selalu  mengatakan: nyatakan  dulu  akan  kuasa  Tuhan,  baru aku    mau  percaya Dia.  Tapi kata  Tuhan: “you think,  that  after you see the glory of God, you will have faith in  Me? I do not want that kind of faith.  Because  faith that  produced  after  seeing  the glory of God is not  a  true faith .  Tuhan tak mau  kita  melihat mujizat  dulu baru  percaya,  karena  iman  yang  sejati  justru mendahului  penglihatan, bukti…  Seperti yang Yesus katakan di sini:  jika  kau  beriman,  maka  kau  akan  melihat  kemuliaan Allah.  Jadi,  iman  bukan  melihat  atau mengalami  dulu  baru  percaya,  melainkan  percaya  sebelum melihat.  Apa  yang  ku  percaya?  Janji Tuhan.  Karena  the word of  God is transcending our experience, is  more  supreme than  our  senses,  firman Tuhan  lebih   tinggi  dari  penglihatan ataupun  pengalaman  manusia. Dan  justru  karena kita tak  dapat  melihat,  maka kita  beriman. Mengapa  kita  beriman  pada  sesuatu  yang  tidak kita lihat,  buktikan  dan  alami?  Karena  Tuhan  tak mungkin  menipu  kita, amin?  Apa yang Dia Janjikan itu benar,  maka kita percaya. Waktu  kau  mau  menikah,  tentu  tak  akan  mengatakan  pada  pacarmu:  aku mau  buktikan  dulu,  bahwa  kau  seumur hidup  tak  berpenyakit kusta  baru  aku  mau  menikah  denganmu,  bukan?  Kau berani  menikah  dengan  seorang  yang  belum  kau  buktikan berapa  baiknya,  berapa  setianya,  berapa konsisten  cintanya  padamu.  Karena  faith is  prior  to  our  experiance, faith is transcend  all  the  evidances.  Maka  statemen  Tuhan  Yesus  pada Marta:  “jika  kau  beriman, kau  akan  melihat kemuliaan  Allah”  ini  adalah  prisaposisi  dari  motodologi  iman  orang Kristen  Reformed. Memang,  ada  banyak  orang  yang  mengaku  diri Kristen,  tapi  tak  mengerti  Alkitab.  Dan  yang lebih celaka lagi adalah:  banyak  pendeta  yang berkhotbah  tapi  tak  mengerti  Alkitab,   tak mau  mempelajari  prinsip  Alkitab  yang  akurat  dan  yang konsistens.  Kata  Yesus,  if you have faith, you will see the  glory of God.  Mari  kita  hidup  di  dalam  iman yang  sejati,  sebelum  kita  menerima  apa yang  Tuhan  janjikan,  sebelum  kita  mengalami pimpinanNya,  biar kita beriman  dulu:  Dia adalah Tuhan  yang  sejati,  yang  tak  pernah  salah,  yang jujur.  Sama dengan  Abraham,  saat mendengar  Tuhan memanggilnya untuk“come out from your  family,  your nation…,  I will  bring you there”.  “Where is it?”  “I do not tell you” “God,  I believe  in  You.  Because  I know,  whom I believe,  and  I  believe  that  everything  you say  is  true, honest,  sincere.  Although what you say  is beyond  my  experiance,  my sensation, my vision,  but  I  will follow   You”  —  itulah  iman.  Di sini  Yesus mengoreksi  metode iman  Marta dan Maria, bukan  minta Tuhan menyatakan  kemuliaan  dulu  baru mau beriman.  Melainkan beriman  dulu, baru dapat  melihat  kemuliaanNya.  Ujian, pelatihan,  yang  Tuhan  berikan  pada  mereka memang  berat  sekali.  Karena  mereka adalah  keluarga  yang  Tuhan  cintai,  tapi  Tuhan  justru mendisiplin mereka dengan  disiplin  yang  lebih  ketat.  Itu  sebab, saya;  Pendetamu  tak  akan  memanjakan,  melainkan melatih semua orang di GRII dengan ketat,  agar  setiap  kita  jadi  laskar Kristus  yang tangguh; yang  tahan uji. Maukah saudara?
(ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah – EL
Ringkasan Khotbah : Pdt. Dr. Stephen Tong

Tidak ada komentar: