Jumat, 09 September 2011

Gentleman And Small Man (Part-1)

Kongfuzu tidak membagi manusia ke dalam kategori orang berdosa dan orang benar, melainkan (‘jun zi’ dan ‘xiao ren’), gentleman and small man. A gentleman has a great personality, bertanggung jawab atas semua tindakannya, benar-benar menjalankan kebajikan yang dia ketahui. Sementara xiao ren atau little man, selalu bertindak sembunyi-sembunyi, tak pernah mau berterus terang.

Setelah kita mempelajari semuanya, barulah kita merasa malu karena kita yang mengaku bahwa ajaran Kristen melampaui semua filsafat, karakter kita kalah dengan mereka yang hanya menerima wahyu umum. Ajaran Kongfuzu bukanlah wahyu umum tetapi hanya merupakan man’s response towards God’s general revelation. Maka tak heran kalau ada pertentangan antara filsafat Kongfuzu dan Alkitab. Tapi setidaknya kita tahu bahwa Kongfuzu tidak hanya mengajar satu ide karena dia sendiri juga menjalankannya. Kejujuran inilah yang membuat dia menjadi begitu agung dan dihormati oleh banyak orang. Saya berharap dia diterima oleh Tuhan. Adakah Alkitab menyinggung keselamatan untuk orang-orang yang seperti dia? Dalam Kisah Para Rasul 10, komentar Petrus setelah menyaksikan peristiwa yang terjadi di rumah Kornelius: “Ternyata orang yang takut Tuhan dan menjalankan kebenaran, diperkenan oleh Tuhan.” Tentu bukan maksud saya mengatakan bahwa orang-orang seperti Kornelius dapat menerima keselamatan secara otomatis, tapi kepada orang-orang seperti itulah Petrus diutus memberitakan Injil Yesus Kristus agar mereka diselamatkan. Dan sebenarnya, sebelum Petrus ke sana, kebajikan mereka sudah Tuhan perkenan.

Dalam ajaran Kongfuzu terdapat banyak istilah “jun zi”. Ada yang dia ajarkan dan ada yang didefinisikan oleh murid-muridnya. Kita hanya membahas ajaran Kongfuzu sendiri.

  1. jun zi yu yu yi, xiao ren yu yu li; seorang gentleman, meski merugi tetap memperjuangkan kebenaran dan keadilan. Tapi small man, hanya mengutamakan profit. Memang, zhe shi jie li hai zhe gai shi fei; ; dunia kita mengedepankan untung-rugi, bahkan mengizinkan untung-rugi menudungi benar-tidak benar, maka orang yang sebelum berkawan dengan orang lain sudah mempertimbangkan untung-ruginya dulu, suka dekat dengan orang-orang yang menurut dia bakal mendatangkan banyak keuntungan baginya, tak peduli terhadap banyaknya kesalahan yang telah mereka perbuat, dia adalah xiao ren, little man. Itu sebabnya saya mengharapkan semua hamba Tuhan, majelis, penatua, setiap orang Kristen mengerti ajaran Kongfuzu, agar kita menjadi orang Kristen yang lebih bertanggung jawab. Yesus berkata, “Jika kebenaranmu tak melebihi kebenaran orang Farisi, engkau tak dapat masuk ke dalam Kerajaan Sorga.” Itu sebabnya orang Kristen perlu introspeksi diri: apa yang menjadi titik fokus kita dalam segala hal yang kita lakukan, profit atau kebenaran?
  2. jun zi shang da, xiao ren xia da; gentlemen selalu berjuang untuk lebih maju, bagai mendayung perahu ke tempat yang lebih tinggi, begitu susah payah, menguras semua tenaga yang ada. Tapi small man hanya memikirkan hal-hal yang remeh sampai-sampai mau merendahkan martabat dirinya, tak segan melakukan hal-hal yang tidak beres.
    Ya, saat meluncur ke bawah memang terasa enak dan mudah. Suatu kali, Henry Alfred Kissinger berkata kepada Zhou En Lai: “Prime Minister Zhou, may I ask you a question?” “Yes” “Mengapa saat orang Tionghoa berjalan, selalu membungkuk, tidak seperti orang Amerika, berjalan dengan tegak, gagah?” Zhou En Lai yang sangat pintar menjawabnya: “Karena orang Tionghoa sedang mendaki gunung, sementara kalian, turun gunung”. Itulah kepiawaiannya menghadapi situasi yang genting, dapat menjawab dengan tepat, maka Kissinger sangat menghormati dia dan memandangnya sebagai high class politician. Bahkan Mao Ze Dong meski pernah beberapa kali mencoba untuk mendongkel dia, tetap tidak berhasil. Apa sebabnya? Karena dia memilih untuk menjadi second man, tidak pernah membuat atasannya merasa terancam. Tidak melakukan apa yang terdapat di peribahasa Tionghoa ‘gong gao zhen zhu’ karena sangat berjasa tuannya pun dibuatnya gentar’. Maka orang menjulukinya bu dao weng, boneka yang bagian bawahnya bulat, kalau didorong akan bergoyang ke kanan dan ke kiri beberapa kali lalu tegak kembali. Suatu kali saat dia berkunjung ke Rusia, Kruschev menyatakan ketidaksenangan terhadapnya dengan mengeluarkan ingus di sapu tangan dan memasukkannya ke saku. Zhou En Lai juga ikut-ikutan membuang ingus di sapu tangan lalu membuangnya. Maksudnya, kau merasa tidak senang tapi masih menyimpannya, sementara aku, kalau tak senang, ya dibuang saja.
  3. jun zi you san wei; gentleman takut akan tiga perkara: 1. wei tian ming takut pada mandat sorga, tak berani tak menjalankannya atau menunda-nundanya; 2. wei da ren takut pada pembesar; 3. wei sheng ren zhi yan takut pada perkataan orang suci. Kalau menggunakan versi kita: 'jalankan Firman Tuhan, taati kebijaksanaan orang-orang yang berpengalaman dan kata-kata nabi.
  4. jun zi qiu zhu ji; A gentleman demands from himself; gentleman selalu menuntut diri begitu rupa, menunaikan semua tugas dengan baik. Xiao ren qiu zhu ren; small man only demands from others; small man selalu menuntut dan mempersalahkan orang lain. Jadi, orang yang selalu menuntut, mendisiplin, mengintrospeksi diri adalah gentleman, dan orang yang hanya tahu menuntut orang lain, dirinya sendiri tak melakukan apapun adalah small man. Mirip dengan teguran Yesus Kristus kepada orang Farisi yang terus menyuruh orang melakukan ini dan itu tapi dirinya sendiri tak melakukan apapun. Tapi waktu engkau membandingkan statement Kongfuzu yang mirip dengan statement Yesus Kristus, misalnya ajaran Kongfuzu: ‘Apa yang tak kau inginkan, jangan kau lakukan pada orang lain’, sementara ajaran Yesus Kristus: ‘Kau ingin diperlakukan seperti apa, lakukan itu pada orang lain’, maka engkau akan menemukan mana yang aktif. Ajaran Yesus menuntut kita untuk rela berkorban – dinamis; melakukan dulu apa yang engkau inginkan. Maka masyarakat yang mengadopsi ajaran Kristen selalu dinamis dan punya inisiatif, sementara masyarakat yang menganut ajaran Kongfuzu ‘Engkau tak menggangguku, aku juga tak mengganggumu’ – cenderung pasif, statis.
  5. jun zi bu qi; gentleman tak seperti bejana yang hanya punya satu fungsi. Misalnya gelas hanya dipakai untuk minum. Gentleman harus belajar sebanyak mungkin sehingga hidupnya dapat berguna bagi banyak hal. Itulah yang membedakan orang Tionghoa dan orang Barat. Orang Tionghoa jarang sekali yang jadi specialist, mayoritasnya generalist, bisa ini, bisa itu, tapi tak ada yang mereka dalami. Sementara orang Barat, banyak yang jadi specialist, khusus meneliti satu hal sampai mendalam, bagaimana dengan hal-hal lain? Tak tahu sama sekali. Saya punya sebuah buku yang saya beli 35 tahun silam, hanya judulnya saja sudah sangat menarik: ‘Between Japanese and Jewish’. Ayah dari penulisnya adalah orang Yahudi dan ibunya adalah orang Jepang, maka dia menyelidiki, membandingkan kebudayaan kedua orang tuanya dan menyimpulkan: orang Timur adalah generalist bukan specialist, sementara orang Barat, mayoritas adalah specialist bukan generalist. Dan Israel adalah satu-satunya bangsa yang menuntut untuk jadi generalist dulu baru mengkhususkan diri jadi specialist. Dengan begitu karyamu akan sangat mengejutkan. Jepang meniru falsafah ini tapi tertinggal jauh dari orang Yahudi. Sekarang sudah tak ada buku yang menyajikan studi banding antara Asia dan Barat. Sungguh sangat ironis, orang Indonesia yang punya kesempatan studi di Australia, Amerika, setelah pulang pemikirannya sudah Americanized, tak tahu akan ajaran Chinese dan Indonesia yang baik. Sebaliknya, orang yang memahami betul akan ajaran Chinese dan Indonesia tak pernah studi ke luar negeri, dan tak punya pemikiran global. Maka sebagai orang Kristen, selain mempelajari Alkitab juga perlu mempelajari pemikiran orang non-Kristen. Karena jun zi bu qi; a gentleman is so useful in so many aspects, because he learns so many things. Seorang anak dari Profesor saya mempelajari teknik pesawat, ironisnya setelah lulus tak pernah mendapatkan pekerjaan. Saya bertanya kepada ayahnya: “Mengapa bisa begitu?” “Dia studi teknik pesawat khusus bagian propeler dan begitu dia selesai studi, dunia tak lagi menggunakan pesawat propeler tapi menggunakan jet. Jadi meski dia memperoleh gelar, ilmu yang dia miliki tak pernah terpakai karena dia hanya menekuni satu bidang, tak tahu yang lain. Padahal arti dari istilah ‘Doktor’ di bahasa Mandarin adalah orang yang berpengetahuan luas, bukan hanya ahli dalam satu hal.
  6. Jun zi zhou er bu bi, xiao ren bi er bu zhou; gentleman menyatu dengan semua orang, bukan membentuk klik, kelompok eksklusif. Sebaliknya small man hanya berkumpul dengan orang-orang tertentu, tak mau tahu dengan yang lain. Jadi, gentleman memperhatikan masyarakat secara menyeluruh, utuh, sedangkan small man hanya mementingkan segelintir orang yang baik dengannya. Kadang-kadang di gereja juga terdapat orang-orang seperti ini, hanya mau bergaul dengan orang yang cocok dengannya. Kalau ditanya mengapa? Karena bicaranya klop, bisa diajak bicara dari hati ke hati. Itu bukan persekutuan melainkan geng. Bisakah kau berdiskusi dengan orang yang tidak cocok denganmu? Persatukan seluruhnya bukan hanya mementingkan segelintir orang yang cocok denganmu.
  7. jun zi jin er bu zheng, qun er bu dang; gentleman mempersatukan seluruhnya dengan tegas, bukan untuk mencari muka atau menyenangkan segelintir orang melainkan sanggup berkerja sama dengan semua orang. Karena jun zi he er bu tong, xiao ren tong er bu he; ; gentleman hidup rukun dengan semua orang tapi tak dapat menyetujui pendirian yang salah. Dengan kata lain, dia memegang teguh pendiriannya namun tetap menaruh hormat kepada orang yang pendiriannya berbeda dengannya dan hidup rukun bersamanya; to agree with disagreement. Sementara small man, menyetujui semua teori, bahkan teori yang tidak benar, kompromi. Tapi di saat lain dia bisa bertengkar dengan orang begitu rupa, tak menjaga keharmonisan di masyarakat.
  8. Jun zi tai er bu jiao, xiao ren jiao er bu tai; gentlemen sangat stabil dan tak sombong, sedangkan small man selalu meninggikan diri tapi jiwanya tak stabil. Jadi, orang yang agung tak menonjolkan diri, begitu stabil, mantap, dan tenang. Meski dalam bahaya juga tak panik. Sementara small man selalu ingin memamerkan kehebatan diri sendiri tapi waktu kesulitan tiba dia panik luar biasa, jiwanya tak stabil. Pernah terjadi di kota Xia Men, seorang yang baru belajar ilmu bela diri merasa diri hebat dan sering memukul orang. Suatu hari datang seorang wanita tua, menepuk dia sambil berkata: “Anak muda, jangan berlagak seperti itu.” Ia menjawab dengan geram: “Hai encim tua, kalau aku mau begini, kau mau apa?” Encim itu menepuk bahunya tiga kali sambil berkata: “Jangan!” “Kau tak usah ikut campur urusanku.” “Aku hanya menasihatimu,” lalu encim itu pergi. Setelah kejadian itu, pemuda itu mulai merasa tangannya sakit, hampir tak bisa digerakkan, dia bertanya pada orang, “Mengapa ya, tanganku sakit sekali?” “Apa kau terjatuh?” “Tidak” “Tertabrak?” “Tidak, hanya ditepuk oleh seorang encim tiga kali” “Encim yang mana?” “Yang kurus, yang....” “Wah celaka, ilmu bela dirinya hebat sekali, orang yang ditepuknya bisa-bisa jadi lumpuh.” “Jadi, apa yang harus kuperbuat?” Dia mulai panik. Itulah jiao er bu tai; merasa dirinya hebat tapi tak stabil. “Kau harus mencari dia, karena hanya dia yang bisa memulihkan tanganmu.” “Dimana dia tinggal?” “Di pegunungan yang jauh sekali.” “Tanganku begini sakit, mana mungkin aku ke sana?” “Apa boleh buat, kalau kau tak menemui dia, tanganmu akan cacat.” Maka dia terpaksa pergi ke sana dan syukur, si encim ada di sana, lalu katanya: “Encim, tolong aku, tanganku sakit sekali.” Si encim melirik dia lalu katanya: “Aku tak punya waktu.” “Tolong adakan waktu buatku.” Tapi dia biarkan pemuda itu menunggu berjam-jam, minta-minta ampun, baru ditanya: “Kau adalah pemuda yang suka memukuli orang, bukan?” “Ya.” “Apakah perbuatanmu itu bisa dibenarkan?” Dia pun berlutut pada encim tua itu sambil menangis, kata encim itu: “Berdiri,” lalu tangannya dipelintir, pemuda itu berteriak sejadi-jadinya karena kesakitan. “Sekarang kau tahu apa itu sakit? Aku perintahkan kau belajar bela diri dengan baik, tapi jangan sombong. Kalau kau berani sombong, kau berurusan denganku.” Sesudah itu, dia memberinya obat dan menyuruhnya pulang. Sejak hari itu, pemuda itu berubah, tak lagi jiao er bu tai melainkan tai er bu jiao.


Oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong (Juni 2009)
Sumber : http://www.buletinpillar.org/transkrip/gentleman-and-small-man-bagian-1

Tidak ada komentar: