Kamis, 29 November 2012

How Rich Are We?


One day a father and his rich family took his son on a trip to the country with the firm purpose to show him how poor people can be. They spent a day and a night on the farm of a very poor family. When they got back from their trip, the father asked his son, “How was the trip?” “Very good Dad!” “Did you see how poor people can be?” the father asked. “Yeah!” “And what did you learn?”

The son answered, “I saw that we have a dog at home, and they have four. We have a pool that reaches to the middle of the garden; they have a creek that has no end. We have imported lamps in the garden; they have the stars. Our patio reaches to the front yard; they have a whole horizon.” When the little boy was finished, his father was speechless. His son added, “Thanks, Dad, for showing me how ‘poor’ we are!”

Isn’t it true that it all depends on the way you look at things? If you have love, friends, family, health, good humor and a positive attitude towards life — you’ve got everything! You can’t buy any of these things. You may have all the material possessions you can imagine, provisions for the future, etc.; but if you are poor of spirit, you have nothing!



Sumber : http://www.nusahati.com/2012/08/how-rich-are-we/

Ibu Belut Yang Pengasih

Pada jaman Cina kuno, hiduplah seorang terpelajar yang bernama Zhou Yu. Suatu hari, temannya membawakan dia belut segar, makanan yang sangat disukai oleh Zhou Yu. Karena tidak terlalu sibuk pada hari itu, Zhou Yu ingin mencoba mempraktekkan keahlian memasaknya, yang telah lama tidak dia gunakan, dan bersiap untuk membuat sebaskom belut rebus.
Dia menaruh belut itu di dalam panci dan ketika rebusan itu mulai mendidih, Zhou Yu mengangkat tutup panci dan menyaksikan hal yang tidak biasanya. Seekor belut mendorong perutnya ke atas membentuk busur, kepala dan ekornya tetap tinggal di dalam sup. Dengan rasa ingin tahu yang besar, Zhou Yu segera menyendok belut itu keluar dan memotong perut belut itu. Dia sangat terpesona melihat begitu banyak telur di dalam perut belut itu. Untuk melindungi telurnya, ibu belut itu bertahan sekuat tenaga melindungi perutnya agar air panas tidak melukai perutnya dengan mendorong perutnya ke atas membentuk busur.

Peristiwa ini membuat Zhou Yu ternganga, dan tidak dapat menahan air matanya. Bahkan seekor belut tahu bagaimana melindungi telurnya, dia berpikir, sedangkan dia sebagai mahluk ciptaan yang tertinggi tidaklah sebegitu berbakti pada ibunya. Tergerak hatinya, Zhou Yu berikrar untuk tidak akan pernah makan belut lagi. Dan dia menjadi lebih mencintai dan menghormati ibunya.

Dari cerita rakyat China

Sumber : http://www.nusahati.com/2012/08/ibu-belut-yang-pengasih/

Iman, Ujian, Dan Ketekunan

Firman : Yakobus 1 : 1-4
Minggu lalu kita sudah memulai membahas surat Yakobus. Surat Yakobus ditujukan kepada orang Yahudi yang tadinya begitu mementingkan Taurat, perbuatan, tapi kemudian sudah percaya Kristus lewat iman. Apa hubungan antar iman dan kelakuan? Itulah topik yang diutamakan oleh penulis Yakobus penulis surat ini adalah adik kandung Yesus Kristus, yang percaya Yesus, setelah Dia bangkit. Inilah contoh yang baik bagi kita: Yesuspun menunggu 33 sekian tahun, barulah anggota keluargaNya mengakui Dia adalah Anak Allah.
Saat Yakobus tua, dia dijuluki sebagai The pillar of the church. Karena dia memelihara firman Tuhan dengan baik, memelihara iman yang sejati, yang selaras dengan kelakuannya, maka dia dihormati oleh semua orang di Yerusalem. Ada banyak orang yang imannya benar tapi kelakuannya tidak benar, karena iman yang dia miliki hanyalah iman kognitif, menurut Yakobus, iman seperti itu bagai tubuh yang tak berjiwa, mati adanya. Sementara ada juga orang yang berkelakuan baik tapi tidak beriman, kelakuannya tak akan dapat diperkenan Tuhan (Ibr. 11:6). Alkitab mengajarkan dengan jelas: faith comes by hearing, hearing comes by the word of Jesus Christ. Karena hanya iman yang didasarkan pada firman bisa menjadi sumber kekuatan seseorang berkelakuan baik. Memang, ada banyak orang non Kristen yang kelakuannya cukup baik, bahkan jauh lebih baik dari orang yang mengaku diri Kristen, tapi kelakuan baik mereka didasarkan atas respon mereka terhadap general revelation (wahyu umum) di bidang moral. Sementara iman yang sejati didasarkan pada Firman, dan kelakuan yang sejati didasarkan pada iman. Surat Yakobus membahas kedua hal itu dengan begitu jelas dan tuntas. Taurat diberi agar manusia menyadari dirinya sudah jatuh di dalam dosa, tak layak datang kepada Allah yang begitu suci, adil dan bajik, kita butuh kekuatan Tuhan, memampukan kita memandang pada Kristus, Pemberi Taurat. Prinsip itu kita dapatkan secara tuntas, sinkron dan konsisten dari PL sampai PB. Orang Israel tidak sanggup memenuhi tuntutan Tuhan di dalam Taurat, Petrus mengakui hal itu di konsultasi teologi yang ke-1 di Yerusalem (Kis.15). ltu sebabnya kita butuh Yesus. Dialah yang menggantikan kita menggenapkan seluruh tuntutan Taurat. Maka kata Yesus kepada Nikodemus, Kalau kau tidak diperanakkan dengan Roh Kudus dan air, kau tidak mungkin masuk ke dalam Kerajaan Allah. Kalimat Yesus pada Nikodemus itu hanya diucapkan satu kali. Di sini kita belajar, Yesus tidak menunggu sampai puluhan ribu orang berkumpul, baru Dia menyampaikan khotbah yang penting. Dia bisa mengkhotbahkan satu prinsip kunci pada satu orang kunci, untuk mempengaruhi seluruh dunia: Taurat adalah pemberian Allah, tapi Roh Kuduslah yang dijanjikan untuk menggenapkan apa yang tidak sanggup dilakukan oleh Taurat.

Setelah kita mengerti kunci-kunci ini, saat kita membaca surat Yakobus, barulah kita jelas mengapa di surat yang ditujukan pada dua belas suku yang beriman ini Yakobus berkata, kau sudah beriman? Kau akan diuji. Saat diuji memang menderita sekali, sampai mungkin kau bimbang: apa gunanya beriman pada Tuhan? Setelah aku beriman, kesulitan yang ku alami lebih besar dari mereka yang tidak beriman, where are You, God, when I suffer? Tapi pesan Yakobus di awal suratnya ini, saat kau diuji, anggaplah sebagai satu sukacita besar, suatu mentalitas yang sangat berbeda, yang membenarkan kalimat Socrates “seorang yang tidak pernah diuji tidak layak hidup di dunia”. Permisi tanya, mengapa ada banyak orang miskin tapi kemudian menjadi kaya, sementara ada banyak kaya yang jatuh miskin? Karena Tuhan merancang sifat manusia begitu rupa, perlu diuji baru bisa menjadi kokoh, itu sebabnya Tuhan memberi batu, semak duri, kesulitan, musuh di jalan kita, no exception, agar kita memiliki fighting spirit. Saya bersyukur pada Tuhan yang telah melatih saya sejak kecil, hingga saya sanggup makan makanan yang paling sederhana, pakai pakaian yang murah, naik pesawat yang termurah. Saat pekerjaan Tuhan terwujud nanti, kita akan tahu, bahwa kita bisa memberikan yang terbaik untuk Tuhan, juga bisa menerima hal yang tersulit, yang Tuhan berikan. Itulah jiwa dan iman Kristen yang sejati. Karena to suffer and to know why I suffer adalah dua hal: orang yang menyadari akan rencana Tuhan di tengah kesusahannya akan memuji Tuhan. Perhatikan: what you feel, what you know, what you conscious, what you learn from your suffering is more important than the suffering itself. Sama-sama sebagai anak piatu, ada yang setelah besar membuka panti asuhan, ada juga yang menjadi panculik anak orang. Jadi, bukan pengalaman, tapi pengetahuanmu akan kesusahanlah yang akan mengubah hidupmu. Ay.2, saat kau berada di dalam berbagai-bagai pencobaan (lebih tepat: ujian) ….karena ujian berbeda dengan cobaan: cobaan datang dari iblis, ujian datang dari Allah. Tuhan mengizinkan aku mengalami sengsara, bukan karena Dia tidak ada, sebaliknya, justru karena Dia ada, maka Dia memakai sengsara untuk melatih, mengolah, membentuk kita menjadi orang yang lebih berguna. Jadi, waktu kita sengsara, jangan kita berkata “dimana Kau, Tuhan?” Dia akan menjawab “I was in your suffering, I know everything by detail” “Mengapa Kau tidak membantu?” “Aku membantumu melewati kesedihan itu” Kalau begitu, Tuhan itu kejam. Tidak! Pikiran Tuhan yang adil, yang punya rencana agung jauh lebih tinggi dari pikiran kita. Maka kata Yakobus kau harus menganggap ujian sebagai satu sukacita besar, karena kau tahu ……. inilah kuncinya: pengetahuan akan kesusahan adalah modal kita untuk menang atas segala kesulitan yang menimpa kita. “….karena kamu tahu….” artinya mereka pernah dididik, sekarang diingatkan. Apa yang mereka tahu? ujian terhadap imanmu akan menghasilkan ketekunan. Sekali lagi saya tandaskan, IQ bukanlah sesuatu yang terpenting, di dunia ini, ada banyak orang yang 1Q nya tinggi tapi gagal. Kira-kira 10 tahun yang lampau, orang Barat baru mulai menyadari pentingnya EQ. Apakah seorang yang punya IQ & EQ saja sudah cukup? Belum, masih memerlukan WQ (will quo-tient). Padahal 2000 tahun yang lalu orang Tionghoa sudah tahu hal itu, pepatah mereka: you zhi zhe, shi jing cheng: orang yang tekadnya bulat dan tekun pasti akan berhasil. Salah satu unsur penting yang membuat seorang sukses adalah tekun, tekun yang tidak mengenal kompromi; menyerah, hanya karena menemui kesulitan. WQ paling sedikit mempunyai dua unsur:
  1. Consistency, dari awal sampai akhir tetap sama. Tentu saja bukan konsisten dalam kesalahan melainkan konsisten dalam kebenaran, dalam menjalani rencana Tuhan. Allah kita adalah Allah yang konsisten, karena Dia adalah kebenaran yang tidak perlu berubah.
  2. Fight. Sering kita menyaksikan orang fight untuk hal yang tidak benar, sementara orang benar malah tidak berani fight. Keduanya sama: dipakai oleh iblis. Orang yang konsisten di dalam kebenaran dan betul-betul fight untuk kebenaran, dialah orang yang mempunyai WQ. Konsisten dan ketekunan; fighting spirit yang tak pernah memudar, itulah yang Yakobus maksudkan di sini: karena kamu tahu, setelah imanmu diuji akan menghasilkan ketekunan, teologi Reformed menyebutnya: perseverance of the saint, orang suci akan setia dalam mempertahankan imannya, sampai hari dia bertemu Tuhan.
Di abad ke-20, kuasa politik yang paling ganas bahkan melebihi kaum Nazi adalah Komunisme, mereka berani menganiaya orang yang tidak menyetujui mereka begitu rupa, tapi ketekunan orang Kristen membuat mereka kehabisan akal, walau dipukul, dipenjara, dibunuhpun tetap tidak goyah, mereka tetap percaya Yesus. Jadi, bukan orang yang pintar khotbah, melainkan mereka yang mengabarkan Injil, tekun, setia sampai mati tetap menaati firman Tuhan, tidak kompromi karena penderitaan, merekalah yang mengukir sejarah gereja, melestarikan kekristenan.

Apa bedanya gereja di abad ke-1 dan gereja di akhir zaman ini: gereja abad ke-1 tidak mempunyai bangunan, organisasi, administrasi, dana, tapi mereka punya iman, ketekunan, api penginjilan, sementara gereja sekarang memiliki segalanya, namun tidak memiliki satu hal yang penting: iman. Tuhan berkata kepada gereja di Laodekia, kau kira kau kaya, padahal kau miskin, telanjang, buta. Yesus Kristus berkata kepada gereja di Sardis, kau kelihatannya hidup, tapi sebenarnya mati. Biji matamu besar tapi buta, tidak melihat apa yang Tuhan ingin kau lihat; mata rohaninya buta. Banyak wanita mengenakan pakaian yang termahal, namun rohaninya telanjang. Banyak orang punya banyak uang, tapi rohaninya miskin. Tuhan berkata, Akan menembusi hati nuranimu sampai sedalam-dalamnya, tahu apa yang ada padamu. Yakobus berkata, setelah diuji, kau akan menjadi perseverance. Mengapa kita tidak menyukai barang-barang yang mudah rusak? Karena tidak tahan lama. Di istana terdapat dua jenis ornamen yang tahan lama: emas dan guci. Emas masih bisa berubah warna, tapi guci yang sudah diproses pembakaran 1300 derajat, asalkan tidak pecah, bisa dipajang sampai seribu tahun, warnanya tetap sama, tidak berubah. Tuhan sudah menyelamatkan kita, once saved, save forever. Saya yakin, Tuhan akan memelihara orang percaya sampai selama lamanya. Tapi siapa yang Tuhan pelihara? Mereka yang tahan uji, yang tekun sampai akhir, yang taat dalam penderitaan-penderitaan yang sesuai dengan rencana dan kehendakNya. Kalau orang berpikir “Reformed mengajarkan predestinasi, Tuhan sudah menetapkan siapa yang selamat, jadi kita tidak perlu mengabarkan Injil”, dia adalah orang yang bodoh luar biasa. Kalau saya sudah mendesain suatu bangunan, perlukah bangunan itu dibangun? Perlu. Allah memang sudah menetapkan siapa yang akan Dia selamatkan, tapi Dia tetap perlu mengirimkan Yesus datang ke dunia, menjadi manusia, dipaku di atas kayu salib merealisasi rencanaNya di dalam proses sejarah yang dinamis. Waktu tugu Pahlawan di Surabaya dibangun, setiap minggu sekali, saya mengayuh sepeda ke samping kantor Gubernur, duduk di sana, menyaksikan pembangunan tugu itu, saya belajar satu hal: sang mandor selalu mencocokkan bangunan yang sedang berlangsung dengan denah bangunan, antara rencana dan pelaksanaannya. Allah punya rencana atas kita, pelaksanaan rencana itu adalah menggarap kau dan saya, menjadi bahan bangunan (istilah yang Petrus pakai: living stone; batu hidup) di dalam Kerajaan Allah yang kekal. Mengapa disebut batu hidup? Karena batu-batu itu dipakai untuk membangun Bait Allah. Dan Tuhan berfirman, you are the temple of God. Berapa indahnya sebuah gedung gereja bukanlah hal yang terlalu penting, tapi orang yang rohaninya baik, mempunyai kebenaran, cinta Tuhan, menjalankan kehendak Allah adalah harta gereja yang terpenting, adalah living stone.

Permisi tanya, saat kita membangun rumah, mungkinkah batu besar, kecil ditumpuk sesuka hati? Tidak! Batu-batu itu perlu dipotong, dipoles, disusun dengan rapi. Itulah yang dimaksud, setelah imanmu diuji akan mem-buahkan ketekunan, kau sedang digarap oleh Tuhan, dipotong, dirapikan, dipoles…..sesuai dengan apa yang telah Allah rencanakan, bertekunlah sampai akhir, sampai Bait Allah itu terwujud.

Apa yang dihasilkan lewat ujian? Dikatakan di sini, going to be complete, going to be accomplished, going to be perfect. Hidup yang sempurna, utuh, tanpa kurang suatupun adalah hidup yang seperti apa? Baca ay.2-4, ujian iman menghasilkan ketekunan, dan ketekunan menghasilkan apa? Kematangan. Banyak orang baik dalam segala hal, tapi masih kurang sesuatu. Kurang apa? Perfect of quantity toward the perfect of the quality. Saat seekor ayam bertelur, telur itu sempurna. Tapi kalau lewat dua tahun masih tetap berupa telur, balk atau tidak? Kalau ditinjau dari pertumbuhan, tentu tidak baik. Mengapa? Dia belum mencapai tujuan: menjadi seekor ayam. Maka telur butuh dierami; kehangatan tubuh sang induk, agar bisa bertumbuh dan bertumbuh, sampai menjadi seekor anak ayam. Setelah itu, apakah dia sudah sempurna? Belum, karena dia masih kecil, dia perlu bertumbuh lagi — inilah pertumbuhan dari kualitas mengarah ke kuantitas, lalu dari kuantitas mengarah pada kualitas. Manusia yang pertumbuhan fisiknya sudah sempurna, sudah boleh menikah, melahirkan bayi yang tidak bisa berjalan, tidak bisa berbicara sampai 12 bulan, barulah dia mulai belajar berjalan. Setelah dia bisa berjalan, apakah dia sudah sempurna? Sempurna, tapi kesempurnaan secara kualitas baru dicapai saat dia berusia 24 tahun, saat tubuhnya sudah bertumbuh sempurna, boleh menikah – itulah kesempurnaan kuantitas, dia menjadi orang dewasa. Apakah sudah cukup? Belum, dari kuantitas perlu dilatih, diolah, diberi ujian, agar dia mencapai kesempurnaan kualitas yang lain. Ada seorang bertanya pada seorang guru vokal, “dari sekian banyak muridmu, murid mana yang terbaik?” “Yang itu, suaranya luar biasa” “sudahkah kau puas akan apa yang dicapainya?” “belum” “Mengapa?” “Dia memang sudah menguasai tehnik, potensinya ada “Jadi, masih kurang apa?” “Kurang seni” “mengapa kau tidak membekalinya?” “Seni tidak bisa saya turunkan, kecuali dia sendiri mengalami penderitaan” Tiga tahun kemudian orang bertanya lagi pada guru itu, jawabnya “sekarang dia sudah sempurna. Karena dia pernah mengalami patah hati, bahkan hampir bunuh diri, maka waktu dia menyanyi, bukan hanya mengandalkan tehnik, pengalaman, seni terpantul dari batinnya yang pernah menderita”. Itu sebabnya, penderitaan memang penting. Asal penderitaan itu kau alami karena kau menjalankan kehendak Tuhan, bukan karena kau berdosa. Jadi, jangan hanya tekun. Karena tekun hanya untuk memelihara keselamatanmu tidak hilang, kau perlu memiliki fighting spirit yang akan membuatmu menjadi matang, sempurna, utuh, tidak kekurangan suatupun (ay.4). Tak kurang suatu apapun jangan dimengerti sebagai tidak kekurangan materi, melainkan Tuhan tidak lagi menemukan cacat cela, kekurangan dalam dirimu, Dia merasa puas akan dirimu, karena kau tahan uji. Maukah kau menjadi orang yang seperti itu di mata Tuhan? Biarlah kita yang berada di dalam proses sejarah ini rela digarap, dibentuk, dikikis, menerima penderitaan-penderitaan yang sesuai dengan rencanaNya yang kekal, sampai kita berjumpa denganNya.

Oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong

Sumber :http://www.nusahati.com/2012/08/iman-ujian-dan-ketekunan/

The Touchstone

When the great library of Alexandria burned, the story goes, one book was saved. But it was not a valuable book; and so a poor man, who could read a little, bought it for a few coppers.

The book wasn’t very interesting, but between its pages there was something very interesting indeed. It was a thin strip of vellum on which was written the secret of the “Touchstone”!

The touchstone was a small pebble that could turn any common metal into pure gold. The writing explained that it was lying among thousands and thousands of other pebbles that looked exactly like it. But the secret was this: The real stone would feel warm, while ordinary pebbles are cold.

So the man sold his few belongings, bought some simple supplies, camped on the seashore, and began testing pebbles.

He knew that if he picked up ordinary pebbles and threw them down again because they were cold, he might pick up the same pebble hundreds of times. So, when he felt one that was cold, he threw it into the sea. He spent a whole day doing this but none of them was the touchstone. Yet he went on and on this way. Pick up a pebble. Cold – throw it into the sea. Pick up another. Throw it into the sea.

The days stretched into weeks and the weeks into months. One day, however, about midafternoon, he picked up a pebble and it was warm. He threw it into the sea before he realized what he had done. He had formed such a strong habit of throwing each pebble into the sea that when the one he wanted came along, he still threw it away.

So it is with opportunity. Unless we are vigilant, it’s asy to fail to recognize an opportunity when it is in hand and it’s just as easy to throw it away.

Sumber : http://www.nusahati.com/2012/08/the-touchstone/

Pelajaran Pertama

Dalam bukunya, “A View from the Zoo”, Gary Richmond menjelaskan tentang bagaimana bayi jerapah yang baru lahir mendapatkan pelajaran pertamanya.
Induk dari Jerapah merendahkan kepalanya cukup lama untuk melihat sang bayi, lalu dia memposisikan dirinya langsung diatas bayinya. dia menunggu selama satu menit, dan lalu dia melakukan hal yang paling tidak masuk akal. Dia mengayunkan kakinya yang panjang keluar dan menendang bayinya, sehingga sang bayi tersungkur.

Ketika sang bayi tidak juga berdiri, tindakan kasar tersebut diakukan berulang-ulang kali. Perjuangan untuk berdiri itu sangat penting, sehingga apabila sang bayi mulai lelah, induk dari bayi tersebut menendangnya lagi untuk menstimulasi usahanya. Sampai akhirnya, sang bayi itu bisa berdiri untuk yang pertama kalinya.

Tapi kemudian, induk jerapah itu melakukan hal yang paling tidak terduga lainnya. Dia menendang bayinya sekali lagi. Mengapa? karena dia ingin bayinya mengingat bagaimana cara untuk bangkit lagi. Karena di alam, bayi jerapah harus tetap berdiri secepat mungkin dan bergabung bersama kawanan, dimana keamanan terjaga. Singa, hyena, Leopard dan anjing pemburu akan memburu jerapah muda dan mereka akan mendapatkannya apabila sang induk tidak mengajarkan bayinya untuk cepat berdiri dan bisa melakukannya.

Catatan: Sekeras dan sesulit apapun rintangan yang menghadang kita, kita harus cepat-cepat dapat berdiri kembali, jangan sampai kita terbuai oleh rintangan tersebut sehingga kita malah lebih terpuruk dan akhirnya menjadi mangsa dari para predator kehidupan.


Sumber : http://www.nusahati.com/2012/08/pelajaran-pertam/

Penerimaan Roh Kudus Yang Salah

Peniupan Roh Kudus
 “…………. Ia mengembusi mereka dan berkata : “Terimalah Roh Kudus.” (Yohanes 20:22). Ayat ini mencatat peristiwa sebelum Kristus naik ke sorga. Peristiwa ini adalah peristiwa satu-satunya, di mana Anak Allah, Oknum Allah yang kedua, melakukan tindakan tersebut.
 Allah Bapa menghembuskan Roh ke dalam diri manusia, lalu jadilah manusia sebagai ciptaan yang berohani. Anak Allah memberikan hembusan kepada manusia dengan berkata “Terimalah Roh Kudus.”  Tak lama kemudian setelah itu Yesus naik ke sorga. Mereka berdoa selama sepuluh hari di Yerusalem dan turunlah Roh Kudus seperti janji yang sudah diberikan oleh Anak, Oknum Allah yang kedua. Selain itu tidak ada orang lain, baik nabi, rasul, bapa gereja atau pendeta yang boleh memberi hembusan dan menyuruh orang menerima Roh Kudus.
Hal yang dilakukan oleh orang-orang seperti Benny Hinn dan yang lainnya, yang berperan seolah-olah dirinya adalah Allah, merupakan perbuatan yang sangat salah dan tidak memiliki dasar Alkitab. Sejak abad pertama sampai sekarang, dari sesudah Tuhan Yesus mengatakan hal tersebut, tidak ada seorang rasul, penginjil, bapa gereja, atau tokoh di dalam sejarah kekristenan yang boleh memberikan hembusan tersebut sambil berkata, “Kamu menerima Roh Kudus.”
 Roh Kudus datang dari Bapa dan dari Anak, Oknum Pertama berjanji untuk memberikan Anak-Nya yang suci dan tunggal itu, serta mengirim Roh Kudus ke dalam dunia. Lalu, Yesus turun ke dalam dunia. Dan Roh Kudus pun dijanjikan oleh Bapa dan Anak untuk menjadi Pendamping, Penghibur yang agung bagi gereja. Itulah sebabnya Bapa memberi hembusan, Anak juga memberi hembusan. Yang dihembuskan itu adalah lambang atau kuasa, di mana Roh dijanjikan akan datang kepada manusia. Selain Oknum Allah yang kedua ini, tidak lagi seorang pun yang boleh memberi hembusan sambil berkata, “Kamu menerima Roh Kudus.”  Barangsiapa melakukan hal itu, seolah-olah dia telah berperan sebagai Bapa atau Anak. Hal seperti itu tidak terdapat dalam Kitab Suci.
Kita tidak berhak berperan sebagai Tuhan Allah. Memang mungkin kelihatannya berkuasa, apalagi jikalau diikuti dengan gejala-gejala atau fenomena-fenomena, seperti orang terjatuh, dsbnya. Hal sedemikian tidak pernah terjadi satu kali pun di dalam Kitab Suci. Oleh sebab itu, janganlah kita terlalu cepat menduga bahwa orang yang berkhotbah tentang Roh Kudus atau yang sedang memberikan pengalaman tentang Roh Kudus, pasti sudah mengerti Roh Kudus, atau sudah memiliki Roh Kudus. Jikalau kita tidak belajar dan tidak mengerti akan prinsip Alkitab, sesungguhnya dia sedang mengacaukan gereja dengan kesalahannya dalam pengenalan terhadap Roh Kudus yang sejati. Akibatnya, banyak orang akan tertipu, berada di dalam suasana yang kelihatannya seperti mengalami pekerjaan Roh Kudus, padahal tidak didukung dengan bukti buah Roh Kudus.
Bapa memberi hembusan ketika Dia mencipta. Yesus memberi hembusan setelah Dia bangkit. Selama ini merupakan suatu janji, suatu tindakan yang memberi pengharapan bahwa Roh Kudus akan turun. Kita harus selalu ingat, yang memberi hembusan adalah Oknum Pertama (Allah Bapa) dan Oknum Kedua (Allah Anak). Selain itu tidak ada oknum lain yang boleh memberi hembusan untuk mengaruniakan Roh Kudus.
Jika kita memperhatikan Kis. 1:4-5, “tidak lama lagi” atau “beberapa hari kemudian, kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus.” Dan Kis.1:6-8 : “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem, dan seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.”  Yesus tidak pernah memberikan indikasi, bahwa barangsiapa menerima Roh Kudus, dia akan muntah-muntah atau setiap orang yang menerima Roh Kudus, pasti mempunyai karunia lidah atau barangsiapa menerima Roh Kudus, dia akan mengalami gejala metafisika atau supra natural. Tidak! Melainkan dia akan menerima kuasa, menjadi saksi Kristus, mengabarkan Injil sampai ke ujung bumi.
Bagian ini dengan jelas mengatakan, kalau Roh Kudus turun, Dia langsung memberikan kekuatan, keberanian, dan penerobosan. Sehingga iman itu tidak lagi untuk diri sendiri, melainkan dibagi-bagikan kepada orang lain. Dan berita yang mereka sampaikan hingga ke ujung bumi, juga bukan tentang Roh Kudus, melainkan tentang Injil Yesus Kristus.
Berbahasa Roh
Kis. 2:1-13 memperlihatkan beberapa hal yang penting : ada suara yang besar, angin yang kencang, lidah api yang turun atas kepala mereka, mereka berbicara dalam bahasa-bahasa yang bisa dimengerti – tanda-tanda yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Pada saat mereka memberitakan firman, pendengar mendengar kalimat-kalimat yang diucapkan oleh rasul-rasul, di dalam bahasa tempat asal mereka. Menurut catatan Alkitab, ada 15 tempat yang berbeda dengan bahasa berbeda. Orang-orang Yahudi yang berasal dsari 15 tempat itu begitu sungguh-sungguh mencari Tuhan, mereka adalah orang-orang yang takut kepada Tuhan, yang saleh, mereka berkumpul di Yerusalem, untuk merayakan hari raya, menurut apa yang sudah ditetapkan oleh Musa di dalam Taurat. Pada waktu mereka mendengar suara gemuruh yang begitu besar, mereka semua berkumpul. Begitu mereka semua berkumpul, mereka langsung menyaksikan suatu hal yang ajaib, Injil diberitakan ke dalam telinga mereka, di dalam bahasa-bahasa mereka. Inilah kali pertama Roh Kudus dicurahkan.
Kalau kita perhatikan pasal 2, kita kan melihat peristiwa turunnya Roh Kudus adalah hari jadinya gereja. Gereja mulai menjadi suatu organisasi yang bersifat rohaniah, menjadi tubuh Kristus, sejak hari di mana Roh Allah turun. Mengapa Roh Allah turun? Karena Allah menepati janji-Nya, mengirim Roh Kudus kepada  manusia. Manusia yang tidak memiliki Roh Allah dalam jiwanya akan terlantar, tersesat, mengembara di mana-mana. Manusia yang tidak mempunyai Roh Allah, mempunyai status sebagai anak yang terhilang secara rohaniah.  Maka ketika Roh itu diberikan kepada gereja, kepada manusia, barulah manusia mempunyai status yang tenang, mantap dan stabil secara rohani, sehingga seumur hidupnya, dia tahu jejak siapa yang harus diikuti. Roh Kudus diturunkan, maka pada hari itu, semua orang yang menerima Roh Kudus, menjadi satu tubuh. Satu iman, satu kepercayaan, satu baptisan, satu Tuhan, satu pengharapan, satu tubuh, yaitu gereja Tuhan. Kelahiran gereja yang kudus dan am, terjadi pada hari Pentakosta.
Hari Pentakosta adalah hari jadinya gereja, hari di mana gereja terwujud di dalam sejarah, suatu rencana Allah yang sudah ditunggu-tunggu beribu-ribu tahun baru tergenapi. Dan yang dimaksudkan dengan gereja di sini, bukanlah gereja GPIB, HKBP, GRII, GKI, GPI, gereja Katolik, gereja Yunani Ortodox, melainkan gereja yang kudus dan am. Kita yang bergabung di gereja Baptis, gereja Presbiterian, Gereja Kristen Indonesia, gereja Pantekosta, dll. hanya merupakan pos-pos kecil, yang merupakan bagian dari gereja yang kudus dan am, di seluruh dunia. Sebenarnya kita semua berada di dalam satu tubuh yang besar, yang universal : gereja yang kudus dan am, yaitu gereja yang melintasi, melampaui organisasi, denominasi, golongan, alamat atau gedung gerejanya sendiri. Di sorga tidak ada GRII, Methodis, GKI, Presbiterian, Anglikan; juga tidak ada gereja yang terletak di jalan Sawah Besar, Sawah Kecil. Tidak ada gereja yang beratap merah. hijau atau biru, yang berbentuk runcing atau bulat. Di sorga hanya ada satu gereja, yaitu gereja yang kudus dan am, seperti yang kita baca di dalam pengakuan Iman Rasuli : Aku percaya kepada Roh Kudus, percaya kepada gereja yang kudus dan am.
Gereja merupakan gereja am karena Rohnya satu. Gereja menjadi gereja yang kudus, karena gereja dilahirkan oleh Roh Kudus. Secara pribadi, kita dilahirkan baru oleh Roh Kudus. Secara kolektif, gereja dilahirkan oleh Roh Kudus. Waktu Roh Kudus memberikan hidup secara kolektif pada hari Pentakosta, 3.000 orang mengaku percaya, menerima Yesus Kristus, beriman di dalam Dia, dan dibaptiskan. Itulah gereja pertama yang mewakili banyak daerah, yang menjadi simbol universal. Mereka berasal dari Partia, Media, Elam, Mesopotamia, Yudea, Kapadokia, Pontus, Asia, Frigia, Pamfilia, Mesir, Libia, Roma, Kreta dan orang Arab. Seluruhnya ada 15 daerah yang berkumpul di sana. Gereja yang pertama adalah gereja yang melintasi daerah, melintasi batasan Negara, melintasi perbedaan bahasa. Maka glosolalia diberikan.
Istilah glosal, glosolali atau karunia lidah, dicantumkan sebanyak 50 kali di Perjanjian Baru. Setiap kali istilah itu dipakai, harus dimengerti sebagai bahasa, bukan sebagai suara yang tidak berarti. Sekarang banyak orang yang mengaku ber-glosolali, tetapi tak seorang pun tahu apa yang diucapkannya. Saya tidak mengerti apa yang sedang mereka lakukan, karena istilah glosa di dalam Alkitab berarti bahasa.
Pada waktu orang-orang yang datang dari 15 daerah berbeda tersebut mendengar pemberitaan firman yang disampaikan dalam bahasa yang bisa mereka mengerti, itulah pekerjaan Roh Kudus. Glosa berarti bahasa yang bisa mereka mengerti.
Ada dua macam pendapat tentang bahasa roh : (1) menggabungkan bahasa roh ke dalam karunia-karunia lain, dan (2) tidak dianggap sebagai karunia, tetapi sebagai tanda. Pendapat yang kedua ini semakin berbahaya. Mereka menganggap bahasa roh bukan sebagai salah satu dari 9 jenis karunia yang tertulis di dalam1 Kor.12 dan 14, melainkan hanya sebagai saksi, sebagai jaminan yang menandakan bahwa orang tersebut sudah dipenuhi Roh Kudus. Padahal Alkitab tidak pernah mengajarkan ajaran seperti itu. “Adakah mereka semua mendapat karunia untuk berbahasa roh?” (1 Korintus 12:29). Pertanyaan retoris yang keluar dari mulut Paulus tersebut memberi indikasi bahwa tidak semua orang dapat berbahasa roh.
Siapa berani mengatakan bahwa Billy Graham tidak dipenuhi oleh Roh Kudus? Dari Adam sampai sekarang, orang yang paling banyak berkhotbah, yang menyampaikan Injil kepada massa dalam jumlah yang terbanyak adalah Billy Graham. Ketika ia ditanya, apakah ia mempunyai pengalaman berbahasa roh? Jawabnya, tidak!
Barangsiapa memutlakkan hal yang tidak mutlak, sebenarnya dia sedang berusaha menjadikan sesuatu yang bukan standar menjadi standar, maka dia akan merusak persatuan gereja. Segala sesuatu yang tidak Tuhan mutlakkan jangan kita mutlakkan, namun yang Tuhan mutlakkan jangan kita tidak mutlakkan. Memutlakkan yang tidak mutlak hanya mengakibatkan permusuhan di dalam gereja dan saudara sendiri. Sedangkan membuat yang tidak mutlak menjadi mutlak berarti mengajak lawan menjadi kawan yang palsu. Sekali lagi, yang memang mutlak harus dimutlakkan, yang tidak mutlak jangan dimutlakkan. Jika yang mutlak dijadikan tidak mutlak, dan yang tidak mutlak dijadikan mutlak, dapat berakibat gawat. Dengan menjadikan yang mutlak menjadi tidak mutlak, ia telah menurunkan derajat iman kekristenan. Akibatnya, yang tidak beriman pun dapat dianggap beriman. Jika saudara menerima dan menarik lawan menjadi kawan, akibatnya akan membahayakan gereja. Sedangkan bila yang tidak mutlak dimutlakkan, akibatnya yang sebenarnya tidak mutlak telah dijadikan standar atau patokan yang mutlak untuk mengukur. Perbuatan ini tentu akan membuat saudara-saudara sendiri menjadi musuh.
Barangsiapa yang menjadikan kawan sebagai lawan, atau menjadikan lawan sebagai kawan, telah bersalah terhadap Tuhan, juga terhadap sesama manusia. Bila standar iman yang mutlak yaitu : percaya kepada Allah yang Tritunggal, percaya kepada Yesus Kristus – Allah yang berinkarnasi menjadi manusia, dan percaya kepada Roh Kudus – Pewahyu dan Pemberi hidup kepada mereka yang sungguh-sungguh beriman kepada Yesus Kristus itu, kita longgarkan, kita merelatifkan hal-hal yang mutlak. Dan akibatnya, tidak ada lagi garis antara orang Kristen dan non Kristen. Tetapi kalau kita memutlakkan hal yang tidak mutlak, maka saudara-saudara seiman yang tidak bisa menerima standar kemutlakan yang kita buat, tidak akan kita pandang sebagai saudara lagi. Dengan demikian, kita telah mengusir anak-anak Tuhan keluar dari kandang, dan menimbulkan perpecahan,
Istilah glosa dipakai sebanyak 50 kali di dalam Perjanjian Baru. Dari seluruh pemakaiannya, dapat dikatakan tidak satu kali pun istilah tersebut dikaitkan dengan suara-suara yang tidak ada artinya, melainkan selalu mempunyai arti : bahasa.
Pada waktu hari Pentakosta, Roh Kudus memenuhi mereka. Mereka berbicara dengan bahasa-bahasa yang tidak pernah mereka pelajari, tapi pendengar mendengar dengan jelas. Seolah-olah pengkhotbahnya sedang menyampaikan khotbah dalam bahasa daerah yang mereka mengerti.
Satu hal yang selalu ditanya, apakah sekarang ini masih ada bahasa roh?  20 tahun yang lalu, banyak gereja yang setiap minggu dengan serius menyampaikan khotbah mengenai hal itu, sambil memeriksa barangsiapa yang tidak memilikinya berarti tidak mempunyai Roh Kudus. Bahkan mereka membuat doktrin, bahwa barangsiapa tidak bisa berbahasa roh akan masuk neraka, yang tidak bisa berglosolali tidak akan masuk sorga. Saya melihat krisis seperti ini. Namun sekarang, gereja-gereja seperti itu tidak lagi sedemikian berkeras di dalam hal ini, tetapi bergeser ke dalam hal-hal yang lain, yang tidak perlu saya singgung di sini.
Lima belas macam bahasa itu bukanlah bahasa sehari-hari yang dipakai oleh Petrus, Yakobus, Andreas, dan rasul-rasul lainnya. Bahasa-bahasa itu dipakai di tempat-tempat seperti : Libya, Arabia, Mesopotamia, Frigia, dan tempat-tempat lain yang jauh dari Galilea. Orang Galilea tidak memakai bahasa Ibrani kuno sebagai bahasa pengantar sehar-hari. Mereka memakai bahasa Aram sebagai bahasa sehari-hari, bahasa yang biasa dipakai di kalangan rakyat. Tetapi, ketika Roh Kudus turun ke atas mereka, mereka memakai bahasa-bahasa dari tempat yang jauh untuk mengabarkan Injil Tuhan.
Apakah sekarang masih ada bahasa roh? Saya tidak mau membatasi Tuhan. Namun jika Tuhan masih memberikan, Dia akan memberikannya sebagai karunia, bukan sebagai tanda. Karena salah satu dari belasan karunia yang kita bisa temukan di dalam Kitab Suci adalah karunia berbahasa roh. Jika Tuhan masih mau memberikan karunia berbahasa roh kepada seseorang pada suatu kesempatan yang khusus, untuk suatu kebutuhan yang urgent, tentu Dia akan nyatakan kuasa-Nya. Kita tidak berhak campur tangan. Kita percaya masih ada karunia tersebut. Namun terhadap pandangan yang mengatakan kalau seorang tidak mempunyai karunia berbahasa roh atau tidak mempunyai pengalaman berbahasa roh, berarti dia tidak mempunyai Roh Kudus, belum dipenuhi atau belum di baptis oleh Roh Kudus, saya akan menjawab, “Maaf, itu bukan ajaran Alkitab.”
Di Jakarta, orang yang pendirian seperti itu sudah pernah mengutuk, mendoakan dan bernubuat tentang saya. Mereka mengatakan, “Stephen Tong akan mati tertabrak mobil dalam dua bulan ini.”  Dua bulan kemudian, mobil saya masih dalam keadaan baik. “Nubuat” ini diucapkan pada tahun 1976, dan sekurang-kurangnya lebih dari 15 tahun sejak nubuat itu. Saya masih sehat, belum mati. Orang yang menubuatkan hal itu berkata, “Roh Kudus berkata kepadanya.”  Jikalau Roh Kudus pernah berkata kepadanya, lalu kemudian tidak terjadi, bukankah berarti Roh Kudus berbohong?  Saya menegaskan, bukan Roh Kudus yang berbohong, bukan Roh Kudus yang berubah maksud, bukan Roh Kudus yang memutar balik; tetapi roh yang diterima orang itu bukan Roh Kudus.
Janganlah bermain-main! Jangan mengira yang menamakan diri orang Kristen pasti adalah Kristen yang sejati. Jangan juga percaya pada orang yang berkata, “Saya mempunyai Roh Kudus,” atau “Roh Kudus ada di dalam diriku.”  Biarlah Buahnya membuktikan apakah dia betul-betul memiliki Roh Kudus atau tidak, bukan dari klaim-klaimnya.
Ada suatu peristiwa yang pernah terjadi di Rusia. Ketika seorang warga Amerika berkhotbah di sana, seorang penterjemah yang mengerti bahasa Inggris menterjemahkannya ke dalam bahasa Rusia. Dia terus mengikuti orang Amerika itu untuk menterjemahkan khotbahnya, dan menjadi berkat besar bagi orang-orang yang mendengarnya. Mereka mengunjungi gereja-gereja bawah tanah dan mengadakan kebaktian dengan sembunyi-sembunyi, dia selalu menyampaikan penterjemahan dengan setia. Akhirnya, pada suatu hari, pengkhotbah sudah tiba di suatu tempat kebaktian, tapi penterjemahnya tidak datang. Ketika diselidiki, baru diketahui bahwa penterjemah itu sudah ditangkap oleh agen-agen rahasia Rusia. Maka orang Amerika yang berada di tengah-tengah orang Rusia itu berkata bahwa ia tidak bisa berkhotbah. Tapi cinta Tuhan terus menggerakkan hatinya, maka dia berdiri. Dia berkhotbah dengan bahasa Inggris, namun heran, pendengarnya mendengar dia berkhotbah dalam bahasa Rusia. Hal seperti itu pernah terjadi di abad XX. Oleh karena itu, saya berkata, inilah karunia berbahasa roh yang sejati.
Saat pertama kali karunia roh ini diberikan kepada manusia, tujuannya adalah mempersatukan umat manusia di dalam kuasa Roh Kudus, supaya gereja yang kudus dan am terwujud di dalam sejarah, supaya orang yang tidak mengerti bahasa para rasul itu dapat mengerti Injil yang mereka beritakan, karena Roh Kudus telah membongkar segala batasan dan pemisah yang ada di antara manusia. Di mana Roh Kudus bekerja, orang akan menyaksikan persatuan dalam kerajaan Tuhan. Di mana Roh Kudus bekerja, gereja kita menjadi gereja yang universal, yang kudus dan am. Di mana Roh Kudus bekerja, orang yang tadinya tidak mengerti, sekarang bisa mengerti Injil. Karunia bahasa roh yang sekarang menjalar di sana sini, justru membuat orang yang tadinya mengerti menjadi tidak mengerti, yang bersatu menjadi terpecah. Padahal dulu, karunia bahasa roh diberikan, supaya yang tadinya tidak mengerti menjadi mengerti. Sekarang, mereka berani mengaku karunia berbahasa roh itu dari Tuhan, namun mengapa justru membuat orang yang tadinya mengerti malah menjadi tidak mengerti?
Karunia berbahasa roh yang diberikan pada hari Pentakosta, mengakibatkan orang yang berbeda bahasa, yang seharusnya tidak bisa mengerti Injil yang disampaikan oleh para rasul, bukan saja bisa mengerti, bahkan bisa mengenal akan kasih Kristus yang tinggi, dalam, lebar dan luas bersama-sama dengan orang suci dari segala bangsa. Berbeda dengan sekarang, yang disebut karunia berbahasa roh justru membuat orang yang mengerti semakin mendengar semakin tidak mengerti.
Bila seorang mendapatkan urapan Tuhan dan karunia berbahasa roh, maka seperti kata Paulus, bahwa ketika ia berglosolalia di hadapan umum, harus ada orang yang menterjemahkan, sehingga semua orang dapat mengerti dan menjadi tertib.
PRINSIP KARUNIA BAHASA ROH
Berbicara tentang karunia berglosolalia, di dalam suratnya kepada jemaat Korintus, Paulus memberikan tiga prinsip, untuk mencegah gereja dari kekacauan (1 Korintus 14:26-40) :
  1. Yang mempunyai karunia berbahasa roh harus menyampaikan secara tertib : seorang demi seorang, tidak bersama-sama. Bukan seluruh jemaat berdoa dengan bahasa roh secara serentak. Alkitab menegaskan, jika mau menyampaikan sesuatu, haruslah saeorang demi seorang, bergantian.
  2. Di dalam suatu kebaktian, paling banyak hanya dua atau tiga orang yang berbicara dengan bahasa roh. Tidak boleh lebih.
  3. Kalau seseorang berbicara dalam bahasa roh, harus ada penterjemah-nya, supaya semua orang mengerti.
Jika tidak memenuhi ketiga syarat di atas, harus segera dihentikan. Di sini Paulus membatasi, bukan merangsang semua orang berbicara. Tetapi kalau memang ada, harus sesuai dengan ketiga syarat tadi. Bila Roh memberikan karunia berbahasa roh kepada seorang, Roh yang sama juga akan memberikan karunia untuk menterjemahkannya, supaya semua orang mengerti. Dengan demikian terbuktilah bahwa Roh yang satu itu bekerja di dalam diri dua orang yang berbeda : kepada yang satu diberikan karunia berbahasa roh, kepada yang lain diberikan karunia untuk menterjemahkan, sehingga semua orang bisa mengerti dan membuktikan bahwa itu adalah pekerjaan Roh Kudus.
Suatu kali, di New York, seseorang berdiri di dalam kebaktian lalu berglosolalia, kemudian seorang lagi naik ke atas untuk menterjemahkan, dan yang lain mendengarkan. Sepertinya benar, sesuai dengan prinsip Alkitab. Yang menterjemahkan berkata, “Mari kita memuji Dia, mari kita berbakti kepada Yesus. Mari kita memuji Yesus. Pujilah Yesus, Yesus, puji…..”  Pada waktu pemberitaan dengan glosolalia dan penterjemahan itu berlangsung, seseorang merekam semua kalimat yang diucapkannya. Lalu kasetnya diperdengarkan kepada seorang professor linguistik di Columbia University yang juga berada di New York. Setelah professor itu meneliti, dia memberikan komentar bahwa semua bahasa yang dipakai oleh orang pertama itu ternyata masih ada sampai sekarang. Karena itu professor tersebut menyelidiki bahasa dari pegunungan Ural, yang terletak di perbatasan benua Asia dan Eropa, dekat dengan daerah asal orang pertama tersebut. Adapun apa yang disampaikan oleh orang pertama sama sekali berbeda dengan yang disampaikan oleh si penterjemah, yang begitu indah kedengarannya. Sebenarnya ia berkata, “Terkutuklah Yesus, bencilah Dia, buanglah iman, janganlah percaya kepada-Nya.”  Jadi ada semacam roh yang memalsukan Roh Kudus. Pada saat orang pertama menyampaikan hujatan-hujatan, roh itu menipu orang yang kedua untuk memberikan terjemahan yang isinya pujian dan syukur, berbakti dan bersembah sujud kepada Tuhan. Akibatnya seluruh jemaat mengira, Roh Kudus ada di tengah-tengah mereka. Lalu mereka menyembah Yesus, sambil percaya bahwa roh yang menggerakkan kedua orang itu adalah Roh Kudus. Ini membuktikan adanya penipuan.
Yesus berkata, “Sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga.” Kata “sekiranya mungkin”, menunjukkan suatu usaha. Jadi orang pilihan tetap bisa ditipu, digoda, dan dicobai oleh setan. Setan akan menyamar bagai malaikat yang berjubah putih, yang terang, untuk menipu kita. Paulus berkata kepada orang-orang di Efesus, “Jangan lupa, setelah aku pergi, serigala yang mengenakan pakaian domba akan datang kepadamu.”
Setan begitu cerdik, begitu hebat, dengan pengalaman menipu beribu-ribu tahun, sejak pertama kali menyamar jadi ular. Dia yang seharusnya berada di bawah kuasa manusia, justru telah berhasil menipu Hawa. Adakah kita mengira sekarang setan sedang tidur, dan membiarkan kita menikmati pekerjaan Roh Kudus dengan leluasa? Tidak! Dia akan berusaha mengganggu, menipu, menyamar sebagai Roh Kudus, sehingga kita mengira bahwa kita sedang menikmati berkat Roh Kudus, gereja seolah-olah bertumbuh. Namun sebenarnya, buah merekalah yang memastikan apakah mereka sudah memiliki Roh Kudus, sudah mengasihi Tuhan. Nyatanya, gereja-gereja yang tidak mementingkan Injil tetapi hanya mengutamakan fenomena, karunia dan yang disebut suasana Roh Kudus, pada waktu mereka bersaksi, jarang menyaksikan salib Kristus dan kebangkitan-Nya, pengampunan dosa, hidup baru, pertobatan, benci terhadap dosa : meningalkan perjudian, perzinahan dan segala perbuatan jahat. Mayoritas kesaksian mereka hanyalah:  puji Tuhan, dulu saya miskin sekarang menjadi kaya. Hidup saya sekarang lancar, sukses dan makmur. Orang-orang sedemikian seperti berada di dalam satu arus, di mana iman Kekristenan yang sejati sudah dibengkokkan, tetapi mereka masih belum sadar.
Mendapat Berkat Dan Kuasa Roh Kudus
Saya merasa menjadi salah seorang yang paling tersendiri di dunia. Ketika saya melihat suatu krisis di dalam gereja dan saya mengungkapkan hal itu, mereka akan menasihati saya agar jangan menyebut hal itu, nanti dinilai kurang cinta kasih. Tetapi jika saya tidak mengatakannya, di zaman atau generasi kita ini dengan mata kepala saya sendiri, kita akan menyaksikan gereja menyeleweng, iman Kristen luntur, pusat pemberitaan Injil tidak lagi pada salib dan kebangkitan Yesus Kristus, tetapi pada Yesus, Sinterklas rohani. Cukup berdoa saja, semua permintaan doa akan dikabulkan. Mintalah dengan iman dan coba bayangkan Mercedez yang akan engkau peroleh : 300E, SEL, atau SC, warnanya apa, nomornya berapa. Doa-doa seperti yang diajarkan oleh Paul Yonggi Cho, tidak pernah ada di dalam Alkitab, itu bukan ajaran Kristen!
Saya sungguh berdoa agar Tuhan memberikan kemampuan kepada kita untuk mengenali segala tipu muslihat iblis di dalam gereja yang kelihatan bertumbuh, tetapi sebenarnya iman Kristen mereka sudah hilang, fokus Injil tidak lagi pada Kristus, salib dan kebangkitan. Silahkan perhatikan khotbah-khotbah yang disampaikan oleh Petrus, Paulus, dan Stefanus dalam Kisah Para Rasul 3,5,7,15. Coba perhatikan pasal-pasal yang dengan panjang lebar mencatat khotbah-khotbah mereka yang dipenuhi Roh Kudus. Khotbah mereka tidak lain : Yesus yang tersalib, yang mati, yang bangkit, yang kini ada di sorga dan yang akan datang kembali (band. 2 Timotius 2:8)
Jikalau  ada orang-orang yang kelihatannya tetap mengkhotbahkan fokus Injil, seperti yang terjadi di dalam moment-moment yang paling penting, yang bersangkut paut dengan Yesus dan sejarah. Tapi mereka coba menyelewengkan sedikit-sedikit berbicara tentang Yesus, yang dipaku di salib, tetapi banyak berbicara tentang dosa saudara, tentang menyembuhkan penyakit saudara, berhati-hatilah dengan mereka! Saya bukan tidak percaya Tuhan dapat menyembuhkan orang sakit. Tetapi saya percaya menyembuhkan penyakit murtad yang terdapat di dalam rohani dan hati yang menyelewengkan dari Tuhan, jauh lebih penting daripada menyembuhkan penyakit jasmaniah.
Di dalam kitab Yeremia ada tertulis, “Kembalilah hai Israel! Hai Israel, berbaliklah, bertobatlah, maka Tuhan akan menyembuhkan penyakit murtadmu.”  Bukan saya tidak percaya bahwa Tuhan bisa menyembuhkan penyakit tubuh, karena saya sering mengalami kuasa Tuhan. Saya percaya ada kuasa di dalam Tuhan, bilur-Nya dapat menyembuhkan kita, tetapi yang lebih perlu disembuhkan adalah penyakit murtad. Kalau kuasa Yesus hanya terbatas untuk menyembuhkan penyakit, Dia tidak berbeda dengan dokter biasa, bahkan lebih banyak orang yang disembuhkan oleh dokter daripada yang disembuhkan melalui doa.
Salah seorang pemimpin third wave movement yang mengutamakan power evangelism , power ministry, pernah diundang menjadi dosen di Sekolah Tinggi Teologi Fuller, di California. Namun tak lama kemudian, pendiri Vineyard itu harus keluar dari sana. Dia pernah ditanya, “Betulkah Anda yakin bahwa doa dan kuasa Injil dapat menyembuhkan semua penyakit?”  Jawabnya, “Yang disembuhkan kurang dari 1%.”  Berarti jauh dibawah presentasi kesembuhan yang dilakukan oleh dokter. Jadi yang membesar-besarkan power evangelism, power healing, power ministry, ternyata menunjukkan bahwa kuasa Yesus kalah dari dokter.
Kita tidak perlu membesar-besarkan tentang penyembuhan jasmani. Ketika kita mendoakan orang sakit, cukup menyerahkannya kepada Tuhan dengan keyakinan, kalau Tuhan mau, tidak ada penyakit yang tidak bisa Dia sembuhkan. Tapi janganlah menjadikan penyembuhan sebagai pemikat untuk menarik orang datang mendengarkan Injil. Karena bila motivasi kita mengundang mereka sudah menyeleweng, mereka yang datang pun bukan datang untuk Kristus, untuk firman, tapi untuk memuaskan ego mereka sendiri. Maka tidak heran, bila mereka yang telah disembuhkan akan kembali berbuat dosa.
Kita juga menyaksikan orang yang kelihatannya memberitakan kedatangan Yesus yang kedua kali dengan berapi-api, sering juga menyelewengkan kebenaran dengan menetapkan tanggal, bulan dan tahun kedatangan Yesus. Padahal tentang hari itu, hanya Allah Bapa sendiri yang tahu. Anak pun tidak (Kis.1:7). Jika Alkitab mengatakan hanya Bapa yang tahu, tetapi orang di Amerika, di Korea mengaku tahu, apa maksudnya? Selama 40 tahun ini, peristiwa seperti itu juga sudah dua kali terjadi di Jakarta :  ada pendeta yang meramalkan hal itu. Tapi yang satu lagi sekarang sudah dipenjarakan. Yang memenjarakan dia adalah pemerintah yang mayoritasnya non Kristen. Dia dipenjarakan, karena orang luar lebih tahu bahwa dia salah.
Berkata-Kata Dari Roh Kudus
Mari kita melangkah pada satu perintah yang penting mengenai Roh Kudus. 1 Yohanes 4:1, “Sebab Roh yang di dalam mau lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia.”
Di tahun 1967, ada sebuah gereja yang sangat suam. Pendetanya membuka gedung bioskop, setiap hari Natal memberikan karcis kepada orang miskin untuk mendapat hiburan di sana, merokok dan berdansa. Pendeta yang begitu duniawi membuat majelisnya merasa gelisah. Mereka berpikir kalau gereja mau dibangunkan harus mempunyai kuasa Roh Kudus, maka mereka terus menuntut kuasa Roh Kudus. Kemudian datanglah pendeta dari Australia yang mengatakan bahwa dirinya telah mencapai hidup suci dan tidak mungkin berdosa lagi. Tingkat rohaninya sudah sedemikian tinggi seperti Kristus. Pendeta itu mengumpulkan mereka di atas gunung dan menuntun mereka untuk memperoleh kuasa Roh Kudus. Sampai ada dari antara mereka yang berglosolalia dan ada yang menterjemahkan.
Kemudian mereka berpikir, di antara para pendeta yang ada, mungkin Stephen Tong-lah yang cukup berbobot. Alangkah baiknya kalau mereka yang sudah mendapat pengalaman Roh Kudus ditambah lagi dengan khotbah Stephen Tong, gereja mereka pasti akan dibangunkan. Maka mereka datang dari Surabaya ke Malang untuk mengundang saya. Mereka memberitahu saya, nanti malam jam 7 ada kebaktian, tetapi setengah jam sebelumnya mereka akan mengadakan doa dulu. Lalu mereka berkata, “Puji Tuhan, di Nongko Jajar sudah terjadi pekerjaan Tuhan yang besar sekali, sehingga Roh Kudus memberikan wahyu, berkata-kata langsung kepada kami.”  Saya sangat terkejut, Maka saya bertanya, “Bagaimana kalian tahu kalau yang berkata-kata itu adalah Roh Kudus? Dan bagaimana saudara tahu bahwa yang disampaikan itu adalah wahyu?”  Mereka mengatakan bahwa mereka memiliki bukti dan mengeluarkan beberapa lembar kertas, menyerahkannya kepada saya sambil berkata, “Pak, pegang kertas ini baik-baik, sebab ini wahyu Tuhan yang asli.”  Saya membaca kertas-kertas itu. Pada kertas yang pertama tertulis, “Hai anak-anak-Ku. Aku datang kepadamu. Aku adalah Yesus Kristus. Aku adalah Tuhan dan Aku menangisi kamu yang belum mengabarkan ini. Kalau kamu tidak segera mengabarkan, Aku akan datang lagi untuk memarahi kamu.”  Kertas kedua saya baca dengan hati yang gentar dan takluk di hadapan Tuhan. “Hai kamu, wanita-wanita, di manakah suamimu yang belum percaya kepada-Ku? Aku sedih bagi mereka. Karena mereka belum beriman. Bawalah mereka kepada-Ku. Berlututlah di hadapan-Ku. Aku akan memberi pengharapan dan pengampunan kepadamu.”  Memang pada saat surat itu dibacakan, suami dari salah seorang wanita yang ada di sana belum percaya Tuhan. Jadi tepat. Menurut mereka ini pasti merupakan wahyu langsung dari Tuhan, dan Roh Kudus juga bekerja, karena surat itu disampaikan dalam bahasa Ibrani dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan logat Jawa Timur. Ketika saya tanyakan mengapa mereka bisa mengetahui surat itu ditulis dalam bahasa Ibrani dan diterjermahkan, mereka tidak bisa memberikan kepastian, dan  hanya merupakan perasaan mereka saja. Kertas yang ketiga berbunyi demikian, “Akulah Yesus, Akulah Yesus, Yesus yang di sebelah kanan Bapa. Aku akan datang kembali. Ini zaman akhir. Kabarkan hal ini secepat mungkin. Aku segera datang. Akulah Yesus yang berdiri di sebelah Bapa.”  Setelah saya baca, saya suruh mereka menunggu di luar. Saya masuk ke kamar, saya berdoa dan membaca Kitab Suci tentang ayat-ayat yang berkaitan dengan hal itu hingga selesai. Lalu saya berdoa lagi. Saya betul-betul menguji, mengoreksi, mengintrospeksi, membersihkan hati saya, membaca Kitab Suci dan setelah itu keluar. Saya berkata, “Saya bersyukur kepada Tuhan karena kalian rindu gereja kalian dibangunkan. Tetapi dengan sangat menyesal saya harus katakan, silahkan ambil kembali kertas ini. Kertas ini dari roh setan.”
Waktu saya menyebut kertas ini dari roh Setan, mereka semua berteriak, “Jangan begitu pak Tong, jangan menghujat Roh Kudus.”  “Jangan menghujat Roh Kudus?”  Mereka sudah terpaku pada apriori bahwa yang menyampaikan surat itu adalah Roh Kudus. Lalu  Stephen Tong mengatakan ini bukan dari Roh Kudus. Berarti Stephen Tong menghujat Roh Kudus, menghina pekerjaan Tuhan. “Waktu Roh Kudus berada di tengah-tengah kami dan memberikan wahyu kepada kami, kami mencatat yang asli ini. Suasana waktu itu begitu baik, jadi tidak mungkin roh setan, pasti Roh Tuhan.”  Saya menjawab mereka, “Tidak!”  “Mengapa? Mengapa Bapak bisa berkata demikian?”  “Kalau ada waktu yang cukup, saya akan menjelaskan.”  Saya kembalikan kertas tadi.
Sebelum saya berangkat ke Surabaya, saya mencari seorang dosen dari Kanada, Miss Williamson, yang mengajar di SAAT (di mana saya juga menjadi dosen). Saya memberitahukan masalah ini kepadanya dan kembali berdiskusi dengannya. Jawabnya, “Ini pasti bukan Roh Kudus, bukan Roh yang dari Allah.”  Saya berdoa bersama dengannya dan kami membuat janji, jam 6 sampai jam 7, sebelum saya khotbah ada kebaktian doa khusus di gereja itu. Saya minta dia pada jam tersebut mendoakan saya di Malang dan saya berdoa di Surabaya. Karena saya akan berperang. Lalu saya berangkat.
Sampai di Surabaya, saya menunggu dengan tenang, sampai waktunya, saya tiba di gereja itu. Saat itu, di konsistori sudah berkumpul 15 orang, pendeta yang tadinya adalah lawan sudah mulai menjadi kawan. Saya berada di tengah-tengah mereka. Pada waktu kami menyanyi, pemimpin mengajak berdoa. Di tengah-tengah doa, dia berusaha membuat suasana supaya roh itu datang lagi. Dia berharap saya bisa percaya bahwa roh itu adalah Roh Kudus. Saya berdoa dengan rendah hati dan sungguh-sungguh takut kepada Tuhan : “Tuhan, sekarang saya berpegang pada firman-Mu dengan cermat, dengan sungguh-sungguh takut kepada-Mu, beri kekuatan kepada saya.”  Seorang mengambil waktu kira-kira 10 menit untuk berdoa. Di tengah-tengah doanya itu, datanglah suatu suara dari seorang wanita yang berusia 40 tahun : “Aku datang, aku datang, aku datang kepada anak-anakku.”  Saya mempunyai perasaan yang jelas bahwa saya bukan anaknya. Di dalam Alkitab, tak pernah sekalipun Yesus berkata, “Aku datang kepadamu, kamu adalah anak-anak-Ku.”  Kita tidak pernah disebut sebagai anak Yesus, karena melalui Yesus Kristus kita menjadi anak Allah. Dan kalau Roh Kudus datang dari luar, berarti Dia belum berada di dalam kita. Kalau Dia datang dari luar, lalu siapakah yang berada di dalam? Kalau Roh Kudus sudah berada di dalam, mengapa Dia berkata, “Aku datang kepada anak-anak-Ku?”  Lagipula tidak ada orang Kristen yang disebut anak Roh Kudus.
Saya mulai berkata, “Tuhan, saya mau berhenti doa sampai di sini. Sekarang, saya mau mencari dan memakai ayat-ayat firman-Mu yang berkuasa bagaikan pedang yang bermata dua untuk menghancurkan ajaran yang sesat ini, sambil menemukan nabi palsu itu. Berilah kekuatan dan hikmat kepada saya.”
Setelah berdoa, keringat saya bercucuran. Saya buka Kitab Suci dan langsung membacakan beberapa ayat, lalu saya bertanya kepada perempuan itu, “Hai, roh yang berada di dalam perempuan ini, dalam nama Yesus Kristus yang sudah berinkarnasi menjadi manusia, yang sudah mati di atas kayu salib, yang sudah bangkit pula dari antara orang mati, yang sudah naik ke sorga dan akan datang kembali. Saya bertanya kepadamu, siapakah engkau?”
Saya menantang langsung perempuan yang katanya dipenuhi oleh roh itu. Dia mulai bergoyang-goyang, matanya tidak mau melihat, dia tersenyum-senyum dan tidak mau menjawab.  “Dalam nama Yesus, jawablah siapa engkau?”  Mendadak dia berhenti tersenyum, matanya terbelalak, dia berteriak, “Apa?”  Kelembutan yang tadi hilang, suasana indah pun hilang. Kalau bukan Tuhan menyertai saya, saya akan ketakutan luar biasa.
Saya berkata, “Dalam nama Yesus, sekarang jawablah, siapa engkau? Adakah engkau percaya bahwa Yesus Kristus yang mati di atas kayu salib dan bangkit dari antara orang mati, Anak Allah yang tunggal, adalah Firman yang datang menjadi daging?”  Waktu saya mengajukan pertanyaan itu, jawabnya, “Apa? Aku Yesus. Akulah Yesus.”  Saya bertanya sekali lagi, “Dari manakah engkau?”  “Dari anakku Yesus, aku Yesus dari anakku Yesus.”  Dia menjadi kacau.
“Sekarang demi nama Yesus Kristus, Anak Allah yang tunggal, Tuhan dan Juruselamat gereja, yang sudah mengalahkan setan dan segala kuasa jahat, saya perintahkan engkau jatuh!”
Sesudah saya mengucapkan kalimat itu, dalam satu detik perempuan itu mau bertahan, tapi tidak mampu, dia terjatuh. Teman-temannya yang sedang berdoa mendengar suara yang keras itu, berdatangan membangunkan dia. Sesudah bangun, dia seperti orang yang baru pingsan, sama sekali tidak sadar akan apa yang baru terjadi, persis orang yang dirasuk setan, lemas sekali. Mata yang tadinya ganas, suara yang tadinya keras, sekarang tidak lagi, saya sangat kasihan kepadanya.
Mereka bertanya, “Apakah percaya Roh Kudus?”  Saya jawab, “Saya percaya.”  “Kau tidak percaya glosolalia?”  “ Saya percaya yang asli.”  “Kau tidak percaya yang tadi itu Roh Kudus?”  “Tidak.”  “Jadi, roh apa?”  “Roh yang melawan Tuhan, roh palsu, roh nabi palsu, roh si jahat.”  “Mana mungkin? Dia menyuruh kami memuji Tuhan.”  “Prinsip memuji Tuhan adalah manusia mengembalikan kemuliaan kepada Allah dalam statusnya sebagai manusia. Tetapi dia meminta orang berlutut di hadapannya. Itu bukan memuji Allah, tetapi merebut pujian yang seharusnya diberikan kepada Allah. Kedua, setiap orang yang dipenuhi oleh Tuhan dan dipenuhi oleh Roh Kudus, baik semua nabi di Perjanjian Lama atau pun semua rasul Perjanjian Baru, tidak pernah seorang pun berkata dengan mulut bibirnya : “Aku adalah Yesus.”  Itu tidak boleh. Baik rasul Paulus dan Petrus pun tidak pernah mengucapkan kalimat seperti itu, tetapi mengapa di abad XX ini ada orang yang menganggap diri lebih rohani dari mereka hingga bisa mewakili Tuhan Yesus? Itu adalah tipu muslihat! Tetapi masih ada begitu banyak orang Kristen yang bodoh, yang tidak mengerti prinsip Alkitab, yang begitu gampang digoncang dan ditipu oleh roh-roh palsu. Yohanes memberikan prinsip ini : jangan percaya pada segala roh, ujilah!  Tetapi orang yang berada di dalam golongan atau gerakan itu selalu tidak mau orang menguji, hanya mau orang percaya. Sekarang kita mendapat kesimpulan : Roh Suci yang asli, yang mewahyukan Kitab Suci ini meminta orang Kristen menguji, tetapi roh yang memalsukan Roh Kudus tidak memperbolehkan orang menguji. Perhatikan prinsip-prinsip yang dipaparkan di sini, semua ini adalah kunci dalam seumur hidup kita, bagaimana menghadapi dunia yang krisis dan zaman yang sarat dengan pemalsuannya.”
Setelah peperangan selesai, saya langsung naik ke mimbar dan berkhotbah tentang kebangunan. Roh Kudus bekerja secara luar biasa, hari itu ada kira-kira 300 orang yang bertobat. Meerka berlutut di hadapan Tuhan, mengaku dosa dan minta Tuhan memberi pengampunan, agar gereja mereka mempunyai hari depan yang cerah.
Para pemimpin gereja tersebut tentu merasa benci sekali kepada saya. Mereka merasa dipermalukan di depan begitu banyak orang, karena roh itu dianggap sebagai roh yang tidak benar. Lima belas tahun kemudian, pemimpin kelompok itu datang mengikuti Seminar Pembinaan Iman Kristen yang saya pimpin. Dia mengaku bahwa pada saat itu ia yang salah, dan kini  ia sudah sadar akan hal itu. Dulu ia mengira roh itu adalah Roh Kudus. Akibatnya ia memberikan uang, kesehatan, bakat, karunia dan segala keinginan untuk mengembangkan gerakan itu. Tetapi setelah 15 tahun, ia melihat hanya berputar-putar di sana, tidak pernah bertumbuh, tidak pernah sungguh-sungguh mengerti prinsip Alkitab dengan lebih mendalam. Dan akhirnya ia semakin sadar untuk menerima ajaran-ajaran yang ketat.
Perhatikan prinsip Alkitab di bawah ini : Hati-hatilah terhadap karunia berbahasa roh yang berbunyi, “Akulah Yesus” atau “Aku datang dan masuk ke dalam anak-anakku.”  “aku datang kepada anak-anakku.” Atau “Aku akan menyembuhkan engkau secara pelan-pelan, aku berkuasa.”
Di Batu Pahat, ada seorang anak perempuan cantik yang berusia 15 tahun, jatuh pada waktu main bola basket, kakinya menjadi bengkak dan berubah menjadi kanker. Pembengkakan semakin parah, sampai kakinya dua kali lebih besar dari kaki yang lainnya. Dia tidak bisa berjalan, seumur hidupnya lumpuh. Seorang pendeta membawa dua orang wanita berglosolalia di rumahnya, katanya, “Akulah Yesus. Aku pasti akan menyembuhkanmu dengan pelan-pelan, teruslah beriman kepadaku. Aku Yesus, aku Yesus.”  Tiga hari kemudian, saya tiba di sana. Saya berkhotbah tentang doktrin Roh Kudus yang benar dan yang salah. Dua perempuan yang tadi bernubuat dan mengatakan dirinya Yesus ikut mendengar dan merasa ketakutan. “Yesus” yang bisa takut, datang mencari saya dan bertanya, bahwa jika nubuat itu salah, maka roh apakah yang telah masuk ke dalam dirinya. Maka saya mendoakan dia. Saya berkata, “Berlututlah di hadapan Tuhan! Mungkin engkau memiliki kesengsaraan dan kesulitan, sehingga engkau begitu menginginkan hiburan dan kekuatan yang dari atas. Dan karena kau tidak tahu prinsip Alkitab, maka setan telah menipumu dengan roh yang lain, yang masuk ke dalam dirimu.”  Mereka membenarkan, karena salah satu dari mereka sudah bercerai dan yang satu lagi sedang dibenci oleh suaminya. Di dalam kesulitan emosi inilah mereka mencari kompensasi di gereja, lalu mereka mengira telah mendapatkan Roh Kudus. Waktu mereka, yang tidak mengetahui Alkitab, begitu merindukan pertolongan, keinginan yang tidak berdasarkan firman Tuhan dan prinsip Alkitab itulah yang memberikan lowongan kepada setan masuk bekerja di dalam hati mereka.
Saya mengunjungi anak perempuan itu. Waktu saya melihat keadaannya, ibunya seorang Kristen yang baik, yang sangat mencintai Tuhan dan sekarang menyaksikan anak bungsunya, yang begitu cantik, dan paling dia sayangi menderita seperti itu, saya bertanya kepadanya, “Dalam nama Yesus Kristus, saya katakan bahwa muslihat-nubuat itu bukan dari Allah, tapi dari roh setan yang memalsukan Roh Kudus.”
Ibu itu berkata, “Tidak, itu pasti Roh Kudus.”  Yang mengatakan anaknya bisa sembuh itu pasti Tuhan, dia percaya roh itu adalah Roh Kudus. Lalu saya masuk ke kamar, saya mempersiapkan hati anak perempuan itu, saya berkata, kalau kau sembuh, puji Tuhan. Tetapi menurut saya, kemungkinan engkau akan mati. Waktu saya mengucapkan kalimat itu, anak perempuan itu berkata, “Pak Stephen Tong, saya juga merasa bahwa saya tidak bisa sembuh. Sekarang saya mau menyediakan hati untuk bertemu dengan Tuhan. Saya sudah diselamatkan, saya orang Kristen yang sejati. Kalau pun saya mati, saya sudah siap.”  Maka saya mempersiapkan hatinya. Sesudah itu, saya keluar dan bertanya lagi kepada ibunya, “Kau percaya roh itu adalah Roh Kudus?”  Ia menjawab, “Ya!”  Langsung saya berkata, “Kalau Tuhan mengambil jiwa anakmu adalah karena Dia begitu mencintaimu. Dia mau kamu bertobat dari kepercayaan yang salah. Mungkin sekali anakmu akan dipanggil oleh Tuhan, dia akan mati. Saya sudah mempersiapkan hatinya untuk bertemu Tuhan. Dan kau, orang penting di gereja, mereka memandangmu sebagai tua-tua wanita, ternyata engkau percaya bahwa roh itu adalah roh Allah. Perbuatanmu itu akan menyesatkan seluruh gereja. Demi kebaikan seluruh gereja, demi kebaikanmu dan keluargamu, dalam nama Tuhan Yesus, saya berkata Mungkin Tuhan akan mengambil jiwa anakmu.”  Dia mengucurkan airmatanya  Suaminya yang belum Kristen berdiri disampingnya menjadi bingung, mengapa pendeta yang lain mengatakan anaknya pasti akan sembuh, tapi pendeta ini mengatakan mungkin anaknya akan mati.
Setengah tahun kemudian, selesai saya berkhotbah di kongres penginjilan sedunia di Hong Kong, ibu itu datang menghampiri saya. Anaknya telah meninggal. Akhirnya ia menyadari bahwa roh yang ada pada perempuan itu bukan Roh Allah, tetapi roh setan. Pendeta yang membawa dua perempuan itu, sebelumnya begitu keras melarang ibu ini membawa anaknya ke dokter, karena yakin Tuhan akan menyembuhkannya. Setelah mendengar saya berkata dengan begitu tegas, ia menjadi sangat takut dan dengan taksi ia membawa anak itu ke Kuala Lumpur. Pada saat pulang terjadi kecelakaan dan mukanya rusak. Akibat dari hal itu, ia menjadi sadar. Bahkan suami dari ibu itu, ketika melihat ketegasan saya, akhirnya mulai mau pergi ke gereja. Imannya dipulihkan dan ia tidak sampai merusak seluruh gereja.
Sesudah peristiwa itu, saya sempat mengunjungi tempat itu beberapa kali. Gereja itu memang tidak besar, tapi menghasilkan cukup banyak pendeta.
Saya kembali pada prinsip tadi, roh yang palsu tidak menginginkan kita mengujinya. Orang Kristen yang tertidur juga tidak tahu bagaimana menguji roh. Sebaliknya, Roh yang sejati tidak takut diuji. Dia justru memerintahkan kita, agar jangan percaya kepada segala roh, tetapi ujilah apakah roh itu dari Allah, atau bukan. Karena roh si jahat, si pembohong, roh pemalsu sudah ada di dunia. Allah memang tidak boleh dicobai oleh manusia. Allah tidak mencobai siapapun, dan juga tidak dicobai siapapun, tetapi Allah yang sejati pernah dua kali, satu kali di Perjanjian Lama dan satu kali di Perjanjian Baru, memerintahkan manusia untuk menguji Dia (Maleakhi 3:10, 1 Yohanes 4:1).
Ujilah segala roh, supaya kamu tahu apakah itu Roh Allah atau bukan. Kalau itu memang Roh yang dari Allah pasti akan tahan uji. Kalau roh itu bukan dari Allah tentu tidak akan tahan uji. Tetapi sekarang ada satu ajaran yang membingungkan kita : siapa yang berani menguji Roh Kudus? Kalau Roh Kudus diuji bukankah berarti kita kurang beriman? Kalau kurang beriman bukankah itu berarti dosa?
Suatu kali saya hadir di dalam kebaktian yang penuh dengan roh yang tidak karu-karuan. Saya duduk di bagian belakang. Saya melihat dan mendengar khotbah yang disampaikan oleh pendeta dari India, dia mulai gugup, sepertinya mata saya sudah menangkap sesuatu dari dirinya. Dia berkata, “Hari ini ada seorang masuk dengan roh bimbang, roh kurang beriman, roh tidak percaya, roh kritik. Keluar! Keluar!”  Saya sengaja tidak mau keluar, karena Alkitab memerintahkan, jangan percaya kepada segala roh, ujilah apakah roh itu dari Tuhan Allah atau bukan. Itulah yang dikatakan Alkitab, firman Tuhan. Jangan menipu mereka yang belum mengenal atau yang kurang menghafal Alkitab, dan membuat mereka ketakutan luar biasa, sehingga orang-orang yang dianggap mempunyai roh yang khusus, yang supranatural boleh dikultuskan. Tidak! Kalau Saudara merasa apa yang saya sampaikan tidak sesuai dengan Alkitab, coba tunjukkan, saya akan memberikan jawaban kepada Saudara. Kalau Saudara tidak setuju dengan semua ajaran yang saya berikan, mari kita mempelajari lebih banyak lagi untuk membuktikan apakah yang saya sampaikan itu betul-betul alkitabiah atau tidak. Tapi saya tidak mau kau mengkultuskan Stephen Tong, Yonggi Cho, Benny Hinn atau siapapun.
Seperti apa yang dikatakan Agustinus, “Di dalam ajaranku, aku memaparkan firman kepadamu. Jika kau menemukan apa yang kuajarkan tidak sesuai dengan Alkitab, tinggalkanlah aku, tapi jangan tinggalkan Alkitab.”  Jangan kultuskan siapapun. Stephen Tong hanya mempunyai satu kewajiban, satu tugas, yaitu memimpin Saudara mengerti firman Tuhan lebih tepat, lebih akurat, lebih sehat dan lebih berakar, selebihnya saya tidak mempunyai ambisi apa-apa, seperti mengkultuskan saya atau menjunjung tinggi saya.
Siapakah yang memiliki Roh Kudus? Roh Kudus diberikan kepada siapa? Saat ini gereja-gereja Protestan dan gereja-gereja tradisionil selalu gagal memiliki kesadaran bahwa kita yang betul-betul diselamatkan sudah memiliki Roh Kudus. Kalau saya bertanya tentang siapa yang sudah percaya kepada Yesus Kristus, maka kira-kira ada 90% yang angkat tangan. Tapi kalau ditanya, apakah mereka secara jelas tahu bahwa dosa-dosa mereka telah diampuni dan sudah mendapatkan hidup yang kekal, maka hanya 50% yang angkat tangan. Jika dilanjutkan, apakah mereka sudah sungguh-sungguh tahu bahwa mereka telah hidup baru di dalam Kristus, maka tinggal 20% yang berani angkat tangan. Kemudian bila saya bertanya lagi, dengan mata yang terbelalak, siapa yang berani berkata sudah memiliki Roh Kudus, maka banyak orang akan menoleh ke kanan dan ke kiri, sambil berkata, “Saya tidak tahu.”  Saat ini, mungkin hanya sisa 10% yang berani angkat tangan. Karena tidak mengerti firman Tuhan, maka banyak orang tidak mempunyai keyakinan, tidak mempunyai kepastian, tidak mempunyai pegangan tentang apa yang sudah dijanjikan di dalam Alkitab. Banyak orang hanya berasumsi, barangsiapa berkhotbah dengan suara keras pasti memiliki Roh Kudus, sedangkan yang lembut tidak memiliki-Nya. Padahal tidak tentu. Kalau hanya orang yang bersuara keras saja yang memiliki Roh Kudus, maka semua orang bisu pasti tidak memiliki Roh Kudus, lalu bagaimana dengan mereka yang tidak naik mimbar? Bukankah tidak akan memiliki Roh Kudus? Kita perlu mendapatkan prinsip Alkitab yang lebih stabil agar tidak terjebak kepada kesalahan-kesalahan sedemikian. Amin.

Oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong

Sumber : http://www.nusahati.com/2012/08/penerimaan-roh-kudus-yang-salah/