Sabtu, 29 Desember 2012

A Special Teacher


Years ago a John Hopkin’s professor gave a group of graduate students this assignment: Go to the slums. Take 200 boys, between the ages of 12 and 16, and investigate their background and environment. Then predict their chances for the future.

The students, after consulting social statistics, talking to the boys, and compiling much data, concluded that 90 percent of the boys would spend some time in jail.

Twenty-five years later another group of graducate students was given the job of testing the prediction. They went back to the same area. Some of the boys – by then men – were still there, a few had died, some had moved away, but they got in touch with 180 of the original 200. They found that only four of the group had ever been sent to jail.

Why was it that these men, who had lived in a breeding place of crime, had such a surprisingly good record? The researchers were continually told: “Well, there was a teacher…”

They pressed further, and found that in 75 percent of the cases it was the same woman. The researchers went to this teacher, now living in a home for retired teachers. How had she exerted this remarkable influence over that group of children? Could she give them any reason why these boys should have remembered her?
“No,” she said, “no I really couldn’t.” And then, thinking back over the years, she said musingly, more to herself than to her questioners: “I loved those boys….”

Bits & Pieces – June 1995
Economics Press

Sumber : http://www.nusahati.com/2012/08/a-special-teacher/

Hal Kecil Yang berarti

Suatu senja di sebuah tepi pantai, seorang kakek berjalan menyelusuri pantai sambil menikmati pemandangan laut di sore hari. Setelah berjalan beberapa saat, sang kakek melihat ada jejak kaki di pantai. Jejak kaki seorang anak. Ia kemudian menerawang ke depan berusaha mencari sosok pemilik jejak kaki tersebut. Terlihat di kejauhan seorang anak lelaki sedang berjalan pelan sepanjang pantai, sambil sesekali membungkuk lalu melempar sesuatu ke laut. Anak ini terus melakukan kegiatan tersebut berulang-ulang kali secara konsisten.

Didorong oleh rasa penasaran, sang kakek akhirnya mempercepat langkah kakinya demi mengejar sang anak tersebut. Akhirnya setelah beberapa lama berjalan, sang kakek berhasil mengejar anak tersebut. Ternyata anak tersebut selama ini sambil menyelusuri tepi pantai, sambil memungut bintang laut dan melemparkannya ke laut. Sang kakek semakin penasaran dan bertanya kepada si anak, “Nak, apa yang sedang kamu lakukan?”

Sang anak menoleh ke arah sang kakek, kemudian menjawab, “saya sedang menyelamatkan nyawa para bintang laut ini. Apabila mereka tidak saya tolong, maka mereka bisa mati karena kekeringan!”
Mendengar jawaban ini, sang kakek tertawa dan membalas, “nak, pantai begitu panjang dan bintang laut di sepanjang pantai ini begitu banyak! Tidak mungkin kamu sendiri bisa menolong sebegitu banyaknya bintang laut! Itu pekerjaan yang percuma dan hanya membuang tenaga! Kamu tidak mungkin seorang diri mampu membuat perbedaan yang besar!” 

Sang anak hanya terdiam sejenak, lalu ia membungkuk mengambil sebuah bintang laut, kemudian dilempar ke dalam laut. Setelah itu, anak tersebut menengok ke arah sang kakek, tersenyum dan berkata, “Saya membuat perbedaan bagi bintang laut tersebut. Mungkin apabila tidak ada saya, ia akan segera mati, tetapi sekarang tidak lagi. 

Mungkin bagi kita dan keseluruhan bintang laut di pantai ini, segala yang saya lakukan tidak ada apa-apanya. tapi bagi bintang laut tadi, yang saya lakukan adalah segalanya.”

Lalu sang anak kembali melanjutkan kegiatannya dan meninggalkan sang kakek yang mematung terdiam.

Sumber : http://www.nusahati.com/2012/08/hal-kecil-yang-berarti/

Teladan Pelayanan Kristus (Bagian II)

Seorang Hamba Tuhan yang baik adalah seorang yang mengakibatkan nama Tuhan dipermuliakan dan nama Tuhan dibesarkan, serta nama Tuhan dikenal di dalam dunia. Jikalau kita terus mementingkan diriku, diriku, lalu menyatakan diri, menonjolkan diri, hanya mementingkan profit sendiri, kita tidak bisa melayani. Karena melayani berarti senantiasa membesarkan nama Kristus. Pelayanan berarti mati hidup biar Kristus dibesarkan dalam aku yang lemah ini. Always magnify Christ. Always give glory to Him, not to ourselves. Tidak berteriak, tidak menyaringkan suara, tidak memperdengarkan dirinya di jalan yang besar. Yesus Kristus melakukan demikian. Yesus hidup di dunia bukan menonjolkan diri. Dia menjadi contoh kita.

Sekarang kita melihat ayat yang ketiga yang mengatakan: “Bulu yang patah terkulai tidak dipatahkan dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan.” Dia tidak suka menonjolkan diri, tapi bagaimana dengan kelemahan yang ditemukan di dalam diri orang lain? Dia tidak menertawakan, tidak menghina, tidak mengejek, tidak menginjak. Dia tetap menghargai orang lain. Buluh yang terkulai, apa artinya? Buluh itu adalah semacam rumput yang tinggi di padang. Kadang-kadang setinggi manusia, tapi kalau sudah dipatahkan satu kali, terkulai namanya. Jadi tidak pernah bisa tegak lagi. Satu kali dipatahkan, sudah terkulai, dan itu tidak bisa kembali lagi. Jika orang melihat buluh terkulai biasanya akan dirobek, dipatahkan, dimain-main, dinjak-injak; namun Yesus tidak. Yesus tidak pernah mematahkan hati siapapun, Yesus tidak pernah mengecewakan siapapun. Waktu Yesus melihat keterkulaian kita, Dia tidak mematahkannya.

Kedua, api yang berasap tidak dipadamkan. Apakah arti api yang berasap? Yaitu sumbu yang sudah kehabisan minyak, yang sudah tidak mempunyai kekuatan menyala lagi. Yang ada adalah sisa-sisa kehangatan tadi. Sekarang sisa hanyalah asap saja. Hal yang seperti itu biasanya dimatikan, karena tidak ada lagi apinya. Kalau tidak ada apinya, maka keluarlah asap. Kalau api masih ada, maka asap tidak ada. Kalau apinya makin murni, makin biru, asapnya makin tidak ada. Tetapi kalau apinya tidak bagus, mungkin minyaknya kotor, atau sumbunya tidak dipotong, asapnya menjadi besar. Dan kalau sudah selesai dan tidak ada minyaknya lagi, dan yang tinggal hanyalah asap putih, maka banyak orang akan memadamkannya. Yesus berkata, “Aku tidak.” Saya sangat tergerak dengan satu hal, “Buluh yang terkulai tidak dipatahkan. Api yang berasap tidak dipadamkan.” Hal ini berarti: mengerti bagaimana mengerjakan pekerjaan Tuhan, bagaimana menghadapi orang yang lemah.

Siapakah yang menjadi rekan Yesus yang paling dekat, khususnya sebelum Dia memilih ke-12 murid? Siapa? Yohanes Pembaptis, bukan? Yohanes Pembaptis adalah rekan Yesus yang paling dekat. Dia yang merintis dan membuka jalan untuk Yesus Kristus. Tetapi Yohanes Pembaptis akhirnya ditangkap. Yesus bebas, namun Yohanes Pembaptis ditangkap. Waktu Yohanes Pembaptis ditangkap, dia menjadi kecewa sekali, karena setelah ditunggu-tunggu Tuhan Yesus tidak menolong dia. Yohanes Pembaptis mengutus 2 orang muridnya untuk datang kepada Yesus dan bertanya: “Hai, Raja apakah Engkau adalah yang dikirim atau kita harus menunggu lagi, mengharapkan lagi? Kalau kita harus mengharap lagi, berarti engkau bukan Mesias. Jikalau Engkau Mesias, beritahukanlah kepada kami.” Siapakah yang mengirim orang-orang ini? Yohanes Pembaptis, guru kami. Mengapa dikirim? Karena dia berada di penjara. Dia menyuruh kami datang untuk mencari tahu Engkaukah Kristus? Engkaukah Mesias? Yesus langsung sadar bahwa rekan ini sudah mencurigai diri-Nya. Hubungan antar rekan sudah retak. Rekan yang paling akrab sudah menjadi kecewa kepada Dia. Tapi Yesus tidak mengatakan, “Pulang dan beritahu Yohanes Pembaptis, mengapa kecewa, imannya kok kecil? Kurang ajar karena berani meragukan sifat Mesias-Ku. Katakan padanya kalau kurang iman, berhati-hatilah engkau!” Begitukah Yesus? Tidak! Yesus menjawab secara positif. Kita harus belajar hal ini dalam hubungan antar rekan. Yesus menjawab, “Katakan pada Yohanes, yang buta sudah melihat, yang lumpuh sudah berjalan, yang mati sudah bangkit, yang tuli sudah mendengar.” Berarti biarlah fakta yang membuktikan Aku ini Mesias atau bukan. Tidak usah pembelaan apapun. Seorang yang melayani Tuhan, selalu jatuh dalam kelemahan. Mengapa demikian? Sedikit diragukan oleh orang lain, langsung dibela. Nama dicela sedikit, langsung marah-marah karena dia tidak bisa diganggu.

Keakuannya terlalu besar. Tetapi Yesus tidak. Rekan meragukan Aku. Aku menguatkan dia. Rekan mengutus orang untuk menguji Aku, Aku memberikan jawaban positif untuk dia. Dan Yesus tidak mengkritik Yohanes di belakang Yohanes. Yesus bahkan memuji Yohanes di belakang Yohanes. Inilah keharmonisan rekan yang perlu kita pelajari. Siapakah Yohanes? Yohanes adalah buluh yang terkulai, Yohanes adalah sumbu yang berasap. Darimana saya berani menafsirkan begini? Karena dalam Alkitab dikatakan, “Mengapa engkau ke padang belantara? Engkau melihat buluh-buluh itukah? Mengapa engkau pergi ke padang belantara mendengar khotbah dia. Dengan sesungguhnya aku berkata kepadamu Yohanes adalah lampu yang berpasang dan bercahaya.” Itu bukan sekadar lampu yang bercahaya, tapi lampu yang sudah dipasang paling bercahaya. Berarti orang Israel pergi ke padang belantara, dibaptiskan lalu mendengar khotbah dari Yohanes Pembaptis. Jangan lupa, dia adalah buluh yang tinggi, yang tegas seperti buluh yang ada di padang belantara. Engkau pergi melihat buluhkah? Engkau pergi melihat lampukah? Tetapi dia sekarang menjadi buluh yang terkulai, dia menjadi lampu yang berasap. Jadi kalimat di dalam Alkitab itulah yang saya gabungkan ke dalam pasal 42 ini.

Yohanes Pembaptis adalah buluh yang terkulai. Yohanes Pembaptis adalah sumbu yang berasap. Tuhan memadamkan? Tidak! Tuhan mematahkan? Tidak! Tuhan menghibur, memuji di belakang dia. Memberikan message untuk menguatkan dia. Beritahu kepada Yohanes, meskipun Aku tidak datang ke penjara untuk menyelamatkan dia, biarlah dia tahu bahwa Akulah Mesias. Bukan karena Aku hendak memuji dia, namun karena dia tidak mau memperkenalkan diri. Bukan berteriak- teriak tentang diri, bukan mau menonjolkan diri. Beritahu kepada dia mengenai fakta ini, bukankah teriakan orang tuli sudah terdengar, orang buta sudah melihat, orang timpang sudah berjalan, orang mati sudah hidup. Mereka pulang membawa berita itu, Yohanes tahu dan sadar Yesus tetap mencintai dia, Yesus tidak mematahkan hatinya di dalam kesulitan seperti itu. Yesus tidak memadamkan api yang sekarang sudah berasap dan kehilangan minyak, yang sudah tidak memiliki kekuatan lagi dan dia disegarkan dengan kalimat, “Barangsiapa yang tidak jatuh karena Aku, berbahagialah.” Itu adalah kalimat yang menyebabkan Yohanes tidak jatuh. Sampai dipenggal kepalapun, ia tetap setia melayani Tuhan.  Mari kita belajar dari Yesus, ada lima kata ‘tidak’. Tidak menyaringkan suara, tidak memperkenalkan diri, tidak memperdengarkan diri, kedua lagi kepada orang lain tidak mematahkan, tidak memadamkan. Ini Hamba Tuhan yang baik. Kita masuk ke dalam ayat yang ketiga. Di sini dikatakan, “Dia tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia dia akan menyatakan hukum.” Kalimat ini muncul dua kali, ” Dia dengan setia menyatakan hukum.” Terjemahan lain mengatakan, “Dia tidak akan menyerah sampai kebenaran ditegakkan di atas bumi.” Orang yang mau menegakkan hukum dan kebenaran mendapat ancaman yang banyak dan luar biasa. Inilah zamannya di Indonesia kita melihat segala sesuatu yang tidak beres, segala sesuatu diputarbalikkan. Orang yang dibunuh, dihina, yang membunuh, tidak ada yang masuk penjara. Ratusan gereja sudah dibakar dan belum ada satu orang pun yang membakar gereja dimasukkan ke pengadilan. Yang mencuri uang 50 ribu masuk penjara, namun yang mencuri uang 50 trilyun dibebaskan. Inilah zaman di mana segala sesuatu diputarbalikkan, sehingga siapapun yang menjadi presiden dalam zaman ini menghadapi kesulitan yang paling sulit. Siapapun menjadi jaksa agung, meskipun jujur, namun tetap sulit melakukan kebenaran. Siapapun yang mau menenangkan kerusuhan-kerusuhan sangatlah sulit. Ini adalah suatu pertarungan di dalam negara Indonesia, di mana uang mengambil alih kekuasaan untuk menekan militer, untuk menekan hukum, menekan akan rakyat, menekan suara hati nurani. Kita harus berdoa untuk negara Indonesia agar kebenaran itu boleh ditegakkan. Hukum-hukum tetap ditegakkan dan contoh yang terbaik dari kita adalah Yesus Kristus. Yesus berperang dengan ketidakadilan, berperang dengan dosa. Sampai diri-Nya sendiri dipaku di atas kayu salib pun, Ia tidak mau menyerah. Jikalau mereka tidak bisa beres karena tidak bersandar kepada Roh Tuhan, sehingga hanya berputar-putar pada permainan kata dan hukum kebenaran tidak ditegakkan, mungkinkah orang Kristen ikut terjun di dalam kerusakan mereka? Berkatalah tidak kepada setan dan berkatalah kepada Tuhan, “Pakailah saya untuk menegakkan hukum kebenaran di negara Indonesia. Jika tidak, saya tidak rela mati, saya mau berjuang terus.”

Indonesia memerlukan sekelompok orang yang sungguh-sungguh tidak takut mati dan hanya takut jika Tuhan Allah marah. Ada sekelompok orang yang sungguh-sungguh tidak takut mati dan hanya takut jika Tuhan Allah marah. Ada sekelompok orang yang tidak takut mati dan hanya takut memarahkan Tuhan, takut tidak berkenan kepada Tuhan. Mari kita belajar dari Yesus yang tidak menonjolkan diri, tidak memuliakan diri, tidak memperdengarkan diri, tetapi Dia adalah orang yang juga tidak mematahkan buluh yang terkulai, api yang sudah berasap dan Dia sendiri mau menegakkan keadilan sampai jadi. Ayat keempat untuk mencapai sasaran ini, menjalankan tugas panggilan dari Tuhan adalah sekarang Dia memakai hal yang sama untuk menghadapi diri dalam keberanian yang luar biasa.

Ayat keempat dikatakan, “Dia sendiri tidak akan menjadi pudar dan tidak akan patah terkulai. Dia sendiri tidak akan kecewa, tidak akan putus asa.” Hal ini berarti suatu tekad bulat untuk berjuang sampai mati dan tidak mau ditaklukan, tidak mau menyerah. That’s Christian Spirit, undying Spirit of struggle, undying Spirit of fighting, undying Spirit to establish the truth. Apakah yang menjadi ciri khas kekristenan yang sejati? Yaitu api yang tidak pernah mau padam, yaitu niat yang tidak pernah mau mati untuk betul-betul menjalankan Firman Tuhan, untuk memberitakan Firman, menjalankan kehendak Bapa, untuk teguh mengikuti Roh Kudus, untuk mengubah dunia. Dunia sangat memerlukan orang-orang seperti ini. Kalau kita mendengarkan panggilan Tuhan, biarlah kita mengatakan, “Tuhan berilah kekuatan kepadaku, tekad yang bulat kepadaku, berikan mental yang kuat untuk seumur hidup tidak terkulai, seumur hidup tidak padam.

Tapi aku sendiri berjanji kepada diriku: ‘Aku mau mati-matian mempertahankan semangat, mati-matian mempertahankan kesetiaan. Kepala boleh dipotong, darah boleh dialirkan, tetapi jiwaku tidak boleh dikompromikan dengan dosa.” Jikalau ada orang Kristen semacam ini yang menyerahkan diri supaya dipakai oleh Tuhan menuju kepada abad ke-21, maka masa depan Indonesia akan menjadi cerah sekali. Demikianlah kita berdoa kepada Tuhan supaya ada orang yang bertekad bulat tidak mau menyerah. Undying Spirit, undying fire, to fight for the truth and to fight against them all. Orang-orang Kristen yang berani sampai mati berperang untuk membela kebenaran dan melawan kejahatan, akan dipakai oleh Tuhan. Ia sendiri tidak akan menjadi pudar dan Ia sendiri tidak akan patah terkulai sampai menegakkan hukum di bumi.

Kalimat terakhir, “Segala pulau mengharapkanpen gajaran-Nya.” Ketika saya membaca sampai ayat ini, saya membayangkan Indonesia. Tidak ada negara yang lebih banyak pulaunya dibandingkan dengan Indonesia. Segala pulau menunggu pengajaran-Nya. Injil harus dikabarkan ke 13.600 pulau di Indonesia. Injil harus diberitakan di semua tempat, di pelosok-pelosok, karena semua pulau, menanti pengajaran-Nya. Siapakah yang pergi? Hamba Tuhan yang baik itu yang bagaimanakah? Yang dipegang oleh Tuhan, yang dipilih oleh Tuhan, yang taat kepada Tuhan, yang memperkenan Tuhan, yang diurapi oleh Roh Kudus, yang mempunyai tekad kuat menegakkan kebenaran, yang sendiri tidak terpatahkan, yang sendiri tidak terkulai, yang tidak akan kecewa, tidak akan putus asa, yang benar-benar mencintai rekan dan begitu berani karena mencintai orang lain. Kalau orang lain terkulai, ia tidak menghina. Kalau orang lain kecewa, ia tidak menghina. Ia sendiri tidak kecewa, ia sendiri tidak putus asa, ia sendiri tidak tawar hati, tapi dia menghibur rekan-rekan yang tawar hati, bukan menghina dan mengejek, bukan bertarung satu sama lain, tapi memberikan kekuatan, mendorong supaya semua api menyala, semua bersemangat ditegakkan kembali, semua anak Tuhan dibangkitkan menjadi laskar yang besar.

“Lihatlah domba-Ku, lihatlah Hamba-Ku ini,” Bapa memberikan kesaksian kepada Anak Domba Allah, yaitu Yesus yang menjadi hamba, yang menjadi contoh bagi engkau dan saya. Dan saya berkata, “Tuhan, saya sudah menerima panggilan-Mu, sekarang panggillah pemuda-pemudi, adik-adik saya. Tuhan, panggillah generasi muda sebelum aku naik ke surga. Dengan usia 60 tahun ini, saya tidak lagi muda, tapi saya berani berkata semangat saya tidak kalau dengan siapapun yang lebih muda dari saya. Dan puji Tuhan, dalam keadaan letih lesu, sering sakit, tapi api terus membakar. Kita akan terus menuju pada lubang kuburan pada waktu Tuhan sudah sampai. Tapi saya berkata kepada Saudara-saudara, siapa yang berkata, setelah aku mendengarkan pujian Bapa tentang anak-Nya, pelayanan Anak menjadi contoh dan saya bersedia jikalau Tuhan hendak memakai saya. Di sini aku Tuhan, utuslah aku. Aku mau dipakai untuk Tuhan.”
———–
Artikel ini Disarikan Dari Khotbah Pdt. Dr Stephen Tong Yang Disampaikan Pada KKR Pembukaan Kamp Nasional Mahasiswa 2000
12 Agustus 2000

Sumber : http://www.nusahati.com/2012/08/teladan-pelayanan-kristus-bagian-ii/

The Missing Rib

Add caption
A girl in love asked her boyfriend: “Tell me, who do you love most in this world?”
“You, of course!”
“In your heart, what am I to you?”
The boy thought for a moment and looked intently in her eyes and said, “You are my rib. In the Holy Book, it was said that God saw that Adam was lonely. During his sleep, God took one of Adam’s rib and created Eve. Every man has been searching for his missing rib. Only when you find the woman of your life will you no longer feel the lingering ache in your heart.”

After their wedding, the couple had a sweet and happy life for a while. However, the youthful couple began to drift apart due to the busy schedule of life and the never-ending worries of daily problems. Their life became mundane. All the challenges posed by the harsh realities of life began to gnaw away at their dreams and love for each other. The couple began to have more quarrels, and each quarrel became more heated.

One day, after a quarrel, the girl ran out of the house. At the opposite side of the road, she shouted, “You don’t love me!” The boy hated her childishness, and out of impulse retorted, “Maybe it was a mistake for us to be together! You were never my missing rib!”

Suddenly, she turned quiet and stood there for a long while. He regretted what he said, but words spoken are like thrown away water — you can never take them back. With tears, she went home to pack her things and was determined on breaking up.

Before she left the house, the girl said, “If I’m really not your missing rib, then please let me go.” She continued, “It is less painful this way. Let us go on our separate ways and search for our own partners.”
Five years went by. He never remarried but he had tried to find out about her life indirectly. She had left the country and came back. She had married a foreigner and divorced. He felt anguished that she never waited for him. In the dark and lonely night, he lit his cigarette and felt the lingering ache in his heart. He couldn’t bring himself to admit that he was missing her.
One day they finally met — at the airport — a place where there were many reunions and good-byes. He was going away on a business trip. She was standing there alone, with just the security door separating them. She smiled at him gently.
(b): “How are you?”
(g): “I’m fine. How about you. Have you found your missing rib?”
(b): “No.”
(g): “I’ll be flying to New York on the next flight.”
(b): “I’ll be back in 2 weeks time.”
(g): “Give me a call when you get back. You know my number. Nothing has changed.” With a smile, she turned around and waved good-bye.
One week later, he heard of her death. She had perished in New York — in the event that shocked the world.
Midnight. Once again, he lit his cigarette. And like before, he felt the lingering ache in his heart. He finally knew that she was the missing rib that he had so carelessly broken.

- AUTHOR UNKNOWN -
 Sometimes people say things out of moments of fury. Most often than not, the outcome could be disastrous and detrimental. We vent our frustrations 99% at our loved ones. And even though we know that we ought to “think twice and act wisely,” it’s often easier said than done.
Things happen each day, many of which are beyond our control. Let us treasure every moment and everyone in our lives. Tomorrow may never come. Give and accept what you have today.
“Men stumble over pebbles, never over mountains.” – Emilie Cady

Sumber : http://www.nusahati.com/2012/08/the-missing-rib/

Meja Kayu Untuk Kita?

like fa like son
Suatu ketika, ada seorang kakek yang harus tinggal dengan anaknya. Selain itu, tinggal pula menantu, dan anak mereka yang berusia 6 tahun. Tangan orangtua ini begitu rapuh, dan sering bergerak tak menentu. Penglihatannya buram, dan cara berjalannya pun ringkih. Keluarga itu biasa makan bersama di ruang makan. Namun, sang orangtua yang pikun ini sering mengacaukan segalanya. Tangannya yang bergetar dan mata yang rabun, membuatnya susah untuk menyantap makanan. Sendok dan garpu kerap jatuh ke bawah. Saat si kakek meraih gelas, segera saja susu itu tumpah membasahi taplak.

Anak dan menantunya pun menjadi gusar. Mereka merasa direpotkan dengan semua ini. “Kita harus lakukan sesuatu, ” ujar sang suami. “Aku sudah bosan membereskan semuanya untuk pak tua ini.” Lalu, kedua suami-istri ini pun membuatkan sebuah meja kecil di sudut ruangan. Disana, sang kakek akan duduk untuk makan sendirian, saat semuanya menyantap makanan. Karena sering memecahkan piring, keduanya juga memberikan mangkuk kayu untuk si kakek.

Sering, saat keluarga itu sibuk dengan makan malam mereka, terdengar isak sedih dari sudut ruangan. Ada airmata yang tampak mengalir dari gurat keriput si kakek. Namun, kata yang keluar dari suami-istri ini selalu omelan agar ia tak menjatuhkan makanan lagi. Anak mereka yang berusia 6 tahun memandangi semua dalam diam.

Suatu malam, sebelum tidur, sang ayah memperhatikan anaknya yang sedang memainkan mainan kayu. Dengan lembut ditanyalah anak itu. “Kamu sedang membuat apa?”. Anaknya menjawab, “Aku sedang membuat meja kayu buat ayah dan ibu untuk makan saatku besar nanti. Nanti, akan kuletakkan di sudut itu, dekat tempat kakek biasa makan.” Anak itu tersenyum dan melanjutkan pekerjaannya.

Jawaban itu membuat kedua orangtuanya begitu sedih dan terpukul. Mereka tak mampu berkata-kata lagi. Lalu, airmatapun mulai bergulir dari kedua pipi mereka. Walau tak ada kata-kata yang terucap, kedua orangtua ini mengerti, ada sesuatu yang harus diperbaiki. Malam itu, mereka menuntun tangan si kakek untuk kembali makan bersama di meja makan. Tak ada lagi omelan yang keluar saat ada piring yang jatuh, makanan yang tumpah atau taplak yang ternoda. Kini, mereka bisa makan bersama lagi di meja utama.

Sumber :  http://www.nusahati.com/2012/08/meja-kayu-untuk-kita/

Teladan Pelayanan Kristus (Bagian I)

Pada tahun 1995, Kamp Nasional Mahasiswa (KNM) mengumpulkan mahasiswa dari 27 propinsi. Kamp kali ini Cuma mengumpulkan 26 propinsi. Kita tidak tahu bagaimana keadaan pada hari depan. Setiap pertemuan adalah pertemuan yang tidak terulang lagi. Setiap kesempatan yang diberikan Tuhan adalah kesempatan yang mencatat sejarah, meskipun mungkin kita merasa ini adalah kesempatan yang sering ada. Tahun 1949, pada waktu komunis mengambil alih kekuasaan di Tiongkok, dari hari itu sampai sekarang sudah 51 tahun, namun belum pernah ada pertemuan dari mahasiswa-mahasiswa Kristen di manapun. Indonesia sedang menuju kepada kemungkinan perpecahan, separatis-separatis sedang bekerja untuk menghancurkan keutuhan negara ini. Maka biarlah kita sangat menghargai, menghormati, menyayangi, dan memakai baik-baik anugerah Tuhan untuk Kamp Nasional di Indonesia ini. Lima tahun yang lalu saya mengisi satu sesi di KNM. Barangsiapa yang mengikuti Kamp Nasional di sini 5 tahun yang lalu coba mengacungkan tangannya. Kira-kira hanya 2% yang mengangkat tangan. Jadi, setiap Kamp Nasional adalah Kamp Nasioanal yang tidak akan terulang lagi. Kiranya Tuhan bekerja terus menerus di dalam proses sejarah ini untuk memanggil, memilih, meneguhkan dan mengurapi pemuda pemudi yang akan dipakai oleh Tuhan.  Masa muda kita tidak akan kembali lagi. Dulu saya lebih muda dari Anda. Percaya tidak? Dulu saya jauh lebih muda daripada Anda. Waktu anak saya yang paling kecil menemukan foto saya di dalam laci, dia bertanya, “Siapa ini? Dia mudanya ganteng sekali ya Ma! Siapa ini? Di antara kelasku, di antara kawanku tidak ada yang ganteng seperti ini.” “Itu papamu,” nyonya saya menjawab. “Masa? Kok sekarang jadi jelek begitu, kok jadi tua begini?” Nah, jangan tertawa, karena dulu saya pernah lebih muda dari Anda dan esok mungkin engkau lebih tua dari saya.

Karena sejarah memproses, mendesak kita menuju kepada tepi waktu yang menjadi perbatasan kekekalan. The age in between eternity and temporary. Kita semua sedang melihat datangnya millennium baru, satu abad baru. Abad yang lama satu persatu digeser, sehingga tidak ada lagi di dalam sejarah. Yang ada hanyalah di dalam ingatan – tidak ada lagi di dalam kewujudan yang konkrit karena waktu dan abad yang lampau hanya tercatat di dalam catatan sejarah dan beberapa di dalam ingatan memori kita. Itu sebabnya kita harus menghargai waktu.  Abad ke-20 dianggap abad yang paling pintar, abad yang paling maju, abad yang paling muktahir, abad yang paling pesat perkembangan teknologinya. Kita harus mengakuinya. Tetapi bagi analisa saya, abad 20 adalah abad yang bodoh. Di dalam abad ke-20 tidak banyak pikiran yang kreatif, yang memajukan manusia dalam bidang moral, iman, kerohanian dan keanggunan karakter. Abad ke-20 telah menjadikan kita ditaklukan oleh abad ke-19, sehingga pikiran-pikiran ideologi, arus- arus filsafat abad ke-19 telah disembah sujud oleh orang-orang pintar abad ke-20 dan dibawa untuk mendidik anak-anak muda. Hal ini menyebabkan abad ke-20 menjadi tidak karu-karuan. Apa yang diajarkan di dalam abad ke-19, apa yang menjadi suatu pertumbuhan yang pesat untuk mempengaruhi pikiran-pikiran pemuda abad ke-20, semuanya itu diambil dari abad ke-19. Maka kita harus  mengerti bahwa abad ke-19 lebih kreatif. Abad ke-20 adalah abad pengikut. Kapan komunisme dimulai? Abad ke-19. Kapan dijalankan? Abad ke-20. Kapan eksistensialisme dimulai? Abad ke-19. Dan kapan dilaksanakan di seluruh dunia? Abad ke-20. Kapan logical positivism dimulai? Abad ke- 19. Lalu kapan dipraktekan? Abad ke-20. Jadi orang-orang abad ke-20 tidak  mempunyai pendirian sendiri. Kita ambil suatu pikiran dari Karl Marx, Darwin, Hegel, August Comte, kita ambil pikiran-pikiran dari abad ke-19 untuk menjajahi pikiran abad ke-20. Orang-orang abad ke-20 begitu mentaati, mengikuti jalan pikiran abad ke-19; lalu kita memakai 70 tahun atau lebih di daerah-daerah tertentu untuk mempraktekkan teori-teori dari Aufklarung ? Enlightenment. Akibatnya kita sadar bahwa evolusi tidak bisa diandalkan, scientism tidak bisa diandalkan, rasionalisme sangat terbatas, eksistensialisme banyak salahnya. Waktu kita sadar komunisme salah, evolusi salah, semua salah, kita sadar bahwa ternyata hari-hari di abad ke-20 hanya sisa beberapa tahun saja. Tahun 1989 komunis kolaps, terbukti jikalau teori ekonominya diadopsi dipraktekkan di negara apa saja, maka negara tersebut pasti bangkrut. Sekarang yang paling celaka bangkrut terakhir yaitu negara Korea Utara dan Kuba yang masih coba bercokol dan tidak mau bertobat dari komunisme. Abad ke-20 akhirnya sadar bahwa kita sudah salah. Sudah salah lalu bagaimana? Kita tidak mau bertobat, belum mau kembali kepada Tuhan. Kita belum kembali mengaku dosa kita dan minta cahaya kebenaran Firman Tuhan untuk mengoreksi kita. Abad ke-19 bukan saja hanya dalam hal-hal yang saya sebut tadi.

Abad ke-19 sudah menghasilkan modernisme, liberal dan akhirnya dipraktekkan di dalam abad ke-20. Akibatnya apa? Gereja- gereja menjadi kosong. Gedung-gedung yang besar hanya diisi oleh orang-orang yang tua dan hanya segelintir. Seorang dosen dari Universitas di Manado studi di Jerman. Sebelum pulang dia melewati suatu kota lalu mengikuti kebaktian hari Minggu di situ. Gedung Katedral itu mungkin bisa menampung 3.000 orang, namun yang mengikuti kebaktian belum sampai 50 orang. Waktu kebaktian selesai, di saat berjabat tangan dengan pendeta yang berkhotbah, pendeta tersebut mengatakan, “Puji Tuhan hari ini masih ada orang muda seperti engkau yang mengikuti kebaktian di sini.” Dosen ini umurnya 56 tahun! Puji Tuhan masih ada orang muda mau mengikuti kebaktian!  Waktu saya mendengar cerita itu saya ingin menangis. Kalau kita tidak menggarap para pemuda, tidak menggarap mahasiswa, tidak menggarap generasi yang akan datang, maka bukan saja generasi muda itu sendiri akan hilang untuk selama-lamanya tetapi penerus Injil juga tidak akan ada di dalam kesinambungan sejarah. Dan gereja akan mengalami Post Christian Era – zaman pasca kekristenan. Orang yang mengatakan, “Oh, dulu ada kekristenan, dulu ada iman Kristen. Dulu pernah ada gereja. Tapi itu kan dulu, yang kuno yang lama.” Seperti orang di Jawa Tengah yang tidak lagi mengerti apa itu Budhisme Hinduisme. Tetapi mereka boleh membanggakan, di sini ada Prambanan, di sini ada Borobudur. Dulu di sini pernah ada agama besar. Tapi sekarang daerah itu tidak lagi mempunyai kepercayaan seperti itu.

Mungkinkah kekristenan mengalami pasca kekristenan? Mungkin! Dan ini sudah diwanti-wanti oleh Francis Schaffer, sudah diberitakan oleh orang yang bersifat pelayanan nabiah dan kita harus hati-hati. Hari ini saya mau berbicara kepada Saudara agar Tuhan mau memakai engkau untuk  menyambung sinar cahaya Injil kepada abad ke-21. Empat puluh tiga tahun yang lalu saya menerima panggilan Tuhan dengan airmata membasahi seluruh pakaian dan berkata, “Tuhan pakailah saya. Jikalau aku menyerahkan diri, aku akan melayani Engkau dengan setia dan jujur, sungguh-sungguh sampai mati.” Saya janji dengan tangisan di hadapan Tuhan. Sekarang, jika saya cerita lagi, itu bukan teori, tapi suatu sharing hidup. Saya sudah melayani selama 43 tahun, dan sampai hari ini saya tetap melihat Tuhan setia dan tidak meninggalkan kami. Karena tertulis dalam Roma 11, bahwa panggilan Tuhan dan karunia dari Tuhan tidak pernah disesalkan oleh Tuhan sendiri. Tuhan memberikan panggilan, memberikan utusan, memberikan urapan, memberikan karunia. He never regret about that. God will never regret about the gift and the calling from Him. Maka kita berdoa agar di antara pemuda-pemudi di seluruh Indonesia ada telinga-telinga yang peka, ada hati yang peka, ada sikap-sikap yang terbuka untuk Tuhan. Tuhan pakai saya, panggil saya, utus saya, dan saya mau dipakai Tuhan.

Saya pernah di dalam International Preassembly di Korea, berkhotbah pada 70.000 orang. Yang berkhotbah bukan hanya saya sendiri, tapi banyak pengkhotbah internasional di situ. Dan saya mengatakan dengan teriakan, “Kita akan mendoakan ada 10 juta pemuda- pemudi yang  meneruskan penginjilan dan dipanggil oleh Tuhan.” Lalu ada seorang wartawan mengatakan, “Apakah yang kau katakan itu tidak terlalu besar? Ten millions to Him?” Saya menjawab, “Yes, ten millions. Ten millions is not a big number.” Karena apa? Karena orang yang mengaku diri Kristen ada 1.500 juta. Kalau di antara 1.500 juta, ada 150 juta orang Kristen yang menjadi Hamba Tuhan, terlalu banyak tidak? Tidak. Mestinya perpuluhan kan? Saudara-saudara berpikir perpuluhan itu uang saja. Mestinya jika ada 100 anggota, 10 yang menjadi Hamba Tuhan.  perpuluhan. Ten millions is less than point eight percent. Tidak sampai satu persen. Kalau 100 orang satu menjadi Hamba Tuhan, engkau kira terlalu banyak? Tidak!

Dan saya mengatakan, di antaranya saya harap paling sedikit ada 500 ribu orang dari Indonesia. Wah, 500 ribu orang dari Indonesia. Mungkin tidak? Mungkin! Jangan kira Tuhan tidak mungkin mengerjakan sesuatu yang ada di luar dugaan kita. Tuhan kita adalah Tuhan yang mampu bekerja dan saya sepanjang 43 tahun ini memanggil, berteriak untuk menyerahkan diri menjadi Hamba Tuhan, memenuhi panggilan-Nya. Mungkin saudara tidak percaya selama 43 tahun di dalam pelayanan saya, yang pernah maju ke depan di dalam kebaktian- kebaktian yang saya pimpin yang mau menyerahkan diri melayani Tuhan, sudah lebih 150 ribu orang. Di mana mereka berada sekarang, saya tidak tahu. Apakah mereka masih melayani, saya tidak tahu. Tapi saya tahu Tuhan adalah Tuhan yang memanggil pemuda-pemudi untuk meneruskan pekerjaan-Nya, untuk dipakai oleh Tuhan.

Mari kita membaca Kitab Suci dari Yesaya 42:1-4, kita melihat hamba yang dipakai oleh Tuhan itu yang seperti apa. Lalu apakah mungkin diurapi oleh Tuhan, sehingga kita menjadi Hamba Tuhan yang semacam ini? Siapakah yang dikatakan di sini? Saya percaya Anak Allah yang Tunggal adalah Kristus sendiri mendapatkan pujian dari Bapa yang mengutus Dia dan menjadi contoh bagi siapapun yang diutus oleh Yesus sendiri. He pleased God and He’s the example for everybody sent by Him. Ini merupakan suatu syair, suatu sajak yang keluar dari mulut Allah Bapa, Tuhan sendiri, untuk memuji bagaimana Allah Anak menjadi Hamba-Nya. Dua kali waktu Yesus di dunia, langit terbuka dan Allah Bapa mengatakan inilah Anak-Ku yang Kukasihi, dengarlah olehmu akan Dia. Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, dengarlah kepada-Nya. Bapa demikian antusias, demikian sungguh-sungguh untuk memperkenalkan Kristus Anak-Nya, karena inilah Anak yang menyenangkan Bapa, inilah Anak yang menjalankan kehendak Bapa. Tetapi bagaimana kita bisa menguraikan Yesus menyenangkan Bapa, berkenan kepada Bapa? Kecuali engkau mengerti bagian yang engkau baca.

Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupegang. Istilah yang Kupegang adalah yang Kujunjung, yang Kulindungi, yang Kutegakkan. Ini berarti orang yang bagaimanapun lemah, tidak usah takut. Bagaimanapun tidak kuatnya kita tetap tidak usah kecewa, karena ada yang memegang kita, ada yang memimpin dan yang menegakkan kita, sehingga kita tidak jatuh. Banyak pemuda-pemudi yang merasa ada panggilan Tuhan, tapi tidak berani menginjakkan langkah pertama kepada pimpinan Tuhan hanya karena takut jatuh, takut lemah, takut tidak bias menjalaninya sampai selesai. Saya tahu ada orang yang terlalu berani menyerahkan diri menjadi Hamba Tuhan dan tidak kuatir, tidak takut, namun akhirnya jatuh. Tapi justru saya melihat ada orang-orang yang yang dari permulaan takut jatuh, takut lemah, takut tidak bisa selesaikan tugas yang Tuhan berikan, namun justru kalau orang itu menyerahkan diri pasti lebih baik dari mereka yang merasa diri sanggup. Karena Tuhan memberkati orang yang rendah hati. Tuhan akan melakukan mujizat atas orang yang merasa diri lemah. Tuhan akan menyatakan kuasa-Nya melalui kelemahan manusia. Karena kita menganggap diri hebat, menganggap diri kuat, menganggap diri sanggup, maka pelayanan kita selalu dihambat oleh kesombongan kita. Tapi jikalau kita merasa diri kurang, merasa diri miskin, merasa diri perlu Tuhan, di situlah engkau akan menjadi kuat karena Tuhan memegang engkau.

Lihatlah Hamba-Ku ini yang Kupegang. Tidak ada orang yang sanggup menjalankan kehendak Tuhan, kecuali dipegang dan dipimpin oleh Tuhan sendiri. Tidak ada seorang mungkin menjadi sempurna dan tidak jatuh, kecuali Tuhan memelihara dia sendiri. Dan Yesus dengan lembut mengatakan: Akulah pokok anggur atau Akulah pohon anggur. Anggur boleh disebut pokok anggur atau boleh disebut sebagai pohon? Kalau boleh, maka itu adalah pohon yang paling lemah di antara semua pohon yang paling lemah di antara semua pohon. Waktu Tuhan Yesus memilih suatu tumbuh-tumbuhan untuk mengibaratkan diri-Nya sendiri, maka Dia memilih yang paling lembut. Waktu Tuhan memilih sejenis binatang untuk melukiskan siapa dia, dia justru memilih domba yang paling lembut. Yesus tidak mengatakan: Akulah singa, Akulah badak, Akulah gajah yang besar, Akulah harimau! Tidak! Yesus mengatakan anak domba Allah-lah Dia. Alkitab memakai domba untuk mewakili Kristus. Yesus sendiri memakai pokok anggur untuk mengibaratkan diri. Begitu lembut maka dikatakan Tuhan Bapaku adalah yang membentuk Aku.

Pohon anggur adalah yang paling lembut dan yang paling tidak bermodel. Maka kalau engkau membuat pagar yang panjang untuk pokok anggur, pokok anggur itu akan menjadi pokok anggur yang panjang. Engkau membuat pagar yang tinggi, dia akan merambat menjadi tinggi. Yang lebar, maka dia akan menjadi lebar. Kalau yang kecil, dia akan menjadi kecil. Tidak ada kehendak sendiri di dalam pembentukannya. Dia tahu saya ada di tangan Bapa, biarlah Bapa yang telah mengutus aku, membentuk aku sesuai peta teladan yang Dia mau. Aku adalah pokok anggur dan Bapa-Kulah yang membentuknya. Lihatlah Hamba-Ku yang Kupegang. Janganlah takut menjadi Hamba Tuhan, karena Tuhan memegang engkau. Semua yang menyerahkan diri sungguh-sungguh akan membuktikan kalimat ini benar. Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Tanyalah kepada semua orang yang sungguh-sungguh melayani Tuhan, adakah yang dibuang Tuhan? Tidak ada. Tapi tidak terlalu kaya tidak apa-apa, kan? Banyak orang kaya sekarang di mana? Liem Sioe Liong, Samadikun, Prayogo? Orang kaya buat apa? Pada waktu sombong dengan kekayaannya mereka tidak perlu dipegang oleh Tuhan, daripada orang kaya yang pegang uang. Jadilah Hamba yang dipegang oleh Tuhan!

Kalimat kedua, Tuhan memuji Kristus dengan perkataan bahwa Dia adalah yang Aku pilih. Dia adalah pilihan-Ku, yang dipilih oleh Tuhan. Setiap kali berbicara tentang pilihan, berbicaralah langsung tentang kedaulatan Allah. Dipilih berdasarkan kedaulatan Allah, dipilih berdasarkan kehendak Allah. Orang-orang dipilih bukan karena mereka cukup. Kaum pilihan bukan karena ada syarat dalam diri, sehingga kita dipilih. We are chosen not because our own qualification, our condition. No! Absolutely no! Definetely no! We are chosen because the wisdom and the power sovereignty of God Himself by His grace that we are chosen. Sola gratia. Lihatlah Hamba- Ku yang Kupilih. Seorang Hamba Tuhan yang berkenan kepada-Nya harus berpegang pada Tuhan, ditegakkan oleh Tuhan, dipelihara oleh Tuhan sendiri dan bukan bersandar diri. Seorang yang diperkenan oleh Tuhan adalah seorang yang menerima pilihan Tuhan. Bukan engkau yang memilih Aku. Dengan sesungguhnya Aku berkata kepadamu, “Akulah yang telah memilih engkau.” Dengan demikian setiap orang yang melayani Tuhan harus sadar, kalau kita dipilih, dipakai, dan masih dihargai oleh Tuhan. Jangan lari, tetapi terimalah pilihan Tuhan.

Di dalam pelatihan majelis ada pertanyaan, “Kalau saya dipilih menjadi majelis, bolehkah saya menolak?” Waktu saya menjawab pertanyaan ini, saya gentar. Ada orang yang tidak menghargai kesempatan yang dari Tuhan. Saya menjawab, jikalau engkau dipilih, lebih baik engkau  menerima. Ketika Livingstone meninggal, jantungnya dikuburkan di Afrika, lalu tubuhnya dikirim kembali ke London. Sewaktu dikebumikan upacaranya begitu mulia, begitu meriah, tetapi di pinggir peti yang sedang diusung, ada seorang tua yang terus menangis-nangis tak habis-habisnya. Maka seorang bertanya kepada dia, “Uncle, why are you crying all the way? Mengapa engkau begitu sedih?” Dia menjawab, “Sesungguhnya, aku dan Livingstone sama-sama dipanggil Tuhan. Dia taat, namun saya menolak. Dan sekarang saya melihat hidupku begitu gagal, sedangkan dia dipakai Tuhan dengan luar biasa. Sekarang dia sudah meninggal, saya melihat dengan mata sendiri begitu dihormati orang karena dia menjalankan Kehendak Allah.

Tapi saya pernah menolak Tuhan.” Orang tua ini menyesal, sedih di sepanjang jalan dan memegang peti Livingstone, dan menangis dengan tidak habis-habisnya. Jikalau engkau dipilih, janganlah menghina kepercayaan Tuhan kepadamu. Jikalau digerakkan Roh Kudus, janganlah menolak. Jikalau Tuhan tidak memakai engkau, tidak apa-apa. Bagi Tuhan tidak apa-apa, yang celaka adalah engkau. Tuhan tidak memerlukan saya, Tuhan tidak memerlukan engkau. Kalau Tuhan mau memakai, malaikat lebih cepat cara kerjanya. Tapi Tuhan justru mengindahkan kita yang berdosa, karena dia mengetahui kita perlu mengalami kematian, kebangkitan Kristus sebagai pengalaman diselamatkan yang tidak ada pada dunia malaikat. Maka Tuhan tidak mengutus malaikat untuk mengabarkan Injil. Tuhan mengutus anak-anak Adam yang berdosa dan bertobat, yang benar-benar sadar dan mengalami anugerah Tuhan untuk menjadi Hamba-Nya. Saudara-saudara sekalian yang Kupilih. Lihatlah Hamba-Ku yang Kupegang yang Kupilih.

Kalimat ketiga dari Tuhan Allah kepada Anak-Nya: yang kepada-Nya Aku berkenan. Anak yang menyenangkan Bapa, penghiburan terbesar terhadap Bapa yang berletih lesu, berbanting tulang untuk bekerja membesarkan dia. Orang Kristen yang menyenangkan hati Tuhan, menghibur Tuhan yang pernah mati dan dikuburkan dan yang pernah menerima kutukan, cambukan, pukulan, hukuman mengganti engkau dan saya. Yang berkenan kepada-Ku, Dia berkenan di mata-Ku, Dia menyenangkan Aku. Kalau kalimat ini keluar dari Tuhan tentang hamba siapapun, hamba itu adalah hamba yang sungguh-sungguh setia dan baik dan sukses dalam pelayanan. Anak yang baik menyenangkan Bapa. Hamba yang baik menyenangkan tuhannya. Yesus Kristus yang diutus ke dunia telah menjadi seorang hamba yang memperkenankan hati Bapa di surga dan Bapa mengatakan lihatlah Hamba-Ku yang berkenan kepada-Ku.

Kalimat keempat, pujian Tuhan kepada Yesus Kristus adalah: Aku telah menaruh Roh-Ku ke atas-Mu. Seorang hamba Tuhan yang baik, Hamba Tuhan diperlukan adalah Hamba Tuhan yang melayani di dalam kuasa Roh Kudus. Di dalam ayat ini kita langsung melihat Tritunggal muncul. Bapa memuji Anak karena menerima Roh Urapan. Bapa mengirim Yesus dengan urapan Roh Kudus yang berada di dalam diri-Nya. God sent Me with His Spirit. Allah mengirim Aku di dalam Roh-Nya. Roh Allah berada di diri-Ku. Kalimat ini sudah Tritunggal. Ini dikutip oleh Yesus pada waktu berada di rumah sembahyang di sinagoge di Kapernaum. Dia membaca Kitab Suci bahwa Yehovah mengirim Aku dengan Roh-Nya. Roh Allah berada di diri-Ku. Maka Yesus melayani dengan baik. Percayalah kalimat di bawah ini, bahwa tanpa Roh Kudus tak ada orang bisa menjadi Hamba Tuhan yang baik. Tetapi saya katakan satu kalimat. Sekarang banyak orang yang khusus berkhotbah tentang Roh Kudus, justru adalah orang yang salah mengerti makna Roh Kudus dalam Kitab Suci. Orang paling banyak berbicara tentang Roh Kudus, justru adalah orang yang paling tidak mengerti tentang Roh Kudus. Hal seperti Toronto Blessing, itu bukan blessing itu cursing. Itu kutukan, karena menjadikan anak-anak Tuhan makin tidak mengerti makna Alkitab. Makin menyeleweng kepada ajaran yang benar, makin kabur dengan kebenaran, makin mencampuri segala fenomena supranatural dengan pekerjaan Roh Kudus yang sah, sehingga gereja tidak bisa apa-apa. Di manakah Toronto Blessing sekarang? Sudah habis bukan? Engkau harus hati-hati. Engkau harus diurapi Roh Kudus. Engkau harus bersandarkan Roh Kudus. Engkau harus berkuasa Roh Kudus. Engkau harus taat kepada Roh Kudus. Engkau harus berjalan di dalam Roh Kudus. Engkau harus berani berkotbah berdasarkan kuasa Roh Kudus. Tetapi sebelum itu, pengertian doktrin Roh Kudus harus dibenahi terlebih dahulu. Yesus Kristus dipenuhi oleh Roh yang tidak terbatas. Yohanes 4 – Yesus Kristus diurapi oleh Roh, sehingga Dia membicarakan tentang Allah, tentang Firman Allah. Setiap kalimat bertanggung jawab dan sesuai dengan seluruh kasih karunia Roh yang telah mewahyukan Kitab Suci, yang membawa gereja masuk ke dalam segala kebenaran. Jangan percaya kalau Roh Kudus membuat kita tidak sadar. Jangan percaya kalau Roh Kudus datang, lalu kita pingsan tidak tahu apa-apa. Tidak ada ajaran seperti itu di dalam seluruh Kitab Suci tentang doktrin Roh Kudus. That is not biblical and not Christian. Itu bukan ajaran Kristen, itu bukan Alkitab, itu bukan ajaran bapa-bapa gereja. Itu bukan ajaran Rasul, itu bukan ajaran para Reformator yang senantiasa mengingatkan kita kembali kepada Alkitab, back to the Bible. Augustinus mengatakan jikalau Anda menemukan apa yang saya tulis tidak sesuai dengan Kitab Suci, tinggalkan saya. Kembali ke Alkitab. Para Reformator mengatakan: biarlah kita kembali kepada Alkitab – Sola Scriptura.

Di luar Kitab Suci yang diwahyukan, kita tidak terima ajaran apapun. Biarlah kita memegang prinsip yang penting seperti ini, jangan terlalu percaya kepada segala hal supranatural, yang kelihatan aneh, heran dan tidak pernah diketahui. Roh Kudus bekerja bukan dari apa yang kau lihat, tapi dari apa yang kau lihat, tapi dari apa yang kau baca dari Kitab Suci. Jikalau Roh itu datang, Yesus berkata, “Dia akan ingatkan kembali kepadamu apa saja yang pernah Aku bicarakan kepadamu.” Jadi Roh Kudus memimpin pikiran manusia ke dalam Firman. Roh Kudus membawa pikiran manusia kembali kepada apa yang dikatakan di dalam Firman Tuhan. Roh Kudus tidak akan membuat pikiranmu kabur atau membuat engkau pingsan di dalam keadaan yang tidak sadar. Tidak!

Marilah kita menjaga perintah Tuhan dan prinsip Alkitab dengan baik-baik. Bapa memberikan pujian tentang Anak-Nya. Secara prinsip, Dia dipegang oleh Tuhan, Dia menerima pilihan Tuhan, Dia diutus oleh Tuhan, Dia diberikan Roh Kudus oleh Tuhan, Dia berkenan kepada Tuhan. Lalu berkenan dalam hal apa? Dalam hal apa dia menjadi contoh bagi kita? Dalam terjemahan Alkitab yang lain ada 7 kali kata ‘tidak’ yang harus kita perhatikan. Dalam Alkitab terjemahan Indonesia hanya ada 5 kali kata ‘tidak’. Saya akan membacakan tentang kata ‘tidak’ yang ada di sini. Pertama dalam ayat kedua: Ia tidak akan berteriak atau menyaringkan suara-Nya. Terjemahan lain: Ia tidak akan berteriak dan tidak menyaringkan suara-Nya. Yang ketiga: ‘tidak memperdengarkan suaranya di tengah-tengah jalan yang besar.” Tiga buah kata ‘tidak’ ini, berarti ada suatu sifat yang sangat indah dari Hamba Tuhan yang sangat setia. Bukan mau menonjolkan diri, bukan mau memuliakan diri, bukan terlalu cepat mau memperkenalkan diri. Hal ini sangat diperlukan. Terlalu banyak pemuda-pemudi yang mau menyerahkan diri dan sesudah menyerahkan diri langsung mau menonjolkan diri, langsung mau dikenal, langsung mau terkenal sejagad. Tuhan berkata, “Lihat, Hamba-Ku, Dia tidak menyaringkan suara, Dia tidak berteriak-teriak dan tidak memperdengarkan suaranya di jalan-jalan besar. Dia adalah seorang yang tahu diri, bagaimana lembut, bagaimana taat,  bagaimana menyembunyikan diri di belakang kemuliaan Tuhan Allah. Biar bukan Dia yang terdengar tapi Tuhan yang didengar. Bukan Dia yang terkenal, tapi Tuhan yang dikenal.”


Oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong

Sumber : http://www.nusahati.com/2012/08/teladan-pelayanan-kristus-bagian-i/

Minggu, 23 Desember 2012

Admin : Kebahagiaan Natal

Membaca Surat Khabar memiliki keasyikan tesendiri, dan mata tertuju pada sebuah jajak pendapat global yang digelar lembaga riset Gallup dimana lembaga ini telah mewawancarai  kurang lebih 150.000 responden di 148 negara di dunia tentang kebahagian. Kesimpulan mengejutkan bahwa orang yang tinggal di negara kaya dan makmur tidak sebahagia orang yang tinggal di negara yang produk domestik bruto per kapitanya rendah, konon katanya negara yang bahagia adalah negara yang memiliki dan memelihara nilai-nilai dasar budaya dalam masyarakat semisal memelihara pertemanan, keluarga, dan keagamaan walaupun kehidupan sehari-hari sulit.

Berbicara tentang bahagia saya teringat dengan apa yang dikatakan oleh Margareth istri dari seorang pembicara motivator tentang kebahagiaan bernama John Maxwell saat ditanya apakah dia bahagia bersuamikan John Maxwell dalam sesi tentang kebahagiaan saat itu. Margareth menjawab tidak!, semua orang heran dan terkejut.... " “No!” once again she said, “John Maxwell cannot make me happy.” Everybody looked at Maxwell. Then Margaret continued, “John Maxwell is a very good husband. He is never drunk, and cheats on me. He always tries to fulfil my needs physically and spiritually. But, He still cannot make me happy.” Suddenly there was a voice, “Why?” She said “because, no one in this world is responsible for my happiness than myself.” Hal yang ingin disampaikan oleh Margareth adalah diri kita sendiri yang bertanggung jawab menciptakan kebahagiaan itu.

Kebahagiaan!!! adalah hal yang dirindukan semua insan di dunia ini, khususnya di momentum Natal. Banyak cara dilakukan untuk mendapatkan kebahagiaan natal seperti mengulangi hal-hal istimewa yang pernah dirasakan di masa-masa kecil namun tidak mendapatkannya, bagi yang menyibukan diri dalam ritual-ritual Natal pun mungkin tidak mendapatkannya. Memaksakan diri tersenyum pada semua orang bahwa dia berbahagia pun akan menyusahkan diri lebih dalam, yang sedikit berbahagia adalah para pedagang yang menjual pernik-pernik natal. 

Saya mencoba membandingkan kedua hal di atas survey dan Margareth, dalam survey disimpulkan bahwa uang yang selama ini diyakini dapat membahagiakan pun tidak menjamin bahagia dan hidup lebih berarti, Sementara Margareth mengatakan kita sendirilah yang menentukan kebahagiaan itu. Bagaimana dengan saya? Ada saat dimana saya sedang memikirkan kebaikan dan kasih Tuhan saya berbahagia diluar itu saya menyedihkan.

Baru-baru ini saya diminta tolong oleh seorang teman, bahwa dia akan diwawancara dengan tema makna Natal bagi dia mewakili pemuda dalam komunitas gereja mereka, dia minta diberi gambaran tentang hal tersebut. Hal yang biasa jika saya ditanya tentang Pajak namun kali ini sedikit unik, Saya tidak terkejut dengan permintaan tersebut karena banyak pemuda dewasa dan remaja sekarang yang tidak paham hal tentang Natal sekalipun. Lalu saya memberikan suatu ayat renungan Bayi Natal oleh Pdt. Dr. Stephen Tong yang pernah saya baca. Ayat ini mungkin sering kita dengar dan baca berulang-ulang apalagi dalam suatu kebaktian Natal. Yesaya 9 ayat 5 "Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai." Ini adalah ayat yang dinubuatkan oleh nabi Yesaya 700 tahun sebelum Kristus lahir. Ini adalah jawaban yang paling dicari oleh agama, filsafat dan kebudayaan manusia. Beribu-ribu tahun manusia menunggu siapakah yang dapat memberikan perdamaian, nasihat yang terbaik, cara paling ajaib untuk melepaskan kita dari kebodohan, kuasa besar dan bijaksana yang kekal kepada umat manusia, karena hanya Dia yang mampu memenuhi kebutuhan manusia akan hal-hal tersebut. Saya tegaskan kepada teman saya itu itu untuk mengajak pemuda bersama-sama merenungkannya, agar menjadi pemuda/i yang berbahagia dan tidak bersungut-sungut menghadapi hari yang makin jahat ini.

Dalam momen ini tidak lupa saya sebagai admin, mengucapkan kepada para pembaca setia Selamat Hari Natal, Tuhan Memberkati.



Kamis, 29 November 2012

How Rich Are We?


One day a father and his rich family took his son on a trip to the country with the firm purpose to show him how poor people can be. They spent a day and a night on the farm of a very poor family. When they got back from their trip, the father asked his son, “How was the trip?” “Very good Dad!” “Did you see how poor people can be?” the father asked. “Yeah!” “And what did you learn?”

The son answered, “I saw that we have a dog at home, and they have four. We have a pool that reaches to the middle of the garden; they have a creek that has no end. We have imported lamps in the garden; they have the stars. Our patio reaches to the front yard; they have a whole horizon.” When the little boy was finished, his father was speechless. His son added, “Thanks, Dad, for showing me how ‘poor’ we are!”

Isn’t it true that it all depends on the way you look at things? If you have love, friends, family, health, good humor and a positive attitude towards life — you’ve got everything! You can’t buy any of these things. You may have all the material possessions you can imagine, provisions for the future, etc.; but if you are poor of spirit, you have nothing!



Sumber : http://www.nusahati.com/2012/08/how-rich-are-we/

Ibu Belut Yang Pengasih

Pada jaman Cina kuno, hiduplah seorang terpelajar yang bernama Zhou Yu. Suatu hari, temannya membawakan dia belut segar, makanan yang sangat disukai oleh Zhou Yu. Karena tidak terlalu sibuk pada hari itu, Zhou Yu ingin mencoba mempraktekkan keahlian memasaknya, yang telah lama tidak dia gunakan, dan bersiap untuk membuat sebaskom belut rebus.
Dia menaruh belut itu di dalam panci dan ketika rebusan itu mulai mendidih, Zhou Yu mengangkat tutup panci dan menyaksikan hal yang tidak biasanya. Seekor belut mendorong perutnya ke atas membentuk busur, kepala dan ekornya tetap tinggal di dalam sup. Dengan rasa ingin tahu yang besar, Zhou Yu segera menyendok belut itu keluar dan memotong perut belut itu. Dia sangat terpesona melihat begitu banyak telur di dalam perut belut itu. Untuk melindungi telurnya, ibu belut itu bertahan sekuat tenaga melindungi perutnya agar air panas tidak melukai perutnya dengan mendorong perutnya ke atas membentuk busur.

Peristiwa ini membuat Zhou Yu ternganga, dan tidak dapat menahan air matanya. Bahkan seekor belut tahu bagaimana melindungi telurnya, dia berpikir, sedangkan dia sebagai mahluk ciptaan yang tertinggi tidaklah sebegitu berbakti pada ibunya. Tergerak hatinya, Zhou Yu berikrar untuk tidak akan pernah makan belut lagi. Dan dia menjadi lebih mencintai dan menghormati ibunya.

Dari cerita rakyat China

Sumber : http://www.nusahati.com/2012/08/ibu-belut-yang-pengasih/

Iman, Ujian, Dan Ketekunan

Firman : Yakobus 1 : 1-4
Minggu lalu kita sudah memulai membahas surat Yakobus. Surat Yakobus ditujukan kepada orang Yahudi yang tadinya begitu mementingkan Taurat, perbuatan, tapi kemudian sudah percaya Kristus lewat iman. Apa hubungan antar iman dan kelakuan? Itulah topik yang diutamakan oleh penulis Yakobus penulis surat ini adalah adik kandung Yesus Kristus, yang percaya Yesus, setelah Dia bangkit. Inilah contoh yang baik bagi kita: Yesuspun menunggu 33 sekian tahun, barulah anggota keluargaNya mengakui Dia adalah Anak Allah.
Saat Yakobus tua, dia dijuluki sebagai The pillar of the church. Karena dia memelihara firman Tuhan dengan baik, memelihara iman yang sejati, yang selaras dengan kelakuannya, maka dia dihormati oleh semua orang di Yerusalem. Ada banyak orang yang imannya benar tapi kelakuannya tidak benar, karena iman yang dia miliki hanyalah iman kognitif, menurut Yakobus, iman seperti itu bagai tubuh yang tak berjiwa, mati adanya. Sementara ada juga orang yang berkelakuan baik tapi tidak beriman, kelakuannya tak akan dapat diperkenan Tuhan (Ibr. 11:6). Alkitab mengajarkan dengan jelas: faith comes by hearing, hearing comes by the word of Jesus Christ. Karena hanya iman yang didasarkan pada firman bisa menjadi sumber kekuatan seseorang berkelakuan baik. Memang, ada banyak orang non Kristen yang kelakuannya cukup baik, bahkan jauh lebih baik dari orang yang mengaku diri Kristen, tapi kelakuan baik mereka didasarkan atas respon mereka terhadap general revelation (wahyu umum) di bidang moral. Sementara iman yang sejati didasarkan pada Firman, dan kelakuan yang sejati didasarkan pada iman. Surat Yakobus membahas kedua hal itu dengan begitu jelas dan tuntas. Taurat diberi agar manusia menyadari dirinya sudah jatuh di dalam dosa, tak layak datang kepada Allah yang begitu suci, adil dan bajik, kita butuh kekuatan Tuhan, memampukan kita memandang pada Kristus, Pemberi Taurat. Prinsip itu kita dapatkan secara tuntas, sinkron dan konsisten dari PL sampai PB. Orang Israel tidak sanggup memenuhi tuntutan Tuhan di dalam Taurat, Petrus mengakui hal itu di konsultasi teologi yang ke-1 di Yerusalem (Kis.15). ltu sebabnya kita butuh Yesus. Dialah yang menggantikan kita menggenapkan seluruh tuntutan Taurat. Maka kata Yesus kepada Nikodemus, Kalau kau tidak diperanakkan dengan Roh Kudus dan air, kau tidak mungkin masuk ke dalam Kerajaan Allah. Kalimat Yesus pada Nikodemus itu hanya diucapkan satu kali. Di sini kita belajar, Yesus tidak menunggu sampai puluhan ribu orang berkumpul, baru Dia menyampaikan khotbah yang penting. Dia bisa mengkhotbahkan satu prinsip kunci pada satu orang kunci, untuk mempengaruhi seluruh dunia: Taurat adalah pemberian Allah, tapi Roh Kuduslah yang dijanjikan untuk menggenapkan apa yang tidak sanggup dilakukan oleh Taurat.

Setelah kita mengerti kunci-kunci ini, saat kita membaca surat Yakobus, barulah kita jelas mengapa di surat yang ditujukan pada dua belas suku yang beriman ini Yakobus berkata, kau sudah beriman? Kau akan diuji. Saat diuji memang menderita sekali, sampai mungkin kau bimbang: apa gunanya beriman pada Tuhan? Setelah aku beriman, kesulitan yang ku alami lebih besar dari mereka yang tidak beriman, where are You, God, when I suffer? Tapi pesan Yakobus di awal suratnya ini, saat kau diuji, anggaplah sebagai satu sukacita besar, suatu mentalitas yang sangat berbeda, yang membenarkan kalimat Socrates “seorang yang tidak pernah diuji tidak layak hidup di dunia”. Permisi tanya, mengapa ada banyak orang miskin tapi kemudian menjadi kaya, sementara ada banyak kaya yang jatuh miskin? Karena Tuhan merancang sifat manusia begitu rupa, perlu diuji baru bisa menjadi kokoh, itu sebabnya Tuhan memberi batu, semak duri, kesulitan, musuh di jalan kita, no exception, agar kita memiliki fighting spirit. Saya bersyukur pada Tuhan yang telah melatih saya sejak kecil, hingga saya sanggup makan makanan yang paling sederhana, pakai pakaian yang murah, naik pesawat yang termurah. Saat pekerjaan Tuhan terwujud nanti, kita akan tahu, bahwa kita bisa memberikan yang terbaik untuk Tuhan, juga bisa menerima hal yang tersulit, yang Tuhan berikan. Itulah jiwa dan iman Kristen yang sejati. Karena to suffer and to know why I suffer adalah dua hal: orang yang menyadari akan rencana Tuhan di tengah kesusahannya akan memuji Tuhan. Perhatikan: what you feel, what you know, what you conscious, what you learn from your suffering is more important than the suffering itself. Sama-sama sebagai anak piatu, ada yang setelah besar membuka panti asuhan, ada juga yang menjadi panculik anak orang. Jadi, bukan pengalaman, tapi pengetahuanmu akan kesusahanlah yang akan mengubah hidupmu. Ay.2, saat kau berada di dalam berbagai-bagai pencobaan (lebih tepat: ujian) ….karena ujian berbeda dengan cobaan: cobaan datang dari iblis, ujian datang dari Allah. Tuhan mengizinkan aku mengalami sengsara, bukan karena Dia tidak ada, sebaliknya, justru karena Dia ada, maka Dia memakai sengsara untuk melatih, mengolah, membentuk kita menjadi orang yang lebih berguna. Jadi, waktu kita sengsara, jangan kita berkata “dimana Kau, Tuhan?” Dia akan menjawab “I was in your suffering, I know everything by detail” “Mengapa Kau tidak membantu?” “Aku membantumu melewati kesedihan itu” Kalau begitu, Tuhan itu kejam. Tidak! Pikiran Tuhan yang adil, yang punya rencana agung jauh lebih tinggi dari pikiran kita. Maka kata Yakobus kau harus menganggap ujian sebagai satu sukacita besar, karena kau tahu ……. inilah kuncinya: pengetahuan akan kesusahan adalah modal kita untuk menang atas segala kesulitan yang menimpa kita. “….karena kamu tahu….” artinya mereka pernah dididik, sekarang diingatkan. Apa yang mereka tahu? ujian terhadap imanmu akan menghasilkan ketekunan. Sekali lagi saya tandaskan, IQ bukanlah sesuatu yang terpenting, di dunia ini, ada banyak orang yang 1Q nya tinggi tapi gagal. Kira-kira 10 tahun yang lampau, orang Barat baru mulai menyadari pentingnya EQ. Apakah seorang yang punya IQ & EQ saja sudah cukup? Belum, masih memerlukan WQ (will quo-tient). Padahal 2000 tahun yang lalu orang Tionghoa sudah tahu hal itu, pepatah mereka: you zhi zhe, shi jing cheng: orang yang tekadnya bulat dan tekun pasti akan berhasil. Salah satu unsur penting yang membuat seorang sukses adalah tekun, tekun yang tidak mengenal kompromi; menyerah, hanya karena menemui kesulitan. WQ paling sedikit mempunyai dua unsur:
  1. Consistency, dari awal sampai akhir tetap sama. Tentu saja bukan konsisten dalam kesalahan melainkan konsisten dalam kebenaran, dalam menjalani rencana Tuhan. Allah kita adalah Allah yang konsisten, karena Dia adalah kebenaran yang tidak perlu berubah.
  2. Fight. Sering kita menyaksikan orang fight untuk hal yang tidak benar, sementara orang benar malah tidak berani fight. Keduanya sama: dipakai oleh iblis. Orang yang konsisten di dalam kebenaran dan betul-betul fight untuk kebenaran, dialah orang yang mempunyai WQ. Konsisten dan ketekunan; fighting spirit yang tak pernah memudar, itulah yang Yakobus maksudkan di sini: karena kamu tahu, setelah imanmu diuji akan menghasilkan ketekunan, teologi Reformed menyebutnya: perseverance of the saint, orang suci akan setia dalam mempertahankan imannya, sampai hari dia bertemu Tuhan.
Di abad ke-20, kuasa politik yang paling ganas bahkan melebihi kaum Nazi adalah Komunisme, mereka berani menganiaya orang yang tidak menyetujui mereka begitu rupa, tapi ketekunan orang Kristen membuat mereka kehabisan akal, walau dipukul, dipenjara, dibunuhpun tetap tidak goyah, mereka tetap percaya Yesus. Jadi, bukan orang yang pintar khotbah, melainkan mereka yang mengabarkan Injil, tekun, setia sampai mati tetap menaati firman Tuhan, tidak kompromi karena penderitaan, merekalah yang mengukir sejarah gereja, melestarikan kekristenan.

Apa bedanya gereja di abad ke-1 dan gereja di akhir zaman ini: gereja abad ke-1 tidak mempunyai bangunan, organisasi, administrasi, dana, tapi mereka punya iman, ketekunan, api penginjilan, sementara gereja sekarang memiliki segalanya, namun tidak memiliki satu hal yang penting: iman. Tuhan berkata kepada gereja di Laodekia, kau kira kau kaya, padahal kau miskin, telanjang, buta. Yesus Kristus berkata kepada gereja di Sardis, kau kelihatannya hidup, tapi sebenarnya mati. Biji matamu besar tapi buta, tidak melihat apa yang Tuhan ingin kau lihat; mata rohaninya buta. Banyak wanita mengenakan pakaian yang termahal, namun rohaninya telanjang. Banyak orang punya banyak uang, tapi rohaninya miskin. Tuhan berkata, Akan menembusi hati nuranimu sampai sedalam-dalamnya, tahu apa yang ada padamu. Yakobus berkata, setelah diuji, kau akan menjadi perseverance. Mengapa kita tidak menyukai barang-barang yang mudah rusak? Karena tidak tahan lama. Di istana terdapat dua jenis ornamen yang tahan lama: emas dan guci. Emas masih bisa berubah warna, tapi guci yang sudah diproses pembakaran 1300 derajat, asalkan tidak pecah, bisa dipajang sampai seribu tahun, warnanya tetap sama, tidak berubah. Tuhan sudah menyelamatkan kita, once saved, save forever. Saya yakin, Tuhan akan memelihara orang percaya sampai selama lamanya. Tapi siapa yang Tuhan pelihara? Mereka yang tahan uji, yang tekun sampai akhir, yang taat dalam penderitaan-penderitaan yang sesuai dengan rencana dan kehendakNya. Kalau orang berpikir “Reformed mengajarkan predestinasi, Tuhan sudah menetapkan siapa yang selamat, jadi kita tidak perlu mengabarkan Injil”, dia adalah orang yang bodoh luar biasa. Kalau saya sudah mendesain suatu bangunan, perlukah bangunan itu dibangun? Perlu. Allah memang sudah menetapkan siapa yang akan Dia selamatkan, tapi Dia tetap perlu mengirimkan Yesus datang ke dunia, menjadi manusia, dipaku di atas kayu salib merealisasi rencanaNya di dalam proses sejarah yang dinamis. Waktu tugu Pahlawan di Surabaya dibangun, setiap minggu sekali, saya mengayuh sepeda ke samping kantor Gubernur, duduk di sana, menyaksikan pembangunan tugu itu, saya belajar satu hal: sang mandor selalu mencocokkan bangunan yang sedang berlangsung dengan denah bangunan, antara rencana dan pelaksanaannya. Allah punya rencana atas kita, pelaksanaan rencana itu adalah menggarap kau dan saya, menjadi bahan bangunan (istilah yang Petrus pakai: living stone; batu hidup) di dalam Kerajaan Allah yang kekal. Mengapa disebut batu hidup? Karena batu-batu itu dipakai untuk membangun Bait Allah. Dan Tuhan berfirman, you are the temple of God. Berapa indahnya sebuah gedung gereja bukanlah hal yang terlalu penting, tapi orang yang rohaninya baik, mempunyai kebenaran, cinta Tuhan, menjalankan kehendak Allah adalah harta gereja yang terpenting, adalah living stone.

Permisi tanya, saat kita membangun rumah, mungkinkah batu besar, kecil ditumpuk sesuka hati? Tidak! Batu-batu itu perlu dipotong, dipoles, disusun dengan rapi. Itulah yang dimaksud, setelah imanmu diuji akan mem-buahkan ketekunan, kau sedang digarap oleh Tuhan, dipotong, dirapikan, dipoles…..sesuai dengan apa yang telah Allah rencanakan, bertekunlah sampai akhir, sampai Bait Allah itu terwujud.

Apa yang dihasilkan lewat ujian? Dikatakan di sini, going to be complete, going to be accomplished, going to be perfect. Hidup yang sempurna, utuh, tanpa kurang suatupun adalah hidup yang seperti apa? Baca ay.2-4, ujian iman menghasilkan ketekunan, dan ketekunan menghasilkan apa? Kematangan. Banyak orang baik dalam segala hal, tapi masih kurang sesuatu. Kurang apa? Perfect of quantity toward the perfect of the quality. Saat seekor ayam bertelur, telur itu sempurna. Tapi kalau lewat dua tahun masih tetap berupa telur, balk atau tidak? Kalau ditinjau dari pertumbuhan, tentu tidak baik. Mengapa? Dia belum mencapai tujuan: menjadi seekor ayam. Maka telur butuh dierami; kehangatan tubuh sang induk, agar bisa bertumbuh dan bertumbuh, sampai menjadi seekor anak ayam. Setelah itu, apakah dia sudah sempurna? Belum, karena dia masih kecil, dia perlu bertumbuh lagi — inilah pertumbuhan dari kualitas mengarah ke kuantitas, lalu dari kuantitas mengarah pada kualitas. Manusia yang pertumbuhan fisiknya sudah sempurna, sudah boleh menikah, melahirkan bayi yang tidak bisa berjalan, tidak bisa berbicara sampai 12 bulan, barulah dia mulai belajar berjalan. Setelah dia bisa berjalan, apakah dia sudah sempurna? Sempurna, tapi kesempurnaan secara kualitas baru dicapai saat dia berusia 24 tahun, saat tubuhnya sudah bertumbuh sempurna, boleh menikah – itulah kesempurnaan kuantitas, dia menjadi orang dewasa. Apakah sudah cukup? Belum, dari kuantitas perlu dilatih, diolah, diberi ujian, agar dia mencapai kesempurnaan kualitas yang lain. Ada seorang bertanya pada seorang guru vokal, “dari sekian banyak muridmu, murid mana yang terbaik?” “Yang itu, suaranya luar biasa” “sudahkah kau puas akan apa yang dicapainya?” “belum” “Mengapa?” “Dia memang sudah menguasai tehnik, potensinya ada “Jadi, masih kurang apa?” “Kurang seni” “mengapa kau tidak membekalinya?” “Seni tidak bisa saya turunkan, kecuali dia sendiri mengalami penderitaan” Tiga tahun kemudian orang bertanya lagi pada guru itu, jawabnya “sekarang dia sudah sempurna. Karena dia pernah mengalami patah hati, bahkan hampir bunuh diri, maka waktu dia menyanyi, bukan hanya mengandalkan tehnik, pengalaman, seni terpantul dari batinnya yang pernah menderita”. Itu sebabnya, penderitaan memang penting. Asal penderitaan itu kau alami karena kau menjalankan kehendak Tuhan, bukan karena kau berdosa. Jadi, jangan hanya tekun. Karena tekun hanya untuk memelihara keselamatanmu tidak hilang, kau perlu memiliki fighting spirit yang akan membuatmu menjadi matang, sempurna, utuh, tidak kekurangan suatupun (ay.4). Tak kurang suatu apapun jangan dimengerti sebagai tidak kekurangan materi, melainkan Tuhan tidak lagi menemukan cacat cela, kekurangan dalam dirimu, Dia merasa puas akan dirimu, karena kau tahan uji. Maukah kau menjadi orang yang seperti itu di mata Tuhan? Biarlah kita yang berada di dalam proses sejarah ini rela digarap, dibentuk, dikikis, menerima penderitaan-penderitaan yang sesuai dengan rencanaNya yang kekal, sampai kita berjumpa denganNya.

Oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong

Sumber :http://www.nusahati.com/2012/08/iman-ujian-dan-ketekunan/

The Touchstone

When the great library of Alexandria burned, the story goes, one book was saved. But it was not a valuable book; and so a poor man, who could read a little, bought it for a few coppers.

The book wasn’t very interesting, but between its pages there was something very interesting indeed. It was a thin strip of vellum on which was written the secret of the “Touchstone”!

The touchstone was a small pebble that could turn any common metal into pure gold. The writing explained that it was lying among thousands and thousands of other pebbles that looked exactly like it. But the secret was this: The real stone would feel warm, while ordinary pebbles are cold.

So the man sold his few belongings, bought some simple supplies, camped on the seashore, and began testing pebbles.

He knew that if he picked up ordinary pebbles and threw them down again because they were cold, he might pick up the same pebble hundreds of times. So, when he felt one that was cold, he threw it into the sea. He spent a whole day doing this but none of them was the touchstone. Yet he went on and on this way. Pick up a pebble. Cold – throw it into the sea. Pick up another. Throw it into the sea.

The days stretched into weeks and the weeks into months. One day, however, about midafternoon, he picked up a pebble and it was warm. He threw it into the sea before he realized what he had done. He had formed such a strong habit of throwing each pebble into the sea that when the one he wanted came along, he still threw it away.

So it is with opportunity. Unless we are vigilant, it’s asy to fail to recognize an opportunity when it is in hand and it’s just as easy to throw it away.

Sumber : http://www.nusahati.com/2012/08/the-touchstone/

Pelajaran Pertama

Dalam bukunya, “A View from the Zoo”, Gary Richmond menjelaskan tentang bagaimana bayi jerapah yang baru lahir mendapatkan pelajaran pertamanya.
Induk dari Jerapah merendahkan kepalanya cukup lama untuk melihat sang bayi, lalu dia memposisikan dirinya langsung diatas bayinya. dia menunggu selama satu menit, dan lalu dia melakukan hal yang paling tidak masuk akal. Dia mengayunkan kakinya yang panjang keluar dan menendang bayinya, sehingga sang bayi tersungkur.

Ketika sang bayi tidak juga berdiri, tindakan kasar tersebut diakukan berulang-ulang kali. Perjuangan untuk berdiri itu sangat penting, sehingga apabila sang bayi mulai lelah, induk dari bayi tersebut menendangnya lagi untuk menstimulasi usahanya. Sampai akhirnya, sang bayi itu bisa berdiri untuk yang pertama kalinya.

Tapi kemudian, induk jerapah itu melakukan hal yang paling tidak terduga lainnya. Dia menendang bayinya sekali lagi. Mengapa? karena dia ingin bayinya mengingat bagaimana cara untuk bangkit lagi. Karena di alam, bayi jerapah harus tetap berdiri secepat mungkin dan bergabung bersama kawanan, dimana keamanan terjaga. Singa, hyena, Leopard dan anjing pemburu akan memburu jerapah muda dan mereka akan mendapatkannya apabila sang induk tidak mengajarkan bayinya untuk cepat berdiri dan bisa melakukannya.

Catatan: Sekeras dan sesulit apapun rintangan yang menghadang kita, kita harus cepat-cepat dapat berdiri kembali, jangan sampai kita terbuai oleh rintangan tersebut sehingga kita malah lebih terpuruk dan akhirnya menjadi mangsa dari para predator kehidupan.


Sumber : http://www.nusahati.com/2012/08/pelajaran-pertam/

Penerimaan Roh Kudus Yang Salah

Peniupan Roh Kudus
 “…………. Ia mengembusi mereka dan berkata : “Terimalah Roh Kudus.” (Yohanes 20:22). Ayat ini mencatat peristiwa sebelum Kristus naik ke sorga. Peristiwa ini adalah peristiwa satu-satunya, di mana Anak Allah, Oknum Allah yang kedua, melakukan tindakan tersebut.
 Allah Bapa menghembuskan Roh ke dalam diri manusia, lalu jadilah manusia sebagai ciptaan yang berohani. Anak Allah memberikan hembusan kepada manusia dengan berkata “Terimalah Roh Kudus.”  Tak lama kemudian setelah itu Yesus naik ke sorga. Mereka berdoa selama sepuluh hari di Yerusalem dan turunlah Roh Kudus seperti janji yang sudah diberikan oleh Anak, Oknum Allah yang kedua. Selain itu tidak ada orang lain, baik nabi, rasul, bapa gereja atau pendeta yang boleh memberi hembusan dan menyuruh orang menerima Roh Kudus.
Hal yang dilakukan oleh orang-orang seperti Benny Hinn dan yang lainnya, yang berperan seolah-olah dirinya adalah Allah, merupakan perbuatan yang sangat salah dan tidak memiliki dasar Alkitab. Sejak abad pertama sampai sekarang, dari sesudah Tuhan Yesus mengatakan hal tersebut, tidak ada seorang rasul, penginjil, bapa gereja, atau tokoh di dalam sejarah kekristenan yang boleh memberikan hembusan tersebut sambil berkata, “Kamu menerima Roh Kudus.”
 Roh Kudus datang dari Bapa dan dari Anak, Oknum Pertama berjanji untuk memberikan Anak-Nya yang suci dan tunggal itu, serta mengirim Roh Kudus ke dalam dunia. Lalu, Yesus turun ke dalam dunia. Dan Roh Kudus pun dijanjikan oleh Bapa dan Anak untuk menjadi Pendamping, Penghibur yang agung bagi gereja. Itulah sebabnya Bapa memberi hembusan, Anak juga memberi hembusan. Yang dihembuskan itu adalah lambang atau kuasa, di mana Roh dijanjikan akan datang kepada manusia. Selain Oknum Allah yang kedua ini, tidak lagi seorang pun yang boleh memberi hembusan sambil berkata, “Kamu menerima Roh Kudus.”  Barangsiapa melakukan hal itu, seolah-olah dia telah berperan sebagai Bapa atau Anak. Hal seperti itu tidak terdapat dalam Kitab Suci.
Kita tidak berhak berperan sebagai Tuhan Allah. Memang mungkin kelihatannya berkuasa, apalagi jikalau diikuti dengan gejala-gejala atau fenomena-fenomena, seperti orang terjatuh, dsbnya. Hal sedemikian tidak pernah terjadi satu kali pun di dalam Kitab Suci. Oleh sebab itu, janganlah kita terlalu cepat menduga bahwa orang yang berkhotbah tentang Roh Kudus atau yang sedang memberikan pengalaman tentang Roh Kudus, pasti sudah mengerti Roh Kudus, atau sudah memiliki Roh Kudus. Jikalau kita tidak belajar dan tidak mengerti akan prinsip Alkitab, sesungguhnya dia sedang mengacaukan gereja dengan kesalahannya dalam pengenalan terhadap Roh Kudus yang sejati. Akibatnya, banyak orang akan tertipu, berada di dalam suasana yang kelihatannya seperti mengalami pekerjaan Roh Kudus, padahal tidak didukung dengan bukti buah Roh Kudus.
Bapa memberi hembusan ketika Dia mencipta. Yesus memberi hembusan setelah Dia bangkit. Selama ini merupakan suatu janji, suatu tindakan yang memberi pengharapan bahwa Roh Kudus akan turun. Kita harus selalu ingat, yang memberi hembusan adalah Oknum Pertama (Allah Bapa) dan Oknum Kedua (Allah Anak). Selain itu tidak ada oknum lain yang boleh memberi hembusan untuk mengaruniakan Roh Kudus.
Jika kita memperhatikan Kis. 1:4-5, “tidak lama lagi” atau “beberapa hari kemudian, kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus.” Dan Kis.1:6-8 : “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem, dan seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.”  Yesus tidak pernah memberikan indikasi, bahwa barangsiapa menerima Roh Kudus, dia akan muntah-muntah atau setiap orang yang menerima Roh Kudus, pasti mempunyai karunia lidah atau barangsiapa menerima Roh Kudus, dia akan mengalami gejala metafisika atau supra natural. Tidak! Melainkan dia akan menerima kuasa, menjadi saksi Kristus, mengabarkan Injil sampai ke ujung bumi.
Bagian ini dengan jelas mengatakan, kalau Roh Kudus turun, Dia langsung memberikan kekuatan, keberanian, dan penerobosan. Sehingga iman itu tidak lagi untuk diri sendiri, melainkan dibagi-bagikan kepada orang lain. Dan berita yang mereka sampaikan hingga ke ujung bumi, juga bukan tentang Roh Kudus, melainkan tentang Injil Yesus Kristus.
Berbahasa Roh
Kis. 2:1-13 memperlihatkan beberapa hal yang penting : ada suara yang besar, angin yang kencang, lidah api yang turun atas kepala mereka, mereka berbicara dalam bahasa-bahasa yang bisa dimengerti – tanda-tanda yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Pada saat mereka memberitakan firman, pendengar mendengar kalimat-kalimat yang diucapkan oleh rasul-rasul, di dalam bahasa tempat asal mereka. Menurut catatan Alkitab, ada 15 tempat yang berbeda dengan bahasa berbeda. Orang-orang Yahudi yang berasal dsari 15 tempat itu begitu sungguh-sungguh mencari Tuhan, mereka adalah orang-orang yang takut kepada Tuhan, yang saleh, mereka berkumpul di Yerusalem, untuk merayakan hari raya, menurut apa yang sudah ditetapkan oleh Musa di dalam Taurat. Pada waktu mereka mendengar suara gemuruh yang begitu besar, mereka semua berkumpul. Begitu mereka semua berkumpul, mereka langsung menyaksikan suatu hal yang ajaib, Injil diberitakan ke dalam telinga mereka, di dalam bahasa-bahasa mereka. Inilah kali pertama Roh Kudus dicurahkan.
Kalau kita perhatikan pasal 2, kita kan melihat peristiwa turunnya Roh Kudus adalah hari jadinya gereja. Gereja mulai menjadi suatu organisasi yang bersifat rohaniah, menjadi tubuh Kristus, sejak hari di mana Roh Allah turun. Mengapa Roh Allah turun? Karena Allah menepati janji-Nya, mengirim Roh Kudus kepada  manusia. Manusia yang tidak memiliki Roh Allah dalam jiwanya akan terlantar, tersesat, mengembara di mana-mana. Manusia yang tidak mempunyai Roh Allah, mempunyai status sebagai anak yang terhilang secara rohaniah.  Maka ketika Roh itu diberikan kepada gereja, kepada manusia, barulah manusia mempunyai status yang tenang, mantap dan stabil secara rohani, sehingga seumur hidupnya, dia tahu jejak siapa yang harus diikuti. Roh Kudus diturunkan, maka pada hari itu, semua orang yang menerima Roh Kudus, menjadi satu tubuh. Satu iman, satu kepercayaan, satu baptisan, satu Tuhan, satu pengharapan, satu tubuh, yaitu gereja Tuhan. Kelahiran gereja yang kudus dan am, terjadi pada hari Pentakosta.
Hari Pentakosta adalah hari jadinya gereja, hari di mana gereja terwujud di dalam sejarah, suatu rencana Allah yang sudah ditunggu-tunggu beribu-ribu tahun baru tergenapi. Dan yang dimaksudkan dengan gereja di sini, bukanlah gereja GPIB, HKBP, GRII, GKI, GPI, gereja Katolik, gereja Yunani Ortodox, melainkan gereja yang kudus dan am. Kita yang bergabung di gereja Baptis, gereja Presbiterian, Gereja Kristen Indonesia, gereja Pantekosta, dll. hanya merupakan pos-pos kecil, yang merupakan bagian dari gereja yang kudus dan am, di seluruh dunia. Sebenarnya kita semua berada di dalam satu tubuh yang besar, yang universal : gereja yang kudus dan am, yaitu gereja yang melintasi, melampaui organisasi, denominasi, golongan, alamat atau gedung gerejanya sendiri. Di sorga tidak ada GRII, Methodis, GKI, Presbiterian, Anglikan; juga tidak ada gereja yang terletak di jalan Sawah Besar, Sawah Kecil. Tidak ada gereja yang beratap merah. hijau atau biru, yang berbentuk runcing atau bulat. Di sorga hanya ada satu gereja, yaitu gereja yang kudus dan am, seperti yang kita baca di dalam pengakuan Iman Rasuli : Aku percaya kepada Roh Kudus, percaya kepada gereja yang kudus dan am.
Gereja merupakan gereja am karena Rohnya satu. Gereja menjadi gereja yang kudus, karena gereja dilahirkan oleh Roh Kudus. Secara pribadi, kita dilahirkan baru oleh Roh Kudus. Secara kolektif, gereja dilahirkan oleh Roh Kudus. Waktu Roh Kudus memberikan hidup secara kolektif pada hari Pentakosta, 3.000 orang mengaku percaya, menerima Yesus Kristus, beriman di dalam Dia, dan dibaptiskan. Itulah gereja pertama yang mewakili banyak daerah, yang menjadi simbol universal. Mereka berasal dari Partia, Media, Elam, Mesopotamia, Yudea, Kapadokia, Pontus, Asia, Frigia, Pamfilia, Mesir, Libia, Roma, Kreta dan orang Arab. Seluruhnya ada 15 daerah yang berkumpul di sana. Gereja yang pertama adalah gereja yang melintasi daerah, melintasi batasan Negara, melintasi perbedaan bahasa. Maka glosolalia diberikan.
Istilah glosal, glosolali atau karunia lidah, dicantumkan sebanyak 50 kali di Perjanjian Baru. Setiap kali istilah itu dipakai, harus dimengerti sebagai bahasa, bukan sebagai suara yang tidak berarti. Sekarang banyak orang yang mengaku ber-glosolali, tetapi tak seorang pun tahu apa yang diucapkannya. Saya tidak mengerti apa yang sedang mereka lakukan, karena istilah glosa di dalam Alkitab berarti bahasa.
Pada waktu orang-orang yang datang dari 15 daerah berbeda tersebut mendengar pemberitaan firman yang disampaikan dalam bahasa yang bisa mereka mengerti, itulah pekerjaan Roh Kudus. Glosa berarti bahasa yang bisa mereka mengerti.
Ada dua macam pendapat tentang bahasa roh : (1) menggabungkan bahasa roh ke dalam karunia-karunia lain, dan (2) tidak dianggap sebagai karunia, tetapi sebagai tanda. Pendapat yang kedua ini semakin berbahaya. Mereka menganggap bahasa roh bukan sebagai salah satu dari 9 jenis karunia yang tertulis di dalam1 Kor.12 dan 14, melainkan hanya sebagai saksi, sebagai jaminan yang menandakan bahwa orang tersebut sudah dipenuhi Roh Kudus. Padahal Alkitab tidak pernah mengajarkan ajaran seperti itu. “Adakah mereka semua mendapat karunia untuk berbahasa roh?” (1 Korintus 12:29). Pertanyaan retoris yang keluar dari mulut Paulus tersebut memberi indikasi bahwa tidak semua orang dapat berbahasa roh.
Siapa berani mengatakan bahwa Billy Graham tidak dipenuhi oleh Roh Kudus? Dari Adam sampai sekarang, orang yang paling banyak berkhotbah, yang menyampaikan Injil kepada massa dalam jumlah yang terbanyak adalah Billy Graham. Ketika ia ditanya, apakah ia mempunyai pengalaman berbahasa roh? Jawabnya, tidak!
Barangsiapa memutlakkan hal yang tidak mutlak, sebenarnya dia sedang berusaha menjadikan sesuatu yang bukan standar menjadi standar, maka dia akan merusak persatuan gereja. Segala sesuatu yang tidak Tuhan mutlakkan jangan kita mutlakkan, namun yang Tuhan mutlakkan jangan kita tidak mutlakkan. Memutlakkan yang tidak mutlak hanya mengakibatkan permusuhan di dalam gereja dan saudara sendiri. Sedangkan membuat yang tidak mutlak menjadi mutlak berarti mengajak lawan menjadi kawan yang palsu. Sekali lagi, yang memang mutlak harus dimutlakkan, yang tidak mutlak jangan dimutlakkan. Jika yang mutlak dijadikan tidak mutlak, dan yang tidak mutlak dijadikan mutlak, dapat berakibat gawat. Dengan menjadikan yang mutlak menjadi tidak mutlak, ia telah menurunkan derajat iman kekristenan. Akibatnya, yang tidak beriman pun dapat dianggap beriman. Jika saudara menerima dan menarik lawan menjadi kawan, akibatnya akan membahayakan gereja. Sedangkan bila yang tidak mutlak dimutlakkan, akibatnya yang sebenarnya tidak mutlak telah dijadikan standar atau patokan yang mutlak untuk mengukur. Perbuatan ini tentu akan membuat saudara-saudara sendiri menjadi musuh.
Barangsiapa yang menjadikan kawan sebagai lawan, atau menjadikan lawan sebagai kawan, telah bersalah terhadap Tuhan, juga terhadap sesama manusia. Bila standar iman yang mutlak yaitu : percaya kepada Allah yang Tritunggal, percaya kepada Yesus Kristus – Allah yang berinkarnasi menjadi manusia, dan percaya kepada Roh Kudus – Pewahyu dan Pemberi hidup kepada mereka yang sungguh-sungguh beriman kepada Yesus Kristus itu, kita longgarkan, kita merelatifkan hal-hal yang mutlak. Dan akibatnya, tidak ada lagi garis antara orang Kristen dan non Kristen. Tetapi kalau kita memutlakkan hal yang tidak mutlak, maka saudara-saudara seiman yang tidak bisa menerima standar kemutlakan yang kita buat, tidak akan kita pandang sebagai saudara lagi. Dengan demikian, kita telah mengusir anak-anak Tuhan keluar dari kandang, dan menimbulkan perpecahan,
Istilah glosa dipakai sebanyak 50 kali di dalam Perjanjian Baru. Dari seluruh pemakaiannya, dapat dikatakan tidak satu kali pun istilah tersebut dikaitkan dengan suara-suara yang tidak ada artinya, melainkan selalu mempunyai arti : bahasa.
Pada waktu hari Pentakosta, Roh Kudus memenuhi mereka. Mereka berbicara dengan bahasa-bahasa yang tidak pernah mereka pelajari, tapi pendengar mendengar dengan jelas. Seolah-olah pengkhotbahnya sedang menyampaikan khotbah dalam bahasa daerah yang mereka mengerti.
Satu hal yang selalu ditanya, apakah sekarang ini masih ada bahasa roh?  20 tahun yang lalu, banyak gereja yang setiap minggu dengan serius menyampaikan khotbah mengenai hal itu, sambil memeriksa barangsiapa yang tidak memilikinya berarti tidak mempunyai Roh Kudus. Bahkan mereka membuat doktrin, bahwa barangsiapa tidak bisa berbahasa roh akan masuk neraka, yang tidak bisa berglosolali tidak akan masuk sorga. Saya melihat krisis seperti ini. Namun sekarang, gereja-gereja seperti itu tidak lagi sedemikian berkeras di dalam hal ini, tetapi bergeser ke dalam hal-hal yang lain, yang tidak perlu saya singgung di sini.
Lima belas macam bahasa itu bukanlah bahasa sehari-hari yang dipakai oleh Petrus, Yakobus, Andreas, dan rasul-rasul lainnya. Bahasa-bahasa itu dipakai di tempat-tempat seperti : Libya, Arabia, Mesopotamia, Frigia, dan tempat-tempat lain yang jauh dari Galilea. Orang Galilea tidak memakai bahasa Ibrani kuno sebagai bahasa pengantar sehar-hari. Mereka memakai bahasa Aram sebagai bahasa sehari-hari, bahasa yang biasa dipakai di kalangan rakyat. Tetapi, ketika Roh Kudus turun ke atas mereka, mereka memakai bahasa-bahasa dari tempat yang jauh untuk mengabarkan Injil Tuhan.
Apakah sekarang masih ada bahasa roh? Saya tidak mau membatasi Tuhan. Namun jika Tuhan masih memberikan, Dia akan memberikannya sebagai karunia, bukan sebagai tanda. Karena salah satu dari belasan karunia yang kita bisa temukan di dalam Kitab Suci adalah karunia berbahasa roh. Jika Tuhan masih mau memberikan karunia berbahasa roh kepada seseorang pada suatu kesempatan yang khusus, untuk suatu kebutuhan yang urgent, tentu Dia akan nyatakan kuasa-Nya. Kita tidak berhak campur tangan. Kita percaya masih ada karunia tersebut. Namun terhadap pandangan yang mengatakan kalau seorang tidak mempunyai karunia berbahasa roh atau tidak mempunyai pengalaman berbahasa roh, berarti dia tidak mempunyai Roh Kudus, belum dipenuhi atau belum di baptis oleh Roh Kudus, saya akan menjawab, “Maaf, itu bukan ajaran Alkitab.”
Di Jakarta, orang yang pendirian seperti itu sudah pernah mengutuk, mendoakan dan bernubuat tentang saya. Mereka mengatakan, “Stephen Tong akan mati tertabrak mobil dalam dua bulan ini.”  Dua bulan kemudian, mobil saya masih dalam keadaan baik. “Nubuat” ini diucapkan pada tahun 1976, dan sekurang-kurangnya lebih dari 15 tahun sejak nubuat itu. Saya masih sehat, belum mati. Orang yang menubuatkan hal itu berkata, “Roh Kudus berkata kepadanya.”  Jikalau Roh Kudus pernah berkata kepadanya, lalu kemudian tidak terjadi, bukankah berarti Roh Kudus berbohong?  Saya menegaskan, bukan Roh Kudus yang berbohong, bukan Roh Kudus yang berubah maksud, bukan Roh Kudus yang memutar balik; tetapi roh yang diterima orang itu bukan Roh Kudus.
Janganlah bermain-main! Jangan mengira yang menamakan diri orang Kristen pasti adalah Kristen yang sejati. Jangan juga percaya pada orang yang berkata, “Saya mempunyai Roh Kudus,” atau “Roh Kudus ada di dalam diriku.”  Biarlah Buahnya membuktikan apakah dia betul-betul memiliki Roh Kudus atau tidak, bukan dari klaim-klaimnya.
Ada suatu peristiwa yang pernah terjadi di Rusia. Ketika seorang warga Amerika berkhotbah di sana, seorang penterjemah yang mengerti bahasa Inggris menterjemahkannya ke dalam bahasa Rusia. Dia terus mengikuti orang Amerika itu untuk menterjemahkan khotbahnya, dan menjadi berkat besar bagi orang-orang yang mendengarnya. Mereka mengunjungi gereja-gereja bawah tanah dan mengadakan kebaktian dengan sembunyi-sembunyi, dia selalu menyampaikan penterjemahan dengan setia. Akhirnya, pada suatu hari, pengkhotbah sudah tiba di suatu tempat kebaktian, tapi penterjemahnya tidak datang. Ketika diselidiki, baru diketahui bahwa penterjemah itu sudah ditangkap oleh agen-agen rahasia Rusia. Maka orang Amerika yang berada di tengah-tengah orang Rusia itu berkata bahwa ia tidak bisa berkhotbah. Tapi cinta Tuhan terus menggerakkan hatinya, maka dia berdiri. Dia berkhotbah dengan bahasa Inggris, namun heran, pendengarnya mendengar dia berkhotbah dalam bahasa Rusia. Hal seperti itu pernah terjadi di abad XX. Oleh karena itu, saya berkata, inilah karunia berbahasa roh yang sejati.
Saat pertama kali karunia roh ini diberikan kepada manusia, tujuannya adalah mempersatukan umat manusia di dalam kuasa Roh Kudus, supaya gereja yang kudus dan am terwujud di dalam sejarah, supaya orang yang tidak mengerti bahasa para rasul itu dapat mengerti Injil yang mereka beritakan, karena Roh Kudus telah membongkar segala batasan dan pemisah yang ada di antara manusia. Di mana Roh Kudus bekerja, orang akan menyaksikan persatuan dalam kerajaan Tuhan. Di mana Roh Kudus bekerja, gereja kita menjadi gereja yang universal, yang kudus dan am. Di mana Roh Kudus bekerja, orang yang tadinya tidak mengerti, sekarang bisa mengerti Injil. Karunia bahasa roh yang sekarang menjalar di sana sini, justru membuat orang yang tadinya mengerti menjadi tidak mengerti, yang bersatu menjadi terpecah. Padahal dulu, karunia bahasa roh diberikan, supaya yang tadinya tidak mengerti menjadi mengerti. Sekarang, mereka berani mengaku karunia berbahasa roh itu dari Tuhan, namun mengapa justru membuat orang yang tadinya mengerti malah menjadi tidak mengerti?
Karunia berbahasa roh yang diberikan pada hari Pentakosta, mengakibatkan orang yang berbeda bahasa, yang seharusnya tidak bisa mengerti Injil yang disampaikan oleh para rasul, bukan saja bisa mengerti, bahkan bisa mengenal akan kasih Kristus yang tinggi, dalam, lebar dan luas bersama-sama dengan orang suci dari segala bangsa. Berbeda dengan sekarang, yang disebut karunia berbahasa roh justru membuat orang yang mengerti semakin mendengar semakin tidak mengerti.
Bila seorang mendapatkan urapan Tuhan dan karunia berbahasa roh, maka seperti kata Paulus, bahwa ketika ia berglosolalia di hadapan umum, harus ada orang yang menterjemahkan, sehingga semua orang dapat mengerti dan menjadi tertib.
PRINSIP KARUNIA BAHASA ROH
Berbicara tentang karunia berglosolalia, di dalam suratnya kepada jemaat Korintus, Paulus memberikan tiga prinsip, untuk mencegah gereja dari kekacauan (1 Korintus 14:26-40) :
  1. Yang mempunyai karunia berbahasa roh harus menyampaikan secara tertib : seorang demi seorang, tidak bersama-sama. Bukan seluruh jemaat berdoa dengan bahasa roh secara serentak. Alkitab menegaskan, jika mau menyampaikan sesuatu, haruslah saeorang demi seorang, bergantian.
  2. Di dalam suatu kebaktian, paling banyak hanya dua atau tiga orang yang berbicara dengan bahasa roh. Tidak boleh lebih.
  3. Kalau seseorang berbicara dalam bahasa roh, harus ada penterjemah-nya, supaya semua orang mengerti.
Jika tidak memenuhi ketiga syarat di atas, harus segera dihentikan. Di sini Paulus membatasi, bukan merangsang semua orang berbicara. Tetapi kalau memang ada, harus sesuai dengan ketiga syarat tadi. Bila Roh memberikan karunia berbahasa roh kepada seorang, Roh yang sama juga akan memberikan karunia untuk menterjemahkannya, supaya semua orang mengerti. Dengan demikian terbuktilah bahwa Roh yang satu itu bekerja di dalam diri dua orang yang berbeda : kepada yang satu diberikan karunia berbahasa roh, kepada yang lain diberikan karunia untuk menterjemahkan, sehingga semua orang bisa mengerti dan membuktikan bahwa itu adalah pekerjaan Roh Kudus.
Suatu kali, di New York, seseorang berdiri di dalam kebaktian lalu berglosolalia, kemudian seorang lagi naik ke atas untuk menterjemahkan, dan yang lain mendengarkan. Sepertinya benar, sesuai dengan prinsip Alkitab. Yang menterjemahkan berkata, “Mari kita memuji Dia, mari kita berbakti kepada Yesus. Mari kita memuji Yesus. Pujilah Yesus, Yesus, puji…..”  Pada waktu pemberitaan dengan glosolalia dan penterjemahan itu berlangsung, seseorang merekam semua kalimat yang diucapkannya. Lalu kasetnya diperdengarkan kepada seorang professor linguistik di Columbia University yang juga berada di New York. Setelah professor itu meneliti, dia memberikan komentar bahwa semua bahasa yang dipakai oleh orang pertama itu ternyata masih ada sampai sekarang. Karena itu professor tersebut menyelidiki bahasa dari pegunungan Ural, yang terletak di perbatasan benua Asia dan Eropa, dekat dengan daerah asal orang pertama tersebut. Adapun apa yang disampaikan oleh orang pertama sama sekali berbeda dengan yang disampaikan oleh si penterjemah, yang begitu indah kedengarannya. Sebenarnya ia berkata, “Terkutuklah Yesus, bencilah Dia, buanglah iman, janganlah percaya kepada-Nya.”  Jadi ada semacam roh yang memalsukan Roh Kudus. Pada saat orang pertama menyampaikan hujatan-hujatan, roh itu menipu orang yang kedua untuk memberikan terjemahan yang isinya pujian dan syukur, berbakti dan bersembah sujud kepada Tuhan. Akibatnya seluruh jemaat mengira, Roh Kudus ada di tengah-tengah mereka. Lalu mereka menyembah Yesus, sambil percaya bahwa roh yang menggerakkan kedua orang itu adalah Roh Kudus. Ini membuktikan adanya penipuan.
Yesus berkata, “Sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga.” Kata “sekiranya mungkin”, menunjukkan suatu usaha. Jadi orang pilihan tetap bisa ditipu, digoda, dan dicobai oleh setan. Setan akan menyamar bagai malaikat yang berjubah putih, yang terang, untuk menipu kita. Paulus berkata kepada orang-orang di Efesus, “Jangan lupa, setelah aku pergi, serigala yang mengenakan pakaian domba akan datang kepadamu.”
Setan begitu cerdik, begitu hebat, dengan pengalaman menipu beribu-ribu tahun, sejak pertama kali menyamar jadi ular. Dia yang seharusnya berada di bawah kuasa manusia, justru telah berhasil menipu Hawa. Adakah kita mengira sekarang setan sedang tidur, dan membiarkan kita menikmati pekerjaan Roh Kudus dengan leluasa? Tidak! Dia akan berusaha mengganggu, menipu, menyamar sebagai Roh Kudus, sehingga kita mengira bahwa kita sedang menikmati berkat Roh Kudus, gereja seolah-olah bertumbuh. Namun sebenarnya, buah merekalah yang memastikan apakah mereka sudah memiliki Roh Kudus, sudah mengasihi Tuhan. Nyatanya, gereja-gereja yang tidak mementingkan Injil tetapi hanya mengutamakan fenomena, karunia dan yang disebut suasana Roh Kudus, pada waktu mereka bersaksi, jarang menyaksikan salib Kristus dan kebangkitan-Nya, pengampunan dosa, hidup baru, pertobatan, benci terhadap dosa : meningalkan perjudian, perzinahan dan segala perbuatan jahat. Mayoritas kesaksian mereka hanyalah:  puji Tuhan, dulu saya miskin sekarang menjadi kaya. Hidup saya sekarang lancar, sukses dan makmur. Orang-orang sedemikian seperti berada di dalam satu arus, di mana iman Kekristenan yang sejati sudah dibengkokkan, tetapi mereka masih belum sadar.
Mendapat Berkat Dan Kuasa Roh Kudus
Saya merasa menjadi salah seorang yang paling tersendiri di dunia. Ketika saya melihat suatu krisis di dalam gereja dan saya mengungkapkan hal itu, mereka akan menasihati saya agar jangan menyebut hal itu, nanti dinilai kurang cinta kasih. Tetapi jika saya tidak mengatakannya, di zaman atau generasi kita ini dengan mata kepala saya sendiri, kita akan menyaksikan gereja menyeleweng, iman Kristen luntur, pusat pemberitaan Injil tidak lagi pada salib dan kebangkitan Yesus Kristus, tetapi pada Yesus, Sinterklas rohani. Cukup berdoa saja, semua permintaan doa akan dikabulkan. Mintalah dengan iman dan coba bayangkan Mercedez yang akan engkau peroleh : 300E, SEL, atau SC, warnanya apa, nomornya berapa. Doa-doa seperti yang diajarkan oleh Paul Yonggi Cho, tidak pernah ada di dalam Alkitab, itu bukan ajaran Kristen!
Saya sungguh berdoa agar Tuhan memberikan kemampuan kepada kita untuk mengenali segala tipu muslihat iblis di dalam gereja yang kelihatan bertumbuh, tetapi sebenarnya iman Kristen mereka sudah hilang, fokus Injil tidak lagi pada Kristus, salib dan kebangkitan. Silahkan perhatikan khotbah-khotbah yang disampaikan oleh Petrus, Paulus, dan Stefanus dalam Kisah Para Rasul 3,5,7,15. Coba perhatikan pasal-pasal yang dengan panjang lebar mencatat khotbah-khotbah mereka yang dipenuhi Roh Kudus. Khotbah mereka tidak lain : Yesus yang tersalib, yang mati, yang bangkit, yang kini ada di sorga dan yang akan datang kembali (band. 2 Timotius 2:8)
Jikalau  ada orang-orang yang kelihatannya tetap mengkhotbahkan fokus Injil, seperti yang terjadi di dalam moment-moment yang paling penting, yang bersangkut paut dengan Yesus dan sejarah. Tapi mereka coba menyelewengkan sedikit-sedikit berbicara tentang Yesus, yang dipaku di salib, tetapi banyak berbicara tentang dosa saudara, tentang menyembuhkan penyakit saudara, berhati-hatilah dengan mereka! Saya bukan tidak percaya Tuhan dapat menyembuhkan orang sakit. Tetapi saya percaya menyembuhkan penyakit murtad yang terdapat di dalam rohani dan hati yang menyelewengkan dari Tuhan, jauh lebih penting daripada menyembuhkan penyakit jasmaniah.
Di dalam kitab Yeremia ada tertulis, “Kembalilah hai Israel! Hai Israel, berbaliklah, bertobatlah, maka Tuhan akan menyembuhkan penyakit murtadmu.”  Bukan saya tidak percaya bahwa Tuhan bisa menyembuhkan penyakit tubuh, karena saya sering mengalami kuasa Tuhan. Saya percaya ada kuasa di dalam Tuhan, bilur-Nya dapat menyembuhkan kita, tetapi yang lebih perlu disembuhkan adalah penyakit murtad. Kalau kuasa Yesus hanya terbatas untuk menyembuhkan penyakit, Dia tidak berbeda dengan dokter biasa, bahkan lebih banyak orang yang disembuhkan oleh dokter daripada yang disembuhkan melalui doa.
Salah seorang pemimpin third wave movement yang mengutamakan power evangelism , power ministry, pernah diundang menjadi dosen di Sekolah Tinggi Teologi Fuller, di California. Namun tak lama kemudian, pendiri Vineyard itu harus keluar dari sana. Dia pernah ditanya, “Betulkah Anda yakin bahwa doa dan kuasa Injil dapat menyembuhkan semua penyakit?”  Jawabnya, “Yang disembuhkan kurang dari 1%.”  Berarti jauh dibawah presentasi kesembuhan yang dilakukan oleh dokter. Jadi yang membesar-besarkan power evangelism, power healing, power ministry, ternyata menunjukkan bahwa kuasa Yesus kalah dari dokter.
Kita tidak perlu membesar-besarkan tentang penyembuhan jasmani. Ketika kita mendoakan orang sakit, cukup menyerahkannya kepada Tuhan dengan keyakinan, kalau Tuhan mau, tidak ada penyakit yang tidak bisa Dia sembuhkan. Tapi janganlah menjadikan penyembuhan sebagai pemikat untuk menarik orang datang mendengarkan Injil. Karena bila motivasi kita mengundang mereka sudah menyeleweng, mereka yang datang pun bukan datang untuk Kristus, untuk firman, tapi untuk memuaskan ego mereka sendiri. Maka tidak heran, bila mereka yang telah disembuhkan akan kembali berbuat dosa.
Kita juga menyaksikan orang yang kelihatannya memberitakan kedatangan Yesus yang kedua kali dengan berapi-api, sering juga menyelewengkan kebenaran dengan menetapkan tanggal, bulan dan tahun kedatangan Yesus. Padahal tentang hari itu, hanya Allah Bapa sendiri yang tahu. Anak pun tidak (Kis.1:7). Jika Alkitab mengatakan hanya Bapa yang tahu, tetapi orang di Amerika, di Korea mengaku tahu, apa maksudnya? Selama 40 tahun ini, peristiwa seperti itu juga sudah dua kali terjadi di Jakarta :  ada pendeta yang meramalkan hal itu. Tapi yang satu lagi sekarang sudah dipenjarakan. Yang memenjarakan dia adalah pemerintah yang mayoritasnya non Kristen. Dia dipenjarakan, karena orang luar lebih tahu bahwa dia salah.
Berkata-Kata Dari Roh Kudus
Mari kita melangkah pada satu perintah yang penting mengenai Roh Kudus. 1 Yohanes 4:1, “Sebab Roh yang di dalam mau lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia.”
Di tahun 1967, ada sebuah gereja yang sangat suam. Pendetanya membuka gedung bioskop, setiap hari Natal memberikan karcis kepada orang miskin untuk mendapat hiburan di sana, merokok dan berdansa. Pendeta yang begitu duniawi membuat majelisnya merasa gelisah. Mereka berpikir kalau gereja mau dibangunkan harus mempunyai kuasa Roh Kudus, maka mereka terus menuntut kuasa Roh Kudus. Kemudian datanglah pendeta dari Australia yang mengatakan bahwa dirinya telah mencapai hidup suci dan tidak mungkin berdosa lagi. Tingkat rohaninya sudah sedemikian tinggi seperti Kristus. Pendeta itu mengumpulkan mereka di atas gunung dan menuntun mereka untuk memperoleh kuasa Roh Kudus. Sampai ada dari antara mereka yang berglosolalia dan ada yang menterjemahkan.
Kemudian mereka berpikir, di antara para pendeta yang ada, mungkin Stephen Tong-lah yang cukup berbobot. Alangkah baiknya kalau mereka yang sudah mendapat pengalaman Roh Kudus ditambah lagi dengan khotbah Stephen Tong, gereja mereka pasti akan dibangunkan. Maka mereka datang dari Surabaya ke Malang untuk mengundang saya. Mereka memberitahu saya, nanti malam jam 7 ada kebaktian, tetapi setengah jam sebelumnya mereka akan mengadakan doa dulu. Lalu mereka berkata, “Puji Tuhan, di Nongko Jajar sudah terjadi pekerjaan Tuhan yang besar sekali, sehingga Roh Kudus memberikan wahyu, berkata-kata langsung kepada kami.”  Saya sangat terkejut, Maka saya bertanya, “Bagaimana kalian tahu kalau yang berkata-kata itu adalah Roh Kudus? Dan bagaimana saudara tahu bahwa yang disampaikan itu adalah wahyu?”  Mereka mengatakan bahwa mereka memiliki bukti dan mengeluarkan beberapa lembar kertas, menyerahkannya kepada saya sambil berkata, “Pak, pegang kertas ini baik-baik, sebab ini wahyu Tuhan yang asli.”  Saya membaca kertas-kertas itu. Pada kertas yang pertama tertulis, “Hai anak-anak-Ku. Aku datang kepadamu. Aku adalah Yesus Kristus. Aku adalah Tuhan dan Aku menangisi kamu yang belum mengabarkan ini. Kalau kamu tidak segera mengabarkan, Aku akan datang lagi untuk memarahi kamu.”  Kertas kedua saya baca dengan hati yang gentar dan takluk di hadapan Tuhan. “Hai kamu, wanita-wanita, di manakah suamimu yang belum percaya kepada-Ku? Aku sedih bagi mereka. Karena mereka belum beriman. Bawalah mereka kepada-Ku. Berlututlah di hadapan-Ku. Aku akan memberi pengharapan dan pengampunan kepadamu.”  Memang pada saat surat itu dibacakan, suami dari salah seorang wanita yang ada di sana belum percaya Tuhan. Jadi tepat. Menurut mereka ini pasti merupakan wahyu langsung dari Tuhan, dan Roh Kudus juga bekerja, karena surat itu disampaikan dalam bahasa Ibrani dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan logat Jawa Timur. Ketika saya tanyakan mengapa mereka bisa mengetahui surat itu ditulis dalam bahasa Ibrani dan diterjermahkan, mereka tidak bisa memberikan kepastian, dan  hanya merupakan perasaan mereka saja. Kertas yang ketiga berbunyi demikian, “Akulah Yesus, Akulah Yesus, Yesus yang di sebelah kanan Bapa. Aku akan datang kembali. Ini zaman akhir. Kabarkan hal ini secepat mungkin. Aku segera datang. Akulah Yesus yang berdiri di sebelah Bapa.”  Setelah saya baca, saya suruh mereka menunggu di luar. Saya masuk ke kamar, saya berdoa dan membaca Kitab Suci tentang ayat-ayat yang berkaitan dengan hal itu hingga selesai. Lalu saya berdoa lagi. Saya betul-betul menguji, mengoreksi, mengintrospeksi, membersihkan hati saya, membaca Kitab Suci dan setelah itu keluar. Saya berkata, “Saya bersyukur kepada Tuhan karena kalian rindu gereja kalian dibangunkan. Tetapi dengan sangat menyesal saya harus katakan, silahkan ambil kembali kertas ini. Kertas ini dari roh setan.”
Waktu saya menyebut kertas ini dari roh Setan, mereka semua berteriak, “Jangan begitu pak Tong, jangan menghujat Roh Kudus.”  “Jangan menghujat Roh Kudus?”  Mereka sudah terpaku pada apriori bahwa yang menyampaikan surat itu adalah Roh Kudus. Lalu  Stephen Tong mengatakan ini bukan dari Roh Kudus. Berarti Stephen Tong menghujat Roh Kudus, menghina pekerjaan Tuhan. “Waktu Roh Kudus berada di tengah-tengah kami dan memberikan wahyu kepada kami, kami mencatat yang asli ini. Suasana waktu itu begitu baik, jadi tidak mungkin roh setan, pasti Roh Tuhan.”  Saya menjawab mereka, “Tidak!”  “Mengapa? Mengapa Bapak bisa berkata demikian?”  “Kalau ada waktu yang cukup, saya akan menjelaskan.”  Saya kembalikan kertas tadi.
Sebelum saya berangkat ke Surabaya, saya mencari seorang dosen dari Kanada, Miss Williamson, yang mengajar di SAAT (di mana saya juga menjadi dosen). Saya memberitahukan masalah ini kepadanya dan kembali berdiskusi dengannya. Jawabnya, “Ini pasti bukan Roh Kudus, bukan Roh yang dari Allah.”  Saya berdoa bersama dengannya dan kami membuat janji, jam 6 sampai jam 7, sebelum saya khotbah ada kebaktian doa khusus di gereja itu. Saya minta dia pada jam tersebut mendoakan saya di Malang dan saya berdoa di Surabaya. Karena saya akan berperang. Lalu saya berangkat.
Sampai di Surabaya, saya menunggu dengan tenang, sampai waktunya, saya tiba di gereja itu. Saat itu, di konsistori sudah berkumpul 15 orang, pendeta yang tadinya adalah lawan sudah mulai menjadi kawan. Saya berada di tengah-tengah mereka. Pada waktu kami menyanyi, pemimpin mengajak berdoa. Di tengah-tengah doa, dia berusaha membuat suasana supaya roh itu datang lagi. Dia berharap saya bisa percaya bahwa roh itu adalah Roh Kudus. Saya berdoa dengan rendah hati dan sungguh-sungguh takut kepada Tuhan : “Tuhan, sekarang saya berpegang pada firman-Mu dengan cermat, dengan sungguh-sungguh takut kepada-Mu, beri kekuatan kepada saya.”  Seorang mengambil waktu kira-kira 10 menit untuk berdoa. Di tengah-tengah doanya itu, datanglah suatu suara dari seorang wanita yang berusia 40 tahun : “Aku datang, aku datang, aku datang kepada anak-anakku.”  Saya mempunyai perasaan yang jelas bahwa saya bukan anaknya. Di dalam Alkitab, tak pernah sekalipun Yesus berkata, “Aku datang kepadamu, kamu adalah anak-anak-Ku.”  Kita tidak pernah disebut sebagai anak Yesus, karena melalui Yesus Kristus kita menjadi anak Allah. Dan kalau Roh Kudus datang dari luar, berarti Dia belum berada di dalam kita. Kalau Dia datang dari luar, lalu siapakah yang berada di dalam? Kalau Roh Kudus sudah berada di dalam, mengapa Dia berkata, “Aku datang kepada anak-anak-Ku?”  Lagipula tidak ada orang Kristen yang disebut anak Roh Kudus.
Saya mulai berkata, “Tuhan, saya mau berhenti doa sampai di sini. Sekarang, saya mau mencari dan memakai ayat-ayat firman-Mu yang berkuasa bagaikan pedang yang bermata dua untuk menghancurkan ajaran yang sesat ini, sambil menemukan nabi palsu itu. Berilah kekuatan dan hikmat kepada saya.”
Setelah berdoa, keringat saya bercucuran. Saya buka Kitab Suci dan langsung membacakan beberapa ayat, lalu saya bertanya kepada perempuan itu, “Hai, roh yang berada di dalam perempuan ini, dalam nama Yesus Kristus yang sudah berinkarnasi menjadi manusia, yang sudah mati di atas kayu salib, yang sudah bangkit pula dari antara orang mati, yang sudah naik ke sorga dan akan datang kembali. Saya bertanya kepadamu, siapakah engkau?”
Saya menantang langsung perempuan yang katanya dipenuhi oleh roh itu. Dia mulai bergoyang-goyang, matanya tidak mau melihat, dia tersenyum-senyum dan tidak mau menjawab.  “Dalam nama Yesus, jawablah siapa engkau?”  Mendadak dia berhenti tersenyum, matanya terbelalak, dia berteriak, “Apa?”  Kelembutan yang tadi hilang, suasana indah pun hilang. Kalau bukan Tuhan menyertai saya, saya akan ketakutan luar biasa.
Saya berkata, “Dalam nama Yesus, sekarang jawablah, siapa engkau? Adakah engkau percaya bahwa Yesus Kristus yang mati di atas kayu salib dan bangkit dari antara orang mati, Anak Allah yang tunggal, adalah Firman yang datang menjadi daging?”  Waktu saya mengajukan pertanyaan itu, jawabnya, “Apa? Aku Yesus. Akulah Yesus.”  Saya bertanya sekali lagi, “Dari manakah engkau?”  “Dari anakku Yesus, aku Yesus dari anakku Yesus.”  Dia menjadi kacau.
“Sekarang demi nama Yesus Kristus, Anak Allah yang tunggal, Tuhan dan Juruselamat gereja, yang sudah mengalahkan setan dan segala kuasa jahat, saya perintahkan engkau jatuh!”
Sesudah saya mengucapkan kalimat itu, dalam satu detik perempuan itu mau bertahan, tapi tidak mampu, dia terjatuh. Teman-temannya yang sedang berdoa mendengar suara yang keras itu, berdatangan membangunkan dia. Sesudah bangun, dia seperti orang yang baru pingsan, sama sekali tidak sadar akan apa yang baru terjadi, persis orang yang dirasuk setan, lemas sekali. Mata yang tadinya ganas, suara yang tadinya keras, sekarang tidak lagi, saya sangat kasihan kepadanya.
Mereka bertanya, “Apakah percaya Roh Kudus?”  Saya jawab, “Saya percaya.”  “Kau tidak percaya glosolalia?”  “ Saya percaya yang asli.”  “Kau tidak percaya yang tadi itu Roh Kudus?”  “Tidak.”  “Jadi, roh apa?”  “Roh yang melawan Tuhan, roh palsu, roh nabi palsu, roh si jahat.”  “Mana mungkin? Dia menyuruh kami memuji Tuhan.”  “Prinsip memuji Tuhan adalah manusia mengembalikan kemuliaan kepada Allah dalam statusnya sebagai manusia. Tetapi dia meminta orang berlutut di hadapannya. Itu bukan memuji Allah, tetapi merebut pujian yang seharusnya diberikan kepada Allah. Kedua, setiap orang yang dipenuhi oleh Tuhan dan dipenuhi oleh Roh Kudus, baik semua nabi di Perjanjian Lama atau pun semua rasul Perjanjian Baru, tidak pernah seorang pun berkata dengan mulut bibirnya : “Aku adalah Yesus.”  Itu tidak boleh. Baik rasul Paulus dan Petrus pun tidak pernah mengucapkan kalimat seperti itu, tetapi mengapa di abad XX ini ada orang yang menganggap diri lebih rohani dari mereka hingga bisa mewakili Tuhan Yesus? Itu adalah tipu muslihat! Tetapi masih ada begitu banyak orang Kristen yang bodoh, yang tidak mengerti prinsip Alkitab, yang begitu gampang digoncang dan ditipu oleh roh-roh palsu. Yohanes memberikan prinsip ini : jangan percaya pada segala roh, ujilah!  Tetapi orang yang berada di dalam golongan atau gerakan itu selalu tidak mau orang menguji, hanya mau orang percaya. Sekarang kita mendapat kesimpulan : Roh Suci yang asli, yang mewahyukan Kitab Suci ini meminta orang Kristen menguji, tetapi roh yang memalsukan Roh Kudus tidak memperbolehkan orang menguji. Perhatikan prinsip-prinsip yang dipaparkan di sini, semua ini adalah kunci dalam seumur hidup kita, bagaimana menghadapi dunia yang krisis dan zaman yang sarat dengan pemalsuannya.”
Setelah peperangan selesai, saya langsung naik ke mimbar dan berkhotbah tentang kebangunan. Roh Kudus bekerja secara luar biasa, hari itu ada kira-kira 300 orang yang bertobat. Meerka berlutut di hadapan Tuhan, mengaku dosa dan minta Tuhan memberi pengampunan, agar gereja mereka mempunyai hari depan yang cerah.
Para pemimpin gereja tersebut tentu merasa benci sekali kepada saya. Mereka merasa dipermalukan di depan begitu banyak orang, karena roh itu dianggap sebagai roh yang tidak benar. Lima belas tahun kemudian, pemimpin kelompok itu datang mengikuti Seminar Pembinaan Iman Kristen yang saya pimpin. Dia mengaku bahwa pada saat itu ia yang salah, dan kini  ia sudah sadar akan hal itu. Dulu ia mengira roh itu adalah Roh Kudus. Akibatnya ia memberikan uang, kesehatan, bakat, karunia dan segala keinginan untuk mengembangkan gerakan itu. Tetapi setelah 15 tahun, ia melihat hanya berputar-putar di sana, tidak pernah bertumbuh, tidak pernah sungguh-sungguh mengerti prinsip Alkitab dengan lebih mendalam. Dan akhirnya ia semakin sadar untuk menerima ajaran-ajaran yang ketat.
Perhatikan prinsip Alkitab di bawah ini : Hati-hatilah terhadap karunia berbahasa roh yang berbunyi, “Akulah Yesus” atau “Aku datang dan masuk ke dalam anak-anakku.”  “aku datang kepada anak-anakku.” Atau “Aku akan menyembuhkan engkau secara pelan-pelan, aku berkuasa.”
Di Batu Pahat, ada seorang anak perempuan cantik yang berusia 15 tahun, jatuh pada waktu main bola basket, kakinya menjadi bengkak dan berubah menjadi kanker. Pembengkakan semakin parah, sampai kakinya dua kali lebih besar dari kaki yang lainnya. Dia tidak bisa berjalan, seumur hidupnya lumpuh. Seorang pendeta membawa dua orang wanita berglosolalia di rumahnya, katanya, “Akulah Yesus. Aku pasti akan menyembuhkanmu dengan pelan-pelan, teruslah beriman kepadaku. Aku Yesus, aku Yesus.”  Tiga hari kemudian, saya tiba di sana. Saya berkhotbah tentang doktrin Roh Kudus yang benar dan yang salah. Dua perempuan yang tadi bernubuat dan mengatakan dirinya Yesus ikut mendengar dan merasa ketakutan. “Yesus” yang bisa takut, datang mencari saya dan bertanya, bahwa jika nubuat itu salah, maka roh apakah yang telah masuk ke dalam dirinya. Maka saya mendoakan dia. Saya berkata, “Berlututlah di hadapan Tuhan! Mungkin engkau memiliki kesengsaraan dan kesulitan, sehingga engkau begitu menginginkan hiburan dan kekuatan yang dari atas. Dan karena kau tidak tahu prinsip Alkitab, maka setan telah menipumu dengan roh yang lain, yang masuk ke dalam dirimu.”  Mereka membenarkan, karena salah satu dari mereka sudah bercerai dan yang satu lagi sedang dibenci oleh suaminya. Di dalam kesulitan emosi inilah mereka mencari kompensasi di gereja, lalu mereka mengira telah mendapatkan Roh Kudus. Waktu mereka, yang tidak mengetahui Alkitab, begitu merindukan pertolongan, keinginan yang tidak berdasarkan firman Tuhan dan prinsip Alkitab itulah yang memberikan lowongan kepada setan masuk bekerja di dalam hati mereka.
Saya mengunjungi anak perempuan itu. Waktu saya melihat keadaannya, ibunya seorang Kristen yang baik, yang sangat mencintai Tuhan dan sekarang menyaksikan anak bungsunya, yang begitu cantik, dan paling dia sayangi menderita seperti itu, saya bertanya kepadanya, “Dalam nama Yesus Kristus, saya katakan bahwa muslihat-nubuat itu bukan dari Allah, tapi dari roh setan yang memalsukan Roh Kudus.”
Ibu itu berkata, “Tidak, itu pasti Roh Kudus.”  Yang mengatakan anaknya bisa sembuh itu pasti Tuhan, dia percaya roh itu adalah Roh Kudus. Lalu saya masuk ke kamar, saya mempersiapkan hati anak perempuan itu, saya berkata, kalau kau sembuh, puji Tuhan. Tetapi menurut saya, kemungkinan engkau akan mati. Waktu saya mengucapkan kalimat itu, anak perempuan itu berkata, “Pak Stephen Tong, saya juga merasa bahwa saya tidak bisa sembuh. Sekarang saya mau menyediakan hati untuk bertemu dengan Tuhan. Saya sudah diselamatkan, saya orang Kristen yang sejati. Kalau pun saya mati, saya sudah siap.”  Maka saya mempersiapkan hatinya. Sesudah itu, saya keluar dan bertanya lagi kepada ibunya, “Kau percaya roh itu adalah Roh Kudus?”  Ia menjawab, “Ya!”  Langsung saya berkata, “Kalau Tuhan mengambil jiwa anakmu adalah karena Dia begitu mencintaimu. Dia mau kamu bertobat dari kepercayaan yang salah. Mungkin sekali anakmu akan dipanggil oleh Tuhan, dia akan mati. Saya sudah mempersiapkan hatinya untuk bertemu Tuhan. Dan kau, orang penting di gereja, mereka memandangmu sebagai tua-tua wanita, ternyata engkau percaya bahwa roh itu adalah roh Allah. Perbuatanmu itu akan menyesatkan seluruh gereja. Demi kebaikan seluruh gereja, demi kebaikanmu dan keluargamu, dalam nama Tuhan Yesus, saya berkata Mungkin Tuhan akan mengambil jiwa anakmu.”  Dia mengucurkan airmatanya  Suaminya yang belum Kristen berdiri disampingnya menjadi bingung, mengapa pendeta yang lain mengatakan anaknya pasti akan sembuh, tapi pendeta ini mengatakan mungkin anaknya akan mati.
Setengah tahun kemudian, selesai saya berkhotbah di kongres penginjilan sedunia di Hong Kong, ibu itu datang menghampiri saya. Anaknya telah meninggal. Akhirnya ia menyadari bahwa roh yang ada pada perempuan itu bukan Roh Allah, tetapi roh setan. Pendeta yang membawa dua perempuan itu, sebelumnya begitu keras melarang ibu ini membawa anaknya ke dokter, karena yakin Tuhan akan menyembuhkannya. Setelah mendengar saya berkata dengan begitu tegas, ia menjadi sangat takut dan dengan taksi ia membawa anak itu ke Kuala Lumpur. Pada saat pulang terjadi kecelakaan dan mukanya rusak. Akibat dari hal itu, ia menjadi sadar. Bahkan suami dari ibu itu, ketika melihat ketegasan saya, akhirnya mulai mau pergi ke gereja. Imannya dipulihkan dan ia tidak sampai merusak seluruh gereja.
Sesudah peristiwa itu, saya sempat mengunjungi tempat itu beberapa kali. Gereja itu memang tidak besar, tapi menghasilkan cukup banyak pendeta.
Saya kembali pada prinsip tadi, roh yang palsu tidak menginginkan kita mengujinya. Orang Kristen yang tertidur juga tidak tahu bagaimana menguji roh. Sebaliknya, Roh yang sejati tidak takut diuji. Dia justru memerintahkan kita, agar jangan percaya kepada segala roh, tetapi ujilah apakah roh itu dari Allah, atau bukan. Karena roh si jahat, si pembohong, roh pemalsu sudah ada di dunia. Allah memang tidak boleh dicobai oleh manusia. Allah tidak mencobai siapapun, dan juga tidak dicobai siapapun, tetapi Allah yang sejati pernah dua kali, satu kali di Perjanjian Lama dan satu kali di Perjanjian Baru, memerintahkan manusia untuk menguji Dia (Maleakhi 3:10, 1 Yohanes 4:1).
Ujilah segala roh, supaya kamu tahu apakah itu Roh Allah atau bukan. Kalau itu memang Roh yang dari Allah pasti akan tahan uji. Kalau roh itu bukan dari Allah tentu tidak akan tahan uji. Tetapi sekarang ada satu ajaran yang membingungkan kita : siapa yang berani menguji Roh Kudus? Kalau Roh Kudus diuji bukankah berarti kita kurang beriman? Kalau kurang beriman bukankah itu berarti dosa?
Suatu kali saya hadir di dalam kebaktian yang penuh dengan roh yang tidak karu-karuan. Saya duduk di bagian belakang. Saya melihat dan mendengar khotbah yang disampaikan oleh pendeta dari India, dia mulai gugup, sepertinya mata saya sudah menangkap sesuatu dari dirinya. Dia berkata, “Hari ini ada seorang masuk dengan roh bimbang, roh kurang beriman, roh tidak percaya, roh kritik. Keluar! Keluar!”  Saya sengaja tidak mau keluar, karena Alkitab memerintahkan, jangan percaya kepada segala roh, ujilah apakah roh itu dari Tuhan Allah atau bukan. Itulah yang dikatakan Alkitab, firman Tuhan. Jangan menipu mereka yang belum mengenal atau yang kurang menghafal Alkitab, dan membuat mereka ketakutan luar biasa, sehingga orang-orang yang dianggap mempunyai roh yang khusus, yang supranatural boleh dikultuskan. Tidak! Kalau Saudara merasa apa yang saya sampaikan tidak sesuai dengan Alkitab, coba tunjukkan, saya akan memberikan jawaban kepada Saudara. Kalau Saudara tidak setuju dengan semua ajaran yang saya berikan, mari kita mempelajari lebih banyak lagi untuk membuktikan apakah yang saya sampaikan itu betul-betul alkitabiah atau tidak. Tapi saya tidak mau kau mengkultuskan Stephen Tong, Yonggi Cho, Benny Hinn atau siapapun.
Seperti apa yang dikatakan Agustinus, “Di dalam ajaranku, aku memaparkan firman kepadamu. Jika kau menemukan apa yang kuajarkan tidak sesuai dengan Alkitab, tinggalkanlah aku, tapi jangan tinggalkan Alkitab.”  Jangan kultuskan siapapun. Stephen Tong hanya mempunyai satu kewajiban, satu tugas, yaitu memimpin Saudara mengerti firman Tuhan lebih tepat, lebih akurat, lebih sehat dan lebih berakar, selebihnya saya tidak mempunyai ambisi apa-apa, seperti mengkultuskan saya atau menjunjung tinggi saya.
Siapakah yang memiliki Roh Kudus? Roh Kudus diberikan kepada siapa? Saat ini gereja-gereja Protestan dan gereja-gereja tradisionil selalu gagal memiliki kesadaran bahwa kita yang betul-betul diselamatkan sudah memiliki Roh Kudus. Kalau saya bertanya tentang siapa yang sudah percaya kepada Yesus Kristus, maka kira-kira ada 90% yang angkat tangan. Tapi kalau ditanya, apakah mereka secara jelas tahu bahwa dosa-dosa mereka telah diampuni dan sudah mendapatkan hidup yang kekal, maka hanya 50% yang angkat tangan. Jika dilanjutkan, apakah mereka sudah sungguh-sungguh tahu bahwa mereka telah hidup baru di dalam Kristus, maka tinggal 20% yang berani angkat tangan. Kemudian bila saya bertanya lagi, dengan mata yang terbelalak, siapa yang berani berkata sudah memiliki Roh Kudus, maka banyak orang akan menoleh ke kanan dan ke kiri, sambil berkata, “Saya tidak tahu.”  Saat ini, mungkin hanya sisa 10% yang berani angkat tangan. Karena tidak mengerti firman Tuhan, maka banyak orang tidak mempunyai keyakinan, tidak mempunyai kepastian, tidak mempunyai pegangan tentang apa yang sudah dijanjikan di dalam Alkitab. Banyak orang hanya berasumsi, barangsiapa berkhotbah dengan suara keras pasti memiliki Roh Kudus, sedangkan yang lembut tidak memiliki-Nya. Padahal tidak tentu. Kalau hanya orang yang bersuara keras saja yang memiliki Roh Kudus, maka semua orang bisu pasti tidak memiliki Roh Kudus, lalu bagaimana dengan mereka yang tidak naik mimbar? Bukankah tidak akan memiliki Roh Kudus? Kita perlu mendapatkan prinsip Alkitab yang lebih stabil agar tidak terjebak kepada kesalahan-kesalahan sedemikian. Amin.

Oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong

Sumber : http://www.nusahati.com/2012/08/penerimaan-roh-kudus-yang-salah/