Kamis, 28 Juli 2011

Niat dan Kuasa Pelayanan (Bagian 2)

Peranan Gereja yang sejati dan theologi yang sejati sangat berkaitan erat. Tahukah Anda bahwa di sepanjang sejarah gereja di Indonesia, yang sudah berjalan sekitar 400 tahun ini, GRII (Gereja Reformed Injili Indonesia) adalah satu-satunya gereja yang mempersiapkan dan memaparkan pendidikan theologi yang begitu luas, bukan hanya untuk hamba Tuhan saja, tetapi juga untuk setiap orang Kristen yang mau belajar. Di mana-mana, di setiap kota, GRII berusaha untuk menyelenggarakan Sekolah Theologi untuk awam dan berbagai pembinaan termasuk NREC. Mengapa? Karena kita tidak perlu takut untuk mengajarkan apa yang kita beritakan, sehingga setiap orang bisa membandingkan dan melihat pertanggungjawaban theologis yang ada di dalamnya. Setiap orang yang belajar di STRI (Sekolah Theologi Reformed Injili – untuk awam di setiap kota) tidak harus masuk ke GRII dan tidak juga harus berbakti di GRII. Kita percaya tidak ada satu orang pun yang berhak memaksa orang untuk masuk ke gereja tertentu, apalagi menjadi anggota gereja tertentu. GRII adalah gereja; sebuah wadah yang disediakan bagi mereka yang mau menemukan kebenaran. Setiap orang boleh hadir, boleh mencari, boleh membuktikan, dan boleh mengesahkannya. Tugas kita adalah “Mempersiapkan umat Allah, mempersiapkan wadah kebenaran, mempersiapkan mimbar untuk memberitakan Injil Allah.”

Di tengah-tengah kekristenan, kita mengenal ada banyak arus pemikiran theologi. Theologi Kristen ada beberapa macam, seperti: Theologi Katolik, Theologi Ortodoks, Theologi Injili, Theologi Karismatik, Theologi Radikalisme, Theologi Reformed, dan berbagai macam theologi lain yang tidak berstruktur hingga bidat. Kita perlu belajar melihat theologi-theologi ini kemudian menguji dan membandingkan yang mana yang sungguh-sungguh setia dan konsisten kepada kebenaran Alkitab. Inilah sikap orang Kristen yang bertanggung jawab. Orang Kristen yang sungguh adalah orang Kristen yang mau beriman atas Firman yang adalah kebenaran. Theologi Reformed mengajarkan bukan hanya untuk percaya, tetapi mengetahui apa yang dipercaya dan mengapa percaya. Kita tidak boleh menjadi orang Kristen yang sembarangan. Tetapi bagaimana kita bisa menjadi orang Kristen yang tidak sembarangan?

Pertama, kejujuran adalah sikap utama untuk diperkenan oleh Tuhan. Barangsiapa jujur, ia akan diperlakukan oleh Tuhan dengan jujur: barangsiapa bersih, ia akan diperlakukan oleh Tuhan dengan bersih; barangsiapa serong dan bengkok, ia akan diperlakukan oleh Tuhan dengan cara yang bengkok pula. Ini adalah ajaran Alkitab. Ketika Allah dengan begitu jujur dan terbuka memaparkan segala sesuatu kepada kita, kita terlalu berbahagia. Dua kali di dalam Alkitab dikatakan: “Tuhan tidak mau menyimpan segala sesuatu pun untuk tidak diketahui oleh sahabat-Nya.” Satu kali dinyatakan kepada Abraham dan satu lagi kepada Daud. Daud adalah seorang yang diperkenan di dalam hati Tuhan dan Abraham disebut sebagai kawan Allah. Dari sedemikian banyak manusia, Abraham telah dipilih oleh Allah untuk menjadi sahabat-Nya. Sungguh betapa eksklusif dan betapa bahagianya status ini. Tuhan mau membongkar isi hati-Nya kepada Abraham. Dia rela menyatakan isi hati-Nya kepada Abraham. Tuhan tidak menyembunyikan diri sehingga manusia yang mencari Dia bisa tersesat. Ketika manusia sungguh-sungguh dengan jujur mau mencari Tuhan maka Tuhan akan berkenan ditemui.

Kedua, engkau berjiwa mau dididik. Orang yang mau dididik adalah orang yang rendah hati, yang terus-menerus mau mencari kesempatan untuk maju. Dia akan belajar dari siapapun yang bisa mendidik dan membangun dirinya. Orang seperti ini adalah orang-orang yang mau diajar oleh Tuhan, mau mengerti isi hati Tuhan, dan mau dibentuk oleh Tuhan. Jika engkau hanya mau menyatakan pikiran, pandangan, pendirianmu, dan tidak pernah mau diajar, dididik, dibentuk oleh Tuhan, maka engkau tidak akan bisa bertumbuh dan tidak mungkin mengenal Allah. Ada orang yang mendengarkan khotbah sambil dengan teliti mencatat dan mau belajar dari firman Tuhan yang begitu setia dikhotbahkan, tetapi ada juga yang mengkritik karena tidak sesuai dengan apa yang dia harapkan. Orang yang tidak bisa mendengarkan apa yang orang lain katakan, tidak mau belajar mengerti apa yang orang lain katakan, melainkan hanya mau orang lain mendengarkan apa yang dia katakan, dan hanya mau orang lain mengikuti apa yang dia pikirkan, pasti akan dibenci oleh semua orang. Kiranya kita tidak menjadi orang-orang yang demikian. Kita perlu belajar menjadi orang yang tulus, yang terbuka, yang mau diajar oleh Tuhan dan kebenaran-Nya, dan kemudian menyimpan rahasia Kristus di dalam hati kita untuk kita jalankan dalam hidup kita.

Ketiga, sungguh dan rajin membandingkan segala sesuatu yang berbeda. Kita perlu dengan teliti membedakan berbagai agama dengan cara mempelajari agama, membedakan konsep wahyu dengan cara mempelajari doktrin wahyu. Kita perlu belajar membedakan berbagai teori etika, teori politik, teori kehidupan, pelajari dan bedakan semua. Semua yang engkau bisa kumpulkan, coba bandingkan. Orang Tionghoa mengatakan: “Orang tidak mengerti apa-apa, tidak apa-apa, asal dia bisa membandingkan dengan teliti.” Orang yang memiliki pengalaman pertama kali, mungkin tidak bisa mengetahui dengan baik tentang sesuatu hal, tetapi melalui pengalaman membandingkan dengan teliti, maka ia mulai mengerti dan mulai mengetahui yang mana bagus atau jelek. Kita perlu melihat dan membandingkan dengan teliti. Ada orang yang kelihatan hebat di luar, tetapi sebenarnya hanya heboh di dalam. Ada orang yang kelihatan begitu sederhana dan bodoh, tetapi ternyata ia sangat pandai. Banyak orang muda yang selalu menganggap dirinya pandai dan hebat. Ia belum belajar membandingkan dengan baik. Setelah ia membandingkan dengan banyak orang yang jauh lebih hebat dan lebih pandai dari dirinya, ia baru sadar bahwa ia tidak sedemikian hebat.

Keempat, rajin dan tetap rendah hati. Tuhan senang dengan orang yang sungguh-sungguh rajin, yang mau bekerja keras untuk Tuhan tanpa memperhitungkan untung-rugi sendiri. Dan ketika ia sudah berhasil, ia tidak menjadi sombong, tetapi tetap rendah hati karena ia sadar bahwa semua hidupnya adalah anugerah. Jika ia rajin dan rendah hati maka Tuhan akan memakai orang Kristen yang semacam ini. Ketika kita melayani Tuhan, Tuhan ingin kita tidak melayani dengan malas. Setiap pekerjaan Tuhan adalah pekerjaan yang harus dikerjakan dengan kesungguhan, dengan kerajinan untuk bisa mendapatkan hasil yang terbaik. Dan setelah engkau mendapatkan hasilnya, itu bukanlah suatu kesempatan untuk menjadikan engkau sombong, melainkan harus tetap dengan rendah hati mengakui pimpinan dan pertolongan Tuhan. Kristus menjadi teladan betapa Ia melayani Bapa-Nya dengan begitu rajin dan rendah hati. Pelayanan sedemikian adalah pelayanan yang diperkenan oleh Bapa. Biarlah kita bersiap, mencari kebenaran dengan sungguh, melayani dengan sungguh, sehingga bisa menjadi orang yang sungguh-sungguh dipakai Tuhan. Soli Deo Gloria.


Oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong (April 2010)
Sumber : http://www.buletinpillar.org/transkrip/niat-dan-kuasa-pelayanan-bagian-2

Tidak ada komentar: