Minggu, 31 Agustus 2014

Karunia Roh Kudus (Bagian I)

Pdt. Dr. Stephen Tong

Di dalam Alkitab kita melihat bahwa karunia-karunia Roh Kudus itu diberikan setelah Kristus kembali kepada Bapa. Sebelum Kristus kembali kepada Bapa, belum pernah Roh Kudus diberikan kepada seseorang untuk selama-lamanya.


Roh Kudus sendiri adalah Karunia di atas semua karunia. Sesudah Roh Kudus diberikan kepada Gereja, maka Roh Kudus sekarang memberikan karunia-karunia Roh Kudus kepada Gereja atau orang-orang Kristen. Di dalam memikirkan karunia Roh Kudus ini, maka saya akan membaginya ke dalam dua bagian, yaitu : (1) Karunia jabatan, dan (2) Karunia pelayanan.
Jika kita menghitung dengan teliti, kita akan menemukan 19 macam karunia yang dinyatakan oleh Alkitab. Karunia jabatan, diberikan kepada setiap orang secara berbeda, dan setiap orang percaya bisa mendapatkannya. Demikian pula karunia-karunia untuk pelayanan, diberikan kepada setiap orang seturut kehendak Roh Kudus. Tetapi tidak ada seorang pun yang berhak untuk memaksakan kehendaknya.

KARUNIA JABATAN

Karunia jabatan adalah karunia yang dianugerahkan oleh Roh Kudus kepada orang-orang tertentu untuk menjabat suatu jabatan tertentu. Seseorang diberi kekuatan khusus, sehingga berbeda dalam status dan keadaan dengan orang lain pada umumnya. Itulah karunia jabatan. Karunia jabatan yang paling jelas dicatat di dalam Alkitab terdapat dalam Efesus 4:1-dst.

Kata “Ia memberikan….” lebih tepat diterjemahkan “Ia mengaruniakan…”  dan di dalamnya terdapat 5 (lima) jabatan khusus yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia, yaitu: rasul, nabi, penginjil, pendeta dan guru-guru. Ini merupakan karunia khusus dari Allah kepada manusia.
Dalam salah satu bukunya, Watchman Nee telah salah menafsirkan ayat ini, paling tidak terdapat dua macam kesalahan, yaitu:
  1. Penjelasan “menawan kembali yang sudah ditawan” (ayat 10), ia langsung memakai terjemahan bahasa Mandarin yang kurang tepat penerjemahannya: “menawan musuh”. Ini adalah pengertian yang kurang benar.
  2. Ia mengatakan bahwa di dalam ayat 11 hanya terdapat 4 jabatan, karena guru dan pendeta dijadikan satu. Akibatnya, ia tidak setuju ada gembala atau pendeta di dalam Gereja, sehingga dengan sendirinya ia menolak penahbisan pendeta. Ia menganggap itu adalah profesi yang diciptakan oleh manusia hanya untuk membanggakan diri. Tetapi jelas sekali di dalam ayat itu diungkapkan lima jabatan, bukan empat  jabatan.
Dalam hal ini, saya tetap melihat lima jabatan. Inilah yang saya sebut sebagai Karunia jabatan. Karunia jabatan ini tidak diberikan kepada semua orang Kristen. Hanya sebagian orang tertentu dan khususnya beberapa orang tertentu yang menerima jabatan pertama dan kedua (rasul dan nabi).

a. Jabatan Khusus Nabi dan Rasul


Alkitab berkata, bahwa Kristus sudah turun dan kemudian naik ke sorga. Jika Kristus tidak naik, Roh Kudus tidak turun. Jika Roh Kudus turun, Ia akan memberikan kekuatan kepadamu untuk memberitakan Injil, lalu mendirikan Gereja, menggembalakan mereka dan mengajarkan firman. Semua itu harus didirikan di atas dasar rasul dan nabi.
Secara kronologis, nabi ada terlebih dahulu dari rasul; tetapi secara jabatan dan sebagai karunia, rasul selalu di depan nabi (band. Efesus 2:20). Yohanes Calvin pada usia mudanya pernah melakukan kesalahan dengan menganggap bahwa ketiga jabatan yang pertama sudah tidak ada, sehingga tinggal gembala dan guru saja. Itu sebab banyak Gereja Protestan kebanyakan hanya menghasilkan pendeta dan guru-guru teologi yang baik, tetapi jarang menghasilkan pemberita-pemberita Injil yang kuat. Gereja-gereja Calvinis, seperti GPIB, GMIST, GMIT, GKI menghasilkan sedikit penginjil yang mempunyai kontribusi yang besar. Tetapi mereka mempunyai banyak pendeta dan teolog besar. Hampir tidak ada teolog-teolog besar yang keluar dari Gereja-gereja Pantekosta dan Kharismatik. Orang-orang Pantekosta dan Kharismatik tidak terlalu banyak mengerti teologi dan tidak pernah menghasilkan buku Sistematika Teologi yang bernilai di sepanjang sejarah sampai hari ini. Tetapi mereka sering menghasilkan penginjil-penginjil yang kuat. Lalu, adakah pendeta-pendeta dari aliran mereka yang betul-betul mengajar teologi dengan baik sekali? Ada, sekalipun sangat sedikit, misalnya Gordon Fee. Ia mempunyai penafsiran Alkitab yang sangat baik, tetapi orang-orang seperti Dia sangat sedikit jumlahnya. Tetapi kita juga akan sulit sekali menemukan penginjil-penginjil besar di dalam aliran Protestan. Ini merupakan kesalahan Calvin. Ketika Calvin mulai tua, ia sadar sekali akan kesalahan ini, sehingga ia sangat memberikan tekanan di dalam hal ini, namun sudah terlambat.
Seorang Injili bukan orang yang hanya menyetujui akan Injil dan penginjilan, tetapi ia juga harus mampu, berani dan bergiat membawa orang lain menjadi Kristen. Orang Injili adalah orang-orang yang memberitakan Injil kepada orang lain, memberitakan Kristus yang mati dan bangkit bagi orang lain. Orang Injili adalah orang yang menginjili di dalam tindakan dan memberitakan Injil di dalam khotbah-khotbahnya, menginjili dengan mengabarkan Injil kepada orang lain dan berjalan dalam pimpinan Roh Kudus. Tanpa itu, ia bukan orang Injili.
Orang yang belum menginjili orang lain, sehingga orang lain yang bukan Kristen menjadi Kristen, belum layak disebut sebagai orang Injili. Orang yang mengaku Injili, tapi tidak memberitakan Injil, melainkan karena takut melawan Injil, bukanlah orang Injili. Kalau itu hanya untuk membedakan dengan orang yang tidak percaya Injil, maka ia tidak dapat disebut Injili; orang tersebut belum dapat digolongkan sebagai kaum Injili. Roh Kudus turun bukan supaya orang menyetujui Injil, tetap agar orang bersaksi memberitakan Injil.
Roh Kudus diberikan untuk mendorong, menguatkan dan menolong kita memberitakan Injil. Itu sebab, ketika saya menetapkan gerakan ini sebagai Gerakan Reformed Injili, saya sadar perlu menambahkan istilah Injili dibelakang teologi Reformed. Teologi Reformed saja tidak cukup, perlu kekuatan, keberanian, aksi dan tindakan konkrit memberitakan Injil. Kalau tidak, gerakan ini belum sukses. Saya berharap di dalam 10 tahun pertama gerakan ini, saya dapat melihat siapa yang harus meneruskan gerakan ini, yang sungguh-sungguh berteologi Reformed dan betul-betul giat memberitakan Injil.
Kita tidak menyetujui apa yang diungkap oleh Watchman Nee bahwa semua jabatan itu tetap ada sampai sekarang. Kita juga tidak menyetujui pandangan Calvin ketika masih muda, yaitu tinggal dua jabatan yang masih ada. Kita melihat bahwa ada dua jabatan yang tidak dilanjutkan lagi, dan tiga jabatan masih berlangsung terus hingga sekarang. Jabatan rasul dan nabi berhenti dan tidak ada lagi setelah Kitab Suci genap diwahyukan.
Rasul adalah orang yang diutus Allah (Yunani: apostolos; Inggris: messenger). Nabi adalah penyambung lidah Allah yang membawa perkataan Allah kepada dunia (Inggris: The spokesman of God). Rasul adalah orang yang diutus untuk menulis Kitab Suci Perjanjian Baru, nabi adalah orang yang disuruh Tuhan untuk menulis Kitab Suci Perjanjian Lama. Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama merupakan kesatuan yang membentuk Kitab Suci. Status dan kepercayaan di mana kita berada, berdiri di atas Kitab Suci yang menjadi pondasi untuk mendirikan Gereja. Dalam Efesus 2:20 ditegaskan bahwa Gereja didirikan di atas dasar para rasul dan para nabi, di mana Kristus adalah batu penjurunya. Prinsip ini tidak boleh diubah di sepanjang sejarah. Tidak ada lagi nabi modern atau rasul modern. Itu alasan kekristenan tidak dapat menerima Ellen White (pendiri Adventisme) atau Joseph Smith (pendiri Mormon), atau Russel dan Rutherford (pendiri Saksi Yehovah), karena mereka mengaku mendapatkan “wahyu yang baru”.
Joseph Smith mengatakan bahwa dulu Paulus dipanggil setelah Yesus naik ke sorga dan selama 1.000 tahun kemudian Yesus memanggil lagi satu orang untuk mengisi kebutuhan zaman, yaitu Joseph Smith. Itu berarti, ketika Yesus berada di dunia, Ia memanggil 12 orang, setelah naik ke sorga, Ia memanggil Paulus, lalu tidur 1.800 tahun, dan kemudian memanggil Joseph Smith.  Dia menyetarakan buku Mormon dengan Kitab Suci. Kita tidak dapat menerima pandangan seperti ini, karena Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru sudah menjadi kesatuan yang sempurna, yang tidak perlu ditambah lagi.
Ellen White, Russell dan Rutherford dari Saksi Yehovah mengira mendapatkan wahyu baru. Demikian juga orang-orang seperti Kenneth Hagin, Cho Yonggi, Benny Hinn, dsbnya, meskipun tidak ditulis dalam bentuk buku. Mereka mengatakan, “Allah berkata kepada saya…” dst. Itu adalah hal yang mirip dengan rhema theon.  Kita perlu menegaskan konsep Alkitab bahwa tidak ada wahyu baru. Karena wahyu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru sudah lengkap, maka tidak ada lagi rasul dan nabi.
Suatu kali, seorang bintang film terkenal di Hongkong bertobat. Lalu ia menjadi “bintang baru di dalam Gereja”.  Gereja-gereja berebut mengundang dia untuk bersaksi, karena di mana dia berada, Gereja menjadi penuh. Ia mulai berani berkhotbah ke sana-sini. Akhirnya ia menulis buku “Wahyu Allah kepadaku, Penerima Wahyu…(namanya).”  Ketika mengetahui dan membacanya, saya adalah orang pertama yang mengatakan bahwa ia telah menjadi bidat. Banyak Gereja di Indonesia dan luar negeri yang menyerang saya karena pernyataan itu. Dalam bukunya diungkapkan seolah-olah Tuhan memberitahu kapan akan terjadi sesuatu, namun dalam semua pengungkapannya banyak hal yang saling bertentangan. Orang biasa tidak sadar adanya faktor perusak sendiri, ‘self-defeating factor’ yang ada dalam tulisan itu. Tetapi jika kita mematuhkan pikiran kita kepada pikiran Allah, pasti kita dapat melihat bagitu banyak hal yang tidak beres di dalamnya, terlalu banyak pemalsuan.
Tetapi, apakah Allah tidak mengutus orang untuk melaksanakan tugas mereka saat ini? Ada. Kalau demikian, apakah mereka juga rasul? Hanya secara fungsi, tetapi tidak secara jabatan.  Secara jabatan sudah tidak ada rasul lagi, tetapi secara fungsi tetap ada sampai saat ini.
Sampai dunia kiamat, fungsi rasul, fungsi utusan Allah seperti ini masih ada, tetapi jabatan rasul sudah tidak ada lagi. Saya percaya di setiap zaman ada banyak orang yang masih diutus Tuhan di dunia ini, mungkin sebagai penginjil, mungkin sebagai pendeta, mungkin sebagai guru atau pengajar. Tuhan ingin memakai Saudara untuk menjadi orang yang menegakkan dan memberitakan doktrin yang baik.
Jikalau Tuhan memanggil Saudara dan mengutus Saudara, jangan Saudara mengeraskan hati dan menolak panggilan tersebut. Disetiap zaman, utusan itu masih terus ada, sehingga fungsi rasul tidak berhenti. Tetapi orang yang diutus oleh Tuhan setelah Kitab Suci selesai ditulis, tidak boleh menyebut diri sebagai rasul. Demikian pula fungsi nabi masih ada, yaitu di setiap zaman masih ada orang-orang yang mewakili Tuhan berbicara firman kepada manusia di zamannya, tetapi fungsi itu tidak menjadikan mereka berjabatan seperti itu.
Di dalam fungsi sebagai nabi, ada dua hal yang bersangkut paut dengan fungsi itu:
  1.  Pelayanan ini adalah pelayanan dengan memakai bahasa atau kata-kata, yaitu “pelayanan kata” atau “pelayanan firman” (ministry of words). Baik rasul maupun nabi dipilih dan ditetapkan, diurapi oleh Roh Kudus untuk menjadi pelayan-pelayan perkataan. Khususnya, ketika nabi berkata mewakili Tuhan, maka hal-hal ini harus jelas: (1) Mereka berkata-kata berdasarkan wahyu. Istilah “mewahyukan” menunjukkan bahwa Alkitab belum selesai dibuat. (2) Setelah Kitab Suci ditulis, maka pembicaraan harus berdasarkan wahyu. Kata-kata itu harus menurut wahyu. Baik di dalam butir pertama dan kedua, pembicara harus memakai dirinya secara pasif, menerima wahyu, sehingga paling jauh mereka hanya dapat berkata: “Demikianlah Allah berkata….” Atau “Demikianlah Alkitab berkata….”. Mereka tidak boleh mengatakan: “Sayalah Allah….” Atau “Saya Yesus….”. Hal ini merupakan perbedaan yang sangat besar. Hal ini menyangkut jabatan dan fungsi nabi. Kalau orang mengaku nabi, lalu mengatakan: “Saya Yesus….” Atau “Saya adalah Allah, saya mengutus engkau….” Maka Saudara harus menengking dan mengusir setan dalam orang itu. Jangan menerima dan menganggap itu dari Allah. “Kata” atau “Firman” atau “Word” adalah Kristus sendiri. Kristus yang menjadi daging, hanya Dia saja yang boleh memakai kata ganti orang pertama (“Aku” atau “Saya”) di dalam dunia ini.  Yesaya, seorang nabi yang begitu besar, tetap tidak boleh mengatakan “Sayalah Allah…” Demikian pula Yeremia atau Daniel atau siapa pun juga, karena mereka hanya menerima wahyu saja. Mereka paling jauh hanya boleh berkata: “Demikianlah firman Yehovah…”   Tidak ada pengurapan Roh Kudus atau Baptisan Roh Kudus atau Kepenuhan Roh Kudus yang mengakibatkan seseorang yang diurapi berkata, “Saya Yesus, saya diutus Allah bapa, dan saya akan datang kembali.” Di tahun 1967, saya bergumul dan melawan arus-arus liar seperti itu di Indonesia, tetapi sampai sekarang begitu banyak orang Kristen yang masih tidak sadar dan ditipu oleh mereka. Kadang-kadang roh-roh seperti itu memakai anak-anak kecil atau remaja, lalu mereka berkata:“Tuhan berkata….” Lalu mereka langsung berkata-kata. Terkadang mereka langsung berkata: “Saya adalah Tuhanmu…”  Lalu Saudara berkata, “Wah hebat sekali, umur sedemikian kecil sudah bisa berkhotbah”  dan menganggap Roh Kudus ada di dalam dia. Saya tegaskan bahwa itu adalah penipuan setan, karena tidak pernah terjadi pada semua rasul, termasuk Petrus, Paulus, Yohanes, yang menulis Kitab Suci, berani berkata, “Saya adalah Allah” kecuali satu-satunya yang berhak berkata seperti itu, yaitu: Yesus Kristrus sendiri. Firman yang menjadi daging.
  2. Semua nubuat mempunyai tiga lingkaran yang besar, yaitu: (1) bernubuat tentang Kristus yang akan datang, (2) bernubuat tentang nasib bangsa-bangsa di bawah penghakiman Allah, dan (3) bernubuat mengenai apa yang akan terjadi pada waktu yang sangat singkat. Tiga kategori ini merupakan kategori-kategori yang penting. Ketika nabi Yesaya, Yeremia, Daniel atau nabi-nabi lain berfirman dan bernubuat sebagai nabi, mereka selalu bernubuat di dalam ketiga kategori ini.
Pertama, misalnya Yesus akan lahir di Bethlehem (Mikha 5:2); Yesus akan dikuburkan di tempat orang kaya (Yesaya 53); Kedua kaki dan tangan-Nya akan dilukai (Mazmur 22), dsbnya. Para nabi memberikan data yang sangat jelas tentang diri Yesus. Mereka diberikan wahyu oleh Roh Kudus, sehingga mereka dapat melihat dengan tepat apa yang akan terjadi dan menuliskan dengan sangat tepat kategori yang pertama. Tentang kategori yang pertama ini masih dapat dibagi ke dalam dua bagian lagi, yaitu: kedatangan yang pertama dan kedatangan yang kedua. Kedatangan yang pertama merupakan inkarnasi “incarnation”, yaitu penggenapan rencana keselamatan bagi manusia; dan kedatangan kedua merupakan penyempurnaan “consummation”, yaitu  penggenapan penghakiman dan penyempurnaan orang pilihan. Semua ini merupakan keseluruhan rencana Allah yang sempurna, sehingga dunia ini dan Gereja Tuhan akan digenapkan di titik omega, lalu masuk ke dalam kekekalan.

Nabi-nabi yang menjelaskan dan  menubuatkan Kristus, baik kedatangan pertama dan kedua, selalu semakin kurang jelas apabila waktunya semakin jauh dari waktu terjadinya peristiwa yang dinubuatkan tersebut. Ketika nabi bernubuat tentang kedatangan Tuhan Yesus di Bethlehem, banyak orang yang tidak mau peduli dan hanya memperhatikan hal-hal duniawi saja. Inilah orang berdosa. Tetapi ada orang yang ketika mendengar berita dari para nabi langsung merespon dan mereka berdoa, menantikan kedatangan Messias itu. Inilah orang-orang pilihan.

Nabi-nabi juga menubuatkan bahwa Yesus akan datang untuk yang kedua kalinya di dalam dua ayat: Yesaya 9:5-6. Ada lima julukan atau atribut yang sangat luar biasa diberikan kepada “Anak” yang akan lahir itu. Lalu ditegaskan di dalam ayat 6 bahwa kuasa politik akan berada dibawah kaki-Nya. Julukan-julukan atau atribut yang diberikan kepada Yesus didalam ayat-ayat ini menunjuk bukan pada kedatangan pertama Yesus, bahkan kuasa politik yang berada di tangan Tuhan Yesus bukan terjadi pada kedatangan pertama. Semua ini menunjuk kepada kedatangan Tuhan Yesus kedua kali. Jadi disini Yesaya menggabungkan “dua gunung” menjadi satu, yaitu kedatangan pertama dan kedatangan kedua. Namun bagi Gereja, di mana Yesus sudah datang pertama kali, semakin jelas terpisahnya antara kedatangan Yesus pertama dan kedua. Yang pertama sudah lewat, yang kedua belum datang. Maka sekarang, jika kita mengatakan bahwa Yesus datang di Bethlehem, tidak lagi dapat disebut sebagai nubuat, melainkan sejarah. Ketika saya mengatakan,”Yesus akan datang lagi” itu nubuat, karena belum terjadi dan pasti akan terjadi. Tetapi bukan karena saya yang mendapat wahyu, tetapi berdasarkan wahyu (yaitu Alkitab). Yang mendapatkan wahyu adalah orang yang berjabatan nabi dan rasul, tetapi yang berdasarkan wahyu adalah orang-orang yang berfungsi  nabi, maka ia harus berkata-kata seturut dengan apa yang sudah diwahyukan oleh Roh Kudus di dalam Alkitab.

Seorang pendeta di Korea yang berani mengatakan bahwa Yesus akan datang pada tanggal 22 Oktober 1992 adalah nabi palsu. Begitu banyak yang mengira ia mendapatkan Roh Kudus. Orang menganggap bahwa ia pasti memiliki Roh Kudus karena pendeta lain tidak berani berkata seperti itu, sedangkan dia berani. Sebelum tiba hari H itu, pendeta tersebut berhasil mengumpulkan dan memasukkan berjuta dollar ke dalam rekening pribadinya di bank. Tetapi dia adalah nabi palsu, karena ia bernubuat bukan berdasarkan wahyu.

Kedua, mereka juga menubuatkan tentang nasib bangsa-bangsa. “Hai Babilonia….” Atau “Hai Niniwe….”Atau “Hai Mesir…” dsb. Semua ini adalah nubuat-nubuat penting, karena didalamnya terkandung berita bagaimana Allah juga berdaulat atas bangsa-bangsa, di mana keadilan dan kasih Allah berlaku untuk segala bangsa.

Ketiga, mereka juga menubuatkan hal-hal yang sangat dekat, seperti: “Hai Ahab, esok anjing akan menjilat darahmu.”  Atau “Engkau akan bertemu seseorang dan jika bertanya, engkau harus menjawab…”  Semua ini adalah nubuat yang berkenaan dengan hal yang dekat.
Dari ketiga kategori ini, yang terpenting adalah yang pertama, tetapi yang paling menarik adalah yang ketiga. Semua hal yang paling penting berkaitan dengan Kristus, karena Kristus harus senantiasa diutamakan. Kedua, baru mengenal semua rencana ilahi dan sifat keilahiannya, terakhir adalah hal yang paling sederhana yang berkaitan dengan nasib perseorangan.
Saat ini, ketika seseorang mengatakan “Yesus pasti akan datang kembali” tidak terlalu dipedulikan dan dianggap tidak terlalu perlu diperhatikan. Tetapi jika ada pendeta yang mengatakan “Jakarta dalam tiga bulan ini tidak akan turun hujan” atau “Dalam waktu enam, bulan ini ada orang penting yang akan meninggal.” Maka kalau benar terjadi pasti Gerejanya akan penuh, karena dianggap di situ ada Roh Kudus. Saya menegaskan bahwa itu gejala yang salah. Semua nubuat yang tidak terlalu penting telah sedemikian dipentingkan oleh manusia, sebaliknya nubuat yang paling penting dianggap tidak penting oleh manusia. Ini kesalahan fatal.
Jika Saudara tidak memperhatikan prinsip-prinsip seperti ini, Saudara akan mudah ditipu oleh setan untuk mementingkan hal-hal yang tidak penting, sehingga akhirnya Saudara akan mengabaikan hal-hal yang memang betul-betul penting. Itu sebab, di dalam gerakan-gerakan seperti ini, semua pemberitaan tentang Kristus telah diselewengkan. Kelahiran, kematian, Kristus yang disalibkan, berkorban dan menderita bagi penebusan dosa, tidak lagi ditekankan dengan benar. Kalau memberitakan kemenangan Kristus, biasanya dikaitkan bahwa setan membuat orang jadi miskin dan Kristus membuat kamu menjadi kaya; setan membuat kamu menjadi sakit dan Kristus membuat kamu menjadi sehat. Semua penekanan ini telah menyeleweng dari prinsip utama. Penekanan padahal rohani di arahkan ke jasmani, dari kekekalan ke kesementaraan, dan dari kelimpahan  rohani menjadi kelimpahan jasmani. Akibatnya, setelah gerakan ini, banyak orang yang katanya menjadi giat ke Gereja, giat memberitakan Injil, padahal semua palsu. Yang diberitakan bukan Injil dan mereka datang ke Gereja bukan untuk memikirkan firman Tuhan, tetap semua hal yang bersifat duniawi. Mereka telah mencoret-coret Kristus yang asli dan merobek-robek Alkitab yang sempurna dan menambahkan dengan wahyu palsu. Semua itu sedang menggerogoti orang-orang yang mudah diperdaya.

Di Nan Yang University, seorang anak perempuan mengatakan bahwa ia sering mendapatkan wahyu Tuhan. Ia mengatakan bahwa ia sering bernubuat dan nubuat itu seringkali begitu tepat, sehingga orang-orang menjadi heran dan dia sendiri juga heran. Saya katakan, bahwa saya tidak heran. Saya menegaskan beberapa prinsip Alkitab kepada dia, yaitu: (1) tidak ada wahyu baru; (2) tidak mungkin wahyu melawan Alkitab; (3) Alkitab tidak mungkin salah. Jika berbenturan, pasti yang salah adalah gejala yang ada; (4) jika seseorang menerima wahyu baru dan menjadikan orang itu tidak mementingkan Alkitab, tetapi mementingkan wahyu baru itu, maka itu tanda bahwa setan sedang memberi pengarahan untuk memindahkan orientasi orang itu dari Tuhan. Maka saya mendoakan dia dengan sungguh-sungguh.

Tahun 1976 ada seorang pemuda berusia 16 tahun di Jakarta sering menubuatkan hari akan hujan atau tidak, dan selalu tepat. Setelah selesai kebaktian yang saya pimpin, ibunya membawa anak itu untuk mengetahui apakah yang dilakukan oleh anaknya itu dari Roh Kudus atau bukan. Anak itu ganteng sekali dan banyak orang suka mengikuti kebaktian yang dipimpinnya. Saya mulai menguji dan akhirnya saya harus mengatakan, “Maaf, itu bukan dari Roh Tuhan, tetapi dari roh setan yang menipu engkau.”  Ia melihat saya dengan mata melotot dan tidak menerima analisis saya, membuang muka lalu ia bernubuat: “Stephen Tong dalam dua bulan akan mati tertabrak mobil, karena melawan Roh Kudus.”  Ia bernubuat di Jakarta dan didengar oleh banyak orang. Pada tahun 1978 ketika sedang berkhotbah di Bogor, seseorang datang kepada saya. Ia menanyakan mengapa saya masih hidup, belum mati. Ia mengatakan bahwa ada orang bernubuat bahwa saya akan mati dan saya betul-betul sudah mati kecelakaan kapal terbang. Saya jawab bahwa saya sendiri belum tahu kalau saya sudah mati.

Setiap nubuat harus diuji. Roh memerintahkan untuk kita menguji setiap Roh. Ketika kita melihat urutan nabi dan rasul terbalik, hal itu bukan berdasarkan kronologi waktu, tetapi karena rasul memang lebih penting dari nabi. 1). Nabi menubuatkan tentang Yesus, tetapi rasul berjumpa langsung dan menyaksikan Yesus. 2). Rasul-rasul dipilih oleh Tuhan Yesus sendiri.

Rasul adalah kunci untuk mengerti nabi. Setelah mendengarkan tafsiran dari rasul, kita baru mengetahui semua yang dikatakan oleh para nabi tentang Yesus. Itulah beda antara orang Yahudi dengan orang Kristen. Karena orang Kristen menerima ajaran rasul, kiita sekaligus mengerti apa yang dikatakan oleh nabi. Sedangkan orang Yahudi hanya mau menerima ajaran nabi dan tidak mau menerima rasul, sehingga sampai sekarang mereka tidak mengenal Yesus dan terus berdoa menantikan Yesus datang. Kasihan sekali. Sampai sekarang mereka mempelajari ajaran nabi tetapi tidak menerima ajaran rasul, sehingga mereka tetap tidak mengerti. Orang Kristen menerima rasul, sehingga kita dapat menelusuri kembali dan mengetahui semua yang dikatakan tentang Kristus telah diceritakan oleh para nabi. Alkitab mengatakan bahwa Gereja didirikan di atas rasul dan nabi. Perjanjian Baru menjadi kunci untuk mengerti Perjanjian Lama. Hal ini tidak berarti Perjanjian Baru lebih tinggi derajatnya dari Perjanjian Lama, tetapi Perjanjian Baru lebih penting untuk mengerti keseluruhan Kitab Suci. Orang yang mengerti Perjanjian Lama dan tidak menerima ajaran rasul, tidak akan menerima Perjanjian Baru. Orang yang menerima pelayanan rasul, ia akan sekaligus mengerti pengajaran rasul dan nabi, sehingga mereka mengerti seluruh Alkitab, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Maka disini urutan di mulai dari rasul, baru kemudian nabi.

 b. Jabatan lainnya


Di urutan ketiga adalah penginjil. Sesudah pelayanan rasul dan nabi, Gereja membutuhkan penginjil-penginjil yang memberitakan Kristus agar orang yang bukan Kristen dapat mengenal Kristus dan menjadi orang Kristen. Pelayanan penginjil sangat penting untuk membawa orang kembali ke “kandang” Tuhan.
Siapakah yang lebih  penting: pendeta atau penginjil? Banyak Gereja saat ini memandang rendah tugas penginjil. Penginjil diberi gaji kecil, dan setelah lama melayani baru dijadikan pendeta dan diberi gaji yang lebih besar. Di dalam pikiran saya, saya tidak pernah menganggap penginjil lebih rendah dibandingkan pendeta. Mengapa? Karena seorang penginjil adalah orang yang langsung berada di front terdepan melawan setan. Penginjil adalah orang yang berperang dengan setan untuk membawa orang yang masih di dalam kegelapan kembali kepada terang, dari setan kepada Yesus Kristus, dari kuasa Iblis dan kuasa dosa kepada Kerajaan yang suci dari Anak Allah. Banyak orang mengira pendeta lebih penting, penginjil tidak penting. Di sini, Alkitab langsung meletakkan posisi penginjil setelah rasul dan nabi.
Setelah ada orang-orang yang menjadi Kristen, mereka perlu digembalakan. Untuk itu perlu ada pendeta. Selain digembalakan, mereka juga perlu ditumbuhkan. Untuk itu mereka perlu terus diajar secara serius, maka perlu guru-guru atau pengajar-pengajar. Kelima jabatan ini merupakan jabatan-jabatan penting di dalam kekristenan, tetapi tidak setiap saat ada nabi dan rasul, sedangkan di setiap zaman ada penginjil, pendeta dan pengajar-pengajar.
Yesus naik ke sorga dan memberikan karunia-karunia jabatan ini kepada jemaat-Nya. Tetapi bukankah nabi sudah ada sebelum Roh Kudus turun? Tidak! Dalam ayat ini, kita baru menyadari hubungan antara rasul dan nabi. Nabi-nabi memang sudah disediakan oleh Roh Kudus dan dikonfirmasikan pengertian jabatannya setelah Roh Kudus turun.
1 Korintus 12:27-29 mengatakan, Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya. Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh. Adakah mereka semua rasul, atau nabi, atau pengajar?….”
Di dalam bagian ini, karunia jabatan dan karunia pelayanan digabung menjadi satu. Di dalam uraian ini, karunia sebagai penginjil dan pendeta tidak dicantumkan, karena mereka dikaitkan di dalam posisi pengajar. Jika kita daftarkan, maka kita akan melihat adanya tiga tingkatan:
Pertama, yang menyangkut dua dasar dan satu penerus (rasul, nabi, dan pengajar). Semua perjalanan kekristenan tidak boleh keluar dari dasar rasul dan nabi. Kedua dasar ini tidak boleh tidak ada, karena inilah dasar yang mutlak dari iman Kristen. Kemudian guru mengajar berdasarkan ajaran rasul dan nabi di sepanjang sejarah.

Kedua adalah mujizat.  Mengapa penting? Apakah mujizat itu? Jika terjadi mujizat, tetapi kemudian mujizat itu menjadikan orang tidak lagi mendengar khotbah, atau khotbah dikurangi, itu bukan mujizat, tetapi penghujatan. Di dalam kategori atau tingkatan kedua, mujizat, kesembuhan dan pelayanan, merupakan tingkat kedua yang tidak terlalu penting dibandingkan dengan rasul, nabi dan pengajar.
Ketiga, tingkatan terendah adalah pemimpin, seperti ketua majelis atau posisi-posisi kepemimpinan Gereja. Di dalam kemajelisan, yang memimpin jemaat, berada di tempat atau posisi yang tidak penting sekali. Inilah prinsip Alkitab. Jika kita melihat Gereja saat ini, kita melihat keadaan yang sama sekali terbalik. Yang paling penting adalah ketua majelis, karena ia yang menentukan mau memanggil pendeta atau tidak. Kalau mau menggusur seorang pendeta mudah sekali. Dengan tidak memberikan gaji yang cukup atau tidak menaikkan gaji pendeta selama tiga tahun, maka pasti pendeta itu pergi sendiri. Gereja sekarang sangat berlawanan dengan prinsip Alkitab. Begitu banyak Gereja yang katanya berorganisasi beres, justru tidak dapat bertumbuh karena tidak beres secara prinsip Alkitab.

Karunia bahasa Roh dan menafsir bahasa Roh adalah yang paling akhir dan paling rendah di antara tingkatan ketiga ini. Hari ini orang-orang yang berbahasa Roh jangan bangga, karena ia berada di posisi yang sangat rendah, bahkan paling rendah dari semua karunia yang ada. Sekarang ini justru karunia yang paling tidak penting dianggap yang paling penting; sedangkan yang paling penting justru dikaburkan. Jabatan yang paling tidak penting justru dianggap yang paling penting. Justru firman Tuhan, hal yang terpenting dilupakan dan disingkirkan. Kebenaran Alkitab dilupakan, prinsip-prinsip nabi dan rasul dilupakan, tetapi yang dipentingkan justru yang dapat bernubuat yang tidak penting; bahkan jabatan ketua majelis dianggap berkuasa besar. Semua ini merupakan kenyataan yang sangat berbeda dari ajaran Kitab Suci.

Sumber : www. nusahati.com

Tidak ada komentar: