Sabtu, 30 Maret 2013

Gembala Yang Baik (Bagian II)

Nats : Yoh.   10 : 11  – 19
Minggu lalu  kita  sudah  membahas  statemen Yesus Kristus:  “Aku datang  untuk  member hidup bahkan hidup yang berlimpah”. Kalimat  yang  tak  mungkin  diucapkan  oleh  Socrates,  Confucius, Sakyamuni…. Rabi  Hillel dan… tokoh-tokoh  agama, filsafat, kultur dan sastra  yang  agung.  Karena  kekristenan  memang  menyajikan  sesuatu berbeda  dengan  pembahasan  filsafat:  bijak vs bodoh, pembahasan agama: baik vs jahat, pembahasan  ilmu pengetahuan:  benar  vs  salah.  Kekristenan  membahas mati kekal vs hidup kekal (Yoh.3:16).  Maka  kita  datang kepada  Tuhan bukan dengan  syarat-syarat yang  orang berdosa  perkirakan dapat  memperkenan  Dia,  melainkan dengan  iman. Karena  di  Yes.64  tertulis,  di mata  Tuhan,  kebajikan  kita  bagai  pakaian  compang-camping.  Konon,  saat  seorang kaya sampai di  sorga, pintu tertutup  baginya.  Seorang malaikat  bertanya  padanya:  “mengapa kau di sini?” “saya  ingin  masuk.  Karena  saya adalah  orang baik”  “orang  baik?” “ya,  saya pernah memberi  dua  dollar  pada  orang miskin”  “kalau  begitu,  saya kembalikan saja  dua dollarmu untuk  beli tiket ke  neraka”. Karena kita memang wajib berbuat bajik,  bukan  malah untuk  mendapat  perkenanan Tuhan.
Without faith, no one can please God.  Lalu  apa itu  iman? Iman  tak  memberi  tempat bagi  jasa, hanya  bersandar pada  anugerah Allah  dalam Kristus.  Dan  kata  Yesus:  “Aku datang  untuk memberimu  hidup,  bahkan  hidup  yang berlimpah”. Hidup  dan  hidup berlimpah  adalah  dua hal  yang  berbeda.  Maka,  orang yang  sama-sama hidup, ada yang  terus   minta dilayani  —hidup yang miskin, ada yang meski dirinya punya banyak kesulitan,  tetap  punya kekuatan  dan waktu  menolong banyak orang  —  hidup  yang berlimpah. Saya  harap,  jemaat  GRII  bukan melalui  hidup  yang  miskin,  tapi  hidup yang berlimpah.
Suatu  hari,  seorang yang usianya hampir sembilan puluh tahun bertanya  pada  saya: “kau lihat orang  yang duduk  di kursi roda  itu? mana  yang  lebih bahagia:  yang mendorong  atau  yang  didorong?”  “saya kira, yang mendorong lebih bahagia.  Karena meski  dia  miskin,  masih muda  sudah  harus  bekerja  berat, mendorong kursi roda. Tapi  selesai  kerja,  dia  dapat  berjalan ke sana-sini  dengan bebas.  Sementara orang yang didorong,   meski kaya, saat  orang  yang mendorong  dia  tak  bersamanya,  dia tak bisa ke mana-mana”.  Itu sebab,  kalau  saya  menanyakan pada  seorang:  “bisakah kau melakukan  tugas  ini?”  dan jawabnya:  “saya tak punya waktu”, saya  tahu,  hidupnya  miskin.  Karena  setiap  kita memang  sangat  sibuk.  Tapi  di dalam kesibukan rutinmu  masih  adakah  waktu, uang, bakat  yang kau sisihkan  untuk menolong  sesama? Orang yang  hidupnya  miskin  selalu  malas,  melempar kesulitannya  pada  orang lain.  Tapi  orang yang  hidupnya  berlimpah  selalu sanggup  carries on others’ problems. Bagai seorang  ibu,  selain harus  membereskan rumah,  mengurus  diri,  melayani suami, masih punya waktu untuk setiap anaknya. Ada sebuah  buku  yang  menyaksikan  kehidupan ibunda  John Wesley:  punya  delapan belas orang anak.  Tapi  saat dia  mengajarkan  sesuatu  yang penting pada anaknya, dan menemukan, misalnya anaknya yang ketiga, ketujuh  dan  kedelapan-belas tak  di sana, dia  akan  mencari  waktu  lain  untuk  ketiga  anak  itu,  mengulang  apa yang dia  tuturkan pada anak-anak lain. Karena dia tak mau satu  anaknya  mengalami  hal buruk,  karena  tak  mendengar  nasehatnya.  Sungguh, saya sangat  mengagumi  orang  kuno,  meski  anaknya banyak,  dapat  mengurus  dengan  baik.  Tak  seperti  mama-mana  zaman  sekarang, baru punya satu anak  sudah repot, punya dua anak  mulai  ngomel, punya tiga anak  sudah  sangat  lesu, punya empat  anak  serasa  hampir bunuh diri.  Karena  fokus hidupnya  adalah  diri  sendiri,  maka  anakpun dipandang  sebagai  pengganggu,  bukan  sebagai tugas  yang  Tuhan  percayakan padanya  untuk menemukan potensi  si anak  dan  mendidiknya,  sampai  menikmati hasil jerih lelahnya.  Mama saya punya sepuluh orang anak:  seorang meninggal,  seorang diberikan pada  orang, sisa  delapan orang anak  (tujuh pria, satu wanita). Dan  dari  tujuh  orang  anak prianya, ada  lima  orang  jadi pendeta.  Padahal  sejak  saya berusia tiga tahun sudah  jadi  piatu,  mamalah  yang  bangun  pagi-pagi, jam 5.00  –  6.00 berdoa, jam 6.00 mulai  bekerja. Selain  waktu  makan, dia  terus  bekerja,  agar  dapat  menghidupi anak-anak.  Di  zaman  perang  Jepang  yang  begitu  susah,  dia  berjanji pada Tuhan untuk  tetap menjanda.  Agar  orang-orang  di sekitarnya  menyaksikan  iman Kristennya: menjalankan kewajiban  dengan penuh  tanggungjawab  dan  mengikut  Tuhan dengan sukacita.  Meski  sekarang,  semua ini sudah  berlalu, mama  saya  sudah  meninggal pada th. 1978. Tapi  tetap  tertanam di benak  saya.  Biar Tuhan  menolong  kita  punya  hidup yang berlimpah:  mau  hidup  lebih   hemat,  agar  dapat menyisihkan uang untuk orang lain.  Mau menggunakan waktu  lebih  efisien,  agar  masih punya  waktu untuk orang lain.
Karena  the more  time, more talent,  more money you share with  others. It proof that you have abundant life. Hidup  yang  berlimpah  juga  bisa  diwujudkan  dalam  studi pelbagai  disiplin ilmu.  Saya bukan orang  kaya  yang  berkesempatan studi di  luar negeri, tapi saya  self study  lebih  giat  dari  siapapun:  sejak  usia enam puluh  sekian  tahun, setiap  2-3  tahun,  mendalami  satu  disiplin ilmu secara tuntas.  Maka  +  sepuluh tahun ini,  saya menekuni  arsitektur, musik,  barang  antik, museum….  lewat  buku-buku  yang paling otoritatif,  membuat  pengetahuan saya semakin dan semakin  limpah.  Tahun lalu, saya mulai mempelajari  Conducting in Orchestra  —  sulit luar biasa.  Tapi  karena Tuhan sudah menganugerahkan kita Concert Hall, dan kita tak  sanggup  mengundang conductor  professional yang  honornya  begitu  mahal,  maka saya sendiri terjun, menyelenggarkan acara musik. Tapi untuk autodidac  memang perlu disiplin  diri  yang sangat  ketat,  dan  Tuhan  dengan  anugerahNya memimpin  selangkah demi selangkah. Hidup kita di dunia  hanya satu kali,  dan  hanya  berapa puluh tahun  saja,  berlalu  cepat bagai  angin,  tahu-tahu saat  kau  bercermin, menemui  wajahmu  sudah keriput dan menyadari,  I come nearer and nearer to  Thee.  Dimana  Tuhan  akan  bertanya:  is  your  life  poor or  abundant?  Maka,  mari  kita gali  potensi yang  ada pada kita,  membagikan berkat  yang kita peroleh pada  banyak  orang, mewujudkan  kehendakNya atas  kita, memuaskan  hatiNya. Itulah abundant life yang Yesus janjikan.  Alkitab  menggunakan lima ilustrasi  untuk melukiskan  hubungan Kristus dan gerejaNya:  1. Domba dan gembala, 2.  Fondasi dan bangunan, 3. Suami  dan  isteri.  4. Pokok dan ranting. 5. Kepala dan tubuh.  Diantaranya, hanya  hubungan  fondasi  dan bangunan  yang  non organik. Selebihnya  adalah hubungan  yang organik, apalagi hubungan suami dan isteri, domba dan gembala  —  selain  hubungan  yang  organik  juga  interpersonal  relationshp. One of the most  important study in  the twentieth  century, after the book: I and Thou,  written  by  Prof.  Martin Bubber,  in Tel-Aviv.
Karena buku yang tak sampai seratus halaman ini berhasil mengalihkan  sistem dan tema studi abad  ke-19 yang terlalu mengutamakan  logika  pada hubungan  antara pribadi. Ingat:  doktrin Allah Tritunggal  adalah  dasar  dari  hubungan  seorang dengan  yang  lain dalam  komunitas.  Maka interpersonal relationship is  far more important  than administration, organization, or financial. Itu sebab, setiap minggu sekali kami mengadakan Master Class  yang  berdurasi  tiga jam, guna  membenahi, memelihara  relasi antar pribadi. Karena  bila  interpersonal relationship  sudah terjalin  dengan  baik  dan kokoh,  semua  masalah dapat  dibereskan. Jadi, statemen  Yesus: “I am the  shepherd, and you are My sheep”  juga menegaskan  interpersonal relationship between  God and His chosen people:  saling memiliki,  maka kita harus punya sense of belonging. Bukan malah  memperalat  atau  mengatur-ngatur  Tuhan. Karena Dia adalah Tuhan  -  kita hambaNya,  Dia  Pemilik  -  kita milikNya.  Ada sebuah  gereja,  saat  inagurasi  terdapat tulisan:  only Jesus.  Tapi  lama  kelamaan, setelah satu per satu huruf: j, s, e  lepas, dan sisa only us,  mulailah  ada keributan, gontok -gontokan. Karena saat the  vertical relationship is  not well, the horizontal relationship  will  also  ruin. Jadi  kalau setiap orang  Kristen  takut Tuhan,  cinta  Dia  tentu  dapat  saling menghormati  dan saling mengasihi.  Permisi tanya:  sudahkah  GRII  meninggikan Kristus,  menjadikan  Dia sebagai Tuhan  dan Gembala  kita?  Tentu  bukan  berarti Dia menguasai, menindas kita semauNya.  Karena Kristus  adalah  a  good shepherd,  Who sheded  His  life for  us. Dengan kata lain, Dia  telah lebih dulu  mencintai kita,  sampai rela  menyerahkan  nyawaNya  jadi tebusan  dosa kita.  Maka  kata Paulus:  “kalau ada orang yang tidak cinta Tuhan,  dia patut dikutuk”.  Memang, di dalam  gereja, ada  dua jenis pemimpin:  Gembala dan  upahan.  Siapa itu upahan? Orang yang bekerja  hanya  untuk uang. Kemarin, dua item  yang bagus luar biasa,  yang saya kirim  tiba  dalam  keadaan  pecah. Saya merasa sedih sekali. Tapi apa mau dikata, mereka bekerja  untuk  uang.  Seperti  apa  yang  saya katakan  berulang kali:  if you do  everything for  money, for yourself or  to please people,  you will  surely do it wrongly.  Saya  pernah  punya seorang  pembantu yang jorok  luar biasa.  Waktu  saya  tanyakan  padanya, “apakah  piring ini  sudah  kau cuci?” “sudah” “mengapa  masih kotor?”  “sudah begitu bersih,  mengapa  bapa  bilang  masih kotor?”  Kalau seorang  yang  kerjanya tak beres,  saat diberitahu  malah  merasa dimarahi,  dia  tak  dapat  maju  lagi.  Karena dia tak mau  mendengar kebenaran.  Lagi pula,  he  become  his  own god, so  he  do not want  to  be critizied.  Apa  bedanya seorang ibu dengan  pembantu yang  ditugasi  mengurus  anak? Di  Taiwan ada seorang ibu menemukan  anaknya tiba -tiba  jadi  bodoh,  lambat  reaksinya.  Karena merasa  ada yang tidak biasa, maka dia  memasang rekaman CCTV,  dari  sana  barulah  dia  tahu ,ternyata  saat  si anak menangis,  pembantu  membantingnya  atau  membenturkan kepalanya ke pintu. Semakin anak itu menangis, semakin  dihajarnya.  Maka  tak heran, anak itu jadi idiot bahkan  tuli.  Karena  si pembantu  hanya  bekerja demi uang, bukan benar-benar mau menjaga anak, maka  dia  tak  dapat  mencintai anak yang  diasuhnya.
DR. Andrew Gih  pernah  berkhotbah: setelah Elia membangkitkan anak itu, dia menyerahkannya  pada ibunya. Saya  tertarik  dan  menyimak  statemen  berikutnya: maka  setelah kau menginjili,  jangan  menyerahkan  orang-orang yang  baru percaya  itu pada  gereja  yang  tak punya  jiwa  mendidik,  tapi  serahkankanlah  pada  gereja yang pendetanya punya  jiwa  seorang  ibu  —statemen  yang  sangat  menyentuh.  Maka  saya berharap,  KKR Regional  jangan  hanya  mengejar target.  Juga pikirkan:  after  they believe  Jesus  Christ,  to  whom do you entrusted them?  Karena ada dua  jenis pendeta: yang  berjiwa gembala  dan upahan. Hanya mereka yang punya jiwa gembala,  dapat melayani Tuhan dan sesama dengan sungguh-sungguh.  Yesus  berkata, Gembala  yang baik  berbeda dengan  upahan:  waktu  srigala  datang, gembala  yang  baik  akan bertarung  dan  mengusirnya, bahkan  merebut domba  dari  mulutnya.  Di  Alkitab terdapat  istilah  “watch tower”  dan  tugas dari  penjaga  di  menara  pengawal  adalah memantau keadaan sampai  ke  tempat  yang  jauh,  kalau  menemukan  ada  musuh atau bahaya  yang menghampiri, dia  harus  memberi  isyarat  pada kaumnya.  Itu sebab, penjaga di menara pengawal  tak  boleh  tertidur;  harus  selalu  alert,  melihat dengan mata  yang  jeli  dan  segera  memberi  isyarat.  Gembala  yang  baik  juga  harus  punya:  1. mata  yang  jeli,  dapat  melihat  bahaya  yang mengancam.  2.  Jiwa  yang  penuh  kasih terhadap bawahannya.  3.  always available to  sacrifice himself  for others’  good.  Sekali lagi  saya  ingin mengangkat kisah di  th. 1997, saat Hong Kong, yang  dijajah  oleh  Inggris 150 tahun itu  akan dikembalikan ke  China, negara  Komunis  yang tak  bersahabat dengan  orang beragama.  Maka sejak th. 1992,  banyak  orang Kristen,  khususnya pendeta-pendeta  dari  seribu tiga ratus sekian  gereja  di sana  mulai  gelisah,  takut mereka dipaksa  patuh  pada  pemerintah; tak  bebas  berkhotbah.  Maka  selama  lima tahun itu  saya terus   memantau, apa  yang  akan  dilakukan  oleh para  pemimpin  gereja di Hong Kong.  Dan  saya menetapkan  untuk  mengadakan KKR akbar  di  indoor stadium yang  bisa  menampung empat  belas ribu  orang  itu  pada  th.1997.  Tapi  karena karena menjelang peralihan politik,  stadion  itu  disewa  penuh sepanjang tahun.  Dan  rencana KKR  akbar itupun  terpaksa  ditunda,  baru diselenggarkan  pada  th. 1998.  Di th. 1998, saya membaca  hasil sensus,   terasa  kaget  luar biasa dan  ingin  menangis.  Karena setengah dari pendeta-pendeta  di  sana hijrah,  dengan  alasan klise:  pimpinan  Tuhan. Kalau  memang  pimpinan Tuhan,  mengapa  bukan  sepuluh tahun sebelumnya  atau  lima tahun  kemudian,  tapi persis  di masa  peralihan  itu?  Dan  mengapa  tak ada  yang dipimpin  ke Kongo,  Kamboja atau  Bangladeh, Irak,  Iran….,  tapi  Amerika, Inggris,  Australia?  Sehingga  usia rata-rata  dari  +  90% pendeta  yang  menggembalakan  gereja di  sana:  dua puluh sembilan  setengah  tahun.  Kata  saya: tak sangka,  so many so called churches leaders  are not shepherds, they  serve  for money.  Padahal kata  Yesus:  gembala yang baik  akan membebaskan  domba  dari  taring srigala.
Statemen  itu  membuat  banyak  pendeta  yang melarikan  diri  itu  membenci  saya. Maka  saat  saya  memimpin  KKR di Sydney,  mereka memboikot.  Tapi  Tuhan menggerakkan seorang pemuda  berusia  24 tahun  mau  bekerja  keras,  berhasil mengundang  1800  orang  hadir  di  KKR,  yang diadakan di satu stasion tua di pinggir kota —  memecahkan  rekor  dari  Chinese church  meeting in  Australia  history. Membuktikan bahwa  Allah  tetep  bekerja.  Meski  banyak  orang tak  senang,  melawan Karena  menurut  mereka: khotbah  saya  terlalu  keras.  Padahal  yang mengkhotbahkan “Gembala  yang  baik  bukan bekerja  untuk  uang,  dia  tak  seperti  upahan,  yang kabur saat  kesulitan  menimpa”  adalah  Yesus Kristus.  Kelak, saat  gerakan  Reformed  sudah berusia  lima puluh tahun,  dan  kau  menoleh ke  belakang  baru  menemukan:  siapa gembala  yang baik  dan  siapa  upahan.  Saya;  pemimpin  gerakan ini,  tak  berniat  jadi diktator,  memberlakukan Nepotisme, memperkaya  diri.  Hanya  ingin gerakan  ini betul-betul  diberkati  Tuhan:  memberi kesempatan pada banyak  orang  untuk mendengar injil,  percaya  Tuhan  Yesus, mengisi  kerohanian orang  Kristen  dengan firman,  agar  hidupnya jadi berlimpah.  Awalnya,  saya  tak merundingkan keinginan itu dengan  siapapun.  Karena  saya bukan  pendeta  yang  diundang  melayani  di GRII. Melainkan  memenuhi  panggilan  Tuhan,  mewujudkan  kehendakNya.  Mungkin  kau  tak suka  saya  berbagi  visi,  lebih  suka  mendengar saya  khotbah.  Tapi  itu  tak  mungkin. Karena tanpa visi dan  program,  kita  tak   tahu  inti  dan  pelayanan  apa yang kita lakukan.  Jadi,  jangan hanya  mau  mendapat  manfaat; berkat  dari  saya,  tapi  tak  mau tahu akan gerakan  ini dan  tapi  tak mau berbagian. Jadi, jangan  mengira, asal jumlah  jemaat  banyak,  saya  senang.  Biarlah kita  berpartisipasi  dalam gerakan ini  dengan segenap  hati  dan segenap  pikiran, mau  bersama-sama pikul salib, mewujudkan kehendak Tuhan.  Nasib  domba-domba  sangat  bergantung  pada gembalanya.  Kalau gembala  mereka  baik,  mau  menyerahkan  nyawa  demi  membela domba-dombanya, nasib  mereka  baik.  Tapi  kalau gembalanya  hanya  mau  uang,  martabat,  hanya membanggakan  prestasi  diri,  celakalah  kawanan  domba  itu.
Dua puluh tahun silam,  waktu  saya berkhotbah  di Solo,  di sebuah  gereja  yang  biasa menampung empat ribu  orang.  Pendetanya adalah  orang  yang  sangat  sederhana,  yang sejak  muda  melayani  Tuhan  di  gereja  Pentakosta.  Dia  mengatakan kalimat yang terus saya ingat: hamba  Tuhan  yang  baik  perlu  melewati  periode ujian  selama  lima belas tahun  di desa, dipantau apakah dia  mau ngepel,  mengangkat kursi  —mengerjakan pekerjaan  yang  berat,  hidup  miskin,  baru  dapat  memastikan  dia  adalah  hamba Tuhan atau  bukan.  Teori  ini  mirip  dengan  teori  Plato:  a  man should be educated until he reach thirty five  years old.  Then put him into the lower class  society,  to do the most havy labor  for  fifteen  years.  When he achieve fifty years old, give him  the purple robe to rule over the people.  Meski pendeta  itu  dari  Pentakosta,  tapi  pelayanannya, saya amini di  hati.  Di  gereja  yang  dia gembalakan  tak  ada  majelis, penatua,  melainkan ratusan  orang  pembela sidang;  those who  take care,  protec, defend, love  the  sheep  of God. Bagaimana  dengan  Majelis  GRII,  apa  yang kalian  pikirkan,  prinsip  apa yang kalian  pegang  saat  melayani?  Sayang,  setelah  pendeta  itu meninggal, isterinya meneruskan  pelayanannya, tapi  kurang beres  dan  layu.  Itulah  side effect  dari gereja yang  tak  mempersiapkan penerus  dengan teologi  yang  kuat.  Kami  juga  memantau hamba-hamba  Tuhan  di sini,  siapa  yang  mau  menyangkal  diri,  bekerja  berat  dan  hatinya jujur untuk  Tuhan.  Dialah  hamba Tuhan  yang  lebih mirip Yesus Kristus.  Ay. 16, …ada  lagi  padaKu domba-domba lain —kelompok  lain;  yang  sekarang  ini  belum  jadi milikNya.  Ada dua  macam  pimpinan  gereja:  1. Yang  setia  melayani  kawanan domba yang  ada  sampai  mati.  2.  yang  mau  melihat  juga  pada kelompok  yang  belum  jadi milikNya.  Kalau keduanya  tak dijalankan dengan seimbang, gereja tak  akan  bertumbuh dengan  sehat.  Memang,  banyak  gereja  hanya  mementingkan  domba-domba  yang ada:  merawat, membimbing,  mendidik, memelihara  mereka  sampai  mati. Dan  ada juga gereja  yang  jemaatnya  terus  bertambah,  tapi  tak  dirawat,  tak  dididik; terlantar. Yesus membuat  keduanya  jadi  seimbang:  you should  protect, defend,  nurture  those sheep.  But I still  have  another  sheep, which  is  still  far far away.You should bring them back.  Gereja  Reformed  di seluruh  dunia  melakukan  dosa  besar  dalam  hal memelihara  doktrin  dengan  ketat,  tapi  kurang  menginjili.  Maka  gereja  Presbiterian, gereja Reformed  tak  menghasilkan  penginjil yang  berkuasa dalam penginjilan.  Itulah yang menyebabkan  A.B. Simpson,  meninggalkan  gereja  Presbiterian, mendirikan C&MA,  Billy  Graham  mendirikan  Billy Graham  Crusade.  Maka  saya  mendirikan gerakan  Reformed  injili. Karena  kalau  hanya  Reformed  dan  tak menginjili,  kita  tak memperluas  Kerajaan  Tuhan.  Tapi  jika  kita  hanya  menginjili  dan  tak  menjaga  gawang  akan  lost our  battle,  menyimpang  dari iman   sejati.  Memang  sangat  sulit untuk memelihara kualitas  sekaligus  kuantitas,  merangkul yang di dalam  dan menggapai yang di luar.  Maka  pendeta-pendeta  kita,  kadang  karena giat  memimpin KKR Regional,  tak  cukup  waktu untuk  memelihara  MRI, GRII  yang  mereka gembalakan.  Bagaimana  kita  dapat  mengimbangi  keduanya?  Sulit,  tapi  itu  penting sekali.  Karena Tuhan mencipta  manusia yang  sisi kanan dan kiri hampir  sama. Leonardo da Vinci, Michael Angelo  menyadari, the ballance between the right side and  the  left  of your phisical body makes the beauty as a whole. 
Saat Yosua lanjut usia,  Tuhan menegur dia:  “Joshua, you already  very old, but  still many places not  reach  yet”.  Saya  juga  takut kalau-kalau  Tuhan  berkata:  “Stephen Tong,  kerjamu  terlalu  sedikit,  sebab  masih  ada  banyak orang  di luar sana  yang belum mendengar  injil,  dan kau  sudah  harus  kembali padaKu.  Itu sebab,  sekalipun  banyak rekan  menasehati:  “Stephen, please slow down”  jawab  saya:  “no, I am following my God .  So you, young people  should hurry up.  I only need  more  sleep, but  do  not advise me to  slow down.  Karena  setiap  hari  ada begitu  banyak  bayi  yang lahir,  tapi  begitu  sedikit yang  percaya  Yesus.  How can we slow down? Bahkan  kata Yesus:  “Aku  masih  punyai  domba-domba  yang  lain ”;  bukan  hanya  yang  di sini saja. Dimana?  Belum  nampak.  Mengapa  belum nampak?  Karena  masih di luar sana,  still a lot of  predestinated Christian, not yet show up.  Kapan mereka  muncul?  In the coming future.   Maka Predestination is not a  hindrance,  but  is an assurance for the result of evangelization.  Karena  Allah  telah  menetapkan dan  memilih,  maka  penginjilan  yang kita  jalankan  pasti  akan membuahkan  hasil.  Jadi,  no way to be lazy, kendor, mengampuni  diri  sambil  melalui  hidup dengan  bersantai-ria,  menunggu  saat  naik sorga dengan  limosin.  Kita  harus  bekerja  lebih  giat, sampai  Tuhan  berkata:  “hai semua  yang  letih-lesu, mari  datang  kepadaKu. Aku  memberimu istirahat;  sabat yang kekal.  Itu sebab, saat banyak orang tak mau mengerjakan apa-apa di hari  Sabat, saya justru  bekerja  lebih  berat  dari  orang lain. Karena  bagi  saya,  sabat  adalah:  1.  Menikmati damai sejahtera  Tuhan  di sedalam-dalamnya hati saya.  2.  Penuh sukacita, karena  menyaksikan hasil  dari  jerih lelah  saya.  3.  kelak,  saat  masa hidup  saya  di dunia  ini  berakhir,  akan  menikmati that Sabbath di sana.  Kata  Yesus, Aku  masih punya domba-domba yang  harus  Ku  tuntun,  mereka  mengenali  suaraKu dan  akan menjadi satu  dengan  kawanan domba  yang  sudah  ada, digembalakan  oleh  satu Gembala. Artinya: the unreach and the reach, the one who had  already  in  and  those who were  not yet  in  should  combine  into one  body.  The Universal church  is ini making,  it  will keep growing,  and  the  group which had been  reach and  the group which had not  reach  yet  will  one day be  unite in  one  —  itulah  gereja  yang  kudus dan Am; the holy Catholic  church. Kiranya  Tuhan  memberkati  kita, memelihara domba-domba  yang  sudah  ada, dan  terus berjuang  guna  meraih domba-doma  yang masih berkeliaran di luar, amin?
(ringkasan ini belum dipe riksa oleh pengkhotbah – EL)

Sumber : http://www.nusahati.com/2012/11/gembala-yang-baik-bagian-ii/

Tidak ada komentar: